Prevalensi Merokok
Hampir satu dari tiga orang Sebagian besar (68,8%) dewasa merokok. Prevalensi perokok mulai merokok merokok di kalangan orang dewasa sebelum umur 19 tahun, meningkat ke 31,5% pada tahun saat masih anak-anak atau 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995
remaja.
Lebih dari 6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Hanya 1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun 2001.
59.1
23.8 4.8
25-29
Cina Amerika Rusia. Jepang Indonesia Jerman Turki Brasilia Itali Spanyol
1,697,291 463,504 375,000 299,085 178,300 148,400 116,000 108,200 102,357 94,307
10 0
2.6
30+
Prevalensi merokok di kalangan pria dewasa di pedesaan adalah 67,0 % dibandingkan dengan 58,3 % di perkotaan. 73% pria tanpa pendidikan formal merokok. Lebih dari 7 dari 10 (73%) pria tanpa pendidikan formal merokok, dibandingkan dengan 44,2% pada mereka yang tamat SLTA. Pria berpenghasilan rendah: prevalensi lebih tinggi namun konsumsi lebih rendah. Makin rendah penghasilan, makin tinggi prevalensi merokoknya. Sebanyak 62,9% pria berpenghasilan rendah merokok secara teratur dibandingkan dengan 57,4% pada pria berpenghasilan tinggi. Namun pendidikan yang lebih tinggi berarti konsumsi yang lebih tinggi pula. Pria berpenghasilan tinggi merokok sekitar 12,4 batang per hari dibandingkan dengan 10,2 batang pada pria berpenghasilan rendah.
Kelompok Umur
Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi pria perokok meningkat cepat setelah umur 10 sampai 14 tahun. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 lebih tinggi dari kelompok lain manapun.
Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir: dari 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980, konsumsi meningkat sebesar 159 %. Faktor-faktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi rokok di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi.
12/4/2003
Halaman 1 dari 2
24.2 15.7
1995
2000
terpapar pada asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS). ETS menyebabkan kanker. Bayi dan anak yang terpapar ETS mengalami peningkatan resiko terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga, serta perlambatan pertumbuhan paru-paru. 4 Orang dewasa bukan perokok yang terus menerus terpapar ETS mengalami peningkatan resiko kanker paru dan jenis kanker lainnya.5
http://ehp.niehs.nih.gov/roc/tenth/profile s/s176toba.pdf
4
WHO 1999. International Consultation on Environmental Tobacco Smoke and Child Health. NCD/TFI/ETS/99. http://www.who.int/tobacco/health_impa ct/youth/ets/en/
5
US NIH 2002. Smoking and Tobacco Control: Health effects of exposure to Environmental Tobacco Smoke; http://cancercontrol.cancer.gov/tcrb/mo nographs/10/ WHO 2002. The Tobacco Atlas. http://www5.who.int/tobacco/page.cfm? sid=84
Sumber-sumber Online
1
USDA data on consumption for Indonesia is based on production http://www.fas.usda.gov/psd/complete_ files/TOB-1222000.csv Pradono and Kristanti. 2002. Passive Smokers, the Forgotten Disaster. Institute of Health Research and Development, Ministry of Health U.S. National Institutes of Health. 10th Report on Human Carcinogens. Dec 2002. Tobacco and Related Exposures.
CATATAN Prevalensi merokok dewasa usia 15 tahun keatas dari Susenas. DATA yang digunakan adalah data tahun 2001 kecuali dinyatakan lain.
11/20/2003
Halaman 2 dari 2