Anda di halaman 1dari 62

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Status gizi juga dapat diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit. Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan giziseseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat subjektif maupun yang bersifat objektif (RAN-PG, 2011-2015). Lembaga Kesehatan Dunia World Health Organization

menginformasikan bahwa lebih dari 90 persen masalah kesehatan manusia terkait dengan kualitas makanan yang dikonsumsi. Berbagai kajian di bidang gizi dan kesehatan menunjukkan bahwa untuk dapat hidup sehat dan produktif, manusia memerlukan sekitar 45 jenis zat gizi yang harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, dan tidak ada satu jenis pangan pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan gizi bagi manusia. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, setiap orang perlu mengkonsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang, serta aman (WHO, 2009). Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menegaskan bahwa

Pembangunanan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya. Ketahananan pangan

merupakan salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah Tahun 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 menginstruksikan perlunya disusun Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional dan Rencana Aksi Pangan dan Gizi di tingkat provinsi yang dalam proses penyusunannya melibatkan kabupaten dan kota. Rencana Aksi Pangan dan Gizi disusun dalam program berorientasi aksi yang terstruktur dan terintegratif dalam lima pilar rencana aksi yaitu perbaikan gizi masyarakat, peningkatan aksesibilitas pangan, peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta penguatan kelembagaan pangan dan gizi (RAN-PG 2011-2015). Indikator kualitas konsumsi pangan ditunjukkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH). Selama 5 tahun terakhir telah terjadi peningkatan mutu gizi konsumsi pangan penduduk Indonesia yang diindikasikan dengan

meningkatnya skor mutu gizi pangan (PPH) dari 77,5 (2003) menjadi 82,8 (2007). Namun demikian, terlihat bahwa konsumsi kelompok padi-padian masih mendominasi dibandingkan kelompok pangan lainnya dengan kontribusi 61,74 persen, padahal proporsi ideal yang diharapkan 50 persen dari total konsumsi energi yang dianjurkan (Depkes RI, 2009). Berdasarkan data menurut Provinsi, prevelensi kekurangan gizi terendah dicapai Sulawesi Utara (10,6%), Bali (10,9%), DKI Jakarta (11,3%), sedangkan provinsi dengan prevalensi tertinggi terdapat di Nusa Tenggara

Barat (30,5%), Nusa Tenggara Timur (29,4%) dan Kalimantan Barat (29,2%) (Kemenkes RI, 2012). Pada tahun 2011 prevalensi gizi buruk di Sulawesi Tengah sebesar 0,7% dimana semua kasus gizi buruk yang ditemukan mendapatkan perawatan (98,1%) daerah yang tertinggi kasus gizi buruknya ada pada Kabupaten Bangkep sebanyak 79 kasus dan data kasus gizi terendah ada pada Kabupaten Poso sebanyak 26 kasus (Dinkes Provinsi Sulteng, 2011). Di Kota Palu sejak Januari sampai dengan akhir Desember 2012 terdapat 53 kasus gizi buruk, serta 536 kasus balita gizi kurang dari 45 ribu bayi dan balita yang ada (RRI Palu, 2012).Panti Asuhan Nurul Huda yang berada di Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu menampung 89 orang anak asuh(Data Panti Asuhan Nurul Huda, 2012). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah apakah ada hubungan Pengetahuan dan pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan pengetahuan dan pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu.

2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu b. Diketahuinya hubungan pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengelolah Panti Asuhan Diharapkan penelitian ini nantinya dapat dijadikan bahan masukan (informasi) yang bermanfaat untuk bahan pertimbangan dalam pengawasan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. 2. Bagi Institusi STIK IJ PALU Hasil penelitian ini sebagai bahan tambahan referensi. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman penyusun/penulis tentang status gizi remaja di Panti Asuhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorangterhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuanseseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan

penglihatan. Terdapat 6tingkatan pengetahuan yaitu (Notoatmodjo, 2003): a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingatkembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benartentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebutsecara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telahdipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objekke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam suatu strukturorganisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan(membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dansebagainya. e. Sintesis (synthetis) Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan ataumenghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasibaru dari formulasi formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi ataupenilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian ini didasarkanpada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteriayang telah ada.Untuk mengukur

pengetahuan ini dapat dilakukan dengan wawancara atauangket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

2. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan produktifitas. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya (Soekirman, 2000). Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang

terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan (Almatsier, 2002). B. Tinjauan Umum Tentang Pola konsumsi Pola konsumsi merupakan serangkaian carabagaimana makan

diperoleh, jenis makanan yang dikonsumsi, jumlah makanan yang mereka makan dan pola hidup mereka, termasuk beberapa kali makan atau frekuensi makan. Pola konsumsi seseorang adalah salah satu bagian dari aspek anthropologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai suatu kelompok, tingkah laku ini mencakup juga soal-soal yang berhubungan dengan pangan atau makanan, misalnya cara manusia mendapatkan, mengolah dan mengkonsumsi makanan yang berlangsung sejak zaman purba sampai zaman modern sekarang ini (Suhardjo, 2006). Menurut Margaret Mead mengemukakan bahwa pola pangan, food patern adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan eknomi dan sosial budaya yang dialaminya. Pola konsumsi panganmerupakan kegiatan sosial budaya yang mempunyai pengaruh kuat terhadap apa dan bagaimana pangan tersebut dimakan. Manifeestasi yang dihasilakan keluarga inilah yang akan

menghasilkakn food inatake behavior atau struktur perilaku konsumsi pangan atau lebih dikenal dengan kebiasaan makan. Pola konsumsi atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia oleh kelompok manusia dalam memenuhi

kebtuhannya akan pangan ; meliputi sikap, kepercayaan, dan pemmilihan makanan. Sikap berdasarkan pada nilai-nilaiafektif yang berasaldari lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi. Sedangkan kepercayaan orang yang berkaitan degn nilai-niai kognitif selanjutnya pemihan makanan berdsarkan sikap dan kepercayaan merupka proses psikomotor(Sunita Almatsier, 2002). 1. Pembentukan Pola Konsumsi Pangan Pola makan seseorang individu ditinjau dari frekuensi makan dirumah yaitu apabila frekuensi makan individu dirumah itu baik mislnya 3 kali makan utama dengan 1-2 kali makn selingan maka konsumsi makanan jajanannya akan berkurang karena sudah kenyang terlebih dahulu sehingga nafsu memakan makanan jajanan berkurang. Sedang pola makan ditinjau dari penggunaan bahan makanan yang beraneka ragam pada makanan yang dihidangkan kesehariannya dapat mengurangi konsumsi makanan

jajanannya karena variasi bahan makanan sudah terpenuhi dan zat-zat gizi yang diperlukannya sudah tersedia dalam makanan yang menjadi menunya. Pada usia remaja harus dibiasakan menyukai makanan yang beraneka ragam. Remaja perlu diperkenalkan variasi, baik jenis maupun rasa, makanan Misalnya untuk karbohidrat tidak hanya pada sepiring nasi, tetapi juga terdapat pada semangkuk mie, setangkup roti, sepiring irisan kentang goreng, dan lain-lain. kemudian dibiasakan untuk menyukai berbagai macam sayur dan buah. Jika memungkinkan, bawa bekal makan siang dari

rumah. Selain dapat menghemat, bekal dari rumah bisa terjamin kesehatan dan keamanannya (Dedeh dkk, 2010). Remaja sebaiknya tahu atau memahami makanan yang dikonsumsi. Banyak remaja menyenangi makanan berkalori tinggi yang kurang mengandung vitamin dan mineral, sehingga membuat badan lebih gemuk. Remaja sulit mengubah kebiasaan makannya, kecuali melihat ada keuntungannya. Mereka harus melihat hubungan antara kondisi yang diinginkan dengan makanan yang harus dimakan, sebelum mengambil keputusan. Dalam konteks ini, bukan diet yang mesti diambil, tetapi seharusnya sikap untuk menyukai makanan yang bergizi. Anak sekolah terutama pada masa remaja tergolong pada masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental serta peka terhadap rangsangan dari luar. Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan potensi pertumbuhan dan perkembangan remaja(Husaini, 2006). 2. Penyusunan Menu Seimbang untuk Remaja Menu seimbang adalah rangkaian dari beberapa macam hidangan untuktiap kali makan yang dapat menyehatkan tubuh orang yang memakannya denganmenggunakan semua golongan bahan makanan dan penggantinya dengan memperhatikan keseimbangan zat-zat gizi yang terkandung didalamnya.Tujuan penyusunan menu seimbang bagi remaja. (Husaini, 2006) :

10

a. Agar makanan yang akan dihidangkan dapat menjamin terpenuhinya kecukupan gizi atau kebutuhan gizi seseorang karena syarat pertama yang harus diperhatikan dalam menyusun menu adalah terpenuhinya kebutuhan gizi bagi tubuh. b. Terciptanya keanekaragaman dan kombinasi bahan makanan sehingga rasa bosan dapat dihindari c. Alokasi keuangan untuk pembelian bahan makanan dapat diatur sehingga tidak terjadi pengeluaran uang yang berlebihan d. Waktu dan tenaga tidak terbuang sia-sia hanya untuk keperluan dapur saja. e. Makanan yang disajikan dapat dipilih berdasarkan kesukaan keluarga. Pilihan terbaik adalah membiasakan diri berperilaku makan sehat setiap hari. Menu makan harus beraneka ragam agar semua macam zat gizi yang dibutuhkan terpenuhi dari makanan. Dengan terpenuhi zat-zat gizi dari makanan tidak ada alasan untuk menggunakan suplemen. Jika belum jelas betul manfaatnya, sebaiknya suplemen dimanfaatkan untuk kebutuhan jangka pendek dan upayakan tida menjadi kebiasaan untuk jangka waktu yang panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan menu seimbang adalah : 1) Kecukupan gizi Makanan yang dihidangkan harus memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kwalitas maupun kwantitasnya. Ukuran kwalitas adalah meliputi nilai sosial, ragam jenis bahan makanan dan

11

nilai cita rasa. Sedangkan nilai kwalitasnya yang umum dipergunakan yaitu kandungan zat gizi. Penentuan kebutuhan bahan makanan berbeda-beda pada setiap orang tergantung dari : umur, jenis kelamin, aktifitas, tinggi dan berat badan, iklim, keadaan fisiologis, status kesehatan. 2) Pemilihan bahan pangan Pemilihan bahan makanan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan menu, karena mutu bahan yang akan digunakan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas mutu yang dihasilkan dari penyusunan menu. Pemilihan bahan pangan meliputi : pengetahuan bahan pangan, daya beli, ketersediaan bahan pangan dan musim, kultur sosial budaya, kombinasi dan variasi makanan. 3) Pengolahan pangan Pengolahan pangan yaitu hal-hal yang dapat menunjang keberhasilan seseorang dalam penyusunan menu sehari-hari.

Pengolahan pangan meliputi : alat, fasilitas, tenaga dan waktu. Menu yang telah disusun dapat diterapkan dengan baik dengan

menggunakan alat-alat dan perlengkapan dapur yang tersedia. Bila alat dan fasilitas terbatas maka menu yang disusun juga harus menu sederhana, bila alat dan fasilitas modern maka menu yang disusun akan lebih luwes dan bervariasi. Dengan tesedinya alat-alat dan vasilitas yang baik maka efisiensi dan efektifitas dapat tercapai. Ada berbagai macam teknik memasak, yaitu menggoreng, menumis,

12

mengukus, memanggang, merebus dan lain-lain. Dalam pengolahan makanan bisa menggunakan salah satu teknik tersebut. 3. Perilaku makan remaja Perilaku makan pada remaja putri adalah suatu tingkah laku obsevable,yang dapat dilihat dan diamati, yang dilakukan remaja putri dalam rangkamemenuhi kebutuhan makannya. Aktivitas ini tidak hanya terkait dengan aspekfisiolofis saja, tapi juga terkait dengan aspek psikologis dan sosial remaja putri. Menurut Levi dkk (Witari,1997) aspek-aspek perilaku makan adalahsebagai berikut : a. Keteraturan makan, seperti memperlihatkan waktu makan (pagi, siang, danmalam) b. Kebiasaan makan. Kebiasaan makan dalam hal ini dapat dilihat dari beberapahal, diantaranya dari cara makan, tempat makan dan beberapa aktivitas yangdilakukan ketika makan. Dilihat dari cara makan seperti duduk, berdiri atausambil berbaring ketika makan. c. Alasan makan. Makan dilakukan karena menurut kebutuhan fisiologis (rasa lapar), kebutuhan psikologis (mood, perasaan, suasana hati), dan kebutuhan sosial (konformitas antara teman sebaya, gengsi) d. Jenis makanan yang dimakan e. Perkiraan terhadap kalori-kalori yang ada dalam makanan. Aspek-aspek perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan, jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan,

13

dan pemilihan makanan. Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perilaku makan adalah 1) praktek terhadap makan 2) alasan makan, 3) jenis makanan yang dimakan 4) pengetahuanmengenai gizi. 4. Pola makan dilihat dari ragam dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi. a. Ragam Bahan makanan yang dikonsumsi oleh siswa sangat beragam, membiasakan makan makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama dari gizi seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia dimana saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tak ada satupun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Makin beragam pola hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat. Bahan makanan yang dikonsumsi dikelompokkan kedalam bahan makanan pokok, laukhewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. 1) Makanan pokok Makanan pokok merupakan bahan makanan yang

mengandung karbohidrat. Makanan pokok terdiri atas bahan makanan serelia dan umbi-umbian. Yang termasuk makanan pokok antara lain :

14

beras, jagung, tepung terigu, roti, kentang, singkong, ubi jalar, gembili, talas, uwi, mie gandum, tepung beras dan lain-lain. 2) Lauk hewani dan lauk nabati Bahan makanan lauk hewani merupakan bahan makanan sumber protein yang berasar dari hewan. Yang termasuk dalam bahan lauk hewani antara lain : daging sapi, kambing, ayam, telur, jerohan, keju, bebek, menthok, ikan, udang, cumi-cumi. Bahan lauk nabati adalah lauk berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil olahannya, antara lain : tempe, tahu, kacang-kacangan, lauk nabati merupakan sumber protein. 3) Sayuran Sayuran merupakan bagian dari tubuh yang dapat dimakan, antara lain daun, bunga, umbi, maupun batang, sayuran merupakan sumber mineral dan vitamin, setiap jenis sayuran memiliki warna, rasa, aroma dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan pangan sayur-sayuran dapat menambah variasi makanan, yang termasuk sayuran antara lain, kol, wortel, kentang, loncang, buncis, sawi hijau dan lain-lain. 4) Buah-buahan Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari pada umumnya buah merupakan tempat biji. Dalam pengertian sehari-hari, buah diartikan sebagai semua produk yang

15

dikonsumsi sebagai pencuci mulut. Yang termasuk buah antara lain mangga, jeruk, apel, pisang, semangka dan lain-lain. b. Frekuensi Penilaian frekuensi penggunaan bahan makanan mengunakan food frekuensi yang memutar daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan bahanmakanan tersebut dalam periode tertentu

yaitu(Suhardjo, 1989): 1) Lebih dari satu kali perhari (> 1 x perhari), artinya bahan makanan dikonsumsi setiap kali makan. 2) Satu kali perhari (1 x perhari ), bahan makanan dikonsumsi 4 sampai 6 kali seminggu 3) Tiga kali perminggu ( 3x perminggu) 4) Kurang dari 3 x perminggu ( < 3 x perminggu), bahan makanan dikonsumsi satu sampai dua kali perminggu. 5) Kurang dari satu kali perminggu (< 1 x perminggu), bahan makanan jarang dikonsumsi 6) Tidak pernah Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja yang disajikan pada tabel. 2.1 berikut :

16

Tabel 2.1Jumlah porsi makanan yang dianjurkan pada usia remaja Makan pagi Nasi 1 porsi Telur 1 butir Susu sapi Makan siang Nasi 2 porsi Daging 1 porsi Tempe 1 porsi Sayur 1 porsi Buah 1 porsi Makan malam Nasi 1 porsi Daging 1 porsi Tahu 1 porsi Sayur 1 porsi Buah 1 porsi Susu skim 1 porsi Sumber : Suhardjo tahun 1989 Pembagian waktu makan menurut kesehatan : 1) Jam 04.00 pagi - jam 12.00 : lambung bekerja untuk membuang kotoran. Maka pada interval waktu ini, justru yang paling baik adalah dengan mengkonsumsi makanan yang berserat, jus buah, atau dengan makanan yang dapat membantu proses pengeluaran makanan. Bukan malah dibebani dengan makanan berkarbohidrat tinggi. 2) Jam 12.00 - 20.00, adalah saat dimana tubuh kita menyerap makanan dengan baik. Maka pada waktu ini, sangat baik kita mengkonsumsi makanan yang kaya akan protein, vitamin, dan makanan-makanan bergizi lainnnya. 3) Jam 20.00 - 04.00, adalah waktu dimana tubuh kita mencerna makanan. Maka pada jam-jam ini, kita jangan memperberat kerja lambung dengan makan makanan yang berkarbohidrat tinggi.

17

C. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi 1. Status gizi Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nuriture dalam bentuk variabel tertentu. 2. Penilaian status gizi secara langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut (Supariasa, dkk, 2001): a. Antropometri 1) Pengertian Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh

manusia.Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. 2) Penggunaan Antropometrisecara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

18

b. Klinis 1) Pengertian Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan pemukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. 2) Penggunaan Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys).Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. c. Biokimia 1) Pengertian Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratorios yang dilakukan pada bebagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

19

2) Penggunaan Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih para lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. d. Biofisik 1) Pengertian Penetuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. 2) Penggunaan Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of nigh blidnes).Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. 3. Penilaian status gizi secara tidak langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor etologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut (Supariasa, dkk, 2001):

20

a. Survei Konsumsi Makanan 1) Pengertian Survei konsumi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak lanngsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. 2) Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. b. Statistik Vital 1) Pengertian Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. 2) Penggunaan Penggunaannya dipertimbangkan sebagai dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. c. Faktor Ekologi 1) Pengertian Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan

masalah ekologi sebagai hasil interaksi berbagai faktor fisik, biologis

21

dan lingkungan budaya.Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lainlain. 2) Penggunaan Penggunaan faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw, 1964).

D. Tinjauan Umum Tentang Indeks Masa Tubuh (IMT) Menurut laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Indeks (BMI).Di Indonesia istilah Body Mass Indeks diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa dkk, 2002) Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: ( ( ) Atau Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter). Berikut ini merupakan klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: ) ( )

22

Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Kemenkes RI. Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-score) Indeks Massa Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas <-3 SD -3 SD sampai dengan 2 SD -2 SD sampai dengan 1 SD >1 SD sampai dengan 2 SD > 2 SD

Tubuh menurut umur (IMT/U)

Anak Umur 518 Tahun

Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2010 Rumus Z-Score adalah: Nilai IMT yang diukur Median Nilai IMT (Referensi) Z-Score = ------------------------------------------------------------------Standar Devisiasi dari Standar / Referensi E. Tinjauan Umum Tentang Gizi Remaja 1. Konsep Gizi Seimbang Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi yang diperoleh dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat, cerdas dan produktif (Depkes RI, 2002). Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

23

mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan juga kekurangan. Disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar sebagai proses faali dalam tubuh. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makana lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Depkes RI, 2002). Peranan berbagai kelompok bahan makanan secara jelas tergambar dalam logo gizi seimbang yang berbentuk kerucut (tumpeng).Dalam logo tersebut bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dalam ilmu gizi dipopulerkan dengan istilah Tri Guna Makanan (Depkes RI, 2002). Pertama, sumber zat tenaga (makanan pokok sumber

karbohidrat/kalori) yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepungtepungan yang digambarkan di dasar kerucut. Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buahan yang mengandung vitamin dan mineral digambarkan pada bagian tengah kerucut. Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan nabati, digambarkan pada bagian atas kerucut.

24

Keempat, susu sebagai sumber lemak, dan protein. Keseimbangan gizi diperoleh apabila hidangan sehari-hari terdiri dari sekaligus tiga kelompok bahan makan. Dari setiap kelompok dipilih satu atau jenis bahan makanan (Depkes RI,2002)

Gambar 2.1 Gizi seimbang berbentuk kerucut (Tumpeng) Sumber: Depkes RI, 2002 2. Pesan Umum Dasar Gizi Seimbang Upaya menanggulangi masalah gizi ganda, yakni gizi kurang dan gizi lebih adalah membiasakan mengkonsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi yang seimbang. Menurut Depkes RI (2002), ada 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, antara lain: 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makananlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi 3. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi 4. Batas konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi 5. Gunakan garam beryodium

25

6. Makanlah makanan sumber zat besi 7. Berikan ASI saja pada bayi sampai 4 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya 8. Biasakan makan pagi 9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya 10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur 11. Hindari minuman berakohol 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah table pada makanan yang dikemas. 3. Gizi Remaja Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Gizi Seimbang pada masa ini akan sangat menentukan kematangan mereka dimasa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja perempuan agar status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya remaja perempuan akan menjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik (Dedeh dkk, 2010). Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan rentan usia sebelum dan sesudahnya. Apalagi masa remaja merupakan masa transisi penting pertumbuhan dari anak-anak menuju dewasa. Gizi seimbang pada masa tersebut akan sangat menentukan kematangan mereka dimasa depan. Intinya masa remaja adalah

26

saat terjadinya perubahan-perubahan cepat, sehingga asupan zat gizi remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal. Apalagi dimasa ini aktifitas fisik remaja pada umumnya lebih banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah, umumnya mereka mulai pula menekuni berbagai kegiatan seperti olah raga, hobi, kursus. Semua itu tentu akan menguras energi, yang berujung pada keharusan menyesuaikan dengan asupan zat gizi seimbang. Periode Window of Opportunity adalah kesempatan singkat untukmelakukan sesuatu yang menguntungkan. Kesempatan tersebut harus dimanfaatkan, karena bila terlewatkan, risiko akan terjadi dikemudian hari. Istilah ini digunakan dalam berbagai bidang ilmu, seperti astronomi, ekonomi, kedokteran, dan kesehatan masyarakat termasuk gizi. Dibidang gizi periode Window of Oppurtunity hanya berkisar dari sebelum kehamilan sampai umur anak sekitar dua tahun. Jika calon ibu hamil kekurangan gizi dan berkelanjutan hingga hamil, janin pun akan kekurangan gizi. Hal ini dapat menimbulkan beban ganda masalah gizi, yakni anak kurang gizi, lambat berkembang, mudah sakit, kurang cerdas, serta ketika dewasa kegemukan dan berisiko terkena penyakit degenerative. Penentuan kebutuhan akan zat gizi secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA) yang disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet serta psikososial (Dedeh dkk, 2010).

27

4. Pemenuhan Gizi Remaja Energi dan protein yang dibutuhkan remaja lebih banyak dari pada orang dewasa, begitu juga vitamin dan mineral. Seorang remaja laki-laki yang aktif membutuhkan 3.000 kalori atau lebih perhari untuk mempertahankan berat badan normal. Seorang remaja putri membutuhkan 2.000kalori perhari untuk mempertahankan badan agar tidak gemuk. Vitamin B1, B2 dan B3 penting untuk metabolism karbohidrat menjadi energi, asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah, dan vitamin A untuk pertumbuhan jaringan. Sebagai tambahan, untuk pertumbuhan tulang dibutuhkan kalsium dan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E penting untuk menjaga jaringan-jaringan baru supaya berfungsi optimal. Dan yang amat penting adalah zat besi terutama untuk perempuan dibutuhkan dalam metabolism pembentukan sel-sel darah merah (Husaini, 2006). Remaja membutuhkan energi dan nutrisi untuk melakukan deposisi jaringan. Peristiwa ini merupakan suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang terjadi kedua kali setelah yang pertama dialami pada tahun pertama kehidupannya. Nutrisi dan pertumbuhan mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebutuhan nutrisi remaja dapat dikenal dari perubahan tubuhnya. Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi tubuhnya, dan selanjutnya mempengaruhi kebutuhan nutrisinya. Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metablisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari BB-nya/

28

Pada remaja perempuan usia 10-12 tahun, kebutuhan energinya sebesar 50-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 40- 50 kkal/kg BB/hari. Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun, kebutuhan energiya sebesar 55-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg BB/hari. (Dedeh dkk, 2010:21) Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, aktifitas otot, fungsi metabolik lainnya (menjaga suhu tubuh, menyimpan lemak tubuh), dan untuk memperbaiki kerusakan jaringan dan tulang disebabkan oleh karena sakit dan cedera. Sumber energi makanan berasal dari karbohidrat, protein, lemak, menghasilkan kalori masing-masing, sebagai berikut : karbohidrat 4 kkal/g dan lemak 9 kkal/g didalam nutrisi ini ada yang memasukkan alkohol sebagai salah satu diantara sumber energi yang menghasilkan kalori 7 kkal/g. energi yang diperlukan seseorang remaja tergantung dari BMR individu masing-masing tingkat pertumbuhan dan aktifitas fisik remaja yang kurang aktif dapat menjadi kelebihan BB atau mungkin obesitas. Asupan energi yang rendah menyebabkan retardasi pertumbuhan. Energi merupakan kebutuhan yang terutama ; apabila tidak tercapai, diet protein, vitamin, dan mineral tidak dapat digunakan secara efektif dalam berbagai fungsi metabolik. WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat(Almatsier, 2002).

29

a. Karbohidrat Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber bahan bakar (energi) utama bagi tubuh. Sumber karbohidrat utama dalam pola makanan Indonesia adalah beras. Di beberapa daerah, selain beras digunakan juga jagung, ubi, sagu, sukun dan lain-lain. sebagian masyarakat, terutama dikota, juga menggunakan mie dan roti yang dibuat dari tepung terigu. Karena sebagian besar energi berasal dari karbohidrat, maka makanan sumber karbohidrat digolongkan sebagai makanan pokok. Dalam TGM (Tri Guna Makanan), makanan sumber karbohidrat diletakkan sebagai dasar tumpeng. Sumber karbohidrat yang baik pada diet adalah : karbohidrat simple (buahbuahan, sayur-sayuran, susu, gula, pemanis berkalori lainnya), dan karbohidrat komplek (produk padipadian dan sayur-sayuran). Asupan yang tidak menyebabkan ketosis ; sebaiknya asupan yang berlebih-lebihan mengarah pada kelebihan kalori. b. Protein Protein diperlukan untuk sebagian besar proses metabolic, terutama pertumbuhan, perkembangan, dan mainteen/merawat jaringan tubuh. Asam amino merupakan elemen struktur otot, jaringan ikat, tulang, enzim, hormone, antibody, protein juga mensuplai sekitar 12%14% asupan energi selama masa anak-anak dan remaja. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Batas yang

30

dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI (WKNPG VI) tahun 1998 menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) protein untuk remaja 1,5 - 2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki. Kelebihan asupan protein dapat mengakibatkan kelebihan berat badan atausampai obesitas. Bila asupan energi terbatas diet protein lebih banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi, dan tidak bisa dipakai untuk mensintesis jaringan baru. Pertumbuhan mengalami kegagalan atau terjadi, kurang energi protein (KEP). Sumber diet protein yang baik adalah : daging, unggas, ikan, telur, susu, dan keju. Dalam TGS, makanan sumber protein hewani dan nabati diletakkan berdekatan pada level yang sama dibawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua jenis protein ini juga dianjurkan dengan porsi yang sama. c. Lemak Kebutuhan lemak belum direkomendasikan sebelumnya. Hanya saja pesan dalam pedoman gizi seimbang menganjurkan bahwa kebutuhan lemak sebaiknya seperempat dai kebutuhan energi. Saat ini kebutuhan lemak ditentukan sebesar 20% dari kebutuhan energi. Lemak juga sebagai sumber asam lemak esensial yang diperlukan oleh pertumbuhan, sebagai sumber suplay energi yang berkadar tinggi, dan sebagai pengangkut vitamin yang larut dalam lemak. Cara yang

31

digunakan

untuk

mengurangi

diet

berlemak

adalah

dengan

memanfaatkan aneka buah dan sayur dan produk padi-padian dan serelia : juga dengan memilih makanan rendah lemak dan daging tanpa emak. Asupan lemak yang kurang, akan terjadi gambaran klinis defesiensi asam lemak esensial dan nutrisi yang larut dalam lemak, serta pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan asupan beresiko kelebihan BB, obesitas, mungkin meningkatnya resiko penyakit kardiovaskuler

dikemudian hari. Sumber berbagai lemak tertentu misalnya : lemak jenuh (mentega, lemak babi), asam lemak tak jenuh tunggal (minyak olive), asam lemak jenuh ganda (minyak kacang kedelai), kolestrol (hati, ginjal, otak, kuning telur, daging, unggas, ikan dan keju) Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak essensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak. Dalam TGS makanan sumber lemak, seperti diuraikan diatas, diletakkan pada puncak TGS karena penggunaannya dianjurkan seperlunya. d. Serat Serat pada diet jumlahnya berlimpah, fungsinya pada tubuh adalah untuk melancarkan proses pengeluaran tubuh. Sumber yang baik dari diet, misalnya ; seluruh produk padi-padian, beberapa jenis buah dan sayur, kacang-kacangan kering, dan biji-bijian. Bila kekurangan asupan mungkin menimbulkan absorpsi mineral berkurang. Meskipun serat

32

bukan zat gizi tetapi keberadaan serat diperlukan sekali. Serat tidak dapat dicerna oleh manusia tetapi dapat dicerna oleh bakteri dan organism lain. serat diperlukan untuk membentuk bulk (volume) dalam usus. e. Zat besi Remaja adalah salah satu kelompok yang rawan terhadap defesiensi zat besi, dapat mengacu semua kelompok status sosial ekonomi, terutama yang berstatus ekonomi rendah. Penyebab sebagian besar oleh karena ketidakcukupan asimilasi zat besi yang berasal dari diet, zat besi dari cadangan dalam tubuh dengan cepatnya pertumbuhan dan kehilangan zat besi. Prevalansi zat besi pada gadis umur 11-14 tahun sekitar 2,8% dan pada anak laki-laki 4,1 % seangka umur 15-19 tahun defesiensi zat besi pada gadis ditemukan sekitar 7,2 % dan laki-laki 0,6%.Kebutuhan zat besi meningkat pada remaja oleh karena terjadi pertumbuhan yang meningkat ekspansi volume darah dan masa otot. Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen dalam tubuh dan peran lainnya dalam pembentukan sel darah merah gadis yang menstruasi membutuhkan tambahan zat besi yang lebih tinggi. Kebutuhan zat besi rata-rata pada saat anak prapubertas adalah 10 mg/hari diet remaja hanya mengandung 6 mg/1000 kkal, sehingga pada gadis yang umumnya membutuhkan kalori yang lebih rendah akan kesulitan untukmencukupi kebutuhan zat besinya. Kekurangan zat besi akan menyebabkan defesiensi besi, atau anemia besi, sebaliknya kelebihan asupan pada pasien dengan predisposisi genetic tertentu menyebabkan overioad zat

33

besi, sumber zat besi yang baik dalam diet, hati, daginng sapi, kacang kering, bayam, dan padi-padian dan serelia yang diperkaya. Kebutuhan mineral seluruhnya meningkatnya pada masa kejar tumbuh remaja. Mineral berperan penting pada kesehatan, kalsium, zat besi dan seng, penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Fungsi mineral dalam tubuh sebagai berikut: memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan penggunaan mineral pembentuk asam (klorin, fosfor, belerang) dan mineral pembentukan basa (kapur, besi, magnesium, kalium dan natrium), mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak, danprotein serta pembentukan lemak dan protein tubuh, sebagai bagian dari cairan usus. Mineral berperan pada pertumbuhan tulang dan gigi. Bersama dengan protein dan itamin, mineral membentuk sel darah dan jaringan tubuh lain. f. Kalsium Pertumbuhan tinggi pada masa remaja mencapai 20 % pertumbuhan tingginya dewasa dan 40 % masa dewasa. Kebutuhan kalsium pararel dengan pertumbuhan, dan meningkat dari 800 mg/hari menjadi 1200 mg/hari pada kedua jenis kelamin pada umur 11-19 tahun. Retensi kalsium pada remaja mencapai 200 mg/hari dan pada laki-laki antara 300-400 mg/hari. Kebutuhan kalsium sangat tergantung pada jenis kelamin, umur fisiologis, dan ukuran tubuh.Kalsuim yang penting pada remaja untuk pembentukan dan pertumbuhan tulang sehingga tulang dapat terpenuhi. Pada remaja putri asupan kalsium lebih rendah dari

34

kebutuhan sehari-hari yang dianjurkan sekitar lebih dari 50% remaja putri diet dengan kalsium kurang dari 70% kebutuhan kalsium sehari. Faktor utama yang mempengaruhi kalsium adalah kecukupan asupan vitamin baik dari diet maupun sinar matahari. g. Seng Seng merupakan mineral mikro esensial. Seng diperlukan untuk sistem reproduksi, pertumbuhan janin, system pusat syaraf, dan fungsi kekebalan tubuh. Seng didapatkan sebagai komponen sekitar 40 metaloenzim terlibat dalam proses metabolism, seperti sistesis protein, penyembuhan luka, pembentukan sel darah, fungsi imun, untuk pertumbuhan, dan pematangan seksual, terutama saat pubertas. Defesiensi ada hubungan dengan diet sudah diketahui sejak tahun 1960 pada remaja laki-laki di Mesir dan iran. Gejala klinisdan defesiensi seng antara lain : gagal tumbuh, nafsu makan berkurang, perubahan kulit, dan pematangan seksual yang terlambat, tetapi seng dapat meningkatkan pertumbuhan dan pematangan seksual, sedangkan gejala kelebihan asupan seng adalah emesis/intiksikasi akut. Sumber seng yang baik dalam ; kerang laut, daging merah, unggas, keju, seluruh padi-padian sereal, kacang kering dan telur.

35

h. Vitamin 1) Vitamin A Vitamin A merupakan nutrisi yang larut dalam lemak, esensial untuk mata, tulang, pertumbuhan, pertumbuhan gigi, sel reproduksi dan intregitas system imun. Vitamin A masih merupakan masalah nutrisi utama yang berakibat kebutaan di Negara berkembang termasuk di Indonesia. Kelebihan asupan vitamin A menimbulkan teraogenitas, gejala toksisitas termasuk efek pada kulit dan tulang. 2) Vitamin C Fungsi vitamin C dalam pembentukan kolagen, tulang dan gigi, promasi absorpsi zat besi ; melindungi vitamin lain dan mineral dari oksidasi (antioksidan). Rata-rata asupan vitamin C remaja lakilaki 121 mg/hari, dan pada gadis 80 mg/hari. Asupan ini termasuk lebih tinggi dari RDA, yakni 50 mg/hari untuk usia remaja 11-14 tahun, dan 60 mg/hari untuk usia 15-18 tahun. Buah-buahan segar seperti jeruk, tomat, kentang, sayur hijau tua, dan strawberi yang dijus merupakan asupan vitamin C yang sangat baik. Asupan vitamin C menimbulkan gejala defesiensi vitamin C, berupa pendarahan kulit dan gusi, lemah, efek perkembangan tulang. Sebaliknya kelebihan asupan menimbulkan keluhan gastrointestinal. 3) Vitamin E Fungsinya sebagai antioksidan sumber vitamin E yang baik dalam dalam diet, minyak dan lemak sayur-sayuran, beberapa produk

36

sereal, kacangkacangan dan beberapa ikan laut. Asupan yang tidak menimbulkan frogilitas sel darah merah. Perannya folat dalam pembentukan hemoglotin dan mineral genetic. Kebutuhan folat untuk remaja diperkirakan 3 g/kg BB, terhadap 400 remaja laki-laki dan gadis untuk melihat status folat mendapatkan 40% remaja memiliki kadar total sel darah merah rendah (<140 mg/ml). Folat terjadi sebagian besar oleh karena asupan folat yang tidak cukup. Sumber folat ditemukan pada sayur berwarna hijau tua, kacang kering, benih gandum, dan hati. Beberapa makanan sumber asam folat ini , kebetulan tidak disukai remaja, sehingga beresiko timbulnya defesiensi. Gejala defesiensi folat berupa ; lemah, pucat, perubahan neurologis, dan anemia. Tabel 2.3 Kecukupan Gizi Rata-rata bagi Remaja (10-19 tahun) Per Orang Per Hari Zat Gizi Anak 7-9 1860 36 400 0.6 0.9 8.1 0.9 80 25 500 400 10 10 150 Pria (tahun) 1013- 16-19 12 15 1950 2200 2360 45 57 62 450 600 600 0.8 0.9 1.0 1.0 1.1 1.2 8.6 9.7 10.0 1.0 1.0 1.0 90 125 165 30 40 40 700 600 600 500 500 500 14 23 23 15 15 15 150 150 150 Wanita (tahun) 10-12 13-15 1619 1759 1900 1850 49 57 47 500 500 500 0.7 0.8 0.8 0.9 1.0 0.9 7.7 8.4 8.1 1.0 1.0 1.0 100 130 150 30 30 30 700 700 600 450 450 450 14 19 25 15 15 15 150 150 150

Energi (Kal) Protein (g) Vit. A (RE) Vit. B1, (mg) Vit. B2 (mg) Niasin (mg) Vit. B12 (mg) A. Folat (ug) Vit. C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Iodium (ug)

Sumber : (Almatsier, 2002).

37

F. Landasan Teori Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Status gizi terdiri dari penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung. Penilaian gizi secara langsung yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Penilaian gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan rentan usia sebelum dan sesudahnya. G. Kerangka Pikir Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independen) adalah pengetahuan dan pola konsumsi, sedangkan variabel terikat (dependen) adalah status gizi, maka kerangka pikir penelitian dapat dilihat sebagai berikut :

Variabel bebas Pengetahuan

Variabel terikat

Status gizi (IMT) Pola konsumsi

Gambar 2.2 Skema Kerangka pikir

38

H. Hipotesis 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu 2. Ada hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu.

39

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah Analitik, dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional Study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu melalui observasi variabel Independen dan variabel Dependen yang dilakukan secara bersamaan. B. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 2. Lokasi Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel a. Variabel dependen (variabel terikat) status gizi. b. Variabel independen (variabel bebas) adalah pengetahuan dan pola konsumsi. Oktober 2013

40

2. Definisi Operasional a. Variabel dependen (variabel terikat) Status Gizi (Nutritional Status) adalah penilaian berat badan dan tinggi badan pangkat dua. Cara ukur Alat ukur Skala Ukur Hasil ukur : Wawancara : Kuesioner : Ordinal : 1 = Tidak normal, bila : Sangat Kurus jika Z-Score <-3 SD Kurus jika Z-Score -3 SD s/d -2 SD Gemuk jika Z-Score >1 SD s/d 2 SD Obesitas jika Z-Score >2 SD 2
b.

= Normal, bila Z-score -2 SD s/d 2 SD

Variabel Independen 1) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang makanan yang sehat dan bergizi. Cara ukur Alat ukur Skala Ukur Hasil ukur : Wawancara : Kuesioner : Ordinal : 1 = Rendah, bila skor jawaban 2= Tinggi, bila skor jawaban 13 13

41

2) Pola Konsumsi adalah jenis dan jumlah (porsi) bahan makanan yang di konsumsi pada waktu tertentu. Cara ukur Alat ukur Skala Ukur Hasil ukur : Wawancara : Kuesioner : Ordinal : 1 = Kurang, bila skor 8

2= Cukup, bila skor 8 D. Alat Penelitian 1. Kuesioner yaitu kuesioner wawancara 2. Timbangan berat badan dan microtoice E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer a. Data primer dalam penelitian ini adalah dengan daftar pertanyaan (kuesioner). b. Pengumpulan data antropometri, yaitu dengan mengukur tinggi badan dan berat badan dengan memakai indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus IMT yang digunakan sebagai berikut : ( ) ( ) 1) Cara mengukur tinggi badan : a) Sepatu responden dilepaskan b) Berdiri tegak pada lantai yang datar, kaki sejajar dengan alat pengukur, dengan tumit, bokong, kepala bagian belakang dengan sikap tegak dan memandang kedepan.

42

c) Kedua tangan berada disamping dalam keadaan bebas d) Turunkan dan tarik pita fiksasi, sampai rapat dikepala. e) Baca skala tinggi badan dan catat tinggi badan yang didapatkan dengan teliti. 2) Cara menimbang berat badan : a) Pakaian seminimal mungkin dan sepatu ditanggalkan. b) Periksa timbangan yang dipakai. c) Sampel berdiri diatas timbangan. d) Lihat angka pada timbangan yang menunjukkan berat badan dan catat berat badan yang didapat dengan teliti. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. F. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer dengan manajemen data sebagai berikut : 1) Editing data Dilakukan untuk memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan data yang diperoleh dari responden. 2) Coding data Dilakukan untuk memberi kode nomor jawaban yang diisi oleh responden untuk memudahkan peneliti dalam proses entri data ke program komputer untuk keperluan analisis.

43

3) Tabulating Penyusunan atau perhitungan data yang berdasarkan variabel yang diteliti. 4) Entry data Memasukkan data ke program untuk keperluan analisis. 5) Cleaning data Melakukan pengecekan kembali data apakah benar atau salah. 6) Describing Menggambarkan atau menerangkan data. G. Analisa Data Analisis data yang dilakukan melalui 2 tahapan, yaitu: 1. Analisis Univariat, digunakan untuk melihat distribusi frekuensi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, yaitu variabel bebas (Pengetahuan dan pola konsumsi) dengan variabel terikat (status gizi). 2. Analisis Bivariat,dilakukan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel independen (Pengetahuan dan pola konsumsi) dan variabel dependen (Status gizi) dengan menggunakan uji Chi square ( tingkat kepercayaan 95% dan kemaknaan 0,05. Adapun rumus yang digunakan adalah: ( ) ) dengan

o = observed (data yang didapat) e = expected (data yang diharapkan) Kriteria penerimaan hipotesis:

44

a.

Jika nilai p 0,05 berarti secara statistik ada hubungan yang bermakna (H0 di tolak).

b.

Jika nilai p > 0,05 berarti secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna (H0 diterima).

H. Penyajian Data Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan. I. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Objek yang diamati dapat berupa benda hidup maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada dalam objek tersebut dapat diukur atau diamati. Populasi terdapat 2 bagian, yaitu ada populasi yang tak terbatas dan populasi yang dapat diketahui jumlahnya (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja di Panti Asuhan Nurul Huda yang berumur 10-19 tahun yaitu 50 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 50 orang (total population).

45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Nurul Huda yang beralamat di Jalan Padanjakaya No. 115 Kelurahan Pengawu Palu Selatan.Panti Asuhan ini tepatnya berdiri pada tanggal 19 Juli 2004 bertepatan dengan tanggal 01 Rabiul Akhir 1425 Hijriah telah berdiri sebuah Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu NURUL HUDA di Kota Palu. Kata NURUL HUDA terambil dari bagian ayat al-Quran yang terdiri dari dua kata yaitu NUR artinya cahaya dan al-HUDA artinya petunjuk. Jadi NURUL HUDA artinya cahaya

petunjuk. Maksudnya agar mendapat cahaya petunjuk dari Allah SWT. Untuk senantiasa memperhatikan nasib anak yatim piatu dan para dhuafa. Jumlah anak yatim piatu dan tidak mampu yang tertampung di Yayasan panti asuhan ini sebanyak 40 orang dari berbagai daerah seperti dari Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Poso dan Kota Palu. Semuanya berstatus yatim piatu dan dhuafa. Dari 40 orang tersebut terbagi dari berbagai tingkatan sekolah yaitu: Aliyah/SMU, Tsanawiyah/SLTP. dan Iftidaiyah/SD. Selain pendidikan formal mereka setiap harinya dibina dengan kegiatan pengajian al-Quran, bersanji dan pengajaran-pengajaran keagamaan. Panti Asuhan Nurul Huda menempati bangunan yang sudah menjadi hak milik dengan luas lahan 450 M2.Jumlah pegawai sebanyak 6 orang (4 pegawai tetap dan 2 orang relawan).

46

B. Temuan Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Karakteristik remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini penelitian meliputi: umur, lama tinggal, jenis kelamin dan lama tinggal. a. Umur Umur remaja dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 2 yaitu: 13 15 tahun dan 16 18 tahun. Tabel 4.1 Distribusi Remaja Menurut Umur di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. No. 1 2 Umur 13 15 Tahun 16 18 Tahun Total Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 50 remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar responden berumur antara 16 18 Tahun yaitu 33 orang (66%). Sedangkan remaja yang berumur antara 13 15 Tahun berjumlah 17 orang (34%). b. Lama Tinggal Lama tinggal dalam penelitian ini dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1 4 Tahun dan 5 8 Tahun. Jumlah 17 33 50 Persentase (%) 34,0 66,0 100

47

Tabel 4.2 Distribusi Remaja Menurut Lama Tinggal di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. No. 1 2 Lama Tinggal 1 - 4 Tahun 5 - 8 Tahun Total Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 50 remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar responden sudah tinggal di Panti Asuhan Nurul Huda selama 5 - 8 Tahun yaitu 38 orang (76%). Sedangkan remaja yang lama tinggalnya antara 1 - 4 Tahun berjumlah 12 orang (12%). c. Jenis Kelamin Jenis kelamin remaja dalam penelitian ini dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Tabel 4.3 Distribusi Remaja Menurut Jenis Kelamin di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. No. 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 50 remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar Jumlah 30 20 50 Persentase (%) 60,0 40,0 100 Jumlah 12 38 50 Persentase (%) 24,0 76,0 100

48

responden di Panti Asuhan Nurul Huda adalah laki-laki yang berjumlah 30 orang (60%). Sedangkan remaja perempuan berjumlah 20 orang (40%). d. Pendidikan Pendidikan remaja dalam penelitian ini dikategorikan menjadi SMP dan SMA. Tabel 4.4 Distribusi Remaja Menurut Pendidikan di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. No. Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1 2 Total Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 50 remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar responden di Panti Asuhan Nurul Huda yaitu 29 orang (58%) tingkat pendidikannya SMA. Sedangkan remaja yang tingkat pendidikannya SMP berjumlah 21 orang (42%). 2. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran SMP SMA 21 29 50 42,0 58,0 100

distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, baik variabel bebas (pengetahuan dan pola konsumsi) maupun variabel terikat (status gizi). a. Pengetahuan

49

Pengetahuan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi rendah dan tinggi berdasarkan nilai median. Nilai median pengetahuan dalam penelitian ini adalah 13. Tabel 4.5 Distribusi Remaja Menurut Pengetahuan di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. No. 1 2 Pengetahuan Rendah Tinggi Total Sumber: Data Primer Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 50 remaja, sebagian besar yaitu 28 orang (56%) memiliki pengetahuan yang tinggi tentang makanan bergizi, sedangkan 22 orang (44%) remaja memiliki pengetahuan yang rendah tentang makanan bergizi. b. Pola Konsumsi Pola konsumsi dalam penelitian ini dikategorikan menjadi kurang dan cukup berdasarkan nilai median. Nilai median pola konsumsi dalam penelitian ini adalah 8. Tabel 4.6 Distribusi Remaja Menurut Pola Konsumsi di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. No. Pola Konsumsi Jumlah Persentase (%) 1 2 Kurang Cukup Total Sumber: Data Primer 21 29 50 42,0 58,0 100 Jumlah 22 28 50 Persentase (%) 44,0 56,0 100

50

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 50 remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar remaja pola konsumsinya sudah cukup yaitu 29 orang (58%). Sedangkan remaja yang pola konsumsinya kurang berjumlah 21 orang (42%). c. Status Gizi Status Gizi dalam penelitian ini dikategorikan tidak normal (status gizi kurang, buruk dan lebih) dan normal (status gizi baik). Tabel 4.7 Distribusi Remaja Menurut Status Gizi di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. No. Status Gizi Jumlah Persentase (%) 1 2 Tidak Normal Normal Total Sumber: Data Primer Pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 50 remaja dalam penelitian ini, sebagian besar remaja status gizinya dalam kategori normal yang berjumlah 32 orang (64%), sedangkan 18 orang (36%) remaja status gizinya dalam kategori tidak normal. 3. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji yang digunakan adalah chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. a. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Remaja Hasil penelitian pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 22 remaja yang pengetahuannya rendah, sebagian besar remaja status 18 32 50 36,0 64,0 100

51

gizinya dalam kategori tidak normal yaitu 13 orang (59,1%). Sedangkan dari 28 remaja yang pengetahuannya tinggi, sebagian besar status gizinya dalam kategori normal yaitu 23 orang (82,1%). Tabel 4.8. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. Status Gizi Remaja No. Pengetahuan Tidak Normal N 1 2 Rendah Tinggi Total Sumber: Data Primer Hasil uji statistik dengan uji chi-square (95% CI), didapatkan nilai p value yaitu 0,007< 0,05 yang berarti H0 ditolak artinya ada hubungan yang bermakna pengetahuan dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda.Nilai Odds Ratio (OR) yaitu 6,644 (1,834 24,077), artinya remaja yang pengetahuannya rendah tentang makanan bergizi mempunyai peluang 7 kali untuk status gizinya tidak normal dibandingkan dengan remaja yang pengetahuannya tinggi. 13 5 18 % 59,1 17,9 36,0 n 9 23 32 % 40,9 82,1 64,0 n 22 28 50 % 100 100 100 0,007 6,644 (1,834 24,077) Normal Total p value OR (CI 95%)

52

b. Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Remaja Tabel 4.9. Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Remaja di Panti Asuhan Nurul Huda Kelurahan Pengawu Kecamatan Tatanga Kota Palu. Status Gizi Remaja Pola p OR (CI Total Tidak Normal No. Normal Konsumsi value 95%) n % N % n % 1 2 Kurang Cukup Total Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 21 remaja yang pola konsumsinya kurang, sebagian besar status gizinya dalam kategori tidak normal yaitu 12 orang (57,1%). Sedangkan dari 29 remaja yang pola konsumsinya cukup, sebagian besar yaitu 23 orang (79,3%) mempunyai status gizi yang normal. Hasil uji statistik dengan uji chi-square (95% CI), didapatkan nilai p value yaitu 0,019< 0,05 yang berarti H0 ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda.Nilai Odds Ratio (OR) yaitu 5,111 (1,469 17,780), artinya remaja yang pola konsumsinya kurang mempunyai peluang 5 kali untuk status gizinya tidak normal dibandingkan dengan remaja yang pola konsumsinya cukup. 12 6 18 57,1 20,7 36,0 9 23 32 42,9 79,3 64,0 21 29 50 100 100 100 0,019 5,111 (1,469 17,780)

53

C. Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Remaja Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar yaitu 28 orang (56%) memiliki pengetahuan yang tinggi tentang makanan bergizi, sedangkan 22 orang (44%) remaja memiliki pengetahuan yang rendah tentang makanan bergizi.Hasil uji statistik dengan uji chi-square (95% CI), didapatkan nilai p value yaitu 0,007< 0,05 yang berarti H0 ditolak artinya ada hubungan yang bermakna pengetahuan dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda.Nilai Odds Ratio (OR) yaitu 6,644 (1,834 24,077), artinya remaja yang pengetahuannya rendah tentang makanan bergizi mempunyai peluang 7 kali untuk status gizinya tidak normal dibandingkan dengan remaja yang pengetahuannya tinggi. Menurut asumsi peneliti adanya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi, dikarenakan remaja yang mempunyai pengetahuan baik tentang makanan bergizi akan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi serta sehat untuk tubuhnya. Seorang siswa akan makan makanan yang bergizi bila seorang dirinya mengerti apa manfaat dari makanan bergizi.Pemahaman dan pengetahuan seorang siswa terhadap makanan bergiziakan memberikan pengaruh terhadap perilakunya dalam

mengkonsumsi makanan. Bagi para remaja harus didorong untuk memilih makanan yang sehat, karena makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk

54

pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh tergangggu. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja adalah pengetahuannya tentang makanan bergizi. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan proses belajar, dengan belajar akan dapat terjadi perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut bias mengarah yang lebih baik jika individu tersebut menganggap bahwa itu bermanfaat, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk jika individu menganggap objek yang dipelajari tidak sesuai dengan keyakinannya (Soediatama, 2002). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi. Meskipun pengetahuan bukan merupakan faktor langsung yang mempengaruhi status gizi anak balita, namun pengetahuan gizi ini memiliki peran yang penting. Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai

55

macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 2003). Aspek-aspek pengetahuan gizi diantaranya pangan dan gizi (pengertian, jenis, fungsi, sumber, akibat kekurangan). Kurangnya pengetahuan gizi mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 2002). Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi. Dengan pola pikir yang relatif tinggi, tingkat pengetahuan responden tidak hanya sekedar tahu ( know) yaitu mengingat kembali akan tetapi mampu untuk memahami (comprehention), bahkan sampai pada tingkat aplikasi (aplication) yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (Notoatmodjo, 2007). Hal ini menyebabkan semakin efektifnya informasi dipahami sehingga tingkat pengetahuan akan relatif tinggi. Pengetahuan gizi seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizinya. Demikian juga pada remaja yang mempunyai pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan gizi, ia akan dapat menetukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsinya. Pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya.Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan berbagai keterbatasan dalam menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan

56

kesehatan, sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan (sayuran dan buah), serta pelayanan kesehatan yang memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi menurut Suhardjo (2003), didasarkan pada tiga kenyataan: a. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. b. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. c. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. 2. Hubungan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Remaja Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja pola konsumsinya sudah cukup yaitu 29 orang (58%).Sedangkan remaja yang pola konsumsinya kurang berjumlah 21 orang (42%).Hasil uji statistik dengan uji chi-square (95% CI), didapatkan nilai p value yaitu 0,019< 0,05 yang berarti H0 ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda.Nilai Odds Ratio (OR) yaitu 5,111 (1,469 17,780), artinya remaja yang pola konsumsinya kurang mempunyai peluang 5 kali untuk status

57

gizinya tidak normal dibandingkan dengan remaja yang pola konsumsinya cukup. Asumsi peneliti, adanya hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda dikarenakan lebih banyak remaja yang pola konsumsinya baik mempunyai status gizi yang normal.Sedangkan remaja yang pola makannya kurang baik, lebih banyak yang status gizinya tidak normal. Remaja membutuhkan energi dan nutrisi untuk melakukan deposisi jaringan. Peristiwa ini merupakan suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang terjadi kedua kali setelah yang pertama dialami pada tahun pertama kehidupannya. Nutrisi dan pertumbuhan mempunyai hubungan yang sangat erat. Kebutuhan nutrisi remaja dapat dikenal dari perubahan tubuhnya. Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi tubuhnya, dan selanjutnya mempengaruhi kebutuhan nutrisinya.

Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metablisme tubuh(Dedeh dkk, 2010). Fungsi utama energi sebagai zat tenaga yang menunjang aktivitas sehari-hari dan fungsi utama protein sebagai zat pembangun bagi jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada.Makan makanan yang beraneka ragam menunjang terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi balita. Konsumsi pangan yang cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor yang

58

menentukan agar proses tumbuh kembang anak balita menjadi optimal dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat (Depkes RI, 2000). Status gizi dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh manusia akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut yang dibedakan antara status gizi gemuk, normal dan kurus (Almatsier, 2002).Status gizi dapat disebabkan oleh faktor langsung yaitu asupan makanan ataupun penyakit infeksi. Akan tetapi faktor tidak langsung pun juga mungkin dapat mempengaruhi status gizi antara lain seperti tingkat pengetahuan yang kurang sehingga berkurang pula penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Harper, pola makan (dietary pattern) adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan makanannya serta mengkonsumsinya sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan dinamakan pula kebiasaan makan, kebiasaan pangan atau pola pangan (Suhardjo, 2003). Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004). Pola menu seimbang adalah pengaturan makanan yang sehat dengan susunan hidangan menu sesuai dengan kebutuhan gizi esensial dalam jumlah yang ideal serta disesuaikan dengan daya toleran si anak.

59

Dengan kata lain menu seimbang adalah menu yang kebutuhan gizinya sudah disesuaikan dengan golongan usia remaja. Pada usia remaja harus dibiasakan menyukai makanan yang beranekaragam. Remaja perlu diperkenalkan variasi, baik jenis maupun rasa, makanan.Misalnya untuk karbohidrat tidak hanya pada sepiring nasi, tetapi juga terdapatpada semangkuk mie, setangkup roti, sepiring irisan kentang goreng, dan lain-lain.Kemudian dibiasakan untuk menyukai berbagai macam sayur dan buah.Jikamemungkinkan, bawa bekal makan siang dari rumah.Selain dapat menghemat,bekal dari rumah bisa terjamin kesehatan dan keamanannya (Dedeh dkk, 2010).

60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda. 2. Ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi dengan status gizi remaja di Panti Asuhan Nurul Huda

B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah: 1. Pihak Panti Asuhan Nurul Huda perlu memperhatikan pola konsumsi siswa agar tidak ada lagi siswa yang memiliki status gizi kurang serta memberikan penyuluhan kepada siswa tentang pentingnya status gizi pada masa remaja yang dapat meningkatkan perkembangan otak untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. 2. Diharapkan kepada siswa agar mencari informasi tentang pola makan yang sehat serta status gizi yang baik untuk remaja serta dapat mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam. 3. Diharapkan kepada peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan status gizi remaja dengan prestasi belajarnya.

61

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2005. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Arisman, 2009.Gizi Dalam Daur Kehidupan, BukuKedokteran EGC, Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2011. Profil Kesehatan Sulawesi Tengah. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Dinkes UPT Surveilans, Data dan Informasi. Irianto, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya. Bandung Kartasapoetra dan Marsetyo. 2003. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta Kementerian Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta Kusharto, Clara M., Suhardjo, 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, Kanisius, PusatAntarUniversitasPangandanGiziInsitutPertanian, Bogor. Moehji, B.Sc. Sjahmin, 2009. Ilmu Gizi, PT BharataraNiaga Media, dan Papas SinarSinanti, AnggotaIkapi Jakarta. .2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta, Jakarta 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ke 3. Rineka Cipta, Jakarta. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat (prinsip-prinsip dasar). Rineka Cipta. Jakarta. Panggabean P ,DKK, 2013. Pedoman penulisan Proposal Skripsi. STIK Indonesia Jaya Palu RRI Palu. 2012. Di Kota Palu tahun ini terdata 53 kasus gizi buruk http://www.rripalu.com/?q=content/di-kota-palu-tahun-ini-terdata53-kasus-gizi-burukdiakses pada tanggal 13 Desember 2012. Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Syafiq, Setiriani, Utari, Achadi, Fatama, Kusharisupeni, Sartika, Fikawati, 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, PT RajaGrafindoPersada, Jakarta.

62

Anda mungkin juga menyukai