Anda di halaman 1dari 35

Ns. Niken Fitri Astuti, S.

Kep

masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun).

PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang

DEFINISI
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Somantri, 2009). Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi.

ETIOLOGI Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun

dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.

Etiologi

Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang
disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan

spesifik terhadap basil tersebut.

PATOFISIOLOGI

Gejala pada tuberkulosis terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Gejala Respiratorik Batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu Dahak yang mukoid sampai mukopurulan Nyeri dada, sampai batuk darah Sesak napas (bila ada tanda-tanda penyebaran ke rongga lain) 2. Gejala Sistemik Malaise, anoreksia, BB menurun, keringat malam Akut: demam tinggi, menggigil Millier: demam akut, sesak napas, sianosis

Tanda & Gejala Klinis

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 510 mg/kgbb/hari. Pencegahan (profilaksis) primer Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.

Penatalaksanaan

Pencegahan (profilaksis) sekunder Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Dosis obat antituberkulosis (OAT)


Obat Dosis harian (mg/kgbb/hari) Dosis 2x/minggu (mg/kgbb/hari) Dosis 3x/minggu (mg/kgbb/hari) INH Rifampisin 5-15 (maks 300 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-40 (maks. 2 g) 15-25 (maks. 2,5 g) 15-40 (maks. 1 g) 15-40 (maks. 900 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 50-70 (maks. 4 g) 50 (maks. 2,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 15-40 (maks. 900 mg) 15-20 (maks. 600 mg) 15-30 (maks. 3 g) 15-25 (maks. 2,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

Pirazinamid
Etambutol Streptomisin

Pengobatan TBC pada orang dewasa Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada: Penderita baru TBC paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Diberikan kepada: Penderita kambuh. Penderita gagal terapi. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 Diberikan kepada: Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan
Pengobatan TBC pada anak Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu: 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH). Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb. Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

Penatalaksanaan
TB tidak berat

INH Rifampisin

: 5 mg/kgbb/hari

: 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC)

INH Rifampisin Dosis prednison

: 10 mg/kgbb/hari : 15 mg/kgbb/hari : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

Efek Samping Efek samping yang sering dari rifampisin,


isoniazid dan pyrazinamide ada Hepatitis Pengobatan hrs dihentikan jika terjadi Kenaikan Enzym hati 3 5 x dari normal Rifampisin ada Gg sistem pencernaan, erupsi kulit, gejala seperti flu dan Urine berwarna merah jingga dan cairan lain Ethambutol : ocular toxicity (optic nerve) jarang terjadi jika sesuai dosis; menyusui tdk dianjurkan

Pengkajian Riwayat Perjalanan Penyakit Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul. Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan. Respirasi Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada. Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

Asuhan Keperawatan

Rasa nyaman/nyeri Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Objektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis. Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan takberdaya/tak ada harapan. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung. Riwayat Penyakit Sebelumnya: Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh. Pernah berobat tetapi tidak sembuh. Pernah berobat tetapi tidak teratur. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. Daya tahan tubuh yang menurun. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

Riwayat Pengobatan Sebelumnya: Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya. Jenis, warna, dosis obat yang diminum. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir. Riwayat Sosial Ekonomi: Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan. Faktor Pendukung: Riwayat lingkungan. Pola hidup. Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.


Pemeriksaan Diagnostik: Kultur sputum Tes Tuberkulin Photo torak Bronchografi Darah Spirometri

Pemeriksaan Diagnosis Skin test ( Mantoux test )


Teridentifikasi tuberkel 6 -8 mg dari terinfeksi Hasil 48 72 jam Hasil 0-4 mm : tidak signifikan (Tidak ada infeksi , Masa inkubasi infeksi TB,Anergi )

> 5mm : mungkin signifikan

10 mm : signifikan/ ( pasien terpapar TBC, atau telah menjalani vaksin BCG

Positif

Tes X- Ray Dilakukan pada klien

dengan positive PPD test Posteroanterior and lateral menujukan bag paru paru yang terkena Reaktivasi TB menyebabkan infiltrates di apical-posterior segmen lobus atas Primary TB is hilar lymph node enlargement

Tes Sputum

Mikrobiologi - Kultur gold standard Dilakukan setelah 6 mg Apus tenggorokan, cairan lambung, Bronchoscopy

Diagnosa Kep.
No. Dx Keperawatan Tanggal muncul Tanggal Teratasi

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret
1

darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.s Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan

permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inmenetap, Kerusakan jaringan

akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:


4

Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan


5

dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif .

Intervensi

No
1.

No. Dx

Tujuan
Pasien memperlihat kan frekuensi pernapasan yang efektif.

Kriteria Hasil
a. Mempertahank Mandiri an jalan napas 1. px. b.Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. c. Menunjukkan perilaku untuk 3. memperbaiki/ mempertahank an napas. d.Berpartisipasi dalam program 5. 4. 2.

Tindakan
Mandiri Kaji fungsi pernapasan : Bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman, dan penggunaan otot aksesori. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. bila perlu. Pertahankan intake cairan minimal 2500

Rasional
1. Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat. 2. Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut. maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah

Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction 3. Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi

pengobatan,
dalam tingkat kemampuan/ situasi. e. Mengidentifika si potensial komplikasi & melakukan tindakan tepat.

ml/hari kecuali kontraindikasi.


Kolaborasi 1. Lembabkan udara/oksigen inspirasi. 2. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi. 3. Bantu inkubasi darurat bila perlu. 1. 2.

dikeluarkan.
4. Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret. 5. Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan. Kolaborasi Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu pengenceran sekret. Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas 3. Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring atau perdarahan paru akut.

Implementasi

No. No. Dx
1.

Tindakan

TTD+Nama Prwt.

Respon Px

Mandiri a. Mengobservasi fungsi pernapasan : Bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman, dan penggunaan otot aksesori.

a.

Bunyi napas px menurun, mengi menurun, jalan napas berangsur bersih, kerja otot aksesori pernapasan menurun.

b.

Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan


sputum, adanya hemoptisis.

b.

Px mengeluarkan sekret atau batuk

sekret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah c. Memberikan pasien posisi semi atau Fowler, Membantu/ mengajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam.
1

c.

Px dalam posisi semi fowler, berlatih napas dalam danbatuk efektif.

d. e.

Membersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu. Mempertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

d. e.

Px bersedia dilakukan suction karena tidak bisa mengeluarkan sekret. Px bersedia menerima intake cairan.

Kolaborasi a. b. Melembabkan udara/oksigen inspirasi Memberikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.

Kolaborasi

a.

Membran mukosa px tetap terjaga


kelembabannya. Sekret sedikit demi sedikit mengencer.

b.

Px minum obat teratur dan sesuai dosis sehingga memudahkan pembersihan jalan napas, ukuran lumen meningkat, tahanan

aliran udara turun.

No. 1.

No. Dx

Evaluasi
SOAP S : Px mengeluh sesak napas, kesulitan tidur pada malam hari, kelemahan tubuh, batuk.

O : Adanya ronki, dispnea, frekuensi pernapasan,


1 irama, kedalaman tak normal, batuk tidak efektif, tidak mampu mengeluarkan sekret.

A : Bersihan jalan napas efektif kembali


P : Lakukan intervensi nomor a,

The 5 elements of DOTS


Komitmen politis Jaminan Ketersediaan OAT Yg bermutu 4
1

Diagnosa dengan mikroskop


2
WHA 1991

Directly Observed Treatment Short-course

Monitoring dan evaluasi

Pengobatan dengan pengawasan langsung

Selamat Belajar ^^

Anda mungkin juga menyukai