B. Tujuan
Dengan menyusun Tugas Akhir diharapkan taruna mampu merangkum dan
mengaplikasikan semua pengalaman pendidikan untuk memecahkan masalah
dalam bidang keahlian/bidang studi tertentu secara sistematis dan logis, kritis dan
kreatif, berdasarkan data/informasi yang akurat dan didukung analisis yang tepat.
Jenjang Diploma IV
1
2
3
Analisis
Rancangan Baru
Rancangan Modifikasi Implementatif
sehingga
dapat
secara
realistis,
a. Judul Tugas Akhir : Judul hendaknya dinyatakan secara singkat, jelas dan
menggambarkan tema pokok (untuk studi kasus perlu disampaikan lokasi
dimana kasus tersebut terjadi). Judul harus diterjemahkan kedalam bahasa
Inggris yang representatif, dituliskan pada bagian bawah judul bahasa
Indonesia.
b. Uraian Tugas Akhir : Uraian Tugas Akhir atau Intisari Tugas Akhir berisi
uraian secara singkat tentang apa yang nanti dilaksanakan pada
pelaksanaan Tugas Akhir.
c. Latar Belakang Masalah : Setiap penelitian yang diajukan untuk Tugas
Akhir harus mempunyai latar belakang masalah (aktual) yang diduga atau
yang memang memerlukan pemecahan. Latar belakang timbulnya masalah
perlu diuraikan secara jelas dengan sejauh mungkin didukung oleh data
atau penalaran yang mantap.
d. Permasalahan : Permasalahan pada tugas akhir harus dituliskan dalam
bentuk deklaratif atau kalimat pertanyaan yang tegas dan jelas. Masalah
penelitian dapat merupakan perumusan kesenjangan antara keadaan yang
ada dengan keadaan yang akan dicapai. Uraian perumusan masalah
sebaiknya tidak dalam bentuk kalimat tanya. Pada perumusan masalah juga
menguraikan batasan-batasan masalah yang berisi tentang variabel yang
akan diteliti atau variabel yang diasumsikan sebagai parameter konstanta
atau parameter yang diabaikan.
e. Tujuan Tugas Akhir dan Manfaat : Tujuan Tugas Akhir dan manfaat berisi
uraian tentang hasil yang akan dicapai atau jawaban dari permasalahan
yang diteliti. Bentuk jawaban dapat berupa penjajagan, penguraian,
penjelasan, pembuktian penerapan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau
pembuatan suatu prototip. Pada bagian ini dijelaskan pula manfaat dan
kontribui dari tugas akhir yang dilakukan pada bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi dan atau kepada pengembangan kelembagaan dan atau
pembangunan atau menimbulkan aspirasi untuk penelitian selanjutnya.
f. Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori : Tinjauan pustaka dan dasar teori
berisi referensi terbaru, relevan, asli dan menguraikan teori umum yang
mendasari masalah yang diteliti. Tinjauan pustaka menguraikan teori,
temuan, dan bahan penelitian lain yng diarahkan untuk menyusun kerangka
pemikiran atau konsep yang akan dipergunakan pada tugas akhir.
g. Metodologi : Metodologi berisi bahan-bahan, peralatan, cara kerja dan
teknik/proses pengerjaan. Bahan dalam hal ini dapat berupa material, data
dan hasil penelitian lain. Peralatan adalah alat-alat uji laboratorium dan
lapangan, perangkat keras atau lunak, teori dan persamaan serta variabel.
10
11
12
13
14
BAB V
STRUKTUR TATA PENULISAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Tata penulisan tugas akhir hanya berlaku bagi institusi/perguruan tinggi yang
bersangkutan, artinya tata penulisan tugas akhir bagi institusi/perguruan tinggi A
berbeda dengan tata penulisan tugas akhir bagi institusi/perguruan tinggi B. Namun
dari berbagai tata penulisan tersebut terdapat kesamaan struktur tata penulisan
yang pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) bagian pokok, yaitu:
A. Bagian Awal
B. Bagian Tubuh (Text)
C. Bagian Akhir
Menyesuaikan dengan kurikulum yang ada pada setiap program studi di Sekolah
Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI), bagi Program D3 dan D4 tidak lagi
menggunakan istilah/penulisan Tugas Khusus ataupun Skripsi minor, akan tetapi
menggunakan istilah/penulisan Tugas Akhir.
A. Bagian Awal
Bagian awal dimulai setelah cover buku yang mempunyai tampilan sama dengan
halaman judul, dimana setelah halaman judul maka diberi bernomor halaman
dengan menggunakan penomoran halaman i, ii,iii dst, pada bagian bawah
tengah halaman.
1. Halaman Judul
Judul tugas akhir hendaknya ditulis jelas, ringkas dan menggambarkan
masalah yang dibahas pada bab IV. Halaman judul tidak diberikan nomor
halaman (lihat contoh pada lampiran).
a. Dicantumkan Judul Tugas Akhir yang merupakan fokus (masalah yang
akan dibahas) dan Lokus (tempat terjadinya masalah), dengan
menggunakan huruf KAPITAL.
b. Disampaikan kalimat : Tugas Akhir diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat lulus Program Studi . . . . . . . . . . . . Jenjang Diploma . . . .
angkatan ke ... , dst (disesuaikan dengan program studi dan jenjang
diploma yang ditempuh oleh penyusun).
15
16
6. Halaman Abstrak
Bagian ini berisi inti dari Tugas Akhir, yang merupakan uraian menyeluruh
dan singkat, cukup empat paragraph sehingga dapat diketik dalam satu
halaman saja. Isi dari abstrak meliputi : Judul Tugas Akhir, Nama Penulis
Tugas Akhir, Masalah, Tujuan, Manfaat, Metode, Hasil Penelitian dan
Kesimpulan. Halaman abstrak diberikan bernomor halaman berupa angka
romawi kecil pada bagian bawah tengah halaman, sesuai urutan halaman
yang ada.
17
a. Diawali dengan nama penyusun, dan diikuti oleh judul, nama program
studi, jurusan, institusi serta tahun penyusunan.
b. Paragraf kedua dan seterusnya menyampaikan kasus yang dikaji, tujuan
kajian, target kajian, lokasi kajian, obyek kajian, inti kajian dan kesimpulan
(boleh berupa harapan yang disesuaikan dengan kondisi).
c. Halaman abstrak disampaikan 2 halaman dengan nomor halaman yang
yang sama, yang pertama disampaikan dalam bahasa indonesia, yang
kedua disampaikan dalam bahasa inggris.
18
19
d. Kalau dalam tugas akhir terdapat banyak grafik atau diagram atau foto,
masing-masing diberi nama dan nomor tersendiri, seperti "Grafik 3", "Peta
6", "Diagram 9", dsb.
e. Gambar yang diambil dari suatu sumber , harus dicantumkan sumber nya
dalam tanda kurung pada bagian bawah nama gambar
Pada halaman daftar gambar ini diberikan bernomor halaman berupa angka
romawi kecil lanjutan dari daftar tabel pada bagian bawah tengah.
20
Untuk bagian tubuh perlu disampaikan terlebih dahulu bahwa ada 7 macam
model atau bentuk Tugas Akhir untuk jenjang diploma 3 dan jenjang diploma 4
yang dikelompokkan pada 4 format penulisan, masing masing 3 macam model
Tugas Akhir pada pada jenjang diploma 3 dan 4 model Tugas Akhir pada jenjang
diploma 4, sebagai berikut :
No
Jenjang
Bentuk
Format
Diploma 3
Analisis Keteknikan
Format 1
Diploma 3
Rancangan Baru
Format 3
Diploma 3
Format 2
Diploma 4
Analisis Keteknikan
Format 4
Diploma 4
Rancangan Baru
Format 2
Diploma 4
Rancangan Modifikasi
Implementatif
Format 2
Berikut adalah penjelasan masing masing format untuk model tugas akhir :
BAB I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
21
22
BAB IV PEMBAHASAN
Disampaikan proses pembahasan yang memadukan antara teori-teori yang
terdapat pada Landasan Teori dan permasalahan serta pelaksanaan analisis,
sedemikian sehingga tersirat upaya teknis yang dikehendaki untuk
menanggulangi permasalahan. Judul Sub Bab dalam pembahasan
disesuaikan dengan kebutuhan penyusun, sehingga tidak diperlukan aturan
baku, hal yang perlu diwaspadai adalah penyampaian Sub Bab adalah sesuai
dengan urutan proses pembahasan yang dilaksanakan.
23
BAB I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyampaikan latar belakang masalah sebagai penyebab munculnya
suatu masalah, pembaca diharapkan dapat memfokuskan permasalahan
setelah secara berurutan dituntun oleh latar belakang. Peranan latar
belakang menjadi sangat penting untuk menunjukkan posisi masalah yang
sebenarnya. Ungkapan pada latar belakang diuraikan dari kondisi luas
yang seterusnya menyempit pada setiap paragrafnya, bila sudah sampai
pada permasalahan maka diakhiri dengan judul tugas akhir
B. Identifikasi Masalah
24
25
26
E. Penggunaan Rancangan
Setelah seluruh kriteria dari bagian rancangan disampaikan, selanjutnya
ditegaskan bahwa secara keseluruhan kerja dari rancangan tersebut
mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai jika rancangan tersebut
diimplementasikan pada keadaan yang ada.
Rencana penggunaan rancangan secara operasional disampaikan dalam
sub bab ini, yang akan menguatkan kemungkinan tercapainya tujuan
rancangan seperti tersirat pada bab I.
27
28
BAB I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyampaikan latar belakang masalah sebagai penyebab munculnya
suatu masalah, pembaca diharapkan dapat memfokuskan permasalahan
setelah secara berurutan dituntun oleh latar belakang. Peranan latar
belakang menjadi sangat penting untuk menunjukkan posisi masalah yang
sebenarnya. Ungkapan pada latar belakang diuraikan dari kondisi luas
yang seterusnya menyempit pada setiap paragrafnya, bila sudah sampai
pada permasalahan maka diakhiri dengan judul tugas akhir
B. Identifikasi Masalah
Merupakan kumpulan permasalahan yang secara terintegrasi ataupun
terpisah menyebabkan munculnya keadaan yang tidak sebagaimana
mestinya, seluruh masalah yang ada disampaikan disini dalam bentuk
kalimat pertanyaan, dari beberapa identifikasi masalah dapat selanjutnya
diangkat menjadi inti permasalahan yang sebenarnya.
C. Pembatasan Masalah
Menyampaikan hal atau bagian permasalahan yang tidak akan dibahas
dikarenakan secara teoritis atau hal lain tidak berhubungan erat dengan
inti permasalahan yang diajukan, dapat juga disampaikan beberapa hal
yang merupakan asumsi. Apabila digunakan asumsi maka asumsi
tersebut harus berpeluang benar (dapat diterima oleh penalaran), lebih
penting lagi jangan meninggalkan suatu hal (permasalahn lain) yang
secara sistem memang merupakan bagian dari permasalahan.
29
D. Perumusan Masalah
Setelah dijumpai beberapa identifikasi masalah, selanjutnya ditentukan inti
masalah yang dipilih oleh penyusun berdasarkan kondisi empirik atau
kondisi lapangan, masalah tersebut kemudian dirumuskan sehingga lebih
operasional, kondisi masalah semakin dalam semakin baik dan semakin
mengambang semakin tidak baik, perumusan masalah berupa kalimat
tanya yang jawabannya akan dapat dijumpai secara mudah pada
kesimpulan.
E. Maksud dan Tujuan Penulisan
Ungkapan maksud penulisan mengarah kepada penjelasan masalah yang
dibahas, sedangkan ungkapan tujuan mengarah kepada keuntungan yang
didapatkan melalui pemecahan masalah, sangat tidak disarankan
menuliskan maksud dan tujuan seperti yang tertera dibawah tulisan judul
pada halaman judul.
30
31
Dalam bagian ini disampaikan rencana yang akan dikerjakan oleh peneliti
yang berkenaan dengan kegiatan setelah data terkumpul dari sumber
data, terkait dengan pengelompokan dan tabulasi data berdasarkan
variabel dan jenis responden, menyajikan data yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
Rencana yang disusun dilengkapi dengan nama masing masing kegiatan,
untuk keperluan ini peneliti diminta untuk melakukan pendalaman materi
analisis keteknikan yang harus diberlakukan tanpa terkecuali.
32
Disampaikan kesimpulan.
B. Saran
Disampaikan saran penyusun berkenaan dengan kesimpulan yang sudah
didapatkan, dengan tidak menimbulkan permasalahan baru.
C. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
Bibliografi atau daftar pustaka berisi sumber-sumber pustaka yang
dipergunakan dalam penyusunan Tugas Akhir. Selain dari buku-buku, dapat
juga dimasukkan ke dalamnya majalah, pamflet, surat kabar atau sumber lain
yang setara dan dinyatakan valid, termasuk didalamnya adalah sumber
pustaka yang berasal dari internet (dalam hal ini disampaikan tanggal
download dan alamat websitenya).
Sumber pustaka yang tidak digunakan oleh mahasiswa dalam menyusun
Tugas Akhir tidak boleh dituliskan pada daftar pustaka, sehingga tidak ada
kecenderungan niat mahasiswa untuk memenuhi quota jumlah sumber
pustaka.
Pada halaman daftar pustaka juga diberi bernomor halaman sesuai dengan
urutan halaman sebelumnya dengan penempatan nomor halaman sama
dengan pada bagian inti.
2. Lampiran - lampiran
Disampaikan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk kelengkapan tugas
akhir, diberi bernomor halaman dengan cara yang sama dengan penulisan
pada bagian inti (sudut kanan atas), untuk setiap lampiran mempunyai nomor
dan nama lampiran yang dituliskan pada sudut kiri atas.
Lampiran yang terdiri lebih dari 1 halaman maka pada halaman berikutnya
mempunyai nomor yang sama dengan lampiran sebelumnya, dan diberi
nama lanjutan dalam tanda kurung setelah tanda titik 3 kali, misal :
Lampiran 12 : ...(lanjutan), menjelaskan bahwa lampiran 12 tersebut adalah
lembar kedua atau selanjutnya dari lampiran 12 .
Setiap lampiran harus mempunyai rujukan dalam teks pada bagian inti, untuk
lampiran yang tidak mempunyai rujukan disarankan untuk tidak disertakan
pada bagian akhir.
Pada halaman lampiran diberi bernomor halaman sesuai dengan urutan
halaman sebelumnya dengan penempatan nomor halaman sama dengan
pada bagian inti.
33
3. Riwayat Hidup
Disampaikan riwayat hidup dan kronologis pendidikan dari penulis, serta
disertai pas photo ukuran 3 x 4 cm, dalam hal ini tidak perlu diberi nomor
halaman.
BAB VI
PENGETIKAN TUGAS AKHIR
B. Ukuran Kertas
Kertas yang di anggap memenuhi syarat/standar untuk mengetik tugas akhir
adalah kertas HVS A4 ukuran 80 gram. Pemakaian kertas di luar ukuran tersebut
dapat dilakukan dalam hal-hal yaitu seperti: penyisipan kertas grafik, kertas
gambar, lampiran surat keterangan dan semacamnya.
: 4 cm
34
: 4 cm
: 3 cm
: 3 cm
35
G. Penomoran Halaman
Penomoran halaman menjadi masalah jika tidak ada keseragaman dan
persamaan persepsi. Jumlah halaman tugas akhir adalah isi dari tubuh yang
terdiri dari bab pendahuluan sampai dengan bab kesimpulan. Tata cara
penomoran halaman dapat dijelaskan sebagai berikut:
Untuk bagian awal, nomor halaman menggunakan angka Romawi kecil dan
ditempatkan di tengah halaman bagian bawah (i, ii, iii, iv, dan seterusnya)
36
Untuk bagian isi, nomor halaman menggunakan angka Arab yang ditempatkan di
tepi sebelah kanan atas (1, 2, 3, 4,.. dan seterusnya), kecuali pada setiap
halaman judul bab baru, nomor halaman ditempatkan di tengah halaman bagian
bawah.
Untuk bagian akhir yang terdiri dari halaman daftar pustaka dan lampiranlampiran, nomor halaman melanjutkan nomor halaman sebelumnya.
PENOMORAN
Bab
I ; II ; III ; IV dst
A. ; B. ; C. dst
Seksi (anak-sub-bab)
1. ; 2. ; 3. dst
Anak Seksi
a. ; b. ; c. dst
Pasal
1) ; 2) ; 3) dst
Anak Pasal
a) ; b) ; c) dst
Ayat
Anak Ayat
37
J. Bahasa
Tugas Akhir ditulis dengan Bahasa Indonesia baku atau bahasa lain yang
ditetapkan oleh jurusan/ program studi.
K. Sampul
Sampul luar menggunakan karton tebal dan dilapis plastik bening. Warna sampul
sesuai dengan warna dasar masing-masing Program Studi, yaitu
1. Program Studi Teknik Pesawat Udara : . . . . . .
2. Program Studi Teknik Navigasi Udara : . . . . . .
3. Program Studi Teknik Listrik Bandar Udara : . . . . . .
4. Program Studi Teknik Mekanikal Bandar Udara : . . . . . .
5. Program Studi Teknik Bangunan dan Landasan : . . . . . .
L. Penomoran Halaman
38
Nomor halaman diletakkan di sebelah kanan atas, dua spasi atau 1 cm di atas
baris pertama teks. Nomor halaman menggunakan angka arab, dimulai dari bab
pendahuluan. Halaman-halaman sebelum-nya seperti halaman judul, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar menggunakan angka Romawi
kecil. Khusus untuk halaman yang memuat judul bab, nomor halaman diletakkan
di tengah bawah halaman, dua spasi atau 1 cm di bawah baris terakhir.
M. Penomoran Matematis
Jika di dalam TA terdapat sejumlah persamaan matematis atau formula),
penomoran menggunakan angka Arab yang dituliskan di antara tanda kurung
dan diacu dalam teks, penulisan formula dengan memanfaatkan fasilitas
equation pada Microsoft word.
39
e. Tulisan tabel, nomor tabel, dan nama tabel diletakkan di atas tabel.
f. Jika tabel dikutip dari suatu sumber maka di bawah tabel dituliskan
sumbernya.
2. Gambar
Gambar meliputi foto, grafik, diagram, peta, bagan, skema, dan yang
sejenisnya. Penyajian gambar mengikuti ketentuan sebagai berikut.
a. Penulisan kata gambar dimulai dari kiri, diikuti nomor gambar, dan
diteruskan dengan nama gambar.
b. Tulisan gambar, nomor gambar, dan nama gambar diletakkan di bawah
gambar ;
c. Nomor gambar ditulis menggunakan angka Arab, ditulis secara urut tanpa
memperhatikan dalam bab mana gambar disajikan ;
d. Setiap gambar disajikan dalam halaman yang tidak terpisah ;
e. Gambar dibedakan dalam dua macam yaitu gambar dalam teks dan
gambar dalam lampiran. Gambar dalam lampiran menggunakan urutan
penomoran tersendiri, tidak menyambung nomor gambar dalam teks.
f. Jika gambar dikutip dari suatu sumber maka di bawah gambar dituliskan
sumbernya
O. Pengutipan
1. Kutipan Langsung
a. Kutipan yang dilakukan sama persis seperti sumber aslinya, baik susunan
kata, bahasa, dan ejaannya.
b. Model penulisan yang digunakan ADP style (Author-Date-Page) atau PTH
(Penulis-Tahun-Halaman), yaitu dengan cara mencantumkan nama
penulis, tahun terbit, dan nomor halaman yang dikutip.
c. Penulisan nama pengarang yang tulisannya dikutip hanyalah nama
belakangnya saja.
d. Jika nama pengarang ditulis sebelum kutipan , maka urutan penulisannya
adalah nama belakang pengarang, diikuti buka kurung, tahun terbit, titik
dua, nomor halaman yang dikutip, diakhiri dengan tutup kurung.
40
Contoh:
Kutipan yang diambil dari buku yang dikarang oleh Leon W. Couch II
(1995 :298), maka cara penulisan kutipannya adalah :
Menurut Couch II (1995 : 298) : Frequency division multiplexing (FDM) is
a technique for transmitting multiple messages simultaneously over a
wideband channel by first modulating the message signals onto several
subcribers and forming a composite baseband signal that consist of the
sum of these modulated subcribers
atau dapat juga ditulis sebagai berikut :
Frequency division multiplexing (FDM) is a technique for transmitting
multiple messages simultaneously over a wideband channel by first
modulating the message signals onto several subcribers and forming a
composite baseband signal that consist of the sum of these modulated
subcribers (Couch II, 1995 : 298)
g. Jika pengarangnya ada 2 orang, maka kedua nama belakang pengarang
itu harus ditulis.
Contoh : Pengarang dengan nama Stanley V. Marshall dan Gabriel G.
Skitek, ditulis, Marshal and Skitek (1990 : 30-31). Kata sambung and
untuk referensi yang berbahasa asing dan dan untuk berbahasa
Indonesia.
h. Kutipan langsung yang terdiri dari lima baris atau lebih, diketik dengan
jarak satu spasi.
Contoh :
Menurut Mulyasa (2006: 27)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki
kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar
belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan,
membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreatifitas, intelegensi,
dan kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan
41
Contoh :
Yuyun (1986: 147)
Secara mudah maka kita dapat mengatakan bahwa teori adalah
pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang mengapa
suatu gejala-gejala terjadi sedangkan hukum memberikan kemampuan
kepada kita untuk meramalkan tentang apa yang mungkin terjadi.
Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan alat
yang dapat kita gunakan untuk mengontrol gejala alam.
i.
j.
42
...............................................
Manfaat pendidikan sering diterjemahkan menjadi apa yang akan
diperoleh atau ke dalam uang yang harus dibayar untuk pelayan
pendidikan.
l. Kutipan langsung dapat pula dilakukan dengan memberikan penjelasan
tambahan atau menggarisbawahi pada bagian tertentu yang dianggap
penting, maka pengutip harus memberikan keterangan. Keterangan yang
diberikan tersebut ditulis di antara dua kurung.
Contoh :
Mulyasa (2006: 49) mengemukakan bahwa Kematangan emosi guru
akan berkembang sejalan dengan pengalaman bekerja, selama dia mau
memanfaatkan pengalamannya (garis bawah dari pengutip).
2. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan
aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip
dalam kalimat yang disusun sendiri oleh pengutip. Kutipan tersebut ditulis dua
spasi.
Contoh
Menurut Mulyasa (2006: 69-92) Keterampilan mengajar merupakan
kompetensi profesional yang cukup kompleks yang terdiri dari delapan
ketrampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru untuk dapat
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
3. Penulisan Sumber Pengutipan
a. Sumber kutipan langsung ditulis dengan menyebutkan nama pengarang,
tahun terbit dan nomor halaman yang dikutip.
Contoh :
Yuyun (1986: 123) mengemukakan Teori merupakan suatu abstraksi
intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan
pengalaman empiris
Menurut Mulyasa (2006: 36) Guru harus mampu bertindak dan
mengambil keputusan secara tepat, tepat waktu, dan tepat sasaran,
terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak
menunggu perintah atasan atau kepala sekolah.
b. Cara Menulis Nama Pengarang orang Asing, penulisan nama pengarang
orang asing adalah dengan mendahulukan nama belakangnya.
43
Contoh :
Kutipan yang diambil dari buku yang dikarang oleh Benyamin S. Bloom
dan J.T. Hastings, 1971, maka cara penulisan sumbernya dalam kutipan
adalah :
Menurut Bloom dan Hasting (1971: 15 17)
44
5. Dedi, loc.cit.
6. Dedi, op.cit, h.40.
7. Hughes, op.cit, h.17.
Perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh penulis tugas akhir dilingkungan
Jurusan Teknik Penerbangan bahwa untuk keseragaman penulisan halaman dari
sumber buku yang dicetak dalam bahasa Indonesia dituliskan h., dan dituliskan
p. (singkatan dari page) untuk buku yang ditulis dalam bahasa inggris.
Q. Penulisan Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka dapat diikuti aturan berikut ini. Butir-butir pustaka
diurutkan secara alfabetis menurut nama pengarang dan tidak perlu
menggunakan nomor urut. Apabila pemilik nama tersebut berperan sebagai
penyunting buku, di belakang namanya diberi tanda (ed).
1. Penulisan Buku
Penulisan mengikuti urutan : nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku,
tempat penerbitan, dan nama penerbit. Penulisan nama pengarang di-awali
dengan nama akhir pengarang, yaitu nama keluarga (Surname). Nama lain
atau huruf sing-katannya (initials) ditulis di belakang nama akhir tadi dan
dipisahkan dengan koma. Inisial ditandai dengan titik di belakangnya.
Contoh :
Buku dengan pengarang satu orang
Oliva, Peter F. (1992). Developing the Curriculum. 3rd.ed. New York : Harper
Collins.
Susilo Prawirowardoyo (1996). Meteorologi. Bandung : ITB.
Buku dengan pengarang dua orang
Strunk, W., Jr., & E.B. White, (1979). The Elements of Style. 3rd. ed. New
York : Macmillan.
Paul, Richard & Elder, Linda. (2001). Critical Thinking. New York : Prentice
Hall.
Buku dengan pengarang tiga orang
Nadler, D., M.K. Gerstein, & R.B. Shaw (1992). Organizational Architecture:
Design for Changing Organizations. San Francisco : Jossey-Bass.
Beer, M., Einstant, R.A., & spector, B. (1990), The Critical Path to Corporate
Renewal. Boston : Harvard Bussiness School Press
45
46
Contoh :
(2002). Islam, Agama Populer atau Elitis. Kompas. (6 September 2002).
Hlm.4 (konsisten penggunaan APA)
5. Penelitian, Tesis, Disertasi yang diterbitkan
Contoh :
Foster-Havercamp. M.E. (1982). An Analysis of the Relationship betweer.
Preservice Teacher Training and Directed Teaching Performance. Doctoral
dissertation. University of Chicago. 1981. Dissertation Abstract International.
42.4409A.
6. Penelitian, Tesis, Disertasi yang tidak diterbitkan
Contoh :
Suparno, dkk. (1988). Studi Experimental Metode Membaca PQRST dan
Metode Membaca STUDY terhadap Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia FPBS IKIP Padang. Laporan Penelitian. UNP.
Firman. (2001). Daya Prediksi Nilai Rapor dan STTB terhadap Prestasi
Belajar jalur PMDK FPTK UNP. Tesis tidak diterbitkan. PPs-UNP.
47
BAB VII
KALIMAT DAN PARAGRAF
A. Kalimat
1. Kalimat dalam Karangan
Kalimat ialah kesatuan bentuk ketatabahasaan yang menyampaikan buah
pikiran, perasaan atau hasrat. Kalimat itu merupakan bagian terkecil dalam
susunan karangan. Jadi karangan tersusun dari beberapa buah kalimat.
Kalimat-kalimat dalam karangan berhubungan satu dengan yang lain.
Meskipun setiap kalimat mengandung maksud (makna) sendiri, tetapi
semuanya bekerja sama sebagai pendukung buah pikiran yang besar yang
diutarakan dalam karangan itu.
Kalimat dalam karangan, bagaimanapun bentuk dan susunannya, ialah
kalimat tertulis, kalimat yang akan dibunyikan (dibaca) oleh pembaca. Kalimat
tertulis dalam beberapa hal tidak sama dengan kalimat tutur (ucapan).
Kalimat yang jelas dan terang dalam bahasa percakapan, tidak selamanya
jelas dan terang juga bila dituliskan, sebab lagu bicara yang sangat penting
dalam bahasa, tidak dapat atau sukar sekali digambarkan dalam tulisan.
Itulah sebabnya maka kalimat yang maknanya hanya bergantung pada
lagunya, jika dituliskan, mudah meragukan atau kerap juga menimbulkan
salah paham.
Karangan harus pula sanggup menarik perhatian pembaca. Maka dengan
sendirinya kalimatnya harus menyenangkan pembaca, jika mudah dibaca dan
mudah dipahami. Kalimat yang panjang berbelit-belit misalnya tak akan
menggembirakan pembaca.
Jaman sekarang jarang orang membaca dengan suara nyaring. Biasanya
karangan-karangan hanya dibaca dalam hati. Meskipun demikian bunyi
kalimat masih tetap penting dalam karang-mengarang. Kalimat yang sama
polanya, selalu sama pula bunyinya. Jika beberapa buah kalimat yang sama
polanya, dituliskan berturut-turut, sudah tentu akan terdengar bunyi yang
48
sama. Deretan bunyi yang demikian, selain kurang sedap kedengaran juga
menjemukan. Untuk menghindari bunyi kalimat yang demikian itu, perlu
digunakan kalimat yang bermacam-macam corak dan ragamnya, dengan
perkataan lain, kalimat-kalimat dalam karangan hendaknya diselingi atau
divariasikan. Makin banyak variasi kalimatnya, makin menarik perhatian.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa kalimat-kalimat dalam karangan
memerlukan :
a .Susunan yang lebih teratur supaya jelas dan terang maknanya
b. Susunan yang mudah dibaca dan dipahami.
c. Banyak variasi.
2. Uraian Kata
Uraian kata (frase) dalam kalimat memberikan kesempatan banyak untuk
membentuk variasi kalimat. Urutan itu ada yang umum, yaitu menurut adat
yang lazim, seperti : Subyek-Predikat, Subyek-Kata kerja-Obyek, SubyekPokok predikat -keterangan, dsb. Ada juga yang menyalahi adat, hingga
merupakan urutan kasus, seperti misalnya : dengan inversi predikat-subyek,
dsb.
Kalimat-kalimat yang berurutan adat biasanya mudah dipahami, meskipun
tidak disertai lagu bicara. Sedang yang berurutan kasus kebanyakan
memerlukan bantuan lagu. Bahkan kerap pula kurang jelas maknanya jika
tidak dilagukan.
Tidak semua kalimat boleh diubah urutan kata-katanya. Tetapi pada
umumnya, lebih-lebih kalimat yang luas, boleh diubah urutan katanya, dari
urutan adat dijadikan urutan khusus, tanpa berubah makna umumnya. Jadi
meskipun tak sama urutan kata-katanya, tetapi makna umumnya tetap sama,
seperti misalnya :
-
dia membeli buku di pasar ---- membeli buku di pasar dia ---- di pasar dia
membeli buku.
Jelaslah bahwa urutan kata dapat dipakai untuk membuat variasi kalimat.
Dan dalam hal memilih urutan, penulis diberi kebebasan yang leluasa. Sudah
tentu bukannya kebebasan yang mutlak, melainkan kebebasan yang terbatas
sesuai tata tertib bahasa.
Suatu pikiran, perasaan atau hasrat yang sama, boleh diutarakan dengan
kalimat yang berbeda urutan kata-katanya, Seperti kalimat yang berurutan
umum.
49
Anak ini telah diserahkan oleh ayahnya kepada saya", boleh dinyatakan
dengan urutan khusus :
- Telah diserahkan oleh ayahnya kepada saya anak ini.
- Telah diserahkan kepada saya anak ini oleh ayahnya.
- Oleh ayahnya anak ini telah diserahkan kepada saya.
- Oleh ayahnya telah diserahkan kepada saya anak ini.
- Kepada saya telah diserahkan oleh saya anak ini.
- Kepada saya anak ini telah diserahkan oleh ayahnya.
Dan selanjutnya masih mungkin dikatakan dengan urutan khusus lain-lain
lagi. Tetapi diantara kalimat-kalimat yang berurutan khusus itu ada juga yang
kurang jelas maknanya jika belum dilagukan.
3. Posisi Yang Menarik
Dari contoh kalimat-kalimat diatas itu terasa juga, bahwa awal dan akhir
kalimat adalah posisi yang kuat untuk menarik perhatian pembaca. Manakah
posisi yang terkuat, posisi awal atau posisi akhir, tidak dapat dikatakan
dengan pasti. Posisi awal biasanya dipandang lebih kuat karena merupakan
pangkal kalimat. Itulah sebabnya maka kata, frase atau bagian kalimat yang
hendak diharakatkan (dimintakan perhatian, ditekankan, diutamakan)
biasanya digeserkan kedepan, ditempatkan pada posisi awal , itupun
biasanya jika diijinkan oleh tata tertib bahasa.
Penggeseran ke depan, kepada posisi yang lebih kuat, boleh juga dipakai
untuk melakukan variasi kalimat. ini sudah tentu ada sangkut-pautnya dengan
urutan yang telah dibicarakan di atas.
4. Panjang Pendek Kalimat
Sebenarnya tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan panjang pendek
kalimat. Sebab panjang pendeknya kalimat, selalu bergantung pada isinya.
Jika banyak hal yang akan diutarakan, sudah tentu menggunakan kalimat
yang panjang. Sebaliknya, tak perlu menggunakan kalimat yang panjang, jika
sedikit saja hal yang akan dibicarakan.
Perlu pula diingat, bahwa kalimat yang disebut panjang itu kebanyakan terjadi
dari beberapa buah kalimat yang digabungkan jadi satu ikatan.
Baik kalimat panjang maupun pendek, keduanya dipakai dalam karangmengarang untuk memperbanyak variasi kalimat. Sudah tentu keduanya ada
manfaatnya.
50
Kalimat yang panjang, lebih-lebih yang terlampau panjang, kerap kali menjadi
kalimat yang sulit, yang harus dibaca dua tiga kali untuk memahami makna
yang dikandungnya.
Contoh :
Akan tetapi apabila beberapa waktu kemudian, belum lagi setengah tahun,
baru beberapa bulan saja, ketika betul-betul terjadi apa yang dikatakan I
Nogata dalam permainan wayangnya, kakaknya, Ni Nogata dilarikan Arya
Bera dan Arya Lacana yang khianat itu, yaitu setelah kebusukan laku kedua
arya itu diketahui oleh Sri Baginda Maharaja Gunapriyadharma serta Sri
Baginda Udayana, I Nogata diceritakan telah ikut mengejar-ngejar Arya Bera
dan Arya Lacana, maka terasalah dalam beberapa bulan saja telah hilang
sifat kekanak-kanakan yang -digambarkan penulisnya dengan baik pada
mulanya. (Zuber Usman, Kesusastraan Baru Indonesia).
Dalam membaca kalimat sepanjang itu memerlukan kesabaran. Bukan hanya
karena panjangnya, melainkan karena kompleksnya juga. Sudah tentu akan
lebih mudah dan lebih senang, jika diuraikan atas beberapa kalimat yang tak
berapa panjang. Kalimat yang panjang-panjang biasanya lekas melelahkan
pembaca.
Sebaliknya kalimat pendek biasanya lebih jelas dan lebih terang. Lagi mudah
juga membacanya. Bahkan kadang-kadang lebih berkesan daripada kalimat
yang panjang. Tetapi manakala seluruh penuturan hanya terdiri dari kalimatkalimat pendek, maka penuturan itu seakan-akan terjadi dari deretan titik.
Setiap titik, yaitu kalimat pendek, memang jelas mengesankan pada anganangan, tetapi seolah-olah tak berhubungan satu dengan yang lain, sehingga
penuturan seluruhnya tidak merupakan kesatuan yang bulat dan kompak.
Lagi pula, oleh karena berpenggal-penggal maka makna keseluruhan
penuturan tak mudah mengesan pada angan-angan pembaca.
Karena itu keduanya harus bahu-membahu, sama-sama dipakai dalam
karangan. Bila mengutarakan pokok pendapat yang akan diuraikan lebih
lanjut, baik menggunakan kalimat pendek. Sedangkan uraian-uraian
penjelasan-penjelasan sepatutnya menggunakan kalimat yang panjang.
Selanjutnya kesimpulan-kesimpulan pendapat akan lebih baik jika dikatakan
dengan kalimat pendek-pendek.
Dalam karangan cerita, terutama bila menceritakan gerakan yang cepat atau
peristiwa yang terjadi berturut-turut, lebih baik jika menggunakan kalimat
pendek. Demikian juga dialog dalam cerita.
Dalam karangan ilmiah, pernyataan resmi, perundang-undangan, uraian,
ulasan dan definisi-definisi, diperlukan penuturan-penuturan yang terang,
jelas dan seksama. Untuk itu kalimat yang tak berapa panjang selalu lebih
baik daripada menggunakan kalimat yang panjang-panjang.
5. Kalimat Sederhana dan Luas
51
Kalimat yang subyek dan predikatnya hanya satu disebut kalimat tunggal. ini
mungkin sederhana sekali, yaitu hanya terjadi dari dua buah kata. Mungkin
pula agak luas atau lanjut, karena diperluas dengan berbagai macam
keterangan, baik pada subyek maupun pada predikatnya.
Kalimat tunggal itu, meskipun sangat sederhana, bila memang perlu dan
mungkin, akan lebih baik jika divariasikan. Selain dengan jalan mengubah
urutan kata-katanya, boleh juga dengan kata lain. Sebagaimana biasa,
kalimat dibedakan atas lima jenis : Kalimat berita, kalimat tanya, kalimat seru,
kalimat modal (harapan dsb) dan kalimat perintah.
6. Hubungan Kalimat
Kalimat-kalimat dalam karangan berhubungan satu dengan yang lain. Ada
yang hanya berhubungan makna. Ada juga yang berhubungan makna dan
bentuknya, sehingga merupakan satu ikatan.
Adapun hubungan-hubungan kalimat itu pada umumnya dinyatakan.
a. Dengan kata di dalam kalimat. Jadi di dalam kalimat ada yang disamping
melakukan tugasnya biasa, dilakukan juga tugas selaku petunjuk
hubungan, contoh :
Amir pergi ke Sala. la hendak menegok neneknya. (la selaku petunjuk
hubungan).
Anak itu jatuh. Kakinya patah, (nya selaku petunjuk hubungan).
b. Dengan lagu atau penghematan
Dia masuk ke kamar. Saya duduk di bangku, dua kalimat itu dapat
dihubungkan dengan lagu : Dia masuk ke kamar, saya duduk di bangku.
Dia tinggal di sana sepekan. Dia menginap di losmen Sempurna, dapat
dihubungkan dengan penghematan dia : Dia tinggal di sana sepekan,
menginap di losmen Sempurna.
c. Dengan tumpuan kata hubung, yaitu kata yang memang sebagai
penghubung kalimat, misalnya : Dia tidak dapat datang malam ini, karena
ayahnya sakit. Meskipun hujan lebat, dia akan datang juga.
7. Kalimat Bersusun
Dua kalimat atau lebih yang digabungkan jadi satu ikatan, secara tatabahasa
disebut kalimat bersusun. Kalimat-kalimat yang telah tergabung dalam satu
ikatan, sudah tidak tegak sendiri, melainkan menjadi anggota dalam kalimat
bersusun itu.
52
Adapun kedudukan kalimat yang jadi anggota dalam kalimat bersusun itu
adalah setara, sama tingkatnya. Ada juga yang tak setara, artinya, ada yang
jadi anggota utama (induk kalimat) dan anggota tak utama (anak kalimat).
Lain dari itu ada kalimat bersusun rapatan, ialah kalimat bersusun setara
yang dirapatkan, dengan menghilangkan satu dari subyek atau predikat yang
sama, seperti misalnya : "dia membeli kuda serta menjual lembu".
Demikianlah hubungan-hubungan kalimat dalam tatabahasa. Sudah tentu
bukan tempatnya dibicarakan di sini seluk-beluk kalimat bersusun itu. Yang
penting bagi karang-mengarang ialah kalimat bersusun itupun bilamana perlu
hendaklah dibuat bervariasi juga. Misalnya :
a. Beberapa kalimat tunggal dijadikan kalimat bersusun.
Dari rumah ia pergi ke kolam. Dari sana ke sawah.
53
B. Paragraf
1. Pengertian dan Definisi Paragraf
Istilah paragraf, alinea ataupun 'paragraph' sudah sering kiti dengar bahkan
pernah digunakan baik percakapan maupun dalam praktek. Dalam rapat,
diskusi, ataupun seminar, misalnya, peserta sering berkata, " ... pada
paragraf pertama baris kelima.... Para guru pun sering berkata : Anakanak perhatikan paragraf kesekian.... Apalagi mereka yang sering menulis
baik menulis surat, kertas kerja, laporan, dan skripsi pastilah mereka itu
menggunakan pengertian paragraf dalam tulisannya tersebut.
Namun, bila ditanyakan apa yang disebut dengan paragraf, maka
jawabannya akan bervariasi. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia,
karangan Purwadarminta (almarhum) tertera penjelasan Purwadarminta,
diberikan oleh Weaver (1961,194) sebagai berikut : '... paragraph means
something written beside'. Wojowasito (1977, 285) mengartikan paragraf
sebagai membagi dalam pasal demi pasal'. Pengertian yang lebih jelas
diberikan oleh Barnett (1974, 61) sebagai berikut: A paragraph is a group of
closely related sentences arranged in a way that permits a central idea to be
defined, developed, and clarified".
Bila ditelaah pengertian paragraf seperti yang tercantum pada sumber
tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan. Paragraf berisi
sesuatu dan penulisan paragraf selalu dimulai dengan garis baru yang
dimajukan ke depan atau "Indentation . Kesimpulan ini berdasarkan sumber
pertama dan kedua. Dan pengertian sumber ketiga tersirat pengertian
bahwa ada semacam usaha untuk mengubah pengertian abstrak menjadi
pengertian yang lebih kongkrit. Sayangnya usaha tersebut tidak dijabarkan
sampai tuntas. Dari definisi Barnett dapat disimpulkan bahwa paragraf
merupakan seperangkat kalimat berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimatkalimaf tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang
dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan dan diperjelas.
Terdapat beberapa ciri atau karakteristik paragraf.
a. setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang
relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan
b. umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat
c. paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran
d. paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat
e. kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis sistematis.
Berdasarkan penganalisaan atas beberapa sumber yang memberikan
keterangan tentang paragraf serta dilengkapi atau dipadukan dengan hasil
54
55
56
oleh mesin terbang, radio dan surat kabar, tetapi juga oleh politik dan
ekonomi dunia, haruslah kita menjaga supaya kebudayaan kita, masyarakat
kita, kehidupan bangsa kita jangan menjadi hanya bayangan daripada
masyarakat, kebudayaan, kehidupan di negeri lain. Dalam mengejar
kemoderenan sekarang ini besar sekali bahayanya kita senantiasa akan
mengikuti Eropa dan Amerika dari belakang. Yang timbul disana menjadi
pedoman yang mutlak bagi kita. Dalam hal yang demikian lenyaplah
kehidupan kita sendiri. (S.T.A Pujangga Baru).
Tema dalam paragraf itu ialah "kebudayaan (masyarakat kehidupan) kita"
jangan hanya menjadi bayangan kebudayaan asing. Tema itu masih tampak
menjulang, karena tidak terpendam oleh kalimat kalimat yang
mendahuluinya,
Tema kerap pula tidak tersurat, melainkan tersirat saja di dalam paragraf.
Jadi tak ada kalimat yang menyatakan tema dalam paragraf itu. Meskipun
demikian seluruh kalimat dalam paragraf itu tetap merupakan kesatuan,
sebab semuanya membicarakan sesuatu hal yang sama.
Jarum timbangan siang hari telah condong dan matahari sedang menuju ke
tempat peraduannya (1), gelap mulai merayap sebagai merayapnya
perasaan ke dalam sanubari hati (2). Segala suara mereda, kecuali suara
burung gereja yang berdesak-desakan di hadapan pintu sarangnya (3). (AIManfaludhi-A.S. Alatas, Magdalena).
Tema dalam paragraf itu tersirat di dalam kelompok kalimat. Sekalian
kalimat memperkatakan suasana petang hari". Itulah tema paragraf itu.
Kalimat (1) melukiskan keadaan matahari : kalimat (2) menceritakan
keadaan cuaca (terang dan gelap) : dan kalimat (3) melukiskan suara
(bunyi) pada petang hari itu.
4. Panjang Pendek Paragraf
Suatu tema yang segi-seginya banyak dibicarakan sudah tentu akan
memerlukan paragraf yang panjang. Sebaliknya, yang tak banyak yang
dipercakapan cukup dituangkan ke dalam paragraf yang pendek. Jadi
panjang pendek paragraf sama halnya dengan panjang pendek kalimat.
Kedua-duanya bergantung pada isinya.
Apabila melukiskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan cepat, lebih
kena jika dituangkan ke dalam paragraf yang pendek. Sedang uraian,
ulasan, pembahasan dan penjelasan-penjelasan, sudah sepatutnya
dituangkan dalam paragraf yang panjang.
Sebenarnya panjang pendek paragraf tak ada aturan yang mengikat. Pada
pokoknya selalu tergantung pada banyaknya pembicaraan suatu tema.
Tetapi paragraf yang panjang, lebih-lebih lagi yang terlalu panjang, pada
umumnya kurang memberikan kesan pada angan-angan pembaca. Itulah
disebabnya maka kurang lazim dipakai sekarang. Banyak penulis yang lebih
57
58
Tentang lama dan baru didalam roman modern banyak yang akan dapat
dikatakan : tentang pandangan dan sikap lama dan baru, tentang emansipasi
perempuan dsb. Sebab di dalam romanlah kita sebaik-baiknya dapat melihat
kehidupan jiwa orang dalam sesuatu jaman, jalan pikirannya, cita-citanya,
pandangan hidupnya, sikapnya dsb. Adapun roman yang saya sebut modern
ialah roman yang terbit kira-kira tahun 1920.
6. Perlengkapan Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat
kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan
dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran
tersebut dapat diterima dengan jelas oleh pembaca maka paragraf harus
tersusun secara logis-sistematis. Alat bantu untuk menciptakan susunan
logis-sistematis itu ialah elemen-elemen paragraf yaitu :
a. Transisi (Transition).
b. Kalimat topik (Topic sentence)
c. Kalimat pengembang (Development Sentences)
d. Kalimat Penegas (Punch-Line)
Keempat unsur paragraf, yaitu transisi, kalimat topik, kalimat pengembang,
dan kalimat penegas kadang-kadang bersama-sama, kadang-kadang hanya
sebagian tampil dalam suatu paragraf.
Susunan unsur paragraf jenis ini terdiri atas :
a. Transisi (berupa kata atau kalimat)
b. Kalimat topik
c. Kalimat pengembang
d. Kalimat penegas
59
Contoh:
Sebaliknya, dirumah, Pak Ali sering marah-marah. Sarapan pagi terlambat
dihidangkan apalagi dalam keadaan dingin ia langsung memukul-mukul
meja makan sambil memaki-maki pelayan dapur. Kamar tidur tidak bersih
giliran pelayan kamar kena omelan. Bila letak buku atau surat-surat
berubah dari semula maka ia langsung menegur istri atau anaknya. Kalau
pekarangan dan mobil tidak bersih alamat pelayan taman kena 'semprotan'.
Boleh dikata Pak Ali melampiaskan marahnya setiap ada yang tidak beres
dirumah.
60
b. Kalimat pengembang
Contoh :
Walaupun prestasi PSSI di "Merdeka Games" semakin menanjak, akhirnya
masuk kotak juga. Pada pertandingan pertama melawan kesebelasan Korea,
PSSI kalah tipis 0-1. Biasanya kekalahan melebihi satu. Pertandingan kedua
melawan Australlia, juara Zone Oceania Pasifik, PSSI berbagi angka dengan
Australia. Stand akhir 1-1. Pertandingan ketiga melawan Kuwait, juara pool
Asia, Kesebelasan Indonesia juga tidak memalukan. Pertandingan selesai
pada nilai 1-1. Pertandingan keempat melawan tuan rumah, Malaysia. Dalam
pertandingan ini PSSI menyajikan permainan yang kuat dan tangguh.
Malaysia yang tergolong kesebelasan yang kuat di kawasan Asia diserang
habis-habisan oleh kesebelasan PSSI Hanya dewi fortuna saja yang belum
memihak PSSI sehingga pertandingan berkesudahan 1-1. Pertandingan
kelima dengan Marokko, berakhir dengan kekalahan bagi Indonesia 0-2.
Kekalahan ini menyebabkan Indonesia masuk kotak.
7. Transisi
Transisi ialah mata rantai penghubung antar paragraf. Transisi berfungsi
sebagai penghubung jalan pikiran dua paragraf yang berdekatan. Kata-kata
transisional merupakan petunjuk bagi pembaca ke arah mana ia sedang
bergerak atau mengingatkan pembaca apakah sesuatu paragraf baru
bergerak searah dengan ide pokok sebelumnya. Karena itu sering dikatakan
orang bahwa transisi berfungsi sebagai penunjang koherensi dan kepaduan
antar bab, antar anak-bab, dan antar paragraf dalam suatu karangan.
Transisi tidak selalu harus ada dalam setiap paragraf. Kehadiran transisi
dalam paragraf bergantung kepada pertimbangan pengarang. Bila pengarang
merasa perlu ada transisi demi kejelasan informasi maka transisi wajar ada.
Sebaliknya, bila pengarang dapat mengekspresikan ide pokoknya dengan
jernih tanpa transisi maka transisi tak perlu hadir dalam paragraf tersebut.
Transisi tidak hanya terdapat dalam paragraf. Tetapi terdapat juga dalam
kalimat, antar paragraf, antar anak bab dan antar bab. Bila terdapat dalam
kalimat maka transisi berfungsi menghubungkan antar bagian-bagian kalimat.
Bila terdapat antaranak bab maka transisi menghubungkan ide pokok dalam
anak bab tersebut. Bila terdapat antar bab maka transisi berfungsi sebagai
jembatan penghubung ide pokok dalam bab yang berdekatan tersebut.
Ada dua cara untuk mewujudkan hubungan antar dua paragraf. Pertama
secara implisit. Kedua, secara eksplisit. Hubungan implisit tidak dinyatakan
oleh alat penanda transisi tertentu. Walaupun demikian hubungan antar
paragraf masih dapat dirasakan. Hubungan eksplisit dinyatakan oleh alat
penanda transisi tertentu. Walaupun demikiin hubungan antar paragraf masih
dapat dirasakan. Hubungan eksplisit dinyatakan oleh alat penanda transisi
tertentu seperti :
61
j.
62
a. Kalimat Topik
Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik. Dalam
Bahasa Inggris kita jumpai istilah-istilah "major point", "main idea", dan
"topic sentence". Keempatnya bermakna sama mengacu kepada
pengertian kalimat topik. Dalam Bahasa Indonesia pun kita temui istilahistilah seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok dan kalimat pokok.
Kempat-empatnya juga mengandung makna sama atau bersamaan serta
mengacu kepada pengertian kalimat topik.
Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam
bentuk umum atau abstrak. Misalnya :
1) Sial benar saya hari ini,
2) Harga barang-barang bergerak naik.
Contoh (1) menyatakan kesialan seseorang. Kesialan tersebut baru
berupa pernyataan abstrak harus diuraikan ke dalam contoh-contoh
yang kongkrit. Demikian pula contoh (2) harga barang naik, masih
bersifat umum, yang perlu diperjelas berapa naiknya untuk tiap barang.
Sehingga jelas pengertian yang terdapat pada kalimat topik.
Ada tiga kemungkinan letak kalimat topikldalam suatu paragraf.
Kemungkinan pertama, pada bagian awal paragraf, segera setelah
transisi kalau transisi ada pada paragraf tersebut. Kemungkinan kedua,
terdapat pada bagian akhir paragraf. Kemungkinan ketiga, berada di
tengah-tengah paragraf, tetapi hal ini jarang ditemui.
b. Kalimat Pengembang
Kemungkinan besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu paragraf
termasuk kalimat pengembang. Bila dimisalkan jumlah kalimat dengan
suatu paragraf 12 buah, maka perbandingan jumlah kalimat sebagai
berikut :
1) paragraf yan berunsur transisi, kalimat topik, kalimat pengembang
dan penegas mempunyai porsi masing-masing satu untuk transisi,
satu untuk topik dan satu untuk penegas sisanya sembilan, itulah
kalimat pengembang atau 75 %.
- . bila transisi tidak berupa kalimat, maka kalimat pengembangnya
berjumlah 10 atau 80 %
- . Bila paragraf tersebut tanpa transisi dan penegas maka jumlah
kalimat pengembang sebelas buah atau 90%.
Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
kalimat dalam suatu paragraf termasuk kategori kalimat
pengembang.
63
64