Anda di halaman 1dari 64

1

BAB I : PETUNJUK UMUM

A. Etika Penyusunan Tugas Akhir


Tugas Akhir yang berkualitas merupakan tuntutan setiap lembaga pendidikan
tinggi. Untuk menghasilkan Tugas Akhir tersebut diperlukan kriteria ilmiah,
persyaratan administratif, dan etika penyusunan tugas akhir.
Ketaatan yang tinggi terhadap norma etis dalam perencanaan dan pelaksanaan
penyusunan Tugas Akhir merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu
penyusun Tugas Akhir perlu menghargai integritas dan humanitas kajian yang
mencakup tiga bidang pokok :
1. Proteksi subjek dari hal-hal yang merugikan baik fisik, mental dan sosial :
2. Menghargai hak-hak subjek untuk mengetahui hakikat dan tujuan penelitian,
dan hak untuk memberikan persetujuan berpartisipasi ;
3. Menghargai rahasia pribadi subjek.
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu dipenuhi oleh penyusun tugas akhir
adalah:
1. Kejujuran Akademik
a. Mencantumkan secara jelas semua sumber yang dijadikan acuan atau
dimanfaatkan dalam kajian, dan memperoleh izin penggunaan apabila
diperlukan.
b. Penyusun Tugas Akhir harus melaporkan kajiannya sesuai dengan hal
yang sebenarnya.
2. Keterbukaan
Bersedia menerima kritik atau masukan demi peningkatan kualitas hasil
kajiannya.
3. Tidak memaksa dan merugikan subjek
Apabila subjek kajian adalah manusia, partisipasi subjek harus bersifat
sukarela. Subjek tidak boleh dipaksa, disinggung perasaannya, atau
dirugikan secara material atau nonmaterial.
4. Menjaga kerahasiaan subjek
Menjaga keamanan dan keselamatan subjek dengan tidak mempublikasikan
nama dan identitas subjek yang dikaji, kecuali seizin yang bersangkutan.

B. Persyaratatan Tugas Akhir


Persyaratan yang harus dipenuhi taruna untuk dapat melaksanakan tugas akhir
untuk jenjang Diploma 3 atau Diploma 4 pada dasarnya meliputi jumlah sks dan
indeks prestasi yang telah berhasil dicapai oleh taruna.
Para taruna yang telah mengumpulkan jumlah sks yang diperlukan, dapat
memenuhi persyaratan indeks prestasi yang telah ditetapkan dan menempuh
penyusunan tugas akhir, dapat segera mempersiapkan judul tugas akhir untuk
selanjutnya diusulkan kepada masing masing Ketua Program Studi pada jurusan
Teknik Penerbangan, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia.

C. Pengajuan Usulan Tugas Akhir (proposal)


Usulan untuk menempuh tugas akhir diajukan kepada ketua program studi
dengan menyerahkan proposal (usulan) tugas akhir untuk selanjutnya akan
ditentukan tim observer yang akan menilai kelayakan proposal tersebut untuk
ditindak-lanjuti menjadi tugas akhir pada seminar proposal, selanjutnya akan
ditunjuk dosen pembimbing tugas akhir oleh ketua program studi sesuai dengan
tema tugas akhir yang diajukan. Usulan tugas akhir memuat judul tugas akhir
dan ringkasan permasalahan yang akan dipelajari.

D. Pelaksanaan Tugas Akhir


Taruna yang melaksanakan tugas akhir diwajibkan melaksanakan kegiatan
tersebut secara sungguh-sungguh dibawah bimbingan dosen pembimbing.
Taruna wajib melaporkan secara rutin setiap perkembangan dari pelaksanaan
tugas akhir kepada dosen pembimbing. Perpanjangan pelaksanaan tugas akhir
tidak dapat dilaksanakan dengan alasan apapun.
Pada akhir penyelesaian kegiatan penyusunan tugas akhir, taruna menyusun
hasil kerjanya menjadi karya tulis ilmiah berbentuk tugas akhir dengan
berpedoman pada pembakuan sistematika yang dijelaskan di bab berikutnya
pada pedoman ini. Tata Cara Penyusunan dan kemudian menggandakannya
menurut pembakuan format yang dijelaskan di bab Tata Cara Penulisan. Apabila
hasil penyusunan dan penulisan telah mendapatkan persetujuan dosen
pembimbing, taruna dapat mempersiapkan diri untuk menempuh sidang tugas
akhir.

E. Sidang Tugas Akhir


Apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi, dosen pembimbing mengajukan
usulan agar taruna dapat menempuh sidang tugas akhir kepada ketua program
studi dengan mengisi formulir yang disediakan dan menyerahkan sejumlah

eksemplar naskah yang telah ditandatangani oleh dosen pembimbing. Ketua


program studi menyusun tim penguji yang terdiri dari para dosen penguji,
menetapkan jadwal ujian, dan tempat ujian.
Ujian dilaksanakan dengan didahului oleh penyajian ringkasan tugas akhir dan
dilanjutkan dengan pertanyaan pertanyaan oleh dosen penguji dalam waktu yang
sudah ditentukan. Hasil ujian dinilai oleh tim penguji dalam dua aspek; pertama
didasarkan bahasa, tata -tulis, sistematika dan kualitas akademik tugas akhir dan
kedua berdasarkan penguasaan materi dan penampilan taruna selama sidang
tugas akhir.
Taruna dapat melakukan ujian ulang apabila dinyatakan tidak lulus sebanyakbanyaknya 1 (satu) kali setelah ujian yang pertama. Apabila pada ujian ulang
tersebut taruna masih dinyatakan tidak lulus, maka taruna yang bersangkutan
dinyatakan gagal secara permanen.

F. Penyelesaian Tugas Akhir


Taruna yang telah dinyatakan lulus diwajibkan melaksanakan pengetikan akhir
naskah tugas akhir dan menggandakannya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, setelah mendapatkan pengesahan dari dosen penguji, dosen
pembimbing dan ketua Jurusan Teknik Penerbangan, selanjutnya diserahkan
kepada ketua program studi untuk pendistribusian lebih lanjut.

BAB II : RAGAM TUGAS AKHIR

A. Konsep Tugas Akhir


Penyusunan Tugas Akhir adalah merupakan suatu media untuk menyampaikan
pemikiran mahasiswa tentang hasil studi kepustakaan, hasil percobaan di
laboratorium, hasil rancangan, ataupun suatu penelitian. Dengan menyusun
Tugas Akhir, diharapkan mahasiswa mampu merangkum dan mengaplikasikan
semua pengalaman pendidikannya untuk memecahkan masalah dalam pada
disiplin keilmuan sesuai program studi secara sistematis dan logis, berdasarkan
informasi yang akurat dan didukung analisis yang tepat, dan menuangkannya
dalam bentuk laporan ilmiah.
Tugas Akhir itu disusun dengan ciri-ciri antara lain :
1. Harus ada permasalahan .
2. Judul tugas akhir dipilih taruna atau dibantu oleh dosen pembimbing
3. Menyiratkan solusi dari permasalahan yang ada,
4. Didasarkan pada pengamatan lapangan dan/atau analisis data sekunder
ataupun teknologi terapan yang dikuasai.
5. Menggunakan metode ilmiah yang baku dan sistematik,
6. Harus ada ketertiban metodologi
7. Di bawah bimbingan berkala dan teratur oleh dosen pembimbing
8. Memegang teguh kejujuran ilmiah,
9. Mempunyai tata cara penulisan yang baik dan benar.
10. Proposal Tugas Akhir dipresentasikan dalam forum seminar
11. Laporan Tugas akhir dipertahankan pada sidang Tugas Akhir.

B. Tujuan
Dengan menyusun Tugas Akhir diharapkan taruna mampu merangkum dan
mengaplikasikan semua pengalaman pendidikan untuk memecahkan masalah
dalam bidang keahlian/bidang studi tertentu secara sistematis dan logis, kritis dan
kreatif, berdasarkan data/informasi yang akurat dan didukung analisis yang tepat.

Tugas Akhir bertujuan agar taruna :


1. Mampu membentuk sikap mental lmiah
2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan masalah pada tugas akhir yang
berdasarkan rasional tertentu yang dinilai penting dan bermanfaat ditinjau dari
beberapa segi
3. Mampu menuntaskan tugas akhir, mulai dari penyusunan rancangan tugas
akhir, pelaksanaan tugas akhir, sampai pelaporan hasilnya
4. Mampu melakukan kajian secara kuantitatif dan atau kualitatif, dan menarik
kesimpulan yang jelas terkait dengan pemecahan masalah.
5. Mampu mempresentasikan hasil Tugas Akhir itu dalam forum seminar dan
mempertahankannya dalam ujian lisan di hadapan tim dosen penguji.

C. Bentuk Tugas Akhir


No

Jenjang Diploma IV

1
2
3

Analisis
Rancangan Baru
Rancangan Modifikasi Implementatif

Jenjang Diploma III


Analisis
Rancangan Baru
Rancangan Modifikasi Konseptual

Tugas Akhir dapat berupa: Rancangan / Pemodelan (jenjang diploma 3 dan


diploma 4), Studi Literatur (jenjang diploma 3) dan Penelitian (jenjang diploma 4).

1. Rancangan, membangun rancangan/desain untuk memperoleh hasil yang


diinginkan dengan metoda dan langkah-langkah yang sistematik dan ilmiah
serta dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Sebuah rancangan,
diawali dengan menentukan spesifikasi dari alat yang akan dirancang, baik itu
terhadap keluaran atau hasil maupun terhadap kondisi sebagai masukannya.
Kegiatan membuat suatu rancangan disebut juga penelitian rekayasa.
Berdasarkan spesifikasi yang telah ditentukan, maka perancangan dapat
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Keaslian rancangan, belum pernah dirancang sebelumnya. Bila alat sejenis
telah pernah dirancang sebelumnya, maka alat yang akan dirancang harus
mempunyai kelebihan atau keunggulan diantaranya dari segi parameter
listrik, ukuran alat, efesiensi biaya, komponen yang digunakan, kinerja alat,
dan lain-lain.
b. Mempunyai kontribusi, hasil rancangan harus mempunyai kontribusi atau
nilai tambah yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, atau masyarakat,
atau lembaga lembaga lain.

c. Menggunakan metoda perancangan yang ilmiah,


dipertanggung jawabkan kebenaran dan mutunya.

sehingga

dapat

d. Penggunaan komponen yang efektif dan minimum dengan hasil yang


maksimal.
e. Efesiensi biaya dengan tetap mengutamakan hasil yang maksimal.
2. Studi Literatur, mempelajari dan membandingkan beberapa literatur yang
akan dijadikan sebagai topik Tugas Akhir. Pada studi literatur, ditentukan
adanya permasalahan di lapangan yang jika dihadapkan pada kondisi formula
teoritis terdapat kesenjangan sehingga perlu dicari solusinya, dan
permasalahan tersebut dipelajari serta dibandingkan pada beberapa teori pada
literatur untuk dianalisa dan disimpulkan solusinya.
3. Penelitian, kegiatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dilakukan dengan penelitian. Penelitian bertujuan untuk menciptakan ilmu
pengetahuan baru atau menerapkan teknologi untuk memecahkan suatu
masalah. Penelitian dilakukan dengan metode ilmiah. Jadi, penelitian adalah
kegiatan yang menggunakan metode ilmiah untuk mengungkapkan ilmu
pengetahuan atau menerapkan teknologi.

D. Ciri dan Tahapan Tugas Akhir


Tugas Akhir mempunyai ciri utama: Kontribusi, Metode Ilmiah dan Analitis.
Disamping ciri utama tersebut, Tugas Akhir mempunyai tahapan-tahapan yang
harus dilakukan, yaitu :
1. Identifikasi masalah, Perumusan masalah
2. Penelusuran pustaka
3. Metode atau rencana kegiatan
4. Pelaksanaan kegiatan
5. Penyimpulan hasil
Hasil Tugas Akhir harus mengandung kontribusi atau nilai tambah, ada sesuatu
yang baru untuk ditambahkan pada perbendaharaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada. Originalitas yang dikandung dalam konstribusi Tugas Akhir
dapat berlainan tingkatnya, dan tingkat konstribusi ini akan menentukan mutu
penelitian. Penelitian pada jenjang diploma merupakan hasil karya mandiri dalam
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya selama belajar
pada jenjang diploma. Penelitian pada jenjang selanjutnya mempunyai kontribusi
yang sangat mendasar, mempunyai keberlakuan universal, atau mempunyai
dampak luas pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pelaksanaan Tugas Akhir dilakukan dengan metode ilmiah. Penerapan metode


ilmiah dalam penelitian bertujuan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya atau mutunya. Hasil yang didapat berpeluang untuk diuraikan atau
dibuktikan secara analisis, yaitu dijelaskan hubungan sebab-akibat antara
variabelvariabel yang ada dengan menggunakan metode ilmiah.

E. Jangka Waktu Penyelesaian Tugas Akhir


Jangka waktu penyelesaian Tugas Akhir adalah satu semester, yaitu ada pada
semester terakhir dalam masa pengajaran. Apabila tidak tuntas selama kurun
waktu semester tersebut, maka taruna dinyatakan gagal menempuh mata kuliah
tugas akhir.

BAB III : PROPOSAL TUGAS AKHIR

A. Persyaratan Proposal Tugas Akhir


Sebelum penyusunan Tugas Akhir dilakukan, taruna harus mengajukan proposal
terlebih dahulu, selanjutnya proposal akan dikaji oleh tim yang dibentuk oleh
Ketua Program Studi. Apabila proposal disetujui, dapat diteruskan pada tahap
penyusunan Tugas Akhir setelah taruna mendapat pembimbing yang ditunjuk
oleh Ketua Program Studi.
Taruna yang akan mengajukan Usulan/Proposal Tugas Akhir harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Telah lulus Evaluasi akhir mata kuliah teori tugas akhir / metodologi
penelitian atau telah lulus semua mata kuliah pada semester ganjil untuk
jenjang diploma 3 atau jenjang diploma 4.
2. Telah menyelesaikan beban studi pada semester sebelumnya.
3. Tidak mendapatkan nilai D untuk mata kuliah pada semester sebelumnya.
4. Tidak dinyatakan ada hambatan dari sisi kedisiplinan maupun kewajiban
finansial (dibuktikan dengan surat pernyataan dari Unit atau bagian terkait).

B. Tahapan Pengajuan Proposal Tugas Akhir


1. Taruna memahami permasalahan dan siap melakukan penyusunan Tugas
akhir.
2. Membuat Proposal (usulan) Tugas Akhir, kemudian diserahkan kepada
Program Studi sesuai disiplin ilmu komunikasi, navigasi, pengamatan dan
elektronika bandara.
3. Mengikuti seminar proposal tugas akhir, dan menerima koreksi yang
diberikan oleh dosen penguji pada seminar proposal tugas akhir.
3. Usulan tugas akhir yang telah disetujui Tim Penguji Proposal Tugas Akhir,
diserahkan ke Ketua Program Studi TNU, setelah proses seminar proposal
pada program studi selesai.
4. Dilakukan pemeriksaan dan pengadministrasian oleh masing-masing
program studi TNU, selanjutnya Ketua Program Studi TNU membuat surat
penunjukan pembimbing penyusunan tugas akhir.
5. Taruna menerima surat penunjukan pembimbing tugas akhir dari Ketua
Program Studi TNU untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya

C. Format Proposal Tugas Akhir


Isi proposal (usulan) Tugas Akhir hendaknya dibuat
komprehensif dan rinci, yang berisi hal-hal berikut ini :

secara

realistis,

a. Judul Tugas Akhir : Judul hendaknya dinyatakan secara singkat, jelas dan
menggambarkan tema pokok (untuk studi kasus perlu disampaikan lokasi
dimana kasus tersebut terjadi). Judul harus diterjemahkan kedalam bahasa
Inggris yang representatif, dituliskan pada bagian bawah judul bahasa
Indonesia.
b. Uraian Tugas Akhir : Uraian Tugas Akhir atau Intisari Tugas Akhir berisi
uraian secara singkat tentang apa yang nanti dilaksanakan pada
pelaksanaan Tugas Akhir.
c. Latar Belakang Masalah : Setiap penelitian yang diajukan untuk Tugas
Akhir harus mempunyai latar belakang masalah (aktual) yang diduga atau
yang memang memerlukan pemecahan. Latar belakang timbulnya masalah
perlu diuraikan secara jelas dengan sejauh mungkin didukung oleh data
atau penalaran yang mantap.
d. Permasalahan : Permasalahan pada tugas akhir harus dituliskan dalam
bentuk deklaratif atau kalimat pertanyaan yang tegas dan jelas. Masalah
penelitian dapat merupakan perumusan kesenjangan antara keadaan yang
ada dengan keadaan yang akan dicapai. Uraian perumusan masalah
sebaiknya tidak dalam bentuk kalimat tanya. Pada perumusan masalah juga
menguraikan batasan-batasan masalah yang berisi tentang variabel yang
akan diteliti atau variabel yang diasumsikan sebagai parameter konstanta
atau parameter yang diabaikan.
e. Tujuan Tugas Akhir dan Manfaat : Tujuan Tugas Akhir dan manfaat berisi
uraian tentang hasil yang akan dicapai atau jawaban dari permasalahan
yang diteliti. Bentuk jawaban dapat berupa penjajagan, penguraian,
penjelasan, pembuktian penerapan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau
pembuatan suatu prototip. Pada bagian ini dijelaskan pula manfaat dan
kontribui dari tugas akhir yang dilakukan pada bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi dan atau kepada pengembangan kelembagaan dan atau
pembangunan atau menimbulkan aspirasi untuk penelitian selanjutnya.
f. Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori : Tinjauan pustaka dan dasar teori
berisi referensi terbaru, relevan, asli dan menguraikan teori umum yang
mendasari masalah yang diteliti. Tinjauan pustaka menguraikan teori,
temuan, dan bahan penelitian lain yng diarahkan untuk menyusun kerangka
pemikiran atau konsep yang akan dipergunakan pada tugas akhir.
g. Metodologi : Metodologi berisi bahan-bahan, peralatan, cara kerja dan
teknik/proses pengerjaan. Bahan dalam hal ini dapat berupa material, data
dan hasil penelitian lain. Peralatan adalah alat-alat uji laboratorium dan
lapangan, perangkat keras atau lunak, teori dan persamaan serta variabel.

10

Proses adalah teknik pengumpulan dan analisa data, model pendekatan


yang digunakan, rancangan, cara penafsiran dan pengumpulan hasil
penelitian, uji coba dan cara evaluasi serta cara penyimpulan. Perlu pula
dijelaskan tempat/lokasi pelaksanaan penelitian.
h. Jadwal kegiatan : Jadwal kegiatan mengandung jenis-jenis kegiatan yang
direncanakan beserta waktu kegiatan dalam satuan bulan (mulai dari
persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai dengan menyusun
laporan)
i. Daftar Pustaka : Daftar Pustaka berisi semua referensi yang dikutip pada
penelitian. Jangan menampilkan acuan yang tidak dikutip.

D. Pengetikan Proposal Tugas Akhir


Tata tulis usulan Tugas Akhir, mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Jenis dan ukuran kertas: Kertas HVS 70 / 80 gram ukuran A4 (210 mm x
297 mm.
Jarak spasi (vertikal) : 1,5 spasi
Jarak tepi (margin) :
- Tepi atas (top margin): 2.5 cm
- Tepi bawah (bottom margin) : 2.5 cm
- Tepi kiri (left margin) : 3.0 cm
- Tepi kanan (right margin) : 2.0 cm
Jenis dan ukuran huruf :
Times New Roman Normal, ukuran 12 pt. Khusus untuk judul dapat dipakai
ukuran 14 pt.
Kata-kata dari bahasa asing yang tidak diterjemahkan harus ditulis miring
(italic) 12
E. Seminar Proposal Tugas Akhir
Setelah proposal tugas akhir disampaikan ke program studi, segera ditindak
lanjuti oleh program studi dengan membentuk tim observer proposal tugas akhir
yang akan bertugas pada seminar proposal tugas akhir.
Dosen atau instruktur yang berada pada tim tersebut dipilih oleh program studi
sesuai dengan bidang keahlian yang ada pada tugas akhir tersebut, jumlah
observer paling sedikit 2 orang dan dan pada keadaan ini salah satunya adalah

11

dosen (bukan instruktur) karena diharapkan dosen pada seminar proposal


tersebut akan ditunjuk menjadi pembimbing pada konsultasi tugas akhir
selanjutnya.
Tugas dosen penguji pada seminar tersebut adalah :
a. Menjelaskan dan menegaskan fokus dan lokus (judul) terkait dengan bentuk
tugas akhir serta materi bahasan proposal yang disampaikan oleh taruna.
b. Menjelaskan kesulitan yang akan dihadapi oleh taruna (terkait dengan data,
literatur maupun komponen perangkat keras).
c. Membantu menemukan alternatif sebagai pilihan lain jika taruna tidak yakin
dengan materi bahasan yang diajukannya.
d. Meyakinkan taruna akan kesanggupannya untuk melaksanakan penyusunan
tugas akhir (dikaitkan dengan tingkat kesulitan dan waktu yang tersedia).
e. Memberikan kesempatan jika taruna tidak sanggup untuk melanjutkan
proposalnya dan memerlukan tambahan waktu untuk tindak lanjut berikutnya
(dalam hal ini taruna harus melaporkan ulang kepada dosen pengujinya jika
sudah menemukan materi bahasan yang baru)
f. Menuliskan saran yang harus dijalankan oleh taruna dan laporan hasil
seminar berupa keputusan : DITUNDA atau LANJUT (pada proses konsultasi
bimbingan) pada format seminar yang disediakan. Arti DITUNDA adalah
proposal taruna ditolak dan harus memulai lagi proses ini dari awal,
sedangkan LANJUT diartikan bahwa proposal taruna diterima untuk
ditindaklanjuti pada kegiatan konsultasi dengan pembimbing.

12

BAB IV : KONSULTASI BIMBINGAN

A. Ketentuan Pelaksanaan Konsultasi Tugas Akhir


Sebagai tindak lanjut seminar proposal maka Ketua Program Studi, menunjuk
nama nama dosen (yang memenuhi persyaratan) untuk menjadi pembimbing
tugas akhir, agar taruna dapat segera melakukan konsultasi terkait dengan
penyusunan tugas akhirnya.
Pelaksanaan Penyusunan Tugas Akhir yang merupakan kegiatan mandiri,
diserahkan sepenuhnya kepada Mahasiswa dengan bantuan dosen pembimbing,
namun tahapan-tahapan pelaksanaan Tugas Akhir yang dapat dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan Tugas Akhir diuraikan sebagai berikut:
1. Setelah proposal (Usulan) Tugas Akhir mendapat persetujuan, taruna harus
segera menghubungi dosen pembimbing secepatnya dengan menyerahkan
proposal Usulan Tugas Akhir yang telah disetujui. Untuk ini akan diberi surat
pengantar dan lembar monitoring. Bila sampai 2 (dua) minggu taruna belum
menghubungi dosen pembimbing, maka dosen pembimbing dapat
merekomendasikan untuk membatalkan proses konsultasi bimbingan tugas
akhirnya atau membatalkan judul Tugas Akhirnya kepada ketua program studi.
2. Pada konsultasi pertama, dosen pembimbing diharapkan memberi pengarahan
pendahuluan, mempertanyakan semua hal dan menyarankan banyak hal
kepada taruna untuk kelengkapan, ketelitian, kelancaran dalam pelaksanaan
Tugas Akhir. Penyusunan tugas akhir merupakan karya mandiri dari taruna.
Mandiri disini diartikan bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan penulisan
laporan tugas akhir terletak pada diri taruna. Dosen pembimbing hanya
sebagai fasilitator yang membantu mengarahkan pelaksanaan Tugas Akhir.
3. Selama mengerjakan tugas akhir, taruna dibimbing oleh 2 (dua) dosen
pembimbing yaitu pembimbing 1 dan pembimbing 2. Pembimbing 1 adalah
dosen yang mengajar pada program studi yang bersangkutan, sedangkan
pembimbing 2 dapat saja dosen yang tidak mengajar pada program studi, jika
diperlukan dapat diangkat pembimbing ahli yang merupakan pembimbing yang
tidak harus bekerja pada Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI)
namun sangat diperlukan keahlian pada bidangnya. Untuk penunjukan
pembimbing 2 yang berasal dari luar program studi dan penunjukan
pembimbing ahli, ketua program studi harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu kepada ketua jurusan. Taruna harus berkonsultasi secara berkala dan
teratur untuk melaporkan perkembangan/kemajuan pelaksanaan Tugas Akhir,
setidaknya 3 (tiga) kali konsultasi per bulan.
4. Bab-bab yang telah ditulis harus segera dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing, yang mungkin akan memberikan saran-saran dan membantu
mengarahkan untuk perbaikan. Untuk ini harus ada jadwal tatap muka yang
diatur bersama dosen pembimbing, dan setiap berkonsultai harus dicatat

13

tanggal dan kegiatan pembimbingan dalam lembar monitoring. Lembar


monitoring harus diisi secara teratur oleh dosen pembimbing.
5. Pelaksanaan tugas akhir ini sedapat mungkin menepati jadwal kegiatan yang
ada di dalam proposal (usulan) tugas akhir, namun dimungkinkan untuk
mengadakan penyesuaian jadwal dengan persetujuan dosen pembimbing,
sesuai dengan perkembangan dan kenyataan di lapangan.
6. Bila penyusunan laporan tugas akhir sudah sampai pada draft awal (3 bab
pertama), sebaiknya diperiksa ulang, agar terdapat kesinambungan,
keterkaitan, dan keterpaduan antar bab. Juga pengecekan bahasa dan tata
tulis yang sesuai dengan aturan penulisan Tugas Akhir. Untuk keperluan itu
perlu dilaksanakan seminar draft awal yang dihadiri minimum oleh taruna,
pembimbing 1 dan pembimbing 2.
7. Apabila penyusunan tugas akhir sudah selesai, selanjutnya mahasiswa
melakukan konfirmasi akhir kepada pembimbing, selanjutnya pembimbing
akan menandatangani surat pengusulan sidang tugas akhir jika pembimbing
menilai taruna sudah memenuhi syarat untuk melakukan sidang tugas akhir.
8. Tugas Akhir yang telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing
selanjutnya buku laporan tugas akhir yang lengkap digandakan 4 exemplar,
selanjutnya diserahkan kepada program studi masing masing..
9. Jika terdapat kasus yang sedemikian sehingga taruna tidak dapat melanjutkan
proses konsultasi bimbingan atau tidak dapat mengikuti sidang tugas akhir,
pembimbing atau taruna dapat menyampaikan hal ini kepada Ketua Program
Studi pada kesempatan pertama, sehingga dapat diketahui dan mendapat
kesempatan untuk penanggulangannya.
10.Sebagai tanda bahwa waktu konsultasi bimbingan tugas akhir sudah berakhir,
Ketua Program Studi menyusun jadwal sidang tugas akhir. Dengan
diterbitkannya jadwal sidang tersebut taruna diharapkan lebih dapat
menyiapkan diri untuk mengahadapi tahapan sidang tugas akhir.

B. Setelah konsultasi Tugas Akhir


Setelah proses konsultasi bimbingan tugas akhir selesai, maka taruna
menyiapkan diri untuk Sidang Tugas Akhir, persiapan tersebut antara lain adalah
mendapatkan lembar usulan sidang tugas akhir yang ditanda tangani oleh kedua
pembimbing, selain itu ada beberapa persyaratan administratif yang harus
dipenuhi pada saat akan menempuh sidang tugas akhir, dan untuk tugas akhir
dalam bentuk rancangan harus siap dengan hasil rancangan yang dibuatnya.

14

BAB V
STRUKTUR TATA PENULISAN LAPORAN TUGAS AKHIR

Tata penulisan tugas akhir hanya berlaku bagi institusi/perguruan tinggi yang
bersangkutan, artinya tata penulisan tugas akhir bagi institusi/perguruan tinggi A
berbeda dengan tata penulisan tugas akhir bagi institusi/perguruan tinggi B. Namun
dari berbagai tata penulisan tersebut terdapat kesamaan struktur tata penulisan
yang pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) bagian pokok, yaitu:
A. Bagian Awal
B. Bagian Tubuh (Text)
C. Bagian Akhir

Menyesuaikan dengan kurikulum yang ada pada setiap program studi di Sekolah
Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI), bagi Program D3 dan D4 tidak lagi
menggunakan istilah/penulisan Tugas Khusus ataupun Skripsi minor, akan tetapi
menggunakan istilah/penulisan Tugas Akhir.

A. Bagian Awal
Bagian awal dimulai setelah cover buku yang mempunyai tampilan sama dengan
halaman judul, dimana setelah halaman judul maka diberi bernomor halaman
dengan menggunakan penomoran halaman i, ii,iii dst, pada bagian bawah
tengah halaman.

1. Halaman Judul
Judul tugas akhir hendaknya ditulis jelas, ringkas dan menggambarkan
masalah yang dibahas pada bab IV. Halaman judul tidak diberikan nomor
halaman (lihat contoh pada lampiran).
a. Dicantumkan Judul Tugas Akhir yang merupakan fokus (masalah yang
akan dibahas) dan Lokus (tempat terjadinya masalah), dengan
menggunakan huruf KAPITAL.
b. Disampaikan kalimat : Tugas Akhir diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat lulus Program Studi . . . . . . . . . . . . Jenjang Diploma . . . .
angkatan ke ... , dst (disesuaikan dengan program studi dan jenjang
diploma yang ditempuh oleh penyusun).

15

c. Disampaikan Nama dan Nomor Induk Mahasiswa.


d. Dicantumkan lambang STPI.
e. Disampaikan nama Program Studi, Jurusan dan Institusi (Sekolah Tinggi
Penerbangan Indonesia) lengkap dengan bulan dan tahun akhir
pendidikan

2. Halaman Pernyataan Keaslian


Secara keseluruhan karya ilmiah yang disusun harus merupakan karya yang
dibuat mandiri dan bukan merupakan duplikat dari suatu karya ilmiah yang
telah ada sebelumnya, hal ini perlu dunyatakan secara tertulis dengan suatu
akibat apabila pada suatu saat ternyata terbukti bahwa karya ilmiah tersebut
merupakan duplikat dari karya ilmiah sebelumnya, maka dengan sendirinya
karya tersebut dianggap gagal dan untuk penyusun akan berhadapan dengan
norma penulisan karya ilmiah, dan dengan sendirinya penghargaan diploma
yang diraihnya akan dinyatakan batal. Pada halaman ini diberikan bernomor
halaman berupa angka romawi kecil sesuai urutan halaman pada bagian
bawah tengah halaman.
a. Atas nama penyusun menyampaikan pernyataan.
b. Menuliskan judul Tugas Akhir menggunakan huruf KAPITAL.
c. Disampaikan kalimat yang menyatakan keaslian karya ilmiah dan bukan
duplikat dari karya ilmiah yang telah ada.
d. Dituliskan nama dan Nomor Induk Mahasiswa, dan dibubuhi tanda tangan
penyusun tugas akhir.

3. Halaman Persetujuan Pembimbing


Merupakan persetujuan pembimbing. Pada halaman ini harus ditanda-tangani
oleh para Pembimbing Tugas Akhir sebagai syarat bahwa penulis tugas akhir
tersebut telah disetujui oleh para pembimbing untuk mengikuti Sidang Tugas
Akhir. Pembimbing terdiri dari Pembimbing I dan Pembimbing II. Pada
halaman ini diberikan bernomor halaman berupa angka romawi kecil sesuai
urutan halaman, pada bagian bawah tengah halaman
a. Dicantumkan judul Tugas Akhir menggunakan huruf KAPITAL.
b. Disampaikan kalimat disetujui sebagai salah satu syarat Lulus Program
Studi. . . . . . . . . . . . . . . jenjang Diploma . . . ., angkatan ke... dst,
(disesuaikan dengan jenjang diploma dan program studi yang ditempuh
oleh penyusun).

16

c. Dituliskan nama dan Nomor Induk Mahasiswa.


d. Dituliskan nama dan NIP pembimbing, serta dibubuhi tanda tangan.
e. Dituliskan nama Ketua Jurusan dan dibubuhi tanda tangan.

4. Halaman Pengesahan Penguji


Halaman ini berisi tanda tangan dari tim penguji, yang terdiri dari Ketua
Penguji, Penguji ahli, Sekretaris Penguji, dan penguji pembimbing dan
diketahui oleh Ketua Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia. Pada halaman
ini diberikan bernomor halaman berupa angka romawi kecil sesuai urutan
halaman pada bagian bawah tengah halaman.
a. Dicantumkan judul tugas akhir menggunakan huruf KAPITAL.
b. Terdapat kalimat : Telah dipertahankan dihadapan panitia ujian tugas akhir,
Program Studi . . . . . . . . . . . . Diploma ... dst, (disesuaikan dengan
jenjang diploma dan program studi yang ditempuh oleh penyusun).

5. Halaman Motto / Persembahan (jika dikehendaki oleh penyusun)


Halaman ini tidak merupakan keharusan. Motto adalah semacam semboyan
yang berupa kalimat pendek yang mengetengahkan pandangan hidup
penulis. Dapat pula berisi terjemahan dari ayat-ayat kitab suci. Di samping itu,
motto berfungsi sebagai penyegar suasana mengingat bahwa uraian ilmiah
cenderung bersifat kering. Sedangkan kata persembahan berisi kata hati
terutama hasrat pengabdian yang hendak disampaikan penyusun.
Jika halaman motto ini ingin disertakan dalam penulisan Tugas Akhir maka
pada halaman ini diberikan bernomor halaman berupa angka romawi kecil
sesuai urutan halaman pada bagian bawah tengah halaman.

6. Halaman Abstrak
Bagian ini berisi inti dari Tugas Akhir, yang merupakan uraian menyeluruh
dan singkat, cukup empat paragraph sehingga dapat diketik dalam satu
halaman saja. Isi dari abstrak meliputi : Judul Tugas Akhir, Nama Penulis
Tugas Akhir, Masalah, Tujuan, Manfaat, Metode, Hasil Penelitian dan
Kesimpulan. Halaman abstrak diberikan bernomor halaman berupa angka
romawi kecil pada bagian bawah tengah halaman, sesuai urutan halaman
yang ada.

17

a. Diawali dengan nama penyusun, dan diikuti oleh judul, nama program
studi, jurusan, institusi serta tahun penyusunan.
b. Paragraf kedua dan seterusnya menyampaikan kasus yang dikaji, tujuan
kajian, target kajian, lokasi kajian, obyek kajian, inti kajian dan kesimpulan
(boleh berupa harapan yang disesuaikan dengan kondisi).
c. Halaman abstrak disampaikan 2 halaman dengan nomor halaman yang
yang sama, yang pertama disampaikan dalam bahasa indonesia, yang
kedua disampaikan dalam bahasa inggris.

7. Halaman Kata Pengantar


Fungsi utama dari kata pengantar adalah mengantarkan para pembaca tugas
akhir pada masalah yang akan dicari jawabannya, mengapa masalah
tersebut diketengahkan, alat atau analisis yang dipergunakan, kekurangankekurangan yang ada, dan kekhususan-kekhususan tertentu dari tugas akhir
tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan ucapan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dalam rangka penyusunan tugas akhir yang
bersangkutan.
Seyogyanya ucapan terima kasih ini ditujukan berturut-turut kepada: para
pembimbing, kepala atau orang yang ditunjuk oleh institusi atau perusahaan
untuk membimbing atau mendampingi penulis pada perusahaan tempat
melakukan penelitian, donator (jika ada), rekan-rekan yang telah membantu
dalam menyusun tugas akhir yang bersangkutan, keluarga yang telah
memberikan dorongan moril dan semua pihak yang telah membantu tetapi
tidak dapat disebutkan satu per satu. Jadi ucapan terima kasih ini ditujukan
kepada mereka yang benar-benar terlibat langsung dengan proses penulisan
tugas akhir.
Ucapan terimakasih seyogyanya diberikan kepada maksimum enam pihak
saja. Batas enam pihak didasarkan pada pihak yang benar-benar terkait
langsung dengan proses penyusunan tugas akhir yang bersangkutan.
Dengan demikian, kata pengantar sebaiknya dibuat ringkas dan dicukupkan
dalam satu halaman saja. Halaman kata pengantar diberikan bernomor
halaman berupa angka romawi kecil sesuai urutan halaman pada bagian
bawah tengah halaman (lihat contoh pada lampiran).

8. Halaman Daftar Isi


Daftar isi merupakan garis besar kerangka dari penulisan tugas akhir. Selain
memberikan petunjuk secara garis besar tentang isi keseluruhan, daftar isi

18

juga memberikan gambaran tentang urutan cara berpikir penulis dalam


memecahkan masalah, penulisan bagian ini disarankan sampai dengan subsub-bab saja. Halaman ini diberikan bernomor halaman berupa romawi kecil
lanjutan dari nomor halaman sebelumnya pada bagian bahwa tengah
halaman (lihat contoh pada lampiran).

9. Halaman Daftar Tabel


Dalam hal ini dimaksudkan adalah : tampilan teks, gambar atau angka dalam
bentuk tabulasi. Nomor tabel dan nama tabel berada pada bagian atas
tengah tabel terkait.
a. Tabel yang harus digambar tangan hendaknya dibuat dengan tinta hitam
dan jelas terbaca.
b. Lebar suatu tabel hendaknya tidak melewati lebar teks. Kalau tabel itu
lebih panjang dan lebar daripada kertas, maka tabel itu perlu dilipat baikbaik dan berada di bagian lampiran.
c. Tabel diberi nomor urutan dari awal sampai akhir, tidak selalu dimulai
dengan nomor baru pada tiap-tiap bab.
d. Tabel yang diambil dari suatu sumber, harus dicantumkan sumbernya
dalam tanda kurung pada bagian bawah nama tabel.
Pada halaman daftar tabel diberikan bernomor halaman berupa angka
romawi kecil lanjutan dari daftar isi pada bagian bawah tengah halaman.

10. Halaman Daftar Gambar (jika ada / diperlukan)


Dalam hal ini dimaksudkan adalah : gambar, grafik, foto, peta, lukisan,
diagram. Tentang daftar gambar ini tak banyak yang perlu dikemukakan.
Nomor gambar dan nama gambar berada pada bagian bawah tengah gambar
terkait.
a. Grafik, gambar denah, curva, yang harus digambar tangan hendaknya
dibuat dengan tinta hitam dan jelas terbaca.
b. Lebar suatu gambar hendaknya tidak melewati lebar teks. Kalau gambar
itu lebih panjang dan lebar daripada kertas, gambar itu perlu dilipat baikbaik dan berada di bagian lampiran.
c. Gambar diberi nomor urutan dari awal sampai akhir, tidak selalu dimulai
dengan nomor baru pada tiap-tiap bab.

19

d. Kalau dalam tugas akhir terdapat banyak grafik atau diagram atau foto,
masing-masing diberi nama dan nomor tersendiri, seperti "Grafik 3", "Peta
6", "Diagram 9", dsb.
e. Gambar yang diambil dari suatu sumber , harus dicantumkan sumber nya
dalam tanda kurung pada bagian bawah nama gambar
Pada halaman daftar gambar ini diberikan bernomor halaman berupa angka
romawi kecil lanjutan dari daftar tabel pada bagian bawah tengah.

11. Daftar Lampiran


Jika terdapat daftar lampiran, penulisan daftar lampiran mirip dengan daftar
gambar namun nomor urut pada daftar lampiran tidak harus sama dengan
nomor lampiran itu sendiri.

12. Halaman Daftar Istilah (jika ada / jika diperlukan)


Daftar istilah digunakan pada tugas akhir yang banyak mencantumkan istilahistilah terutama istilah asing. Istilah-istilah yang digunakan diurut berdasarkan
alphabet huruf pertama istilah yang bersangkutan, namun huruf kedua dan
ketiga tidak dapat diabaikan begitu saja. Halaman ini diberikan bernomor
halaman berupa angka romawi kecil lanjutan dari halaman sebelumnya pada
bagian bawah tengah halaman.

12. Halaman Daftar Simbol (jika ada / jika diperlukan)


Daftar simbol digunakan pada tugas akhir yang banyak mencantumkan
symbol-simbol. Simbol yang digunakan diurut berdasarkan alphabet huruf
pertama istilah yang bersangkutan, namun huruf kedua dan ketiga tidak
dapat diabaikan begitu saja. Halaman ini diberikan bernomor halaman berupa
angka romawi kecil lanjutan dari halaman sebelumnya pada bagian bawah
tengah halaman.

B. Bagian Tubuh (Text)


Bagian tubuh atau bagian teks ini merupakan isi dari sebuah tugas akhir. Bagian
tubuh ini dibagi dalam beberapa bab, dimana setiap bab dibagi lagi dalam
beberapa anak (sub) bab. Dari anak bab dapat dibagi lagi kedalam bagianbagian yang lebih kecil.

20

Untuk bagian tubuh perlu disampaikan terlebih dahulu bahwa ada 7 macam
model atau bentuk Tugas Akhir untuk jenjang diploma 3 dan jenjang diploma 4
yang dikelompokkan pada 4 format penulisan, masing masing 3 macam model
Tugas Akhir pada pada jenjang diploma 3 dan 4 model Tugas Akhir pada jenjang
diploma 4, sebagai berikut :

No

Jenjang

Model Tugas Akhir

Bentuk
Format

Diploma 3

Analisis Keteknikan

Format 1

Diploma 3

Rancangan Baru

Format 3

Diploma 3

Rancangan Modifikasi Konseptual

Format 2

Diploma 4

Analisis Keteknikan

Format 4

Diploma 4

Rancangan Baru

Format 2

Diploma 4

Rancangan Modifikasi
Implementatif

Format 2

Berikut adalah penjelasan masing masing format untuk model tugas akhir :

1. FORMAT 1 : Diploma 3 - Analisis Keteknikan


Diploma 3 - Analisis Keteknikan
BAB I, PENDAHULUAN
BAB II, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
BAB III, GAMBARAN KEADAAN
BAB IV, PEMBAHASAN
BAB V, KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

21

Menyampaikan latar belakang masalah sebagai penyebab munculnya


suatu masalah, pembaca diharapkan dapat memfokuskan permasalahan
setelah secara berurutan dituntun oleh latar belakang. Peranan latar
belakang menjadi sangat penting untuk menunjukkan posisi masalah yang
sebenarnya. Ungkapan pada latar belakang diuraikan dari kondisi luas
yang seterusnya menyempit pada setiap paragrafnya, bila sudah sampai
pada permasalahan maka diakhiri dengan judul tugas akhir
B. Identifikasi Masalah
Merupakan kumpulan permasalahan yang secara terintegrasi ataupun
terpisah menyebabkan munculnya keadaan yang tidak sebagaimana
mestinya, seluruh masalah yang ada disampaikan disini dalam bentuk
kalimat pertanyaan, dari beberapa identifikasi masalah dapat selanjutnya
diangkat menjadi inti permasalahan yang sebenarnya.
C. Pembatasan Masalah
Menyampaikan hal atau bagian permasalahan yang tidak akan dibahas
dikarenakan secara teoritis atau hal lain tidak berhubungan erat dengan
inti permasalahan yang diajukan, dapat juga disampaikan beberapa hal
yang merupakan asumsi. Apabila digunakan asumsi maka asumsi
tersebut harus berpeluang benar (dapat diterima oleh penalaran), lebih
penting lagi jangan meninggalkan suatu hal (permasalahn lain) yang
secara sistem memang merupakan bagian dari permasalahan.
D. Perumusan Masalah
Setelah dijumpai beberapa identifikasi masalah, selanjutnya ditentukan inti
masalah yang dipilih oleh penyusun berdasarkan kondisi empirik atau
kondisi lapangan, masalah tersebut kemudian dirumuskan sehingga lebih
operasional, kondisi masalah semakin dalam semakin baik dan semakin
mengambang semakin tidak baik, perumusan masalah berupa kalimat
tanya yang jawabannya akan dapat dijumpai secara mudah pada
kesimpulan.
E. Maksud dan Tujuan Penulisan
Ungkapan maksud penulisan mengarah kepada penjelasan masalah yang
dibahas, sedangkan ungkapan tujuan mengarah kepada keuntungan yang
didapatkan melalui pemecahan masalah, sangat tidak disarankan
menuliskan maksud dan tujuan seperti yang tertera dibawah tulisan judul
pada halaman judul.

BAB II, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR


A. Landasan Teori

22

Disampaikan teori dan formula yang secara konseptual akan mendukung


pembahasan permasalahan, hanya teori dan atau formula yang akan
digunakan pada pembahasan saja yang terdapat pada sub bab landasan
teori.
B. Kerangka Berpikir
Setelah disampaikan landasan teori diharapkan akan terbentuk suatu pola
berpikir dalam bentuk kerangka pemikiran untuk menyelesaikan masalah
tersebut menggunakan teori yang sudah dikemukakan. Pertemuan antara
permasalahan dengan teori pemecahan sehingga membentuk gagasan
baru untuk penanggulangan permasalahan.

BAB III GAMBARAN KEADAAN


Pada pada bab ini disampaikan hal terkait kondisi lapangan yang ada serta
keadaan yang diinginkan terkait dengan masalah yang akan dibahas.
Hendaknya dilengkapi dengan waktu dan lokasi karena secara kualitatif
tersirat keabsahan data yang didapatkan.
A. Kondisi Sekarang
Kondisi lapangan pada saat penyusun mengadakan observasi, hal ini
terkait dengan permasalahan.
B. Kondisi Yang Diinginkan
Kondisi lapangan pada waktu mendatang saat penyusun sudah berupaya
untuk mengadakan penanggulangan masalah.

BAB IV PEMBAHASAN
Disampaikan proses pembahasan yang memadukan antara teori-teori yang
terdapat pada Landasan Teori dan permasalahan serta pelaksanaan analisis,
sedemikian sehingga tersirat upaya teknis yang dikehendaki untuk
menanggulangi permasalahan. Judul Sub Bab dalam pembahasan
disesuaikan dengan kebutuhan penyusun, sehingga tidak diperlukan aturan
baku, hal yang perlu diwaspadai adalah penyampaian Sub Bab adalah sesuai
dengan urutan proses pembahasan yang dilaksanakan.

BAB V, KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

23

Disampaikan kesimpulan, diawali dengan hal yang lebih bersifat kualitatif


dan diakhiri dengan hal yang lebih bersifat kuantitatif
B. Saran
Disampaikan saran penyusun berkenaan dengan kesimpulan yang sudah
didapatkan, dimungkinkan bersifat kualitatif dengan tidak menimbulkan
permasalahan baru.

2. FORMAT 2 : Diploma 4- Rancangan Baru ; Diploma 4- Rancangan


Modifikasi Implementatif ; Diploma 3- Rancangan Baru ;
Diploma 3- Rancangan Modifikasi Konseptual
Diploma 4- Rancangan Baru
Diploma 4- Rancangan Modifikasi Implementatif
Diploma 3- Rancangan Baru
Diploma 3- Rancangan Modifikasi Konseptual
BAB I, PENDAHULUAN
BAB II, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
BAB III, METODOLOGI PERANCANGAN
BAB IV, RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
BAB V, KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyampaikan latar belakang masalah sebagai penyebab munculnya
suatu masalah, pembaca diharapkan dapat memfokuskan permasalahan
setelah secara berurutan dituntun oleh latar belakang. Peranan latar
belakang menjadi sangat penting untuk menunjukkan posisi masalah yang
sebenarnya. Ungkapan pada latar belakang diuraikan dari kondisi luas
yang seterusnya menyempit pada setiap paragrafnya, bila sudah sampai
pada permasalahan maka diakhiri dengan judul tugas akhir
B. Identifikasi Masalah

24

Merupakan kumpulan permasalahan yang secara terintegrasi ataupun


terpisah menyebabkan munculnya keadaan yang tidak sebagaimana
mestinya, seluruh masalah yang ada disampaikan disini dalam bentuk
kalimat pertanyaan, dari beberapa identifikasi masalah dapat selanjutnya
diangkat menjadi inti permasalahan yang sebenarnya.
C. Pembatasan Masalah
Menyampaikan hal atau bagian permasalahan yang tidak akan dibahas
dikarenakan secara teoritis atau hal lain tidak berhubungan erat dengan
inti permasalahan yang diajukan, dapat juga disampaikan beberapa hal
yang merupakan asumsi. Apabila digunakan asumsi maka asumsi
tersebut harus berpeluang benar (dapat diterima oleh penalaran), lebih
penting lagi jangan meninggalkan suatu hal (permasalahn lain) yang
secara sistem memang merupakan bagian dari permasalahan.
D. Perumusan Masalah
Setelah dijumpai beberapa identifikasi masalah, selanjutnya ditentukan inti
masalah yang dipilih oleh penyusun berdasarkan kondisi empirik atau
kondisi lapangan, masalah tersebut kemudian dirumuskan sehingga lebih
operasional, kondisi masalah semakin dalam semakin baik dan semakin
mengambang semakin tidak baik, perumusan masalah berupa kalimat
tanya yang jawabannya akan dapat dijumpai secara mudah pada
kesimpulan.
E. Maksud dan Tujuan Penulisan
Ungkapan maksud penulisan mengarah kepada penjelasan masalah yang
dibahas, sedangkan ungkapan tujuan mengarah kepada keuntungan yang
didapatkan melalui pemecahan masalah, sangat tidak disarankan
menuliskan maksud dan tujuan seperti yang tertera dibawah tulisan judul
pada halaman judul.

BAB II, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR


A. Landasan Teori
Disampaikan teori dan formula yang secara konseptual akan mendukung
pembahasan permasalahan, hanya teori dan atau formula yang akan
digunakan pada pembahasan saja yang terdapat pada sub bab landasan
teori.
B. Kerangka Berpikir
Setelah disampaikan landasan teori diharapkan akan terbentuk suatu pola
berpikir dalam bentuk kerangka pemikiran untuk menyelesaikan masalah
tersebut menggunakan teori yang sudah dikemukakan. Pertemuan antara

25

permasalahan dengan teori pemecahan sehingga membentuk gagasan


baru untuk penanggulangan permasalahan.

BAB III, METODOLOGI PERANCANGAN


A. Desain Perancangan
Diawali dengan menyampaikan gambaran keadaan yang diinginkan, yang
disertai dengan penjelasan posisi dan fungsi rancangan pada keadaan itu.
Dikuatkan dengan teori keilmuan yang menguatkan gambaran yang
diinginkan sehingga secara empiris teruji kebenarannya dan secara
praktis menyiratkan bahwa rancangan tersebut memang diperlukan dan
merupakan salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan yang
ada, tanpa memunculkan masalah baru yang menjadi kendala
operasional rancangan yang akan dibuat.
B. Waktu dan Lokasi Perancangan
Menyampaikan informasi terkait dengan jadwal atau kronologis kegiatan
yang dikaitkan dengan ketersediaan waktu yang tersedia untuk penyusun
dalam rangka menyelesaikan rancangan tersebut.
Lokasi perancangan menyiratkan tempat spesifik berupa tempat spesifik
(misal. laboratorium fisika), dimana penyusun akan melaksanakan proses
penyelesaian rancangan di tempat itu karena dinilai tempat itu sangat
memadai atau diperlukan guna ketuntasan perancangannya.
C. Penentuan Alat dan Bahan
Bahwa untuk melaksanakan perancangan diperlukan alat dan bahwa
yang secara spesifik teruji tingkat validitas dan reliabilitasnya, sehingga
setiap alat maupun bahan yang akan digunakan dalam proses
perancangan harus disampaikan spesifikasinya.
Dari sudut pandang operasional, penggunaan peralatan itu harus dikuasai
oleh penyusun dengan baik, karena dalam proses selanjutnya penyusun
akan mengunakan pengetahuan dan keilmuannya untuk menggunakan
alat tersebut dalam proses perancangan.
D. Kriteria Perancangan
Untuk setiap blok fungsi (bagian rancangan) akan mempunyai kegunaan
yang sangat spesifik, kondisi tersebut harus memenuhi indikator yang
direncanakan oleh penyusun, sehingga untuk kriteria masing masing blok
fungsi perlu disampaikan terlebih dahulu sebagai tolok ukur keberhasilan
blok fungsi tersebut.

26

Hal itu merupakan kriteria yang disampaikan secara berurutan,


selanjutnya kana digunakan untuk acuan pengujian fungsi dari setiap
bagian dari rancangan yang dimaksud.

E. Penggunaan Rancangan
Setelah seluruh kriteria dari bagian rancangan disampaikan, selanjutnya
ditegaskan bahwa secara keseluruhan kerja dari rancangan tersebut
mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai jika rancangan tersebut
diimplementasikan pada keadaan yang ada.
Rencana penggunaan rancangan secara operasional disampaikan dalam
sub bab ini, yang akan menguatkan kemungkinan tercapainya tujuan
rancangan seperti tersirat pada bab I.

BAB IV, RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI


A. Gambaran Umum Sistem Rancangan
Menyampaikan penempatan rancangan pada sistem yang ada, dan
menjelaskan fungsi rancangan tersebut secara sistemik, yang dilengkapi
dengan kriteria kriteria spesifik sebagai acuan pencapaian target
keberhasilan kerja rancangan.
Kriteria spesifik yang dimaksud dapat berupa variabel lain yang
disampaikan melalui kondisi interval kuantitatif (angka), yang dengan
mudah dapat diinterpretasikan melalui kalimat keteknikan sesuai dengan
kondisi dan situasi pada program studi yang ada.
B. Tahapan Perancangan
Menyampaikan proses perancangan masing-masing blok fungsi (lihat Bab
III, sub bab kriteria perancangan), disampaikan kendala yang ada jika
memang pada saat perancangan terdapat kendala yang harus
diantisipasi, sedemikian sehingga mungkin saja diberlakukan antisipasi
yang mengubah target tujuan dari blok fungsi yang ada, namun tidak
diijinkan secara keseluruhan mengganggu fungsi / karakteristik sistem.
Pada dasarnya blok fungsi dapat diubah, namun sedapat mungkin tujuan
mendasar dari blok fungsi tersebut harus tercapai, terlebih lagi jika ditinjau
dari cakupan yang lebih luas berupa sudut pandang sistemik, jika fungsi
secara sistemik berubah berarti tujuan perancangan dinyatakan gagal /
tidak tercapai.
C. Uji Coba Rancangan

27

Setelah rancangan selesai dibuat maka diperlukan uji coba untuk


memastikan bahwa rancangan tersebut dapat beroperasi sesuai dengan
rencana disain yang sudah dibuat, tahapan proses dan hasil hasil uji coba
disampaikan pada bagian ini dan dibandingkan terhadap kriteria yang
sudah dibuat sebelumnya.
Perlu disampaikan juga apabila terdapat kendala yang mungkin terjadi
selama proses uji coba, sehingga jika pada saat ujian nantinya terdapat
perubahan karakteristik lingkungan atau perubahan variabel yang tidak
direncanakan, hendaknya dapat dilakukan antisipasi agar keberhasilan uji
coba pada saat sidang dapat dilalui pada level keberhasilan yang
diinginkan.
D. Interpretasi Hasil Uji Coba Rancangan
Pada bagian ini disampaikan interpretasi teknis yang mengarah kepada
keberhasilan sistem apabila rancangan tersebut dioperasikan. Jika
diperlukan penyampaian kendala dalam hal ini dibatasi kendala
lingkungan yang bersifat komprehensif (menyeluruh).
Dari bagian ini dapat diketahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan
rancangan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada bab I.

BAB V, KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Disampaikan kesimpulan, diawali dengan hal yang lebih bersifat kualitatif
dan diakhiri dengan hal yang lebih bersifat kuantitatif
B. Saran
Disampaikan saran penyusun berkenaan dengan kesimpulan yang sudah
didapatkan, dimungkinkan bersifat kualitatif dengan tidak menimbulkan
permasalahan baru.

28

3. FORMAT 3 : Diploma 4- Analisis Keteknikan


Diploma 4- Analisis Keteknik
BAB I , PENDAHULUAN
BAB II, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
BAB III, METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV, PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
BAB V, KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I, PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyampaikan latar belakang masalah sebagai penyebab munculnya
suatu masalah, pembaca diharapkan dapat memfokuskan permasalahan
setelah secara berurutan dituntun oleh latar belakang. Peranan latar
belakang menjadi sangat penting untuk menunjukkan posisi masalah yang
sebenarnya. Ungkapan pada latar belakang diuraikan dari kondisi luas
yang seterusnya menyempit pada setiap paragrafnya, bila sudah sampai
pada permasalahan maka diakhiri dengan judul tugas akhir
B. Identifikasi Masalah
Merupakan kumpulan permasalahan yang secara terintegrasi ataupun
terpisah menyebabkan munculnya keadaan yang tidak sebagaimana
mestinya, seluruh masalah yang ada disampaikan disini dalam bentuk
kalimat pertanyaan, dari beberapa identifikasi masalah dapat selanjutnya
diangkat menjadi inti permasalahan yang sebenarnya.
C. Pembatasan Masalah
Menyampaikan hal atau bagian permasalahan yang tidak akan dibahas
dikarenakan secara teoritis atau hal lain tidak berhubungan erat dengan
inti permasalahan yang diajukan, dapat juga disampaikan beberapa hal
yang merupakan asumsi. Apabila digunakan asumsi maka asumsi
tersebut harus berpeluang benar (dapat diterima oleh penalaran), lebih
penting lagi jangan meninggalkan suatu hal (permasalahn lain) yang
secara sistem memang merupakan bagian dari permasalahan.

29

D. Perumusan Masalah
Setelah dijumpai beberapa identifikasi masalah, selanjutnya ditentukan inti
masalah yang dipilih oleh penyusun berdasarkan kondisi empirik atau
kondisi lapangan, masalah tersebut kemudian dirumuskan sehingga lebih
operasional, kondisi masalah semakin dalam semakin baik dan semakin
mengambang semakin tidak baik, perumusan masalah berupa kalimat
tanya yang jawabannya akan dapat dijumpai secara mudah pada
kesimpulan.
E. Maksud dan Tujuan Penulisan
Ungkapan maksud penulisan mengarah kepada penjelasan masalah yang
dibahas, sedangkan ungkapan tujuan mengarah kepada keuntungan yang
didapatkan melalui pemecahan masalah, sangat tidak disarankan
menuliskan maksud dan tujuan seperti yang tertera dibawah tulisan judul
pada halaman judul.

BAB II, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR


A. Landasan Teori
Disampaikan teori dan formula yang secara konseptual akan mendukung
pembahasan permasalahan, hanya teori dan atau formula yang akan
digunakan pada pembahasan saja yang terdapat pada sub bab landasan
teori.
B. Kerangka Berpikir
Setelah disampaikan landasan teori diharapkan akan terbentuk suatu pola
berpikir dalam bentuk kerangka pemikiran untuk menyelesaikan masalah
tersebut menggunakan teori yang sudah dikemukakan. Pertemuan antara
permasalahan dengan teori pemecahan sehingga membentuk gagasan
baru untuk penanggulangan permasalahan.

BAB III, METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian
Dalam bagian menyampaikan rancangan penelitian yang tidak akan dapat
lepas dari paradigma yang telah ada, hal ini terkait dengan variabel yang
akan diteliti dan keterkaitan antar variabel yang ada, juga penentuan pola
eksperimen yang akan diberlakukan. Untuk keperluan ini penyusun
diminta untuk melakukan pendalaman materi pada buku buku pengantar
penelitian ilmiah terkait dengan paradigma dan metode eksperimental
yang secara logis dapat digunakan.

30

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Menyampaikan informasi terkait dengan jadwal atau kronologis kegiatan
yang dikaitkan dengan ketersediaan waktu yang tersedia untuk penyusun
dalam rangka menyelesaikan penelitian tersebut.
Lokasi penelitian menyiratkan tempat spesifik (misal. Kampus
penerbangan di kecamatan legok, kabupaten tangerang), dimana
penyusun akan melaksanakan proses penyelesaian penelitiannya karena
dinilai tempat itu sangat memadai atau diperlukan guna ketuntasan
penelitiannya.
C. Penentuan Obyek Penelitian
Gambaran yang disampaikan disini mencakup obyek dari penelitian yang
disertai dengan kondisi lingkungan pada operasional aktifitas spesifik
yang ada, sekaligus menyampaikan batasan yang secara logis dapat
diterima oleh penalaran yang wajar.
Pada bagian ini juga menyampaikan informasi spesifik yang perlu
diketahui untuk mencegah timbulnya kekeliruan dalam pemahaman oleh
pembaca terkait dengan obyek yang akan diteliti, karena hal ini mungkin
saja terjadi jika obyek penelitian merupakan suatu benda atau kejadian
abstrak yang memerlukan penjelasan lebih lanjut agar dapat memahami
karakteristiknya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data dalam hal ini terfokus pada pengumpulan
data primer, karena dianggap data sekunder sudah tersedia. Pada
umumnya dilakukan melalui wawancara, kuesioner atau observasi.
Perlu ditambahkan pada bagian ini bahwa teknik pengumpulan data
terkait dengan kualitas pengumpulan data yaitu ketepatan cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Jika diperlukan pengaturan keadaan sedemikian sehingga data baru bisa
diperoleh, maka pengaturan itu juga perlu disampaikan pada bagian ini,
karena mungkin saja pengaturan tersebut harus dilakukan dengan
sengaja sehingga pola pikir itu dapat diketahui secara ilmiah.
F. Teknik Analisis Data

31

Dalam bagian ini disampaikan rencana yang akan dikerjakan oleh peneliti
yang berkenaan dengan kegiatan setelah data terkumpul dari sumber
data, terkait dengan pengelompokan dan tabulasi data berdasarkan
variabel dan jenis responden, menyajikan data yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
Rencana yang disusun dilengkapi dengan nama masing masing kegiatan,
untuk keperluan ini peneliti diminta untuk melakukan pendalaman materi
analisis keteknikan yang harus diberlakukan tanpa terkecuali.

BAB IV, PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Merupakan gambaran yang ada pada obyek penelitian, misalnya: struktur
organisasi jika obyek penelitiannya merupakan suatu institusi, lokasi
obyek penelitian dan beberapa karakteristik obyek penelitian yang ada
hubungannya dengan fokus penelitian.
B. Deskripsi Data dan Kriteria
Disampaikan data keseluruhan yang berasal dari sumber data dan belum
diolah, hal itu dikuatkan dengan mendeskripsikan data tersebut yang pada
akhirnya dinyatakan bahwa data tersebut telah memenuhi kriteria yang
diinginkan.
C. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data terkumpul dari sumber
data, terkait dengan pengelompokan dan tabulasi data berdasarkan
variabel dan jenis responden, menyajikan data yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah.
D. Interpretasi Hasil Analisis
Setelah hasil analisis didapatkan, maka dikumpulkan pada bagian ini,
selanjutnya hasil analisis yang masih berupa angka dijelaskan dalam
bentuk narasi (kalimat) sehingga lebih jelas maknanya jika akan
diterapkan pada situasi yang dijumpai oleh peneliti. Pemahaman hasil
interpretasi diharapkan memberikan gambaran sepintas terkait dengan
hasil penelitian.

BAB V, KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

32

Disampaikan kesimpulan.
B. Saran
Disampaikan saran penyusun berkenaan dengan kesimpulan yang sudah
didapatkan, dengan tidak menimbulkan permasalahan baru.
C. Bagian Akhir
1. Daftar Pustaka
Bibliografi atau daftar pustaka berisi sumber-sumber pustaka yang
dipergunakan dalam penyusunan Tugas Akhir. Selain dari buku-buku, dapat
juga dimasukkan ke dalamnya majalah, pamflet, surat kabar atau sumber lain
yang setara dan dinyatakan valid, termasuk didalamnya adalah sumber
pustaka yang berasal dari internet (dalam hal ini disampaikan tanggal
download dan alamat websitenya).
Sumber pustaka yang tidak digunakan oleh mahasiswa dalam menyusun
Tugas Akhir tidak boleh dituliskan pada daftar pustaka, sehingga tidak ada
kecenderungan niat mahasiswa untuk memenuhi quota jumlah sumber
pustaka.
Pada halaman daftar pustaka juga diberi bernomor halaman sesuai dengan
urutan halaman sebelumnya dengan penempatan nomor halaman sama
dengan pada bagian inti.

2. Lampiran - lampiran
Disampaikan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk kelengkapan tugas
akhir, diberi bernomor halaman dengan cara yang sama dengan penulisan
pada bagian inti (sudut kanan atas), untuk setiap lampiran mempunyai nomor
dan nama lampiran yang dituliskan pada sudut kiri atas.
Lampiran yang terdiri lebih dari 1 halaman maka pada halaman berikutnya
mempunyai nomor yang sama dengan lampiran sebelumnya, dan diberi
nama lanjutan dalam tanda kurung setelah tanda titik 3 kali, misal :
Lampiran 12 : ...(lanjutan), menjelaskan bahwa lampiran 12 tersebut adalah
lembar kedua atau selanjutnya dari lampiran 12 .
Setiap lampiran harus mempunyai rujukan dalam teks pada bagian inti, untuk
lampiran yang tidak mempunyai rujukan disarankan untuk tidak disertakan
pada bagian akhir.
Pada halaman lampiran diberi bernomor halaman sesuai dengan urutan
halaman sebelumnya dengan penempatan nomor halaman sama dengan
pada bagian inti.

33

3. Riwayat Hidup
Disampaikan riwayat hidup dan kronologis pendidikan dari penulis, serta
disertai pas photo ukuran 3 x 4 cm, dalam hal ini tidak perlu diberi nomor
halaman.
BAB VI
PENGETIKAN TUGAS AKHIR

A. Tanggung Jawab Pengetikan Tugas Akhir


Naskah konsep tugas akhir yang telah disetujui oleh pembimbing, pengetikannya
dapat dikerjakan sendiri atau diserahkan kepada pengetik lain. Yang menjadi
perhatian adalah bahwa baik diketik sendiri ataupun diserahkan kepada orang
lain, tanggung jawab akan kebenaran isi naskah tugas akhir tersebut tetap
berada pada diri penulis sendiri.

B. Ukuran Kertas
Kertas yang di anggap memenuhi syarat/standar untuk mengetik tugas akhir
adalah kertas HVS A4 ukuran 80 gram. Pemakaian kertas di luar ukuran tersebut
dapat dilakukan dalam hal-hal yaitu seperti: penyisipan kertas grafik, kertas
gambar, lampiran surat keterangan dan semacamnya.

C. Tipe dan Ukuran Huruf


Ukuran keseragaman/konsistensi, pengetikan dilakukan dengan menggunakan
komputer program Microsoft word, dengan jenis huruf Times New Roman
(TNR) ukuran 12. Pengetikan hanya diperkenankan menggunakan jenis huruf
dan ukuran yang sama bagi seluruh pengetikan naskah tugas khusus tersebut.
Artinya, tidak dibenarkan pengetikan menggunakan computer dengan jenis huruf
TNR 12, sementara pada lembar lain digunakan jenis huruf TNR ukuran 10.

D. Mengatur Batas Tepi Kertas Ketikan


Lebar antara ruang tepi kertas terhadap batas tepi pengetikan (margin) diatur
sebagai berikut:
Batas tepi kiri

: 4 cm

34

Batas tepi atas

: 4 cm

Batas tepi kanan

: 3 cm

Batas tepi bawah

: 3 cm

E. Jarak Baris (Spasi)


Pengetikan untuk mengatur jarak baris atau spasi harus menjadi perhatian para
mahasiswa dan pembimbing. Pemahaman dan persamaan persepsi bagi seluruh
mahasiswa dan pembimbing yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam
proses penulisan tugas akhir akan membawa keseragaman terhadap stuktur
penyusunan tugas akhir.
1. Jarak Pengetikan 4 Spasi
a. Antara judul bab dengan baris pertama di bawahnya
b. Antara judul sub bab dengan baris di atasnya
c. Antara gambar dengan baris diatasnya
d. Antara nomor gambar dengan baris di bawahnya
2. Jarak Pengetikan 3 Spasi
a. Antara baris terakhir naskah dengan gambar
b. Antara gambar dengan nomor gambar
c. Antara nomor gambar dengan baris pertama naskah dibawahnya
d. Antara judul buku yang satu dengan judul buku yang lain pada daftar
pustaka
e. Antara nomor gambar yang satu dengan gambar yang lain pada daftar
gambar
f. Antara nomor tabel yang satu dengan nomor tabel yang lain pada daftar
tabel
3. Jarak Pengetikan 2 Spasi
a. Pada isi naskah pada umumnya
b. Antara judul bab dengan baris pertama dari bab tersebut
c. Antara judul sub bab dengan baris di bawahnya

35

4. Jarak Pengetikan 1 Spasi


a. Antara baris pada isi naskah abstrak
b. Kutipan langsung lebih dari tiga baris
c. Footnotes
d. Nama atau keterangan gambar yang lebih dari satu baris
5. Jarak Pengetikan 1,5 spasi
a. Antara baris pada daftar isi
b. Antara baris pada naskah kata pengantar
c. Antara baris tiap satu pustaka/judul buku pada daftar pustaka
d. Antara baris pada isi riwayat hidup

F. Sela Ketukan (Indensi)


Tidak semua uraian (teks) dimulai dari batas tepi kiri ruang ketikan. Untuk
beberapa hal tertentu dimulai agak menjorok ke dalam, hal ini dilakukan pada:
1. Baris pertama dari sebuah alenia/paragraph
2. Kutipan langsung lebih dari satu baris
3. Footnotes
Berapa jumlah ketukan yang diperkenankan, belum ada kesatuan pendapat
antara satu institusi dengan institusi yang lain. Ada yang menggunakan tujuh
ketukan, lima ketukan, empat ketukan ataupun dengan ketentuan lain. Untuk
mendapatkan keseragaman dapat dilakukan menggunakan Tabulasi (Tab) pada
pengetikan.

G. Penomoran Halaman
Penomoran halaman menjadi masalah jika tidak ada keseragaman dan
persamaan persepsi. Jumlah halaman tugas akhir adalah isi dari tubuh yang
terdiri dari bab pendahuluan sampai dengan bab kesimpulan. Tata cara
penomoran halaman dapat dijelaskan sebagai berikut:
Untuk bagian awal, nomor halaman menggunakan angka Romawi kecil dan
ditempatkan di tengah halaman bagian bawah (i, ii, iii, iv, dan seterusnya)

36

Untuk bagian isi, nomor halaman menggunakan angka Arab yang ditempatkan di
tepi sebelah kanan atas (1, 2, 3, 4,.. dan seterusnya), kecuali pada setiap
halaman judul bab baru, nomor halaman ditempatkan di tengah halaman bagian
bawah.
Untuk bagian akhir yang terdiri dari halaman daftar pustaka dan lampiranlampiran, nomor halaman melanjutkan nomor halaman sebelumnya.

H. Nomor Bab dan Bagian-Bagiannya


Tugas Akhir sebagai suatu keseluruhan, terjadi dari bab-bab. Sebuah bab
terbagi dalam bagian-bagian yang disebut anak bab (sub bab). Sebuah anak bab
mungkin terdiri dari bagian-bagian yang disebut seksi, demikian seterusnya.
Pengetikan paragraph / alinea baru dimulai pada ketukan keenam dari tepi kiri.
Nama bab diketik dengan huruf kapital dengan jarak 4 cm dari tepi atas. Nomor
urut bab ditulis dengan huruf Romawi dan ditulis di tengah-tengah kertas di atas
nama bab.
Sub-bab dan Nomor Sub-bab dimulai dari batas tepi kiri. Huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital. Nomor sub-bab ditulis dengan huruf kapital.
Anak sub-bab dimulai dari batas tepi kiri. Huruf awal setiap kata ditulis dengan
huruf kapital. Nomor anak sub-bab ditulis dengan angka Arab, ( dst, perhatikan
table dibawah)

BAB DAN BAGIANNYA

PENOMORAN

Bab

I ; II ; III ; IV dst

Anak Bab (sub-bab)

A. ; B. ; C. dst

Seksi (anak-sub-bab)

1. ; 2. ; 3. dst

Anak Seksi

a. ; b. ; c. dst

Pasal

1) ; 2) ; 3) dst

Anak Pasal

a) ; b) ; c) dst

Ayat

(1) ; (2) ; (3) dst

Anak Ayat

(a) ; (b) ; (c) dst

37

I. Penulisan Bilangan / Angka


Tata tulis bilangan merupakan aturan yang rumit. Untuk keperluan ini mahasiswa
menyusun tugas akhir harus sering berkonsultasi dengan pembimbingnya.
Beberapa pedoman penulisan bilangan adalah sebagai berikut:
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan
seperti dalam perincian dan pemaparan.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dinyatakan dengan satu atau dua
kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca (misalnya Rp. 5 juta).
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali
di dalam dokumen resmi seperti akte dan kuitansi.
Penulisan angka kurang dari sepuluh ditulis angka (0,1,9) dan angka sepuluh
atau lebih ditulis dengan huruf (10 ditulis sepuluh)

J. Bahasa
Tugas Akhir ditulis dengan Bahasa Indonesia baku atau bahasa lain yang
ditetapkan oleh jurusan/ program studi.

K. Sampul
Sampul luar menggunakan karton tebal dan dilapis plastik bening. Warna sampul
sesuai dengan warna dasar masing-masing Program Studi, yaitu
1. Program Studi Teknik Pesawat Udara : . . . . . .
2. Program Studi Teknik Navigasi Udara : . . . . . .
3. Program Studi Teknik Listrik Bandar Udara : . . . . . .
4. Program Studi Teknik Mekanikal Bandar Udara : . . . . . .
5. Program Studi Teknik Bangunan dan Landasan : . . . . . .

L. Penomoran Halaman

38

Nomor halaman diletakkan di sebelah kanan atas, dua spasi atau 1 cm di atas
baris pertama teks. Nomor halaman menggunakan angka arab, dimulai dari bab
pendahuluan. Halaman-halaman sebelum-nya seperti halaman judul, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar menggunakan angka Romawi
kecil. Khusus untuk halaman yang memuat judul bab, nomor halaman diletakkan
di tengah bawah halaman, dua spasi atau 1 cm di bawah baris terakhir.

M. Penomoran Matematis
Jika di dalam TA terdapat sejumlah persamaan matematis atau formula),
penomoran menggunakan angka Arab yang dituliskan di antara tanda kurung
dan diacu dalam teks, penulisan formula dengan memanfaatkan fasilitas
equation pada Microsoft word.

N. Penggunaan Huruf Miring (Italics)


Huruf miring digunakan untuk :
1. judul buku, nama terbitan berkala, atau nama publikasi lain ;
2. istilah kosa kata atau kalimat dalam bahasa asing yang masuk ke dalam teks;
3. huruf, kosakata, frase, atau kalimat sebagai aspek linguistik ;
4. nama spesies atau varietas dalam ilmu biologi ; dan
5. huruf yang digunakan untuk simbol-simbol dalam statistika atau aljabar ;

O. Penyajian Tabel dan Gambar


1. Tabel
a. Penulisan kata tabel dimulai dari kiri, diikuti nomor tabel, dan diteruskan
dengan nama tabel.
b. Nomor tabel menggunakan angka arab, ditulis secara urut tanpa
memperhatikan dalam bab mana tabel disajikan.
c. Tabel dibedakan dalam dua macam yaitu tabel dalam teks dan tabel dalam
lampiran. Tabel dalam lampiran menggunakan urutan penomoran
tersendiri, tidak menyambung nomor tabel dalam teks.
d. Setiap tabel harus disajikan pada halaman yang sama, meskipun harus
memodifikasi ukuran huruf.

39

e. Tulisan tabel, nomor tabel, dan nama tabel diletakkan di atas tabel.
f. Jika tabel dikutip dari suatu sumber maka di bawah tabel dituliskan
sumbernya.

2. Gambar
Gambar meliputi foto, grafik, diagram, peta, bagan, skema, dan yang
sejenisnya. Penyajian gambar mengikuti ketentuan sebagai berikut.
a. Penulisan kata gambar dimulai dari kiri, diikuti nomor gambar, dan
diteruskan dengan nama gambar.
b. Tulisan gambar, nomor gambar, dan nama gambar diletakkan di bawah
gambar ;
c. Nomor gambar ditulis menggunakan angka Arab, ditulis secara urut tanpa
memperhatikan dalam bab mana gambar disajikan ;
d. Setiap gambar disajikan dalam halaman yang tidak terpisah ;
e. Gambar dibedakan dalam dua macam yaitu gambar dalam teks dan
gambar dalam lampiran. Gambar dalam lampiran menggunakan urutan
penomoran tersendiri, tidak menyambung nomor gambar dalam teks.
f. Jika gambar dikutip dari suatu sumber maka di bawah gambar dituliskan
sumbernya

O. Pengutipan
1. Kutipan Langsung
a. Kutipan yang dilakukan sama persis seperti sumber aslinya, baik susunan
kata, bahasa, dan ejaannya.
b. Model penulisan yang digunakan ADP style (Author-Date-Page) atau PTH
(Penulis-Tahun-Halaman), yaitu dengan cara mencantumkan nama
penulis, tahun terbit, dan nomor halaman yang dikutip.
c. Penulisan nama pengarang yang tulisannya dikutip hanyalah nama
belakangnya saja.
d. Jika nama pengarang ditulis sebelum kutipan , maka urutan penulisannya
adalah nama belakang pengarang, diikuti buka kurung, tahun terbit, titik
dua, nomor halaman yang dikutip, diakhiri dengan tutup kurung.

40

e. Jika nama pengarang ditulis setelah kutipan, maka urutan penulisannya


adalah buka kurung, diikuti nama belakang pengarang, tahun terbit, titik
dua, nomor halaman yang dikutip, dan diakhiri dengan tutup kurung.
f. Bila nomor halaman yang dikutip ada pada beberapa halaman, maka
nomor halaman awal dan akhir ditulis dengan antara tanda garis (-).

Contoh:
Kutipan yang diambil dari buku yang dikarang oleh Leon W. Couch II
(1995 :298), maka cara penulisan kutipannya adalah :
Menurut Couch II (1995 : 298) : Frequency division multiplexing (FDM) is
a technique for transmitting multiple messages simultaneously over a
wideband channel by first modulating the message signals onto several
subcribers and forming a composite baseband signal that consist of the
sum of these modulated subcribers
atau dapat juga ditulis sebagai berikut :
Frequency division multiplexing (FDM) is a technique for transmitting
multiple messages simultaneously over a wideband channel by first
modulating the message signals onto several subcribers and forming a
composite baseband signal that consist of the sum of these modulated
subcribers (Couch II, 1995 : 298)
g. Jika pengarangnya ada 2 orang, maka kedua nama belakang pengarang
itu harus ditulis.
Contoh : Pengarang dengan nama Stanley V. Marshall dan Gabriel G.
Skitek, ditulis, Marshal and Skitek (1990 : 30-31). Kata sambung and
untuk referensi yang berbahasa asing dan dan untuk berbahasa
Indonesia.
h. Kutipan langsung yang terdiri dari lima baris atau lebih, diketik dengan
jarak satu spasi.
Contoh :
Menurut Mulyasa (2006: 27)
Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki
kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar
belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan,
membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreatifitas, intelegensi,
dan kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan

41

individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang


menjadi ciri kelasnya, dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik
umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran.

Contoh :
Yuyun (1986: 147)
Secara mudah maka kita dapat mengatakan bahwa teori adalah
pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang mengapa
suatu gejala-gejala terjadi sedangkan hukum memberikan kemampuan
kepada kita untuk meramalkan tentang apa yang mungkin terjadi.
Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum ini merupakan alat
yang dapat kita gunakan untuk mengontrol gejala alam.
i.

Kutipan langsung yang panjangnya kurang dari lima baris, dimasukkan


dalam teks, diketik dua spasi seperti ketikan teks, dan diawali serta
diakhiri dengan tanda petik (.....).
Contoh :
Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyasa (2006: 26) yang mengatakan
bahwa peserta didik memiliki emosi yang sangat bervariasi, dan sering
memperlihatkan sejumlah perilaku yang tampak aneh.

j.

Kutipan langsung dapat juga dilakukan dengan menghilangkan beberapa


bagian dari kalimat, maka pada bagian kalimat yang dihilangkan tersebut
diberi titik sebanyak tiga buah (...)
Contoh :
Pendapat lain dikemukakan oleh Suharsimi, dkk (2006: 24) Apabila kita
berpikir sistematis maka sebuah kelas dapat kita lihat sebagai satu
kesatuan unsur yang bersangkut paut dan bekerja menuju tujuan tertentu
.

k. Kutipan langsung dapat pula dilakukan dengan menghilangkan satu


kalimat atau lebih, maka bagian dari kalimat yang dihilangkan itu diganti
dengan titik-titik sepanjang satu baris
Contoh :
Menurut Farida (2000: 131)
Analysis cost benefit merupakan alternatif analisis yang baik dengan
membandingkan biaya dan manfaatnya bila dibandingkan dengan uang.

42

...............................................
Manfaat pendidikan sering diterjemahkan menjadi apa yang akan
diperoleh atau ke dalam uang yang harus dibayar untuk pelayan
pendidikan.
l. Kutipan langsung dapat pula dilakukan dengan memberikan penjelasan
tambahan atau menggarisbawahi pada bagian tertentu yang dianggap
penting, maka pengutip harus memberikan keterangan. Keterangan yang
diberikan tersebut ditulis di antara dua kurung.

Contoh :
Mulyasa (2006: 49) mengemukakan bahwa Kematangan emosi guru
akan berkembang sejalan dengan pengalaman bekerja, selama dia mau
memanfaatkan pengalamannya (garis bawah dari pengutip).
2. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan
aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari sumber yang dikutip
dalam kalimat yang disusun sendiri oleh pengutip. Kutipan tersebut ditulis dua
spasi.
Contoh
Menurut Mulyasa (2006: 69-92) Keterampilan mengajar merupakan
kompetensi profesional yang cukup kompleks yang terdiri dari delapan
ketrampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru untuk dapat
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
3. Penulisan Sumber Pengutipan
a. Sumber kutipan langsung ditulis dengan menyebutkan nama pengarang,
tahun terbit dan nomor halaman yang dikutip.
Contoh :
Yuyun (1986: 123) mengemukakan Teori merupakan suatu abstraksi
intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan
pengalaman empiris
Menurut Mulyasa (2006: 36) Guru harus mampu bertindak dan
mengambil keputusan secara tepat, tepat waktu, dan tepat sasaran,
terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak
menunggu perintah atasan atau kepala sekolah.
b. Cara Menulis Nama Pengarang orang Asing, penulisan nama pengarang
orang asing adalah dengan mendahulukan nama belakangnya.

43

Contoh :
Kutipan yang diambil dari buku yang dikarang oleh Benyamin S. Bloom
dan J.T. Hastings, 1971, maka cara penulisan sumbernya dalam kutipan
adalah :
Menurut Bloom dan Hasting (1971: 15 17)

c. Cara Menulis Nama Pengarang orang Indonesia


Kutipan yang diambil dari buku yang dikarang oleh Yuyun S.
Suriasumantri (1986: 145) maka cara penulisan sumbernya dalam kutipan
adalah :
Yuyun (1986: 145) mengemukakan bahwa .

P. Penggunaan Istilah Dalam Penulisan Footnote


Semua sumber kutipan yang baru muncul pertama kali harus ditulis secara
lengkap. Sedangkan untuk pemunculan berikutnya digunakan istilah-istilah Ibid,
Op.cit atau Loc.cit.
Ibid. singkatan dari Ibidem, digunakan apabila kutipan pertama langsung diikuti
oleh kutipan berikutnya dari sumber yang sama. Tanpa diselingi oleh sumber
kutipan yang lain.
Op.cit. singkatan dari opere citato yang artinya dalam karya yang telah dikutip
(dikutip terlebih dahulu). Kutipan yang berasal dari kutipan yang sama dengan
sumber yang pernah dikutip sebelumnya (hanya halaman yang berbeda), tetapi
telah diselingi oleh sumber kutipan lain.
Loc.cit. singkatan dari loco citato yang artinya tempat yang pernah dikutip
(tempat halaman buku). Kutipan berasal dari sumber yang sama dengan
sumber yang pernah dikutip (termasuk halamannya sama), tetapi telah diselingi
dengan sumber kutipan yang lain.
Berikut ini diberikan contoh-contoh penulisan footnote. Sumber kutipan yang
digunakan untuk contoh ini adalah buku cetakan yang diterbitkan:
1. Dedi Rusmadi, Digital & Rangkaian, Bandung, CV. Pionir Jaya,1996, h.34.
2. Ibid
3. Ibid, h.35
4. Frederick W. Hughes, Panduan OP AMP, Alih bahasa oleh Ignatius Hartono,
Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 1990, h.6.

44

5. Dedi, loc.cit.
6. Dedi, op.cit, h.40.
7. Hughes, op.cit, h.17.
Perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh penulis tugas akhir dilingkungan
Jurusan Teknik Penerbangan bahwa untuk keseragaman penulisan halaman dari
sumber buku yang dicetak dalam bahasa Indonesia dituliskan h., dan dituliskan
p. (singkatan dari page) untuk buku yang ditulis dalam bahasa inggris.
Q. Penulisan Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka dapat diikuti aturan berikut ini. Butir-butir pustaka
diurutkan secara alfabetis menurut nama pengarang dan tidak perlu
menggunakan nomor urut. Apabila pemilik nama tersebut berperan sebagai
penyunting buku, di belakang namanya diberi tanda (ed).
1. Penulisan Buku
Penulisan mengikuti urutan : nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku,
tempat penerbitan, dan nama penerbit. Penulisan nama pengarang di-awali
dengan nama akhir pengarang, yaitu nama keluarga (Surname). Nama lain
atau huruf sing-katannya (initials) ditulis di belakang nama akhir tadi dan
dipisahkan dengan koma. Inisial ditandai dengan titik di belakangnya.
Contoh :
Buku dengan pengarang satu orang
Oliva, Peter F. (1992). Developing the Curriculum. 3rd.ed. New York : Harper
Collins.
Susilo Prawirowardoyo (1996). Meteorologi. Bandung : ITB.
Buku dengan pengarang dua orang
Strunk, W., Jr., & E.B. White, (1979). The Elements of Style. 3rd. ed. New
York : Macmillan.
Paul, Richard & Elder, Linda. (2001). Critical Thinking. New York : Prentice
Hall.
Buku dengan pengarang tiga orang
Nadler, D., M.K. Gerstein, & R.B. Shaw (1992). Organizational Architecture:
Design for Changing Organizations. San Francisco : Jossey-Bass.
Beer, M., Einstant, R.A., & spector, B. (1990), The Critical Path to Corporate
Renewal. Boston : Harvard Bussiness School Press

45

Buku dengan pengarang lebih dari tiga orang


Mohran, A.M. et al. (1989). Large-scale Organizational Change. San
Francisco : Josse-Bassy.
Senge, Peter. et. al. (2000). School that Learn. New York : Dubleday.
Buku yang disunting
Popkewitz, Thomas S. & Fendler, Lynn (eds). 1999). Critical Theories in
Education. New York : Routledge.
Elmore, R.F. (ed). Restructuring School : The Next Generation of Educational
Reform. San Francisco : Jossey-Bass.
Buku yang direvisi
Cohen, J. (2000). Statistical Power Analysis for the Behavioral Science.
rev.ed. New York : Academic Press.
Buku yang diterjemahkan
Luria. R. (1969). The Mind of a Maemonist (L. Solotaroff. Terjemahan). New
York : Avon Books. Buku asli diterbitkan tahun 1965.
2. Artikel Jurnal
Penulisan artikel dalam jurnal mengikuti urutan : nama pengarang, tahun
penerbitan, judul artikel, nama jurnal, nomor jurnal dan halaman.
Contoh :
Artikel dengan satu pengarang
Abdur Rahman Asari. (2001). Penggunaan Strategi Pemampatan dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal MIPA (Nomor 1 tahun 30). Hlm. 1-14.
Artikel dengan dua pengarang
Sarmino dan Husain Haikal. (2001). Segi Kultural Religius Perpindahan
Keraton Kartasura ke Surakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi. 4(III). Hlm.
103-121.
3. Artikel Majalah
Contoh :
Tatang Iskarna. (2002). Diaspora dan Post-kolonialisme. Ekspresi. Hlm. 2021
4. Artikel Surat Kabar

46

Contoh :
(2002). Islam, Agama Populer atau Elitis. Kompas. (6 September 2002).
Hlm.4 (konsisten penggunaan APA)
5. Penelitian, Tesis, Disertasi yang diterbitkan
Contoh :
Foster-Havercamp. M.E. (1982). An Analysis of the Relationship betweer.
Preservice Teacher Training and Directed Teaching Performance. Doctoral
dissertation. University of Chicago. 1981. Dissertation Abstract International.
42.4409A.
6. Penelitian, Tesis, Disertasi yang tidak diterbitkan
Contoh :
Suparno, dkk. (1988). Studi Experimental Metode Membaca PQRST dan
Metode Membaca STUDY terhadap Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia FPBS IKIP Padang. Laporan Penelitian. UNP.

Firman. (2001). Daya Prediksi Nilai Rapor dan STTB terhadap Prestasi
Belajar jalur PMDK FPTK UNP. Tesis tidak diterbitkan. PPs-UNP.

47

BAB VII
KALIMAT DAN PARAGRAF

A. Kalimat
1. Kalimat dalam Karangan
Kalimat ialah kesatuan bentuk ketatabahasaan yang menyampaikan buah
pikiran, perasaan atau hasrat. Kalimat itu merupakan bagian terkecil dalam
susunan karangan. Jadi karangan tersusun dari beberapa buah kalimat.
Kalimat-kalimat dalam karangan berhubungan satu dengan yang lain.
Meskipun setiap kalimat mengandung maksud (makna) sendiri, tetapi
semuanya bekerja sama sebagai pendukung buah pikiran yang besar yang
diutarakan dalam karangan itu.
Kalimat dalam karangan, bagaimanapun bentuk dan susunannya, ialah
kalimat tertulis, kalimat yang akan dibunyikan (dibaca) oleh pembaca. Kalimat
tertulis dalam beberapa hal tidak sama dengan kalimat tutur (ucapan).
Kalimat yang jelas dan terang dalam bahasa percakapan, tidak selamanya
jelas dan terang juga bila dituliskan, sebab lagu bicara yang sangat penting
dalam bahasa, tidak dapat atau sukar sekali digambarkan dalam tulisan.
Itulah sebabnya maka kalimat yang maknanya hanya bergantung pada
lagunya, jika dituliskan, mudah meragukan atau kerap juga menimbulkan
salah paham.
Karangan harus pula sanggup menarik perhatian pembaca. Maka dengan
sendirinya kalimatnya harus menyenangkan pembaca, jika mudah dibaca dan
mudah dipahami. Kalimat yang panjang berbelit-belit misalnya tak akan
menggembirakan pembaca.
Jaman sekarang jarang orang membaca dengan suara nyaring. Biasanya
karangan-karangan hanya dibaca dalam hati. Meskipun demikian bunyi
kalimat masih tetap penting dalam karang-mengarang. Kalimat yang sama
polanya, selalu sama pula bunyinya. Jika beberapa buah kalimat yang sama
polanya, dituliskan berturut-turut, sudah tentu akan terdengar bunyi yang

48

sama. Deretan bunyi yang demikian, selain kurang sedap kedengaran juga
menjemukan. Untuk menghindari bunyi kalimat yang demikian itu, perlu
digunakan kalimat yang bermacam-macam corak dan ragamnya, dengan
perkataan lain, kalimat-kalimat dalam karangan hendaknya diselingi atau
divariasikan. Makin banyak variasi kalimatnya, makin menarik perhatian.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa kalimat-kalimat dalam karangan
memerlukan :
a .Susunan yang lebih teratur supaya jelas dan terang maknanya
b. Susunan yang mudah dibaca dan dipahami.
c. Banyak variasi.
2. Uraian Kata
Uraian kata (frase) dalam kalimat memberikan kesempatan banyak untuk
membentuk variasi kalimat. Urutan itu ada yang umum, yaitu menurut adat
yang lazim, seperti : Subyek-Predikat, Subyek-Kata kerja-Obyek, SubyekPokok predikat -keterangan, dsb. Ada juga yang menyalahi adat, hingga
merupakan urutan kasus, seperti misalnya : dengan inversi predikat-subyek,
dsb.
Kalimat-kalimat yang berurutan adat biasanya mudah dipahami, meskipun
tidak disertai lagu bicara. Sedang yang berurutan kasus kebanyakan
memerlukan bantuan lagu. Bahkan kerap pula kurang jelas maknanya jika
tidak dilagukan.
Tidak semua kalimat boleh diubah urutan kata-katanya. Tetapi pada
umumnya, lebih-lebih kalimat yang luas, boleh diubah urutan katanya, dari
urutan adat dijadikan urutan khusus, tanpa berubah makna umumnya. Jadi
meskipun tak sama urutan kata-katanya, tetapi makna umumnya tetap sama,
seperti misalnya :
-

namanya Amat --- Amat namanya

dia membeli buku di pasar ---- membeli buku di pasar dia ---- di pasar dia
membeli buku.

Jelaslah bahwa urutan kata dapat dipakai untuk membuat variasi kalimat.
Dan dalam hal memilih urutan, penulis diberi kebebasan yang leluasa. Sudah
tentu bukannya kebebasan yang mutlak, melainkan kebebasan yang terbatas
sesuai tata tertib bahasa.
Suatu pikiran, perasaan atau hasrat yang sama, boleh diutarakan dengan
kalimat yang berbeda urutan kata-katanya, Seperti kalimat yang berurutan
umum.

49

Anak ini telah diserahkan oleh ayahnya kepada saya", boleh dinyatakan
dengan urutan khusus :
- Telah diserahkan oleh ayahnya kepada saya anak ini.
- Telah diserahkan kepada saya anak ini oleh ayahnya.
- Oleh ayahnya anak ini telah diserahkan kepada saya.
- Oleh ayahnya telah diserahkan kepada saya anak ini.
- Kepada saya telah diserahkan oleh saya anak ini.
- Kepada saya anak ini telah diserahkan oleh ayahnya.
Dan selanjutnya masih mungkin dikatakan dengan urutan khusus lain-lain
lagi. Tetapi diantara kalimat-kalimat yang berurutan khusus itu ada juga yang
kurang jelas maknanya jika belum dilagukan.
3. Posisi Yang Menarik
Dari contoh kalimat-kalimat diatas itu terasa juga, bahwa awal dan akhir
kalimat adalah posisi yang kuat untuk menarik perhatian pembaca. Manakah
posisi yang terkuat, posisi awal atau posisi akhir, tidak dapat dikatakan
dengan pasti. Posisi awal biasanya dipandang lebih kuat karena merupakan
pangkal kalimat. Itulah sebabnya maka kata, frase atau bagian kalimat yang
hendak diharakatkan (dimintakan perhatian, ditekankan, diutamakan)
biasanya digeserkan kedepan, ditempatkan pada posisi awal , itupun
biasanya jika diijinkan oleh tata tertib bahasa.
Penggeseran ke depan, kepada posisi yang lebih kuat, boleh juga dipakai
untuk melakukan variasi kalimat. ini sudah tentu ada sangkut-pautnya dengan
urutan yang telah dibicarakan di atas.
4. Panjang Pendek Kalimat
Sebenarnya tidak ada ukuran yang pasti untuk menentukan panjang pendek
kalimat. Sebab panjang pendeknya kalimat, selalu bergantung pada isinya.
Jika banyak hal yang akan diutarakan, sudah tentu menggunakan kalimat
yang panjang. Sebaliknya, tak perlu menggunakan kalimat yang panjang, jika
sedikit saja hal yang akan dibicarakan.
Perlu pula diingat, bahwa kalimat yang disebut panjang itu kebanyakan terjadi
dari beberapa buah kalimat yang digabungkan jadi satu ikatan.
Baik kalimat panjang maupun pendek, keduanya dipakai dalam karangmengarang untuk memperbanyak variasi kalimat. Sudah tentu keduanya ada
manfaatnya.

50

Kalimat yang panjang, lebih-lebih yang terlampau panjang, kerap kali menjadi
kalimat yang sulit, yang harus dibaca dua tiga kali untuk memahami makna
yang dikandungnya.
Contoh :
Akan tetapi apabila beberapa waktu kemudian, belum lagi setengah tahun,
baru beberapa bulan saja, ketika betul-betul terjadi apa yang dikatakan I
Nogata dalam permainan wayangnya, kakaknya, Ni Nogata dilarikan Arya
Bera dan Arya Lacana yang khianat itu, yaitu setelah kebusukan laku kedua
arya itu diketahui oleh Sri Baginda Maharaja Gunapriyadharma serta Sri
Baginda Udayana, I Nogata diceritakan telah ikut mengejar-ngejar Arya Bera
dan Arya Lacana, maka terasalah dalam beberapa bulan saja telah hilang
sifat kekanak-kanakan yang -digambarkan penulisnya dengan baik pada
mulanya. (Zuber Usman, Kesusastraan Baru Indonesia).
Dalam membaca kalimat sepanjang itu memerlukan kesabaran. Bukan hanya
karena panjangnya, melainkan karena kompleksnya juga. Sudah tentu akan
lebih mudah dan lebih senang, jika diuraikan atas beberapa kalimat yang tak
berapa panjang. Kalimat yang panjang-panjang biasanya lekas melelahkan
pembaca.
Sebaliknya kalimat pendek biasanya lebih jelas dan lebih terang. Lagi mudah
juga membacanya. Bahkan kadang-kadang lebih berkesan daripada kalimat
yang panjang. Tetapi manakala seluruh penuturan hanya terdiri dari kalimatkalimat pendek, maka penuturan itu seakan-akan terjadi dari deretan titik.
Setiap titik, yaitu kalimat pendek, memang jelas mengesankan pada anganangan, tetapi seolah-olah tak berhubungan satu dengan yang lain, sehingga
penuturan seluruhnya tidak merupakan kesatuan yang bulat dan kompak.
Lagi pula, oleh karena berpenggal-penggal maka makna keseluruhan
penuturan tak mudah mengesan pada angan-angan pembaca.
Karena itu keduanya harus bahu-membahu, sama-sama dipakai dalam
karangan. Bila mengutarakan pokok pendapat yang akan diuraikan lebih
lanjut, baik menggunakan kalimat pendek. Sedangkan uraian-uraian
penjelasan-penjelasan sepatutnya menggunakan kalimat yang panjang.
Selanjutnya kesimpulan-kesimpulan pendapat akan lebih baik jika dikatakan
dengan kalimat pendek-pendek.
Dalam karangan cerita, terutama bila menceritakan gerakan yang cepat atau
peristiwa yang terjadi berturut-turut, lebih baik jika menggunakan kalimat
pendek. Demikian juga dialog dalam cerita.
Dalam karangan ilmiah, pernyataan resmi, perundang-undangan, uraian,
ulasan dan definisi-definisi, diperlukan penuturan-penuturan yang terang,
jelas dan seksama. Untuk itu kalimat yang tak berapa panjang selalu lebih
baik daripada menggunakan kalimat yang panjang-panjang.
5. Kalimat Sederhana dan Luas

51

Kalimat yang subyek dan predikatnya hanya satu disebut kalimat tunggal. ini
mungkin sederhana sekali, yaitu hanya terjadi dari dua buah kata. Mungkin
pula agak luas atau lanjut, karena diperluas dengan berbagai macam
keterangan, baik pada subyek maupun pada predikatnya.
Kalimat tunggal itu, meskipun sangat sederhana, bila memang perlu dan
mungkin, akan lebih baik jika divariasikan. Selain dengan jalan mengubah
urutan kata-katanya, boleh juga dengan kata lain. Sebagaimana biasa,
kalimat dibedakan atas lima jenis : Kalimat berita, kalimat tanya, kalimat seru,
kalimat modal (harapan dsb) dan kalimat perintah.

6. Hubungan Kalimat
Kalimat-kalimat dalam karangan berhubungan satu dengan yang lain. Ada
yang hanya berhubungan makna. Ada juga yang berhubungan makna dan
bentuknya, sehingga merupakan satu ikatan.
Adapun hubungan-hubungan kalimat itu pada umumnya dinyatakan.
a. Dengan kata di dalam kalimat. Jadi di dalam kalimat ada yang disamping
melakukan tugasnya biasa, dilakukan juga tugas selaku petunjuk
hubungan, contoh :
Amir pergi ke Sala. la hendak menegok neneknya. (la selaku petunjuk
hubungan).
Anak itu jatuh. Kakinya patah, (nya selaku petunjuk hubungan).
b. Dengan lagu atau penghematan
Dia masuk ke kamar. Saya duduk di bangku, dua kalimat itu dapat
dihubungkan dengan lagu : Dia masuk ke kamar, saya duduk di bangku.
Dia tinggal di sana sepekan. Dia menginap di losmen Sempurna, dapat
dihubungkan dengan penghematan dia : Dia tinggal di sana sepekan,
menginap di losmen Sempurna.
c. Dengan tumpuan kata hubung, yaitu kata yang memang sebagai
penghubung kalimat, misalnya : Dia tidak dapat datang malam ini, karena
ayahnya sakit. Meskipun hujan lebat, dia akan datang juga.
7. Kalimat Bersusun
Dua kalimat atau lebih yang digabungkan jadi satu ikatan, secara tatabahasa
disebut kalimat bersusun. Kalimat-kalimat yang telah tergabung dalam satu
ikatan, sudah tidak tegak sendiri, melainkan menjadi anggota dalam kalimat
bersusun itu.

52

Adapun kedudukan kalimat yang jadi anggota dalam kalimat bersusun itu
adalah setara, sama tingkatnya. Ada juga yang tak setara, artinya, ada yang
jadi anggota utama (induk kalimat) dan anggota tak utama (anak kalimat).
Lain dari itu ada kalimat bersusun rapatan, ialah kalimat bersusun setara
yang dirapatkan, dengan menghilangkan satu dari subyek atau predikat yang
sama, seperti misalnya : "dia membeli kuda serta menjual lembu".
Demikianlah hubungan-hubungan kalimat dalam tatabahasa. Sudah tentu
bukan tempatnya dibicarakan di sini seluk-beluk kalimat bersusun itu. Yang
penting bagi karang-mengarang ialah kalimat bersusun itupun bilamana perlu
hendaklah dibuat bervariasi juga. Misalnya :
a. Beberapa kalimat tunggal dijadikan kalimat bersusun.
Dari rumah ia pergi ke kolam. Dari sana ke sawah.

menjadi : Dari rumah ia pergi ke kolam, lalu ke sawah.


b. Kalimat bersusun diuraikan jadi kalimat tunggal.
Dia tidak masuk bekerja, karena anaknya sakit

menjadi Anaknya sakit. Karena itu dia tidak masuk bekerja.


c. Menggunakan konstruksi pendek.
Aminah menangis, ketika ia mendengar kata ayahnya itu,

menjadi : Aminah menangis mendengar kata ayahnya itu.


atau : Mendengar kata ayahnya itu, Aminah menangis.
d. Menggunakan berbagai penggeseran ke depan (prolepsis).
Saidah boleh mengikuti sekali-sekali, kalau ayahnya pergi ke kota.
menjadi: Kalau ayahnya pergi ke kota, Saidah boleh mengikut sekalisekali
atau: kalau ayahnya pergi ke kota, Saidah boleh mengikut.
Selanjutnya masih ada lagi cara lain untuk membuat variasi kalimat bersusun
itu. Tetapi ada satu hal yang penting, yaitu : pembentukan variasi itu kalimat
jangan dengan mengaburkan kejelasan makna. Variasi kalimat yang kurang
jelas dan kurang terang, lebih banyak ruginya daripada untungnya. Lagi pula
dalam melakukan variasi kalimat, perlu juga mengingat hubungannya dengan
kalimat lain-lain dan suasana pembicaraan pada umumnya.

53

B. Paragraf
1. Pengertian dan Definisi Paragraf
Istilah paragraf, alinea ataupun 'paragraph' sudah sering kiti dengar bahkan
pernah digunakan baik percakapan maupun dalam praktek. Dalam rapat,
diskusi, ataupun seminar, misalnya, peserta sering berkata, " ... pada
paragraf pertama baris kelima.... Para guru pun sering berkata : Anakanak perhatikan paragraf kesekian.... Apalagi mereka yang sering menulis
baik menulis surat, kertas kerja, laporan, dan skripsi pastilah mereka itu
menggunakan pengertian paragraf dalam tulisannya tersebut.
Namun, bila ditanyakan apa yang disebut dengan paragraf, maka
jawabannya akan bervariasi. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia,
karangan Purwadarminta (almarhum) tertera penjelasan Purwadarminta,
diberikan oleh Weaver (1961,194) sebagai berikut : '... paragraph means
something written beside'. Wojowasito (1977, 285) mengartikan paragraf
sebagai membagi dalam pasal demi pasal'. Pengertian yang lebih jelas
diberikan oleh Barnett (1974, 61) sebagai berikut: A paragraph is a group of
closely related sentences arranged in a way that permits a central idea to be
defined, developed, and clarified".
Bila ditelaah pengertian paragraf seperti yang tercantum pada sumber
tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan. Paragraf berisi
sesuatu dan penulisan paragraf selalu dimulai dengan garis baru yang
dimajukan ke depan atau "Indentation . Kesimpulan ini berdasarkan sumber
pertama dan kedua. Dan pengertian sumber ketiga tersirat pengertian
bahwa ada semacam usaha untuk mengubah pengertian abstrak menjadi
pengertian yang lebih kongkrit. Sayangnya usaha tersebut tidak dijabarkan
sampai tuntas. Dari definisi Barnett dapat disimpulkan bahwa paragraf
merupakan seperangkat kalimat berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimatkalimaf tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang
dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan dan diperjelas.
Terdapat beberapa ciri atau karakteristik paragraf.
a. setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang
relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan
b. umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat
c. paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran
d. paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat
e. kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis sistematis.
Berdasarkan penganalisaan atas beberapa sumber yang memberikan
keterangan tentang paragraf serta dilengkapi atau dipadukan dengan hasil

54

pengamatan terhadap karakteristik paragraf, maka sampailah pada suatu


kesimpulan bahwa deflnisi paragraf sebagai berikut : " Paragraf adalah
seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu
kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang
tersiraf dalam keseluruhan karangan.
2. Fungsi Paragraf
Sesuatu yang bersifat abstrak lebih sukar dipahami dibandingkan dengan
sesuatu yang lebih kecil dan kongkrit. Pemahaman pada dasarnya ialah
memahami bagian-bagian kecil serta hubungan antar bagian yang abstrak.
Maka untuk memahaminya karangan itu perlu dipecah-pecah jadi bagianbagian kecil yang dikenal dengan istilah paragraf. Memahami isi paragraf
jauh lebih mudah daripada memahami isi buku sekaligus.
Melalui penjelasan di atas tersirat fungsi paragraf :
a. sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok
keseluruhan karangan.
b. memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang.
Penulis paragraf yang terencana baik selalu bersifat logis-sistematis.
Paragraf tersusun baik merupakan alat bantu baik bagi pengarang
maupun bagi pembaca.
c. mengembangkan jalan pikirannya secara sistematis. Bagi para pembaca
kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis itu sangat memudahkan
menelusuri serta memahami jalan pikiran pengarang.
d. ialah mengarahkan pembaca dalam mengikuti alur pikiran pengarang
serta memahaminya.
d. alat penyampai fragmen pikiran
e. penanda pikiran baru mulai berlangsung. Paragraf yang baik selalu berisi
ide pokok yang merupakan bagian yang integral dari ide pokok yang
terkandung dalam keseluruhan karangan. Ide pokok paragraf tidak
hanya merupakan bagian dari ide pokok tersebut. Melalui fragmenfragmen ide pokok yang tersirat dalam tiap paragraf, maka akhirnya
pembaca sampai kepada pemahaman total isi karangan.
f. sebagai pengantar, transisi dan konklusi.
Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf sering juga digunakan
sebagai pengantar, transisi atau peralihan dari suatu bab ke bab lain.
Bahkan tidak jarang paragraf digunakan sebagai penutup.
Dengan demikian maka sampailah kita kepada suatu kesimpulan bahwa
paragraf berfungsi sebagai :

55

a. Penampung untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran


pengarang.
b. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara
sistematis.
c. Pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami alur pikiran
pengarang.
d. Alat untuk penyampai fragmen pikiran atau ide pokok pengarang kepada
para pembaca.
e. Sebagai penanda bahwa pikiran baru dimulai.
f. Dalam rangka keseluruhan karangan paragraf dapat berfungsi sebagai
pengantar, transisi, dan penutup (konklusi).
3. Tema Dalam Paragraf
Paragraf merupakan kesatuan yang terdiri dari beberapa buah kalimat.
Kalimat-kalimat dalam paragraf itu terikat oleh satu tema, berpusat dan
berkisar pada satu tema yang sama. Perhatikan kutipan paragraf di bawah
ini. Kalimat-kalimat semuanya berkisar pada tema yang satu yaitu :
Dipanegara berjiwa pahlawan adat dan agama.
Selain daripada itu Dipanegara mempunyai pula jiwa pahlawan adat dan
agama. Pusat dari perhatian Dipanegara yaitu sangat setia dan tertambat
pada adat pusaka Indonesia yang luhur dan kepada perintah agama Islam.
Cita-cita kesusasteraan Jawa-lama, yaitu menjadi satria. Beliaulah pahlawan
satria yang berjuang dalam sejarah lama di tanah Indonesia. Langkah dan
gerak-geriknya menandakan, bahwa jiwanya yang sangat kuat. Jikalau
jiwanya tidak kuat, tentulah perjuangan itu tidak akan sampai 5 tahun
lamanya : juga karena kemaslahatan hatinya dalam tawanan yang 25 tahun
itu tidak akan tertahan. Hidupnya Dipanegara adalah seperti kehidupan
seorang Herucakra dalam zaman dahulu kala dan sebagai seorang wali yang
bergerak atas jalan Allah (Mr. Moh. Yamin, Dipanegara).
Dari kutipan itu jelaslah sudah bahwa paragraf merupakan kesatuan yang
terikat dalam satu tujuan (maksud). Kalimat-kalimatnya berkisar pada satu
tema "Dipanegara berjiwa pahlawan adat dan agama.
Jadi sebelum sampai ke temanya, pembaca dihadapkan dengan penjelasan,
keterangan dan sebagainya. Jika paragrafnya tak seberapa panjang, tak
akan mengaburkan tema. Tetapi jika paragrafnya panjang, besar
kemungkinan tema akan kabur atau terpendam dalam timbunan kalimat.
Perhatikan tema di dalam paragraf berikut ini.
Tetapi dengan menerima, bahwa kita sekarang tidak terpencil lagi, bahwa
negeri kita sudah sebagian dari dunia yang besar, yang bersatu bukan saja

56

oleh mesin terbang, radio dan surat kabar, tetapi juga oleh politik dan
ekonomi dunia, haruslah kita menjaga supaya kebudayaan kita, masyarakat
kita, kehidupan bangsa kita jangan menjadi hanya bayangan daripada
masyarakat, kebudayaan, kehidupan di negeri lain. Dalam mengejar
kemoderenan sekarang ini besar sekali bahayanya kita senantiasa akan
mengikuti Eropa dan Amerika dari belakang. Yang timbul disana menjadi
pedoman yang mutlak bagi kita. Dalam hal yang demikian lenyaplah
kehidupan kita sendiri. (S.T.A Pujangga Baru).
Tema dalam paragraf itu ialah "kebudayaan (masyarakat kehidupan) kita"
jangan hanya menjadi bayangan kebudayaan asing. Tema itu masih tampak
menjulang, karena tidak terpendam oleh kalimat kalimat yang
mendahuluinya,
Tema kerap pula tidak tersurat, melainkan tersirat saja di dalam paragraf.
Jadi tak ada kalimat yang menyatakan tema dalam paragraf itu. Meskipun
demikian seluruh kalimat dalam paragraf itu tetap merupakan kesatuan,
sebab semuanya membicarakan sesuatu hal yang sama.
Jarum timbangan siang hari telah condong dan matahari sedang menuju ke
tempat peraduannya (1), gelap mulai merayap sebagai merayapnya
perasaan ke dalam sanubari hati (2). Segala suara mereda, kecuali suara
burung gereja yang berdesak-desakan di hadapan pintu sarangnya (3). (AIManfaludhi-A.S. Alatas, Magdalena).
Tema dalam paragraf itu tersirat di dalam kelompok kalimat. Sekalian
kalimat memperkatakan suasana petang hari". Itulah tema paragraf itu.
Kalimat (1) melukiskan keadaan matahari : kalimat (2) menceritakan
keadaan cuaca (terang dan gelap) : dan kalimat (3) melukiskan suara
(bunyi) pada petang hari itu.
4. Panjang Pendek Paragraf
Suatu tema yang segi-seginya banyak dibicarakan sudah tentu akan
memerlukan paragraf yang panjang. Sebaliknya, yang tak banyak yang
dipercakapan cukup dituangkan ke dalam paragraf yang pendek. Jadi
panjang pendek paragraf sama halnya dengan panjang pendek kalimat.
Kedua-duanya bergantung pada isinya.
Apabila melukiskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan cepat, lebih
kena jika dituangkan ke dalam paragraf yang pendek. Sedang uraian,
ulasan, pembahasan dan penjelasan-penjelasan, sudah sepatutnya
dituangkan dalam paragraf yang panjang.
Sebenarnya panjang pendek paragraf tak ada aturan yang mengikat. Pada
pokoknya selalu tergantung pada banyaknya pembicaraan suatu tema.
Tetapi paragraf yang panjang, lebih-lebih lagi yang terlalu panjang, pada
umumnya kurang memberikan kesan pada angan-angan pembaca. Itulah
disebabnya maka kurang lazim dipakai sekarang. Banyak penulis yang lebih

57

suka menuangkan gagasannya kedalam paragraf yang tak terlalu panjang.


Kecenderungan untuk memperpendek paragraf itu, sudah tentu banyak
manfaatnya, asalkan dilakukan dengan bijaksana.
Pada dasarnya satu paragraf ialah satu kesatuan atau keseutuhan
pembicaraan. Paragraf yang panjang tak ada buruknya dipenggal jadi dua
tiga paragraf yang pendek, jika tak mengganggu kesatuan pembicaraan.
Untuk memperpendek paragraf boleh juga ditempuh jalan lain, yaitu dengan
menanggalkan kalimat-kalimat yang kurang penting atau bila mungkin
kalimat-kalimatnya dipadatkan. Tetapi cara demikian itu ada juga
bahayanya. Paragraf yang terlampau padat, mudah menyebabkan kabur
atau gelap.
Lain dari itu, pemendekan paragraf yang tidak sewajarnya sering
mengakibatkan hal-hal yang kurang baik. Paragraf yang terlampau pendek
kerap hilang sifatnya sebagai paragraf. Apa yang rupanya sebagai paragraf,
sebenarnya sudah bukan paragraf lagi, melainkan gagasan-gagasan yang
terlepas satu dengan yan lain. Seluruh atau sebagian karangan terpecah
belah, tidak lagi merupakan kesatuan atau keseutuhan. Hal yang dituliskan
sebagai paragraf hanya merupakan percikan percikan gagasan semata,
yang harus disusun dan dihubung-hubungkan oleh pembaca sendiri.
Membaca karangan yang demikian sama halnya dengan membaca sajak.
Perhatikan paragraf paragraf yang sangat pendek dibawah ini :
Semangat seniman Indonesia seolah-olah dilabrak. Dia dipaksa ke kanan,
tetapi karena dipaksa, maka "terpaksa" ia ke kiri. Seni suara timbul.
Pemuda-pemuda adakan gubahan lagu, C. Simanjuntak, G.R, Sinsoe (Coh'),
Situmorang, Tobing, Kusbini, Ismail, adakan gubahan-gubahan dll.
Lagu-lagu digembleng dengan sajak penggempur Sekutu, tetapi jiwa
Indonesia "membacanya", dengan arti : "penggempur penjajah".
Seni-lukis, seni-suara, seni-sastra, bergabung dalam sandiwara.
(M.R. Dayoh, Radio dan Masyarakat Indonesia)
Penggunaan paragraf pendek-pendek atau kalimat-kalimat yang diasingkan
sebagai paragraf contoh diatas itu, boleh kiranya dipandang sebagai mode
dalam karang-mengarang. Biasanya diterapkan dalam karangan cerita,
terutama sekali cerita pendek. Dalam karangan uraian, pembahasan,
penjelasan dsb, terkecuali tajuk rencana, boleh dikatakan jarang dipakai.
5. Kalimat-kalimat dalam paragraf
Kalimat awal dalam paragraf adalah posisi yang wajar untuk menyatakan
tema. Dan supaya lebih nyata, tema itu hendaknya dinyatakan dalam kalimat
yang tak terlalu panjang. Selanjutnya tak ada buruknya disambung dengan
kalimat-kalimat yang agak panjang, sebab kalimat-kalimat itu untuk

58

menguraikan, mengulas, membahas atau melukiskan tema yang telah


disebut dalam kalimat yang terdahulu.
Segala sesuatu yang telah tercantum dalam kalimat awal yang menyatakan
tema itu, kadang-kadang diulang lagi dengan cara lain dalam kalimat akhir.
Jika tidak diulang, biasa juga pada posisi akhir itu disiratkan pernyataan atau
cara lain yang menyatakan bahwa paragraf yang terakhir. Semua itu untuk
menguatkan paragraf dan dengan demikian maka kesatuan dan kebulatan
paragraf akan lebih jelas kelihatan. Perhatikan awal dan akhir paragraf di
bawah ini.

Tentang lama dan baru didalam roman modern banyak yang akan dapat
dikatakan : tentang pandangan dan sikap lama dan baru, tentang emansipasi
perempuan dsb. Sebab di dalam romanlah kita sebaik-baiknya dapat melihat
kehidupan jiwa orang dalam sesuatu jaman, jalan pikirannya, cita-citanya,
pandangan hidupnya, sikapnya dsb. Adapun roman yang saya sebut modern
ialah roman yang terbit kira-kira tahun 1920.
6. Perlengkapan Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat
kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan
dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran
tersebut dapat diterima dengan jelas oleh pembaca maka paragraf harus
tersusun secara logis-sistematis. Alat bantu untuk menciptakan susunan
logis-sistematis itu ialah elemen-elemen paragraf yaitu :
a. Transisi (Transition).
b. Kalimat topik (Topic sentence)
c. Kalimat pengembang (Development Sentences)
d. Kalimat Penegas (Punch-Line)
Keempat unsur paragraf, yaitu transisi, kalimat topik, kalimat pengembang,
dan kalimat penegas kadang-kadang bersama-sama, kadang-kadang hanya
sebagian tampil dalam suatu paragraf.
Susunan unsur paragraf jenis ini terdiri atas :
a. Transisi (berupa kata atau kalimat)
b. Kalimat topik
c. Kalimat pengembang
d. Kalimat penegas

59

Contoh:
Sebaliknya, dirumah, Pak Ali sering marah-marah. Sarapan pagi terlambat
dihidangkan apalagi dalam keadaan dingin ia langsung memukul-mukul
meja makan sambil memaki-maki pelayan dapur. Kamar tidur tidak bersih
giliran pelayan kamar kena omelan. Bila letak buku atau surat-surat
berubah dari semula maka ia langsung menegur istri atau anaknya. Kalau
pekarangan dan mobil tidak bersih alamat pelayan taman kena 'semprotan'.
Boleh dikata Pak Ali melampiaskan marahnya setiap ada yang tidak beres
dirumah.

Paragraf Memiliki Tiga Unsur Paragraf jenis ini terdiri alas :


a. Transisi (berupa kata atau kalimat)
b. Kalimat topik
c. Kalimat pengembang.
Contoh :
Umumnya, masyarakat Indonesia peramah. Hampir semua anggota
masyarakatnya mau membantu bila diminta. Tamu asing yang minta
penjelasan tentang sesuatu akan dibantunya dengan senang hati. Bertemu
dengan siapa saja di jalan akan disapanya dengan sopan dan ramah.
Mereka tidak pernah cemberut menghadapi tamu-tamunya. Menghidangkan
sesuatu kepada tamu pasti dengan ucapan merendah disertai senyuman.
Kemungkinan susunan lain dari paragraf ini :
a. Kalimat topik
b. Kalimat pengembang
c. Kalimat.penegas.
Contoh :
Sejak ayahnya meninggal, tanggung jawab Amin semakin berat. Biaya hidup
keluarga dibebankan ke pundaknya. Pelunasan utang-piutang keluarga
selama ini harus diselesaikannya sendiri. Kelanjutan sekolah adik-adiknya
harus ia pertahankan. Pengelolaan Perusahaan Bata peninggalan ayahnya
harus pula ia laksanakan. Benar-benar Amin menjadi tumpuan harapan
keluarganya.
Paragraf Memiliki Dua Unsur Paragraf jenis ini terdiri atas :
a. Kalimat topik

60

b. Kalimat pengembang
Contoh :
Walaupun prestasi PSSI di "Merdeka Games" semakin menanjak, akhirnya
masuk kotak juga. Pada pertandingan pertama melawan kesebelasan Korea,
PSSI kalah tipis 0-1. Biasanya kekalahan melebihi satu. Pertandingan kedua
melawan Australlia, juara Zone Oceania Pasifik, PSSI berbagi angka dengan
Australia. Stand akhir 1-1. Pertandingan ketiga melawan Kuwait, juara pool
Asia, Kesebelasan Indonesia juga tidak memalukan. Pertandingan selesai
pada nilai 1-1. Pertandingan keempat melawan tuan rumah, Malaysia. Dalam
pertandingan ini PSSI menyajikan permainan yang kuat dan tangguh.
Malaysia yang tergolong kesebelasan yang kuat di kawasan Asia diserang
habis-habisan oleh kesebelasan PSSI Hanya dewi fortuna saja yang belum
memihak PSSI sehingga pertandingan berkesudahan 1-1. Pertandingan
kelima dengan Marokko, berakhir dengan kekalahan bagi Indonesia 0-2.
Kekalahan ini menyebabkan Indonesia masuk kotak.
7. Transisi
Transisi ialah mata rantai penghubung antar paragraf. Transisi berfungsi
sebagai penghubung jalan pikiran dua paragraf yang berdekatan. Kata-kata
transisional merupakan petunjuk bagi pembaca ke arah mana ia sedang
bergerak atau mengingatkan pembaca apakah sesuatu paragraf baru
bergerak searah dengan ide pokok sebelumnya. Karena itu sering dikatakan
orang bahwa transisi berfungsi sebagai penunjang koherensi dan kepaduan
antar bab, antar anak-bab, dan antar paragraf dalam suatu karangan.
Transisi tidak selalu harus ada dalam setiap paragraf. Kehadiran transisi
dalam paragraf bergantung kepada pertimbangan pengarang. Bila pengarang
merasa perlu ada transisi demi kejelasan informasi maka transisi wajar ada.
Sebaliknya, bila pengarang dapat mengekspresikan ide pokoknya dengan
jernih tanpa transisi maka transisi tak perlu hadir dalam paragraf tersebut.
Transisi tidak hanya terdapat dalam paragraf. Tetapi terdapat juga dalam
kalimat, antar paragraf, antar anak bab dan antar bab. Bila terdapat dalam
kalimat maka transisi berfungsi menghubungkan antar bagian-bagian kalimat.
Bila terdapat antaranak bab maka transisi menghubungkan ide pokok dalam
anak bab tersebut. Bila terdapat antar bab maka transisi berfungsi sebagai
jembatan penghubung ide pokok dalam bab yang berdekatan tersebut.
Ada dua cara untuk mewujudkan hubungan antar dua paragraf. Pertama
secara implisit. Kedua, secara eksplisit. Hubungan implisit tidak dinyatakan
oleh alat penanda transisi tertentu. Walaupun demikian hubungan antar
paragraf masih dapat dirasakan. Hubungan eksplisit dinyatakan oleh alat
penanda transisi tertentu. Walaupun demikiin hubungan antar paragraf masih
dapat dirasakan. Hubungan eksplisit dinyatakan oleh alat penanda transisi
tertentu seperti :

61

a. Kata, termasuk di dalamnya kelompok kata.


b. Kalimat.
8. Transisi Berupa Kata
Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata sangat banyak dan
berjenis jenis. Pada garis besarnya alat penanda transisi tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Penanda hubungan kelanjutan, misalnya : dan, Lagi, Serta, Lagi pula,
Tambahan lagi.
b. Penanda hubungan urutan waktu, misalnya: Dahulu Kini, Sekarang,
Sebelum, Setelah, Sesudah, Kemudian, Sementara itu, Sehari
kemudian, dan seterusnya.
c. Penanda klimaks, Misalnya : paling ......... se ....... nya ter .......
d. Penanda perbandingan, misalnya : sama seperti, ibarat, bak, bagaikan.
e. Penanda kontras, misalnya : tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya.
f.

Penanda urutan jarak, misalnya ; di sini, di situ, di sana, dekat, jauh,


sebelah .....

g. Penanda ilustrasi, misalnya : umpama, contoh, misalnya.


h. Penanda sebab-akibat, misalnya: karena, sebab, oleh karena, akibatnya
i.

Penanda kondisi (pengandaian), misalnya : jika, kalau, jikalau, andai


kata, seandainya

j.

Penanda kesimpulan, misalnya : kesimpulan, ringkasnya, garis


besarnya, rangkuman

9. Transisi Berupa Kalimat


Transisi jenis kedua berupa kalimat yang lebih terkenal dengan istilah
"LEAD" - IN- SENTENCE" (Kalimat Penuntun) berfungsi ganda, yakni,
sebagai transisi dan sebagai pengantar topik utama yang akan
dipertimbangkan.
Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti kalimat topik. Letaknya
selalu mendahului kalimat topik. Bila dalam suatu paragraf terdapat kalimat
penuntun sebagai transisi maka kalimat topik terdapat segera setelah
kalimat penuntun selesai.
Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi, morfologi mengenai studi
tata kata dan sintaksis membicarakan tata kalimat.

62

a. Kalimat Topik
Ada berbagai istilah yang sama maknanya dengan kalimat topik. Dalam
Bahasa Inggris kita jumpai istilah-istilah "major point", "main idea", dan
"topic sentence". Keempatnya bermakna sama mengacu kepada
pengertian kalimat topik. Dalam Bahasa Indonesia pun kita temui istilahistilah seperti pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok dan kalimat pokok.
Kempat-empatnya juga mengandung makna sama atau bersamaan serta
mengacu kepada pengertian kalimat topik.
Kalimat topik adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam
bentuk umum atau abstrak. Misalnya :
1) Sial benar saya hari ini,
2) Harga barang-barang bergerak naik.
Contoh (1) menyatakan kesialan seseorang. Kesialan tersebut baru
berupa pernyataan abstrak harus diuraikan ke dalam contoh-contoh
yang kongkrit. Demikian pula contoh (2) harga barang naik, masih
bersifat umum, yang perlu diperjelas berapa naiknya untuk tiap barang.
Sehingga jelas pengertian yang terdapat pada kalimat topik.
Ada tiga kemungkinan letak kalimat topikldalam suatu paragraf.
Kemungkinan pertama, pada bagian awal paragraf, segera setelah
transisi kalau transisi ada pada paragraf tersebut. Kemungkinan kedua,
terdapat pada bagian akhir paragraf. Kemungkinan ketiga, berada di
tengah-tengah paragraf, tetapi hal ini jarang ditemui.
b. Kalimat Pengembang
Kemungkinan besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu paragraf
termasuk kalimat pengembang. Bila dimisalkan jumlah kalimat dengan
suatu paragraf 12 buah, maka perbandingan jumlah kalimat sebagai
berikut :
1) paragraf yan berunsur transisi, kalimat topik, kalimat pengembang
dan penegas mempunyai porsi masing-masing satu untuk transisi,
satu untuk topik dan satu untuk penegas sisanya sembilan, itulah
kalimat pengembang atau 75 %.
- . bila transisi tidak berupa kalimat, maka kalimat pengembangnya
berjumlah 10 atau 80 %
- . Bila paragraf tersebut tanpa transisi dan penegas maka jumlah
kalimat pengembang sebelas buah atau 90%.
Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
kalimat dalam suatu paragraf termasuk kategori kalimat
pengembang.

63

2) Susunan kalimat pengembang tidak sembarang. Urutan kalimat


pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat
abstrak kronologis biasanya menyangkut hubungan antara benda
atau kejadian dengan waktu. Urutannya masa lalu, kini dan masa
yang akan datang.
Bila pengembangan kalimat topik berhubungan dengan jarak
(spasial), biasanya menyangkut hubungan antara benda dan
peristiwa dengan ukuran jarak. Urutannya dimulai dari jarak yang
paling dekat - lebih jauh- dan paling jauh. Bila pengembangan kalimat
topik berhubungan dengan sebab-akibat maka kemungkinan
urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, kemudian diikuti akibatnya,
atau sebaliknya, akibatnya dinyatakan pertama-tama baru kemudian
dipaparkan sebabnya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang
berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua,
ketiga, dan seterusnya.
3) Kalimat Penegas.
Kalimat penegas adalah elemen paragraf yang keempat dan terakhir.
Elemen transisi, elemen kedua kalimat topik dan elemen ketiga
kalimat pengembang.
Fungsi kalimat penegas ada dua. Pertama, sebagai pengulang atau
penegas kembali kalimat topik. Kedua sebagai daya penarik bagi
para pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan
kejemuan.
Kedudukan kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat
mutlak. ltu ada bila pengarang merasa memerlukannya untuk
menunjang kejelasan informasi. la tidak ada bila pengarang
memandang kehadirannya tidak diperlukan. Atau bila pengarang
merasa kejelasan informasi tidak terganggu tanpa adanya kalimat
penegas.
Bila kita perbandingan kedudukan kalimat penegas dengan
kedudukan kalimat topik dan kalimat pengembang maka terdapat
beberapa kesamaan dan beberapa perbedaan. Jumlah kalimat
penegas dan kalimat topik sama. Makna yang dikandung dalam
kalimat penegas dan kalimat topik kurang lebih sama, tetapi mungkin
diutarakan dengan redaksi yang berbeda.
Eksistensi kalimat penegas tidak mutlak dalam suatu paragraf
sedang eksistensi kalimat topik dan kalimat pengembang bersifat
mutlak dalam tiap paragraf. Makna yang terkandung dalam kalimat
penegas dan kalimat topik bersifat kongkrit sebagai penjabaran dari
makna kalimat penegas dan kalimat topik.

64

Anda mungkin juga menyukai