Anda di halaman 1dari 14

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi 1. Pengertian Luka bakar atau Combusio adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. (A.Mansjoer dkk, 2000). 2. Patofisiologi Menurut Hudak dan Gallo, bahwa cedera luka bakar mempengaruhi semua sistem organ, besarnya respons Patofisiologis ini adalah berkaitan erat dengan luasnya luka bakar, dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% dari seluruh luas permukaan tubuh. Dinamik Kardiovaskular terpengaruh secara signifikan karena cedera luka bakar, yang dapat mengakibatkan terjadinya syok Hipovolemik. Segera setelah cedera termal, terjadi kenaikan nyata pada tekanan Hidrostatik Kapiler pada jaringan yang cedera, disertai dengan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini mengakibatkan perpindahan cepat cairan plasma dari kompartemen intravaskular menembus kapiler yang rusak karena panas, dalam daerah interstisial yang mengakibatkan edema dan luka bakar itu sendiri. Kehilangan plasma dan protein cairan mengakibatkan penurunan tekanan osmotik koloid pada kompartemen vaskular; kemudian, kebocoran cairan elektrolit dari kompartemen vaskular berlanjut dan mengakibatkan pembentukan edema tambahan pada jaringan yang terbakar dan ke seluruh tubuh. Kebocoran ini, yang terdiri atas Natrium, air, dan protein plasma, diikuti dengan penurunan curah jantung, Hemokonsentrasi sel-sel darah merah, berkurangnya perfusi pada organ-organ besar, edema tubuh merata. Respons Patofisiologi setelah cedera luka bakar adalah bifase. Pada fase pasca cedera, terjadi Hipofungsi organ secara umum sebagai akibat dari penurunan curah jantung.

Tahanan vaskular perifer meningkat, sebagai akibat respons stress neurohumoral setelah trauma. Hal ini meningkatkan AFTERLOAD jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung lebih lanjut. Peningkatan tahanan vaskular perifer, juga hemokonsentrasi sebagai akibat kehilangan cairan plasma, dapat menyebabkan tekanan darah nampak normal pada awalnya; bagaimanapun, jika penggantian cairan tidak adekuat, dan kehilangan protein plasma berlanjut, maka akan segera terjadi syok hipolemik. Pada pasien yang mendapat resusitasi cairan yang adekuat, curah jantung biasanya normal pada bagian akhir dari periode 24 jam pertama setelah cedera luka bakar. Dengan pemulihan volume selama periode 24 jam kedua, curah jantung meningkat sampai tingkat hipermetabolik, dan secara perlahan kembali ke tingkat yang lebih normal dengan ditutupnya luka bakar. Kehilangan cairan di seluruh spasium intravaskular tubuh mengakibatkan penebalan, aliran yang tidak lancar dari sisa volume darah sirkulasi. Pengaruhnya mengenai semua sistem tubuh. Sirkulasi yang melambat ini memungkinkan bakteri dan material selular untuk menetap pada bagian yang lebih rendah dari pembuluh-pembuluh darah, terutama pada kapiler-kapiler, mengakibatkan pengendapan. Reaksi antigen antibodi terhadap jaringan yang terbakar menambah kongesti sirkulasi oleh penggumpalan atau aglutinasi dari sel-sel. Masalah-masalah koagulasi terjadi sebagai akibat pelepasan tromboplastin oleh cedera itu sendiri dan pelepasan fibrinogen dari platelet yang cedera. Jika terjadi trombi, mereka akan menyebabkan iskemia dari bagian terkena dan mengarah nekrosis. Peningkatan proses koagulasi akan berkembang menjadi koagulasi intravaskular diseminata. Karena hal ini adalah peristiwa yang menyebar luas, organ apa saja pada tubuh dapat terkena, dan terjadi gagal organ. 3. Etiologi Menurut Hudak dan Gallo, bahwa penyebab luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan pada agen penyebab cedera yaitu, termal (cedera terbakar, kontak, dan kebakaran api), listrik, kimia, dan radiasi.

Luas dan kedalaman luka bakar berhubungan dengan intensitas dan durasi dari pemajanan terhadap agen penyebab. 4. Gejala Klinis Menurut Henderson, bahwa gejala klinis yang utama pada luka bakar yaitu lepuh yang merupakan tanda khas luka bakar superfisial. Disini cairan tercurah dari jaringan cedera yang lebih dalam sehingga permukaan superfisial yang terbakar (mati) akan terangkat. Lepuh atau bullae pada luka bakar sering pecah dan meninggalkan suatu permukaan merah kasar yang mengeluarkan cairan serous dan dapat berdarah. Luka bakar yang superfisial terasa nyeri karena ujung saraf terpapar dan

mengalami inflamasi. Luka bakar yang dalam, gejala klinisnya pada pandangan pertama kulit mungkin terlihat hampir normal. Kemudian setelah diperhatikan, tampak kulit tersebut mengkilap pembuluh-pembuluh darahnya mudah dilihat, tetapi darah dalam pembuluh darah tersebut tidak dapat diperah keluar karena sudah mengalami koagulasi. Kulit amat kaku ketika disentuh. Bagian tersebut terasa tidak enak. Tetapi tidak nyeri, karena sebagian besar ujung saraf sudah mati. Luka sayatan pada bagian tersebut tidak akan berdarah. Kadang-kadang terjadi pengarangan dan karbonisasi (gosong). Gejala-gejala klinis lain selain diatas, yaitu adanya tanda-tanda distress pernapasan seperti serak, ngiler, ketidakmampuan menangani sekresi. Tandatanda cedera inhalasi seperti pernapasan cepat dan sulit, krakles, stridor, batuk pendek. 5. Klasifikasi Luka Bakar Cedera luka bakar digambarkan dengan kedalaman, agen penyebab, dan keparahan. Perawat harus mempunyai pengetahuan tentang struktur dan fungsi dasar kulit untuk mengerti klasifikasi berbagai derajat luka bakar. Kulit adalah organ tubuh yang paling luas, dan kulit melakukan beberapa fungsi yang kompleks. Kulit adalah pertahanan baris pertama dari tubuh terhadap serangan mikroorganisme dan radiasi lingkungan. Kulit mencegah kehilangan

cairan tubuh, mengendalikan suhu tubuh, berfungsi sebagai organ ekskretorik dan sensorik, menghasilkan vintamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Berdasarkan berat ringannya, luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Berat/kritis bila : 1). Derajat 2 dengan luas lebih dari 25% 2). Derajat 3 dengan luas lebih dari 10%, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan. 3). Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau fraktur. 4). Luka bakar akibat listrik. b. Sedang bila : 1). Derajat 2 dengan luas 15 - 25% 2). Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki dan tangan. c. Ringan bila : 1). Derajat 2 dengan luas kurang dari 15% 2). Derajat 3 kurang dari 2%

6. Penatalaksanaan Pada prinsipnya penangangan luka bakar menurut Mansjoer dkk adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik. Pada kulit yang vital dan elemen didalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Tindakan lain yang perlu diperhatikan adalah : a. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi. b. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistimatis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. c. Berikan obat untuk mengurangi rasa nyeri. d. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil.

e. Berikan obat antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. f. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril. g. Berikan serum anti tetanus/toxoid yaitu ATS 3000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada anak-anak. h. Berikan nutrisi yang cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. 7. Hasil Laboratorium Hematokrit meningkat. Leukosit meningkat. Natrium dan klorida meningkat. Ureum meningkat. Trombosit menurun. Kalium menurun.

a. Pengkajian : a) Pola Tidur. Sebelum sakit pasien tidur rata-rata 7 - 8 jam sehari, dengan waktu tidur mulai jam 21.00 sampai dengan jam 05.00 wita. Saat sakit tidur pasien 3 - 4 jam, pasien mengalami gangguan tidur karena nyeri pada luka bakar, pasien mengatakan sering terbangun dan sulit untuk tidur lagi. b) Pola Eliminasi. Sebelum sakit pasien tidak mengami kesulitan buang air besar dan buang air kecil. Frekwensi buang air besar 1 - 2 kali perhari dengan dengan konsistensi lembek, warna kuning dan bau khas faeces. Frekwensi buang air kecil 3 - 4 kali sehari warna kuning jernih, bau khas urine dengan jumlah banyak (tidak diukur).

Saat pengkajian pasien mengatakan buang air besar dan buang air kecil tidak mengalami kesulitan. c) Pola Pernapasan. Saat pengkajian jenis pernapasan torakoabdominal, frekwensi pernapasan 20
X

/menit.

d) Pola Makan dan Minum. Sebelum sakit, pasien mengatakan frekwensi makannya 3 kali sehari dengan jenis makanan yaitu nasi, sayur, lauk pauk dan buah yang kadang-kadang saja. Pola minum pasien sebelum sakit yaitu 9 - 10 gelas sehari, jenis minuman yang diminum adalah air putih dan kopi. Saat pengkajian frekwensi makannya 3 kali sehari yaitu pukul 07.00, pukul 12.00, dan pukul 18.00 dengan jenis makanan yang sama selain itu juga pasien mengkonsumsi makanan dari rumah seperti roti dan buah. Porsi makan yang disajikan dapat dihabiskan. Saat dikaji pasien tidak terpasang infus. e) Keadaan Kulit Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, textur kulit kenyal, pasien mengatakan bahwa sebelum sakit mandi dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Sikat gigi satu kali sehari. Saat pengkajian mandi satu kali sehari, sikat gigi satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Bibir tampak kering, lidah kotor, tidak ada karies gigi, tampak adanya luka bakar pada bokong dan ekstremitas bawah. f) Aktivitas. Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit aktivitas yang biasa dilakukan pada waktu luang yaitu melaksanakan pekerjaan rumah tangga dan nonton televisi. Saat dikaji segala aktivitas pasien dibantu. 4. DATA PSIKOLOGIS

Pasien merasa cemas dengan keadaan penyakitnya dimana pasien sering menanyakan tentang keadaan penyakitnya. Saat dikaji pasien ditemani oleh suaminya. Pasien mengatakan merasa senang kalau didekati oleh perawat dan diajak berkomunikasi. 5. DATA SOSIAL Pola komunikasi yang dilakukan yaitu komunikasi verbal. Orang yang paling berharga bagi pasien adalah suami dan anak. Hubungan antara pasien suami serta anak dan lingkungan sekitarnya cukup baik. 6. DATA SPIRITUAL Agama yang dianut oleh pasien adalah Kristen Protestan. Sebelum sakit pasien mengatakan selalu aktif dalam kegiatan keagamaan baik di Gereja maupun di IbadahIbadah organisasi. Selama dirawat pasien beribadah bersama keluarga untuk kesembuhannya. 7. PEMERIKSAAN FISIK a) Keadaan Umum b) Kesadaran c) Kepala : Tampak sakit : Compos Mentis : Conjunctiva tidak pucat, sklera putih, pupil bulat isokor, ada lingkaran gelap bawah mata. d) Leher e) Thorax : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. : Bentuk dada simetris kiri / kanan, jenis pernapasan Thoraco abdominal, frekwensi pernapasan 20 X/m, Jantung : Pada auskultasi tidak ada bunyi jantung tambahan.

f) Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik baik, hepar dan lien tidak teraba pada palpasi.

g) Genitalia h) Extremitas

: Inspeksi tidak ada flour Albus, tidak ada oedema. : Atas : - Genggaman tangan kuat. - Rentang gerak kuat. Bawah : Tampak ada luka bakar yang kemerahan dan masih

basah pada kedua tungkai, bulae berisi cairan (+). i) Vital Sign Tekanan darah Nadi Suhu badan Respirasi BB sebelum sakit BB saat dikaji : : 120/60 mmHg. : 96 X/m : 36,3 0 C : 20 X/m : 45 kg : 43 kg

8. DATA PENUNJANG. Pemeriksaan darah a. Haemoglobin b. Leucocyt c. Trombocyt d. Hematokrit 9. PENGOBATAN. a. Prafamox 500 mg 3x1 Normal : 11, 4 gr % : 11.700 / mm 3 : 404.000 / mm 3 : 32,8 % 12,00-17,00 gr % 4.000-10.000 mm 3 150.000-450.000 mm 3 38,0-54,0 %

b. Mefenamat acid 500 mg c. Actal syrup d. Vitamin C 50 mg

3x1 3 x 1 cdm 3x1

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen C. V., Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan, EGC, Jakarta, 1998. 2. Carpenito L. J., Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, Edisi Dua, EGC, Jakarta, 1999; 328 - 344. 3. Carpenito L. J., Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis, Edisi Enam, EGC, Jakarta, 2000 ; 5. 4. Carpenito L. J., Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, jakarta, 2001 ; 475 - 476. 5. Doenges M. E. dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi ketiga, EGC, 2000 ; 814 -824. 6. Effendi C, Perawatan Pasien Luka Bakar, EGC, Jakarta, 1999 ; 32 - 75. 7. Engram B, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume Tiga, EGC, Jakarta, 1999 : 746 - 757. 8. Henderson M. A. Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta, 1997 : 29 - 35. 9. Hudak dan Gallo, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume II, Edisi VI, EGC, Jakarta, 1996 ; 538-566 LUKA BAKAR Defenisi

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Derajat luka bakar *Derajat I Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5-7 hari. *Derajat II Mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Luka dapat sembuh 10-21 hari. Luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya kerusakan kapiler dan ujung syaraf di dermis. Juga timbul berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi. Derajat ini dibedakan menjadi : Derajat 2 dangkal, dimana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari. Derajat 2 dalam, dimana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama dengan waktu lebih dari 1 bulan.

*Derajat III Meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Elemen epitel tidak ada lagi maka untuk mendapat kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Kulit pucat abu-abu atau hitam, tidak ada bula, dan tidak nyeri. Persentase luka bakar Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh diukur dengan prosentase. Pengukuran ini disebut rule of nines dan pada bayi dan anak anak dilakukan beberapa modifikasi. Rule of nines membagi tubuh manusia dewasa dalam beberapa bagian dan setiap bagian dihitung 9%.

Kepala = 9% Dada bagian depan = 9% Perut bagian depan = 9% Punggung = 18% Setiap tangan = 9% Setiap telapak tangan = 1%

10

Selangkangan = 1% Setiap kaki = 18%

Hanya luka bakar derajat dua dan tigalah yang dihitung menggunakan rule of nine, sementara luka bakar derajat satu tidak dimasukan sebab permukaan kulit relatif bagus sehingga fungsi kulit sebagai regulasi cairan dan suhu masih baik.

11

Manajemen luka bakar Pre Hospital Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedang untuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis Hospital Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.

12

1. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET) atau trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk mmembebaskan jalan napas, mengurangi ruang mati,dan memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada keracunan CO, diberikan oksigen murni. Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam. 2. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae 3. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter. Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalaut steril untuk perawatan tertutup. Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita kesakitan. Obat-obatan, antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak stress) dan antipiretik diberikan bila suhu tinggi. Nutrisi harus cukup untuk menutup kebutuhan kalori, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi dapat diberikan secara parenteral. Sebagai tambahan dapat diberikan vitamin A, B, dan D, Fe sulfat 500 mg dan Vitamin C 500 mg. Komplikasi luka bakar syok hipovelemik infeksi distress pernafasan anemia parut hypertrofi kontraktur

Prognosa Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan : - luas LB, derajat LB, lokalisasi LB - umur, tingkat kesehatan, - cepat lambatnya pertolongan,

13

- fasilitas tempat pertolongan. Kematian => - shock dan kehilangan cairan - kegagalan jantung, - sepsis atau infeksi, - ARF, - Komplikasi lain : Pneumonia dll

14

Anda mungkin juga menyukai