Anda di halaman 1dari 2

Pengalaman Rohani mendoakan orang yang sudah meninggal 19 Januari 2014 Sore itu pak Sumeri sudah berada

di rumah bapak ibu Pudjono, yang kebetulan berada di Bandung. Kemudian menyusul mas Agus Budianto yang ingin berkonsultasi tentang bapaknya almarhum maupun kakaknya yang kena stroke di Banten. Kemudian aku menyusul datang setelah ditelpon pak Sumeri. Akhirnya datang juga mas Suharto yang kakaknya lagi infus darah di Banjar. Setelah ngobrol kesana kemari dengan suguhan bakso tahu dan wedang ronde, kami mempersiapkan diri untuk mendoakan pak Suwardi almarhum. Dalam komunikasi rohani, pak Pudjono melihat pak Suwardi yang sedang duduk, masih di sekeliling rumah keluarga. Kami berdoa kepada Tuhan dan dilanjutkan kepada Bunda aria melalui doa !osario. Pada perpuluhan pertama datang lagi jiwa yang mengaku bernama Neng dan minta didoakan sekalian. Pada perpuluhan kedua datang lagi jiwa yang mengaku bernama Upik dan Adi, yang juga minta didoakan. Sewaktu kami akan menyelesaikan doa, datang jiwa seorang laki laki memakai sarung dan berpe"i serta berbaju koko warna putih. Sewaktu kami tanyakan, dia mengaku bernama Rahmat dari Bangkalan. Terlihat pak Suwardi membisiki pak !ahmat agar minta didoakan. Kemudian katanya :Aku njaluk donga kaya kuwi. Dan kami jawab sebentar lagi, biar kami istirahat sesaat. Sewaktu kami tanya ko# bisa mendekati kami itu, bagaimana "aranya. $awabnya%Aku krungu saka adoh koq ndongakake pak Suwardi, mula aku ya terus nyedhak. Jenengku koq ora dise ut. Aku tetep nunggu dongamu dhisik. Aku apake Amri lan aku dipundhut tahun !""#. Aku ora isa antah$ antahan, sing penting, aku durung tekan. Sewaktu kami tanyakan, sekarang ini sedang berada dimana, dia menjawab : Aku ora ngerti kahanane, ning aku kepengin melu kowe. Kemudian datang kembali jiwa yang mengaku bernama ibu Praba &Purba' yang juga minta didoakan. Biar sekalian saja, maka aku tanyakan juga apakah masih ada jiwa(jiwa yang lain yang bisa didoakan. Terlihat sepertinya pak !ahmat pergi sebentar, kemudian datang lagi bersama ibu ibu tua yang jalannya membungkuk. )bu tersebut mengaku bernama m ah %arak, yang berasal dari desa Klegon, Banyuwangi Kidul. Kami berdoa kembali seperti tadi. Kemudian kami masih ngobrol ngobrol, sebelum melanjutkan doa safaat bagi yang sedang sakit. Sebagai manusia, memang kami memohon kesembuhan, namun sebagai orang beriman, kamipun akan menerima dengan ikhlas, apa yang dikehendaki Allah.

(ternyata tanggal 20 Januari 2014, salah satu keluarga ibu Pudjono menghadap kepada Sang Pencipta di Jakarta)

alam semakin larut dan dingin, maka hampir tengah malam kami semua berpamitan. Besok malam kalau tidak ada halangan akan dilanjutkan kembali. Pagi harinya aku menerima kabar dari ibu Pudjono bahwa mereka akan berangkat ke $akarta. Saudaranya yang bernama Priyo, yang malam sebelumnya kami doakan telah dipanggil Tuhan. erima kasih uhan, kami menerima apa yang harus terjadi, terjadilah! "arena hanya kehendak#u saja yang terbaik! $min!

Anda mungkin juga menyukai