Anda di halaman 1dari 27

ASSALAMUALAIKUM

Kelompok B-16
Ketua : Rizqulloh Taufiqul Hakim (1102011158) Sekretaris : Zahra Puspita (1102011301) Anggota : Mustika Zeinia Malinda (1102010188) Mohammad Syarif Masud (1102011167) Muthiara Surya (1102011183) Retma Rosela Nurkayanty (1102011228) Rifka Hanifa Huwaida (1102011234) Rizky Febriansyah (1102011240) Sesvianda Fatma Y S (1102011256) Suendia Putra Darda (1102011266)

SKENARIO 2 BATUK DARAH


Seorang laki-laki berumur 50 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk darah. Pada pemeriksaan didapatkan habitus asthenikus dan ronkhi basah halus yang nyaring pada apeks paru kanan. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, laju endap darah yang tinggi dan ditemukan bakteri tahan asam (BTA) pada pemeriksaan sputum. Hasil pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya infiltrat di apeks paru kanan. Dokter memberi terapi obat anti tuberculosis (OAT) dan menganjurkan keluarga serumah dengan beliau melakukan pemeriksaan serta menunjuk seorang keluarganya sebagai pengawas minum obat (PMO). Dan dokter juga mengajarkan etika batuk untuk mencegah penularan

SASARAN BELAJAR
1. Memahami Dan Menjelaskan Saluran Pernafasan Bagian Bawah 1.1 Makroskopis 1.2 Mikroskopis
2. Memahami Dan Menjelaskan Mycobacterium Tuberculosis 2.1 Definisi 2.2 Morfologi 2.3 Pengambilan, Pemeriksaan Dan Diagnosis Sampel 3. Memahami Dan Menjelaskan Penyakit Tuberculosis 3.1 Definisi 3.2 Epidemiologi 3.3 Klasifikasi 3.4 Etiologi 3.5 Patogenesis 3.6 Manifestasi Klinis 3.7 Diagnosis Dan Diagnosis Banding 3.8 Penatalaksanaan 3.9 Komplikasi 3.10 Prognosis 3.11 Pencegahan 4. Memahami Dan Menjelaskan Etika Batuk

1. Memahami Dan Menjelaskan Saluran Pernafasan Bagian Bawah

1.1 Makroskopis

Broncus dextra lebih sering terkena infeksi bila di bandingkan dengan broncus sinistra, hal tersebut dapat disebabkan oleh hal sbb : 1. Lumen broncus dextra lebih luas dibandingkan dengan lumen broncus sinistra. 2. Broncus dextra lebih pendek dengan panjang 2,5 cm dan sebanyak 6-8 buah cncin dan broncus sinistra dengan panjang 5 cm dengan 9-12 buah cincin. 3. Broncus dextra membentuk sudut 25 derajat dengan garis tengah, sedangkan broncus sinistra 45 derajat. Jadi posisi broncus yang kanan lebih curam dari yang kiri.

1.2 Mikroskopis

Bronkus

Bronkiolus

-Terdapat kelenjar campur di lamina propria


-Otot polos mengelilingi bronkus (spiral) -Bronkus sebelum masuk ke paru bronkus ekstrapulmonal (struktur = trakea , diameter lebih kecil) -Masuk ke paru bronkus intrapulmonal (masih ada tulang rawan), lumen diliputi epitel bertingkat torak bersilia dengan sel goblet

-Diameter kurang 1 mm -Tidak terdapat tulang rawan -Epitel selapis torak bersilia dengan beberapa sel goblet -Tanpa kelenjar -Ada otot polos -Makin kecil bronkiolusnya ( 0,3 mm) epitelnya selapis --kubis bersilia tanpa sel goblet

Bronkiolus Terminalis

Bronkiolus Respiratorius -Merupakan saluran yang pendek -Terdapat alveolus -Pertukaran gas yang pertama -Peralihan antara bagian konduksi dan respirasi

-Pada epitel bronkiolus tdpt SEL CLARA tdk tdpt silia tetapi punya mikrovili Sitoplasma bergranula kasar -Lamina propria tipis -Otot polos tipis -Tdk ada kelenjar -Diduga mempunyai fungsi sekresi SURFAKTAN

Duktus Alveolaris
-Saluran yang berdinding tipis dan putusputus -Dilanjutkan saluran yang panjang berkelokkelok dan bercabang banyak -D. alveolaris biasanya dikelilingi oleh sakus alveolaris

-Merupakan kantong yang dibentuk oleh dua alveoli atau lebih

Sakus Alveolaris

Alveoli atau Alveolus


-Terjadi difusi oksigen dan karbondioksida -kantung kecil yang dilapisi selapis endotel -Dipisahkan oleh septum interalveolar -Setiap septum terisi satu atau lebih stigma

2. Memahami Dan Menjelaskan Mycobacterium Tuberculosis

Mycobacteriu m tuberculosis

Bakteri patogen manusia yang menyebabkan tuberkulosis

Batang lurus atau bengkok Morfologi Ditemukan sendiri dan berkelompok Panjang 1 sampai 4u dan lebar 0,2u sampai 0,8u Bersifat aerob Sifat biakan Pertumbuhan lambat Suhu optimum 37C dan ph optimum 6,4 - 7

Diagnosis Laboratoriu m

Sewaktu Sputum Pagi hari Datang kerumah sakit

Pewarnaan Ziehl Neelsen

Hasil Negatif Jumlah actual 1+ 2+ 3+

Jumlah BTA (-) BTA yang terlihat pd 100 lap pandang 19 BTA / 100 lap pandang 1099 BTA / 100 lap pandang 110 BTA / lap min dlm 50 lap pandang > 10 BTA / lap min 20 lap pandang

3. Memahami Dan Menjelaskan Penyakit Tuberculosis

Tuberkulosis

Penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang biasa menyerang paru

Faktor infeksi
Etiologi Faktor lingkungan Faktor ekonomi Faktor pelayanan kesehatan

Patologis

TB Primer TB post primer

Klasifikasi

Organ tubuh

Ekstra paru Paru

Pemeriksaan dahak mikroskopis TB BTA (+) TB BTA (-) Baru

Riwayat pengobatan

Relap Default Gagal Transfe s r

Batuk darah (2-3 minggu) Meriang (>1 bulan) Manifestasi klinik Keringat malam hari Berat badan menurun Malasise

Sesak nafas
Normal Nafsu makan menurun

Infiltrat

TB

Diagnosis

Anamnesa yang baik terhadap pasien dan keluarga Pemeriksaan fisik Pemeriksaan LAB Rontgen Thorax

Sputum Tuberculi n Darah

Pneumonia Abses paru Diagnosis Banding Pneumonia aspirasi Bronkietaksis Kanker paru

Penatalaksanaan

Katerogi 1

Pasien TB TBP sputum BTA (+) baru Bentuk TBP berat TB ekstra-paru TBP BTA-negatif Relaps Kegagalan pengobatan Kembali ke default TBP sputum BTA-negatif TB ekstra-paru (menengah berat)

Resimen Pengobatan* Fase Awal Fase Lanjutan 2 SHRZ (EHRZ) 6 HE 2 SHRZ (EHRZ) 4 HR 2 SHRZ (EHRZ) 4 H3R3 2 SHZE/1 HRZE 2 SHZE/1 HRZE 5 H3R3E3 5 HRE

2 HRZ atau 2 6 HE H3R3Z3 2 HR/4 H 2 HRZ atau 2 2 H3R3/4 H H3R3Z3 2 HRZ atau 2 H3R3Z3 Kasus kronis (masih BTA- Tidak dapat diaplikasikan positif setelah pengobatan (mempertimbangkan menggunakan ulang yang disupervisi obat-obatan barisan kedua)

TB = TBP = Tuberkulosis paru; S = Streptomisin; H = Isoniazid; R = Rifampisin; Z = Pirazinamide; E = Etambutol

Nama Obat Isoniazid Rifampisin Pirazinamide Streptomisin Etambutol Etionamid PAS

Dosis Obat BB <50 kg 300 mg 450 mg 1000 mg 750 mg 750 mg 500 mg 99

BB >50 kg 400 mg 600 mg 2000 mg 1000 mg 1000 mg 750 mg 10 g

Dosis Berkala 3x Seminggu 600 mg 600 mg 2-3 g 1000 mg 1-1.5 g

Obat Isoniazid Rifampisin Streptomisin Etambutol Etionamid PAS Cycloserin

Efek Samping Neuropati perifer yang dapat dicegah dengan pemberian vitamin B6, hepatotoksik Sindrom flu, hepatotoksik Nefrotoksik, gangguan nervus VIII kranial Neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/dermatitis Hepatotoksik, gangguan pencernaan Hepatotoksik, gangguan pencernaan Seizure/kejang, depresi, psikosis

Seseorang yang dikenal dan disetujui oleh petugas kesehatan dan pasien PMO Persyaratan
Sukarela Bersedia dilatih bersama pasien Tinggal dekat dengan pasien Memberikan dorongan agar berobat teratur Memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga TB

Tugas

Mengawasi pasien minum obat

Mengingatkan untuk periksa dahak ulang

Informasi penting yang harus diberitahukan oleh PMO

TB disebabkan kuman,bukan penyakit keturunan atau kutukan dengan TB disembuhkan berobat teratur Cara pemberian pengobatan pasien Pentingnya pengawasan agar pasien berobat teratur Memberitahukan efek samping obat Cara penularan TB dan gejalanya

Pleurits

Emfisema
Dini Efusi pleura Laryngitis

Komplika si

Sindrom obstruksi pasca tuberkulosis Kor pulmonal Lanjut Sindrom gagal nafas dewasa Amiloidosis Karsinoma paru

Prognosis

Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas diparu, kecuali jika disebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut, dengan debilitas, atau mengalami gangguan kekebalan, yang berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier.

Pencegahan 1. Promotif -Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC -Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko -Mensosialisasiklan BCG di masyarakat. 2. Preventif -Vaksinasi BCG -Menggunakan isoniazid (INH) -Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab. -Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui

Epidiomiologi
Diseluruh Dunia tahun 1990 WHO melaporkan 3,8 juta kasus baru TB dengan 49% kasus terjadi di Asia Tenggara. Menurut global TB-WHO tahun 1998 pusat dari epidemiologi TB berada di Asia dengan 4,5 juta dari 8 juta kasus yang terdapat di dunia 50% kasusnya di 6 negara yaitu India, China, Bangladesh, Pakistan, Indonesia dan Philiphina. Indonesia urutan ke 3 setelah India dan China. Berdasarkan survey badan kesehatan rumah tangga dan kesehatan nasional tahun 2001 TB menempati ranking no.3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Peringkat Indonesia ini di bawah India, China dan Afrika Selatan. Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru BTA positif. Data terbaru tahun 2012 dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kemenkes, memperkirakan ada 430.000 kasus TB baru. Indonesia bahkan tercatat sebagai negara penyumbang kasus TBC nomor empat di dunia setelah India, China dan Afrika Selatan. Diperkirakan ada 430 ribu kasus TBC baru dan 169 orang di antaranya meninggal setiap hari. TBC menyebar secara merata di seluruh wilayah. Namun kondisi yang paling memprihatinkan adalah di wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua, Maluku, NTT, NTB.

4. Memahami Dan Menjelaskan Etika Batuk

-Ketika hendak batuk baiknya sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar anda dan tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue atau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau bersin. -Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah. -Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.

-Gunakan masker untuk menjaga agar tidak menular ke orang lain.

Daftar pustaka
Amin Z, Bahar A 2009. Tuberkulosis Paru, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta: Interna Publishing Jawetz, Melnick, & Adelbergs. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: EGC Yunus, Faisal, dkk. 2006. Tuberkulosis, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Sandoz Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi Difiore Edisi 11. Jakarta: EGC Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). www.medicastore.com www.exomedindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai