Anda di halaman 1dari 29

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

TIM PERUMUS RUU PEMDA KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI


Jakarta 2011

ISU-ISU STRATEGIS

1. 2. 3. 4. 5. 6.

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAERAH BERCIRI KEPULAUAN WAKIL KEPALA DAERAH PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PUSAT PERANGKAT DAERAH

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH (PERDA) KEUANGAN DAERAH PELAYANAN PUBLIK DESA KAWASAN KHUSUS INOVASI DAERAH

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM BARU

Pembentukan Top Down


o PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM BARU UNTUK KEPENTINGAN STRATEGIS NASIONAL TIDAK MEMERLUKAN PERSYARATAN ADMINISTRATIF DAN TEKNIS SERTA TIDAK MELALUI TAHAPAN DAERAH PERSIAPAN.

Pembentukan Bottom Up
PERSYARATAN PEMBENTUKAN DOB : o TEKNIS DAN ADMINISTRASI: TEKNIS: GEOGRAFI, JUMLAH PENDUDUK, KESISTEMAN, CAKUPAN WILAYAH DAN USIA PEMERINTAHAN; ADMINISTRASI: PERSETUJUAN DPRD, KEPALA DAERAH SECARA BERJENJANG SERTA REKOMENDASI MENTERI. o MELALUI DAERAH PERSIAPAN YG DITETAPKAN DG PP UTK JANGKA WAKTU 3 (TIGA) TAHUN o APABILA HASIL EVALUASI DINYATAKAN LAYAK MAKA STATUS DAERAH PERSIAPAN DITINGKATKAN MENJADI DOB

URUSAN PEMERINTAHAN UMUM


Kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan
1. Pengamalan Pancasila, terlaksananya UUD 1945, menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika serta mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI; 2. Persatuan dan kesatuan bangsa; 3. Kerukunan antar umat beragama, antar etnis dan kelompok lainnya; 4. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan di daerah; 5. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan 6. Pelaks. semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Pemerintahan Daerah dan Instansi Vertikal.

Dilimpahkan oleh Presiden kepada:


GUBERNUR dibiayai APBN BUPATI/WALIKOTA Pelaksanaan di kecamatan CAMAT

sbg kepala wilayah adm. (dibantu perangkat pusat: kesbangpol)

PROVINSI BERCIRI KEPULAUAN

1. Dipertimbangkan dalam penentuan kebijakan DAU (ditindaklanjuti dalam UU Perimbangan Pusat Daerah)

2. Pemerintah Pusat dapat menugaskan kewenangannya di bidang kelautan kepada Provinsi

WAKIL KEPALA DAERAH

Kepala Daerah

KDH menentukan Wakil KDH Diangkat dari Pegawai Negeri Sipil

(+) Wa. KDH dari PNS:


- Menjaga aspek politik dan adm. - Paham pemerintahan

(-) Wa. KDH dari PNS: - Tidak otomatis jadi KDH bila KDH berhenti

Masa jabatan Wa. KDH mengikuti KDH

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEM.PUSAT

Gubernur sebagai wakil Pem. Pusat melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Dibantu oleh perangkat gubernur sebagai wakil Pem. Pusat dan dibiayai oleh APBN

Sekretaris daerah prov. merangkap sebagai sekretaris gub sbg wakil pusat

Gubernur dapat menjatuhkan sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan terhadap Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang menghambat pelaksanaan tugas gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

PERANGKAT DAERAH
Pembentukan dan susunan Perangkat daerah ditetapkan dengan Perda setelah mendapat persetujuan dari Menteri bagi organisasi Perangkat daerah Provinsi dan dari gubernur bagi organisasi Perangkat daerah Kabupaten/Kota Pembentukan dinas (melaksanakan urusan Pemda) Pembentukan badan (melaksanakan fungsi penunjang urusan Pemda)

Dibentuk berdasarkan tipologi beban kerja (tipe A, B dan C)


Beban kerja didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, dan kemampuan keuangan daerah untuk urusan wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan lahan untuk urusan pilihan

SEKRETARIS DAERAH

SEKDA PROVINSI
Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian oleh Presiden Pengangkatannya berdasarkan hasil seleksi oleh tim Pemerintah Pusat yang dibantu oleh tim penguji independen

SEKDA KAB/KOTA
Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentiannya oleh gubernur sbg wakil Pem. Pusat Pengangkatannya berdasarkan hasil seleksi oleh tim Pemerintah Pusat dan tim Pemerintah Provinsi yang dibantu oleh tim penguji independen Diisi dari PNS yg bekerja diwilayah Prov. yg bersangkutan dan memenuhi persyaratan administrasi dan kompetensi

Diisi dari seluruh PNS yg memenuhi persyaratan administrasi dan kompetensi

KEPALA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

KEPALA SKPD PROVINSI


Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian oleh gubernur Pengangkatannya berdasarkan hasil seleksi oleh tim Pemerintah Pusat dan tim Pemerintah Provinsi yang dibantu oleh tim penguji independen Diisi dari seluruh PNS yg memenuhi persyaratan administrasi dan kompetensi

KEPALA SKPD KAB/KOTA


Pengangkatan, pemindahan dan pemberhentiannya oleh bupati/walikota Pengangkatannya berdasarkan hasil seleksi oleh tim Pemerintah Provinsi dan tim Pemerintah Kab/Kota yang dibantu oleh tim penguji independen Diisi dari PNS yg bekerja diwilayah Prov. yg bersangkutan dan memenuhi persyaratan administrasi dan kompetensi

PERATURAN DAERAH Perda Provinsi Perda Kab/Kota

Disampaikan 7 hari setelah ditetapkan untuk mendapatkan nomor register

Menteri

Gubernur

Dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, kesusilaan dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

Perda Provinsi

Perda Kab/Kota

Bertentangan, dibatalkan oleh

Menteri

Gubernur

RAPERDA TTG RPJPD, RPJMD, APBD, PERUBAHAN APBD, PERTANGGUNGJAWABAN PELAKS. APBD, PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH & TATA RUANG DAERAH

Rancangan Perda Provinsi tersebut harus mendapat evaluasi Menteri Dalam Negeri sebelum ditetapkan.

Rancangan Perda Kabupaten/Kota tersebut harus mendapat evaluasi Gubernur selaku wakil pemerintah. Hasil evaluasi diikuti dengan pemberian nomor register

PEMBANGUNAN DAERAH
PROVINSI PUSAT

Pemetaan urusan wajib

KAB/KOTA

Sinergi perencanaan Pusat, Prov dan Kab/Kota mencapai target nasional seperti pendidikan, kesehatan dll

PROVINSI PUSAT

Pemetaan urusan pilihan

KAB/KOTA

Sinergi perencanaan Pusat, Prov dan Kab/Kota mencapai target nasional dibidang sektor unggulan seperti pertambangan, kehutanan, pariwisata dll

KEUANGAN DAERAH

Fokus pada aspek belanja (expenditure) untuk membiayai pelayanan dasar berdasarkan SPM

Gubernur sebagai wakil Pem. Pusat bertindak selaku koordinator ditingkat provinsi dalam alokasi DAK

PELAYANAN PUBLIK

PEMERINTAH PUSAT

Membuat Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)

Wajib menjamin terselenggara pelayanan publik Perda Pelayanan Publik sesuai Wajib membuat mekanisme Prinsip2 Pelayanan Publik & NSPK penyampaian keluhan

Pemerintahan Daerah

Maklumat Pelayanan Publik


Keluhan pelayanan publik disampaikan masy. pada ombudsman atau komisi pelayanan publik daerah

Masyarakat

KAWASAN KHUSUS

PEMERINTAH PUSAT
Menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota, untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional.

Daerah yang bersangkutan


Adanya kejelasan hak dan kewajiban Pemda dalam kawasan khusus

D E S A

Kabupaten/Kota
Dapat membentuk, menghapus, dan/atau menggabungkan
Memperhatikan asal usulnya ditetapkan dgn Perda berpedoman pada peraturan perundangundangan.

Dapat melimpahkan sebagian urusan pem. yang menjadi kewenangannya

Di atur dalam UU tersendiri

Desa sbg community self government


Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan yang berkaitan dengan hak-hak tradisional sepanjang masih hidup dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

INOVASI DAERAH Semua bentuk pembaruan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang meliputi jenis, prosedur, dan metoda pelayanan publik

1. 2. 3. 4. 5.

peningkatan efisiensi; perbaikan efektivitas; perbaikan kualitas pelayanan; tidak ada konflik kepentingan; berorientasi kepada kepentingan umum; 6. dilakukan secara terbuka; dan 7. dapat dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.

PRINSIP-PRINSIP
Perlindungan atas Inovasi sepanjang tidak memperkaya diri dan/atau orang lain

PERMASALAHAN SAAT INI

PERENCANAAN DAERAH & MANAJEMEN DATA


MASALAH :

Tidak ada konsistensi antara RPJPD, RPJMD dan RKPD; Rendahnya koherensi dan sinerji antara pusat, propinsi dan kab/ kota dalam kegiatan perencanaan dan pembangunan ; Rendahnya transparansi dan partisipasi dalam proses perencanaan; Kurangnya akurasi data yang tersedia untuk perencanaan pembangunan;

USULAN PERUBAHAN :

Revitalisasi pengawasan dan pengendalian perencanaan pembangunan oleh Gubernur untuk kab/ kota dan Pemerintah untuk perencanaan pembangunan provinsi; Kewajiban daerah untuk memelihara koherensi dan konsistensi dokumen perencanaan daerah dengan dokumen perencanaan yang dimiliki tingkat pemerintahan yang lebih tinggi: Pemerintah melakukan mapping daerah dan prioritas sektor masing-masing yang selanjutnya dituangkan dalam dokumen perencanaan yang menyangkut pusat dan daerah. DAK digunakan untuk penyeimbangnya; Mewajibkan pemerintah daerah untuk mengumpulkan, memperbaharui data secara teratur, dan mengelola data tentang: indikator hasil pembangunan, indikator keluaran, sumber-sumber masukan yang meliputi pendanaan baik bersumber dari APBD maupun dari masyarakat dan swasta, aset dan regulasi kusus; prosedur mengelola aset menjadi keluaran. Membuka akses publik terhadap data tentang indikator kinerja daerah;

Tim Revisi UU

KEUANGAN DAERAH 1/2


MASALAH : Sebagian besar APBD (70-80 %) dialokasikan untuk belanja aparatur dan biaya operasional dan proporsi untuk belanja pelayanan publik sangat rendah; Penggunaan dana dekonsentrasi dan TP untuk urusan yang telah didesentralisasikan; Efektivitas penentuan dan penggunaan DAK; USULAN PERUBAHAN : Pembatasan proporsi belanja aparatur dan biaya operasional, tidak boleh melebihi dari biaya pelayanan publik; Dekonsentrasi hanya dilakukan pada urusan ekslusif pemerintah dan urusan concurrent yang menurut kriteria tertentu sebaiknya ditangani oleh pusat (masukkan ketentuan PP 7/ 2008 mengenai dekon dan Tugas Pembantuan);

Tim Revisi UU

KEUANGAN DAERAH 2/2


UNTUK PERBAIKAN EFEKTIFITAS DAK : Penguatan peran gubernur sebagai budget optimizer dalam alokasi DAK: K/L menentukan arah dan prioritas, pagu indikatif setiap provinsi setelah mendengar pendapat gubernur. Sebelum gubernur memberi pendapat gubernur harus mendengar bupati/ walikota; Gubernur mengkoordinasi K/L untuk merumuskan perencanaan akhir dari DAK provinsi; Depdagri mengkordinasikan dan melakukan monitoring pelaksanaan DAK di provinsi; Pengaturan tentang peluang daerah untuk melakukan investasi jangka panjang, jangka menengah, dan pendek Pengaturan yang lebih detail tentang BUMD;

Tim Revisi UU

PARTISIPASI MASYARAKAT
MASALAH :

Tidak ada pengaturan yang menghubungkan antara pemerintah daerah dan masyarakat sipil Tidak ada cukup tersedia informasi tentang kegiatan pemerintahan bagi masyarakat sipil Proses kebijakan di daerah masih lebih banyak mewakili kepentingan elit politik daripada kepentingan publik

USULAN PERUBAHAN :

`Meletakan dasar bagi CSO untuk terlibat dalam local governing processes; Mewajibkan pemerintah daerah untuk melakukan konsultasi publik dalam pembuatan Perda, penganggaran, dan kegiatan pembuatan kebijakan di daerah Menjamin hak-hak warga untuk menyampaikan keluhan terhadap pelayanan publik dan memberi sanksi kepada pejabat yang gagal meresponnya

Tim Revisi UU

KAWASAN PERKOTAAN
MASALAH : o Masalah pelayanan publik perkotaan sering melampaui batas-batas administratif pemerintahan kota sehigga perlu untuk mengaturan yang efektif dan efisien seperti tata ruang yang komprehensif, transportasi, air minum, persampahan, pemakaman, dll yang memerlukan perencanaan, peleksanaan dan pembiayaan yang lintas wilayah yurisdiksi; o Masalah perkotaan cenderung semakin kompleks dan memerlukan pengaturan yang mampu mengantisipasi perkembangan kota di masa mendatang; USULAN PERUBAHAN : Perlunya pengenalan konsep megapolitan/ metropolitan dengan kewenangan mengatur pelayanan publik yang sifatrnya lintas yudiksi. Termasuk kelembagaan, pembiayaan, personel, kewenagan, hubungan kerja dengan induknya diatur dalam PP; Perlu pengaturan mengenai kawasan perkotaan dibawah kabupaten pengaturan lebih lanjut dengan PP; Pengaturan mengenai kawasan kota yang dikelola oleh swasta (cikarang, BSD);

Tim Revisi UU

KAWASAN KHUSUS
MASALAH :

Pengaturan yang ada tentang kawasan khusus masih sangat terbatas dan belum mencakup kawasan strategis lainnya seperti kawasan perbatasan dan konservasi; Pengaturan tentang kelembagaan dari pengelolaan kawasan khusus dan hubungannya dengan pemerintahan daerah kurang jelas dan karenanya sering menjadi sumber konflik antara pengelola kawasan khusus dengan pemerintah daerah setempat.

USULAN PERUBAHAN :

Perlu pengaturan yang lebih jelas tentang kawasan khusus, meliputi kawasan ekonomi khusus, kawasan perbatasan, dan kawasan konservasi; Penentuan kawasan khusus didasarkan pada kepentingan strategis nasional; Pembentukan kawasan khusus harus ada kesepakatan antara pusat dan daerah; Perlu ada pengaturan tentang hubungan kewenangan dan kelembagaan kawasan khusus, antara pengelola kawasan khusus dengan pemerintah daerah; Pengelolaan kawasan khusus bisa dilakukan dengan dua opsi: pembentukan lembaga pengelola kawasan khusus atau kerjasama dengan daerah pengaturan detail diatur dalam PP;

Tim Revisi UU

KAWASAN PERBATASAN
MASALAH : Banyak kawasan perbatasan yang tidak terurus dengan baik, karena seringkali secara politis tidak menguntungkan bagi kepadal daerah untuk peduli kepada kawasan perbatasan; Kawasan perbatasan yang tidak terurus dengan baik dapat menimbulkan dampak geopolitik yang luas dan merugikan kepentingan nasional; USULAN PERUBAHAN : Perlu ada pengaturan yang mendorong/ memberi insentif kepada daerah untuk peduli pada kawasan perbatasan; Pendekatan terhadap kawasan perbatasan harus mencakup kepentingan pertahanan, identitas nasional, dan kesejahteraan; Perlu pengaturan mengenai pengelolaan kawasan perbatasan salah satunya melalui Badan Pengelola Perbatasan; badan ini dapat melibatkan multi-pihak atau kerjasama pusat dan daerah; Pengaturan tentang kawasan perbatasan harus dapat mengurangi keinginan untuk pemekaran dan perdangan illegal; Perlu dibuka kemungkinan kerjasama dengan negara tetangga; Perlu dipikirkan kemungkinan peran instansi vertikal tertentu di perbatasan; Kemungkinan dibuat pemda didaerah perbatasan;

Tim Revisi UU

KERJASAMA ANTAR DAERAH 1/2


MASALAH : Keengganan daerah untuk kerjasama dalam penyeleggaraan pelayanan; Kerjasama antara daerah dengan swasta belum diatur dengan jelas; USULAN PERUBAHAN : Perlu menciptakan mekanisme insentif dan disinsentif untuk mendorong kerjasama antar daerah. Beberapa pengaturan dalam PP 50/2007 dapat dimasukan dalam UU: prinsip kerjasama: efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan eksternalitas, saling menguntungkan, kepentingan publik, penyelesaian konflik sebagai akibat dari kerjasama; JENIS KERJASAMA : WAJIB : Apabila urusan yang mencakup lintas batas daerah otonom, urusan yang eksternalitasnya melewati batas daerah otonom, kepentingan lingkungan dan masyarakat luas, efisiensi ( kawasan perkotaan, pembangunan infrastruktur, konservasi, DAS, pengelolaan air, dan kawasan khusus) ; SUKARELA : urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonom dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik;

Tim Revisi UU

KERJASAMA ANTAR DAERAH 2/2


Perlu ada kebijakan Insentif dan disinsentif fiskal untuk mendorong kerjasama antar daerah; Kriteria larangan kerjasama yang merugikan kepentingan masyarakat luas, misalnya, kerjasama dengan swasta dalam pengelolaan air yang merugikan petani dan masyarakat luas;

PENGATURAN BENTUK KERJASAMA : Tipe kerjasama, fihak yang bekerjasama, antar daerah, antara daerah dengan pusat, antar pemerintah dengan swasta; MEKANISME KERJASAMA : Untuk penyelenggaraan urusan tertentu yang memiliki dampak luas melewati batas daerah pemda wajib melakukan kerjasama. Jika daerah tidak melakukan kerjasama maka pusat dapat mengambil alih urusan dengan biaya daeri daerah yang bersangkutan; Inisiatif kerjasama dapat berasal dari salah satu pihak; Dilakukan oleh kepala daerah tetapi dapat didelegasikan kepada kepala SKPD; Harus ada persetujuan dari DPRD bila kerjasama membebani masyarakat Perlu ada mekanisme pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kerjasama antar daerah;

Tim Revisi UU

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai