Anda di halaman 1dari 25

PERANCANGAN SISTEM PEMURNIAN AIR BERSIH DI KAWASAN MADINATUL QURAN JONGGOL, BOGOR

Usulan Penelitian untuk Tesis S-2

Program Studi Magister Teknik Sistem Konsentrasi Teknik Sistem Industri

diajukan oleh Andrie 12/338903/PTK/08244

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Januari, 2014

Usulan Penelitian

PERANCANGAN SISTEM PEMURNIAN AIR BERSIH DI KAWASAN MADINATUL QURAN JONGGOL, BOGOR

yang diajukan oleh Andrie 12/338903/PTK/08244

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Arif Kusumawanto, M.T., I.A.I

tanggal ...............................

Pembimbing Pendamping

Dr. Bertha Maya Sopha, S.T., M.Sc.

tanggal .................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan untuk kebutuhan hidup orang banyak, termasuk seluruh makhluk hidup. Oleh sebab itu, sumber daya air yang ada harus dilindungi agar pemanfaatannya dapat dirasakan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lainnya. Pemanfaatan air dalam berbagai kepentingan harus dilakukan dengan bijaksana. Permasalahan utama saat ini yaitu yang berfokus pada sumber daya air yang meliputi kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat dan kualitas air untuk kebutuhan domestik yang semakin menurun.

Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki peraturan mengenai penanganan air bersih yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492. Pemerintah juga telah mencanangkan program-program penataan lingkungan yang pada dasarnya berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber daya air dan sumber daya alam lainnya, dalam rangka pengendalian dampak lingkungan.

Jonggol merupakan sebuah kawasan yang dulunya sempat ingin dijadikan sebagai calon ibukota Republik Indonesia. Berlokasi di propinsi Jawa Barat dengan letak yang strategis yaitu 50 km dari ibukota kab. Bogor, 60 km dari ibukota negara Jakarta, dan 156 km dari ibukota provinsi Bandung. Wilayah Jonggol memiliki luas wilayah 12,586 ha dengan jumlah penduduk 97.025 jiwa (tahun 2012). Salah satu permasalahan pengelolaan kualitas sumber daya air yang terdapat di sebuah kawasan pesantren Madinatul Quran, yang berlokasi di Jonggol, Bogor. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan para santri dilingkungan pesantren adalah bersumber dari mata air yang terdapat disekitar kawasan pesantren tersebut.

Karena sumber mata air yang dihasilkan terletak didaerah perbukitan, maka kualitas air akan bercampur dengan tanah sehingga warna dari air yang ditampung untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus) agak keruh. Gambaran mengenai sumber aliran air yang digunakan dan penyimpanan bak penampungan sumber air dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 berikut ini.

Gambar 1.1 Sumber aliran air

Gambar 1.2 Bak penampungan air

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimana memenuhi kebutuhan air bersih di kawasan Madinatul Quran; b. Bagaimana memurnikan air baku yang menjadi kebutuhan sehari-hari para santri di pondok pesantren Madinatul Quran;

c. Bagaimana kefektifan filter penyaringan dalam memurnikan air baku dengan berdasarkan parameter ph, Fe, kekeruhan, bau, rasa, dan warna; d. Bagaimana memberikan sebuah pendekatan sistem kepada santri dan masyarakat sekitar tentang pentingnya pengelolaan air yang bersih.

1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut: a. Penilitian meneliti air baku dikawasan pesantren madinatul quran; b. Parameter yang diuji yaitu pH, kekeruhan, warna, bau, rasa, dan kadar besi (Fe); c. Merancang sistem filtrasi sederhana dengan sistem saringan pasir lambat up flow dengan berbagai alternatif penyaringan.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: a. Mewujudkan kawasan wisata islami dengan fasilitas air bersih untuk menunjang kebutuhan santri dan para wisatawan untuk kedepannya; b. Mewujudkan lingkungan yang sehat dimasyarakat sekitar dengan pengolahan air yang bersih; c. Memberikan alternatif filter yang efektif dalam melakukan penyaringan air.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang akan dirasakan dengan penerapan sistem pemurnian air ini kedepannya dapat meningkatkan jumlah santri yang akan menimba ilmu dipesantren nantinya karena dengan fasilitas air bersih yang menyehatkan untuk para santri. Selain itu manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar ialah dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi dan juga sebagai kebutuhan air lainnya. Dan terciptanya lingkungan yang sehat disekitar kawasan wisata islami ini.

1.5 Penilitian Terdahulu Penelitian yang terdahulu yang membahas mengenai pemurnian air adalah sebagai berikut: a. Penelitian oleh (Mary S., 2012), mengenai pengolahan air melalui media filter pasir kuarsa dengan menganalisa keefektifan pasir kuarsa yang terdapat pada sungai Malimpung untuk menurunkan kadar ph, kekeruhan, warna, bau, dan rasa dalam air dengan saringan single medium. b. Penelitian oleh (Abdur rahman,2004), mengenai penyaringan air tanah dengan zeolit alami untuk menurunkan kadar besi dan mangan yaitu dengan merancang sebuah kolom gelas yang berisi zeolit untuk menyaring air tanah. c. Penelitian oleh (Yusminar, dkk, 2010), mengenai pengolahan air gambut dengan menggunakan bentonit. Prosesnya dengan menyaring air gambut yang merupakan air permukaan dari tanah bergambut dengan menggunakan metode gabungan yaitu metode adsorpsi, koagulasi-sedimentasi, dan filtrasi. d. Penelitian oleh (Sukmayanti A., dkk, 2008), mengenai pengembangan model proses filtrasi dan disinfeksi yang akan mempengaruhi kualitas air minum isi ulang. Dimana penelitian ini membahas mengenai penggunaan filtrasi karbon dan pasir silika sebagai filtrasi akan berpengaruh dalam

menurunkan/mengurangi jumlah zat padat yang terlarut, kekeruhan, warna, zat padat terlarut, serta besi dan sulfat. e. Penelitian oleh (Irman J.K., 2008), mengenai penyediaan air bersih di wilayah pesisir pantai Kenjeran Surabaya dengan menggunakan filter tembikar, yang dimana filter tembikar ini akan digunakan untuk pengolahan air yang telah tercemar oleh bakteri e.coli, logam berat, warna, dan kekeruhan. f. Penelitian oleh (Safira, 2009) mengenai kehandalan dari sistem saringan pasir lambat dalam pengolahan air. Dimana penilitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja dari sebuah sistem penyaringan dengan melihat kehandalannya dalam pengolahan air murni dan mencari faktor-faktor pembatas dalam pengelohan air dengan menggunakan sistem saringan pasir lambat.

g. Penelitian oleh (Pangidon,

2013)

mengenai

pengolahan air

bersih

dilingkungan kampus Universitas Pasir Pengaraian dengan sistem up flow. Di mana penelitian ini merancang sebuah model penyaringan pasir dengan sistem up flow untuk menyaring air dengan menggunakan media pasir dan kerikil. h. Penelitian oleh (Nisaul M., 2009) mengenai penyisihan besi-mangan, kekeruhan dan warna menggunakan saringan pasir lambat dua tingkat pada kondisi aliran tak jenuh, studi kasus pada air sungai cikapundung. Penelitian ini merancang sebuah saringan pasir dua tingkat untuk memurnikan air sungai cikapundung dengan menggunakan parameter besi-mangan, kekeruhan, dan warna pada air.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah penulis kutip diatas, dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis Perancangan Sistem Pemurnian Air di Kawasan Wisata Islami Jonggol Bogor merupakan karya penulis yang dimana penelitiannya tidak hanya membahas tentang bagaimana merancang sebuah sistem pemurnian air tetapi juga dari sebuah sistem ini nantinya akan terkait dengan integrasi sistem yang ada dilingkungan kawasan wisata islami ini kedepannya, sehingga bagi para santri serta masyarakat sekitar akan saling bersinergi dalam memanfaatkan sistem pemurnian air ini untuk kedepannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sumber Daya Air Sumber daya air yang terdiri atas sumber air dan daya air yang merupakan sebuah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang akan memberikan manfaat yang besar untuk mewujudkan terciptanya kesejahteraan untuk masyarakat dari berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, budaya, politik, maupun bidang ketahanan nasional.

Hefni (2003) menyebutkan bahwa pengelolaan terhadap sumber daya air sangat penting dan pemanfaatan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan yaitu dengan metode pemantauan dan interpretasi data terhadap kualitas air, yang mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi.

Berdasarkan sumbernya air dapat digolongkan antara lain sebagai berikut: a. Air laut Air laut memiliki sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl yang terkandung dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai air bersih (Sutrisno, 2006); b. Air hujan Air hujan dalam kondisi murni dapat sangat bersih, ini dikarenakan adanya pengotoran dari udara yang disebabkan kotoran atau debu dan lain sebagainya, sehingga untuk pemanfaatan air hujan menjadi air minum diperlukan waktu dalam menampung air hujan, bukan dimulai pada saat hujan turun karena pada saat itu masih banyak mengandung kotoran ataupun debu (Sutrisno, 2006); c. Air permukaan Air permukaan merupakan air yang terdapat dipermukaan tanah seperti sungai, danau, rawa, dan lain sebagainya. Dibandingkan dengan sumber air

lainnya, air permukaan sangat mudah tercemar . Di samping itu pencemaran disebabkan oleh kegiatan-kegiatan manusia dan juga oleh flora dan fauna. Adapun yang termasuk dalam air permukaan adalah sebagai berikut: Air sungai Pengolahan untuk pemanfaatan air bersih harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, mengingat air sungai memiliki derajat pengotoran yang lebih tinggi; Air rawa/danau Kebanyakan air rawa ini berwarna kuning-coklat yang disebabkan adanya zat-zat organisme yang telah membusuk seperti humus dalam air. Dengan adanya pembusukan maka kadar zat organisme sangat tinggi, maka umunya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula. Air tanah Air tanah terdapat hampir disemua bagian dimuka bumi ini, perbedaannya terdapat pada kedalaman dari muka tanah yang bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya, kandungan mineralnya, jumlah/kuantitasnya, serta tingka infiltrasi dan sifat alami dari lapisan tanah di atasnya. Kedudukan air tanah terbagi menjadi tiga bagian yaitu : a) Air tanah dangkal; b) Air tanah dalam; c) Mata air.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan beberapa peristilahan sebagai berikut: a. Air, yang meliputi semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air yang terdapat di atas permukaan tanah; b. Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan

sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya); c. Pencemaran air, yaitu yang termasuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

2.1.2 Penjernihan Air Prinsip dasar penjernihan air di sebuah kawasan khususnya di pedesaan yang meliputi berbagai aspek yang harus dipenuhi diantaranya sebagai berikut: a. Bersifat tepat guna dan sesuai dengan kondisi, lingkungan fisik, maupun sosial budaya masyarakat setempat; b. Pengoperasiannya mudah dan sederhana; c. Bahan-bahan yang digunakan mudah dan sederhana; d. Bahan-bahan yang digunakan berharga murah; e. Bahan-bahan yang digunakan tersedia di lokasi dan mudah diperoleh; f. Efektif, memiliki daya pembersih yang besar untuk memurnikan air.

Alamsjah (2006), mengemukakan bahwa prinsip penyaringan (filtrasi) merupakan sebuah proses untuk memisahkan antara padatan/koloid dengan cairan. Proses penyaringan bisa merupakan proses awal (primary treatment) atau penyaringan dari proses sebelumnya. Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, saringan yang digunakan adalah single medium. Sebaliknya bila ukuran padatan beragam, digunakan saring dual medium atau three medium. Penyaringan air olahan yang mengandung padatan dilakukan dengan cara membuat saringan bertingkat, yaitu saringan kasar, saringan sedang, sampai saringan halus.

Untuk merancang sebuah sistem penyaringan ini perlu penelitian terlebih dahulu terhadap beberapa faktor diantaranya sebagai berikut (Kusanaedi, 2010): a. Jenis limbah padat (terapung atau tenggelam); b. Ukuran padatan; ukuran yang terkecil dan ukuran yang terbesar;

c. Perbandingan ukuran kotoran padatan besar dan kecil; d. Debit air olahan yang akan diolah.

Berikut merupakan beberapa karakteristik atau kriteria pengamatan untuk memastikan apakah suatu sumber daya air itu bersih atau tidak. Dengan berbagai kriteria seperti warna, rasa, bau, kekeruhan, pH (derajat keasaman), dan kadar besi (Fe).

2.1.3 Warna Hefni (2003) menyebutkan bahwa warna perairan dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya ialah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Pada penentuan warna sesungguhnya, bahan-bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi. Standar warna yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 adalah berwarna bening dengan skala TCU 15.

2.1.4 Bau Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat organik pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang keluar dari hasil dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi adakalanya dapat mematikan biota yang ada di dalamnya. Standar bau air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 adalah air tidak berbau.

2.1.5 Rasa Parameter ini erat kaitannya dengan pengujian parameter warna dan bau sehingga seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu perairan dalam kondisi baik yaitu berasa hambar, bila suatu perairan sudah berwarna kurang baik atau dan bau kurang sedap secara otomatis akan mempunyai rasa yang kurang enak.

Standar rasa air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 adalah tidak berasa atau hambar.

2.1.6 Kekeruhan Kekeruhan dapat mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam air. Sinar matahari sangat diperlukan oleh organisme yang berada di dalam perairan untuk proses metabolisme. Bila suatu perairan keruh maka sinar matahari yang masuk akan sedikit karena terpencar-terpencar oleh adanya partikel yang terlarut, dan bila air tidak keruh maka sinar matahari yang masuk akan banyak. Kekeruhan dapat dipakai sebagai indikasi kualitas suatu perairan. Air alami dan air buangan yang mengandung koloid dapat memudarkan sinar sehingga dapat mengurangi transmisi sinar. Kekeruhan dapat mengurangi proses fotosintesis tanaman dalam air. Misalnya vegetasi perairan berakar dan ganggang, mengurangi pertumbuhan tanaman dan mengurangi produktifitas ikan. Standar kekeruhan air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 untuk kategori air bersih dengan batas maximal bernilai 25 NTU.

2.1.7 pH (derajat keasaman) Novita (2011) menyebutkan bahwa pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Standar pH air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 yaitu antara 6,5 8,5.

2.1.8 Besi (Fe) Besi merupakan suatu elemen kimiawi yang dapat ditemui disemua tempat dibumi, pada semua lapisan geologis, dan semua badan air. Dengan adanya unsurunsur besi yang terdapat dalam air diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme. Dinyatakan pula dalam kandungan besi dalam air yaitu bersumber dari dalam tanah sendiri di samping itu dapat pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutan pipa besi, reservoir air dari besi atau endapan-endapan buangan industri.

Standar kadar besi dalam air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 yaitu sebanyak 0,3 mg/l. Apabila konsentrasi besi yang terlarut dalam air telah melebihi batas yang telah ditetapkan, maka akan menyebabkan berbagai permasalahan yang diantaranya sebagai berikut : a. Gangguan teknis. Endapan Fe (OH) yang bersifat korosif terhadap pipa dan akan mengendap di saluran pipa, sehingga akan mengakibatkan saluran pipa menjadi buntu dan efek yang ditimbulkan seperti mengotori bak yang terbuat dari seng, mengotori wastafel, dan kloset b. Gangguan fisik Gangguan fisik yang akan ditimbulkan yaitu adanya besi yang terlarut dalam air yaitu akan timbulnya warna, rasa, dan bau. Air yang terkontaminasi dengan besi akan terasa tidak enak dan berbau karena konsentrasi besi yang terlarut >0,1 mg/L. c. Gangguan kesehatan Senyawa besi yang terdapat dalam tubuh manusia jumlahnya kecil, fungsi dari senyawa besi dalam tubuh ini akan membantu proses pembentukan sel-sel darah merah yang dimana tubuh manusia memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian besar diperoleh dari air. Apabila zat besi (fe) yang melebihi dosis yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan berdampak pada kesehatan. Dampak kesehatan yang ditimbulkan karena dosis fe yang berlebihan dalam tubuh akan tidak dapat mengsekresi Fe yang akan berakibat apabila mendapat transfusi darah maka warna kulitnya akan menjadi hitam karena akumulasi Fe. Selain itu, air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi, dan apabila dosis yang dikonsumsi cukup besar maka akan merusak dinding usus.

2.1.9 Penyaringan (filtrasi) Penyaringan merupakan sebuah proses pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Proses penyaringan dapat dikategorikan sebagai proses awal ( primary treatment) atau penyaringan dari proses sebelumnya.

Bahan padatan yang pada umumnya dapat dilihat langsung terapung seperti potongan kayu atau potongan sayuran. Bahan padatan yang berupa logam, tulang, bulu atau daun dapat disaring secara kasar atau sedang dengan melalui proses awal (primary treatment).

Apabila air yang akan disaring berupa cairan yang mengandung butiran halus, maka sebelum proses penyaringan sebaiknya dilakukan koagulasi atau netralisasi yang menghasilkan endapan.

2.1.10 Sedimentasi Sedimentasi merupakan proses pengendapan bahan padatan yang terdapat pada air olahan. Proses sedimentasi bisa terjadi bila air mempunyai berat jenis dari air sehingga tenggelam. Prinsip sedimentasi adalah pemisahan bagian padat dengan memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada pada dasar pengendapan sedangkan air murni berada di atas.

2.1.11 Definisi Sistem Definisi sistem yang dikemukakan oleh (Maryono, A., 2011) merupakan suatu keterpaduan ( wholism) antar elemen-elemen (sub-sistem) yang saling berinteraksi, berintegrasi, berbagi, bersinergi, dan berkolaborasi untuk suatu tujuan tertentu dengan proses mekanisme metabolisme loop-feedback input-process-output tertentu dengan target produk dan waktu pencapaian tertentu dengan adanya mekanisme kontrol perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara kontinyu yang bersifat terbuka serta mempunyai batasan-batasan tertentu dan berada atau terkait dengan lingkungan tertentu.

2.1.12 Pola Pikir Sistem Maryono, 2011 menyebutkan bahwa pengembangan suatu sistem membutuhkan suatu pola pikir untuk menyelesaikan permasalahan sebuah sistem. Salah satu pola pikir sistem yang dikembangkan yaitu pola pikir integralistik yang merupakan sebuah pola pikir yang mengaitkan antara satu permasalahan dengan

permasalahan yang lain, semakin banyak yang terkait dengan permasalahan tersebut dengan kaitan yang logis dan realistis, maka semakin bagus pula penyelesaian masalah yang akan diusulkan.

Sebagai contoh yaitu dalam permasalahan pembagian harta warisan di suatu desa, dimana penerapan pola pikir integralistik akan memasukkan berbagai faktorfaktor yang terkait dengan permasalahan pembagian warisan antara lain faktor kedekatan hubungan keluarga, faktor agama, faktor adat istiadat setempat, faktor keadilan, faktor keturunan, faktor waktu , dan juga faktor wasiat. Dari seluruh faktor tersebut kemudian disimpulkan apa yang harus dilakukan dalam permasalahan pembagian warisan tersebut. Beberapa faktor yang diperhitungkan tidak akan berpengaruh secara signifikan akan di hilangkan dan disisakan faktor yang dominan saja. Selanjutnya akan dipilih penyelesaian yang paling komprenhensif dan melegakan semua pihak.

2.2

Landasan Teori

Metode filtrasi yang akan digunakan dalam menyaring air yang keruh yang terdapat di kawasan pesantren madinatul quran dan untuk masyarakat sekitarnya menggunakan sistem filtrasi saringan pasir lambat.

2.2.1 Saringan Pasir Lambat Saringan pasir lambat (SPL) atau slow sand filter (SSF) yang telah lama dikenal di Eropa sejak awal tahun 1800an. Dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih, saringan pasir lambat dapat digunakan dalam menyaring air keruh ataupun air kotor. Saringan pasir lambat sangat cocok dalam memenuhi kebutuhan air bersih dalam komunitas skala kecil atau skala rumah tangga. Ini karena debit air yang dihasilkan oleh SPL relatif kecil.

Saringan pasir lambat merupakan sebuah proses filtrasi yang berupa wadah yang diisi pasir dengan ukuran tertentu dan berfungsi untuk menyaring serta menurunkan tingkat kekeruhan air karena dengan adanya peran mikroorganisme

sehingga akan menghasilkan air yang bersih. Saringan pasir lambat proses pengerjaannya sederhana, murah dalam pembelian bahan bakunya, serta dapat dipercaya sebagai salah satu metode pembersihan persediaan air bersih.

Dalam saringan pasir lambat, air yang mengalir berdasarkan gravitasi yang melalui pasir halus dengan kecepatan yang rendah. Untuk kondisi rata-rata harian yang dihasilkan berkisar antara 0,1-0,4 m3/m2/jam (kecepatan rendah). Dengan lapisan filter yang telah tersusun dari pasir halus dengan diameter efektif berkisar 0,15-0,35 mm dengan materi tersuspensi dan koloid dari air baku akan tertahan di lapisan teratas filter yang akan mengakibatkan penyumbatan. Hal ini akan menyebabkan filter harus dibersihkan agar berfungsi kembali seperti semula dengan cara membuang/mengangkat lapisan kotor penyumbat (kotoran) sedalam satu sampel atau beberapa sentimeter. (Huisman, 1975)

Berdasarkan jenisnya, saringan pasir lambat digolongkan sebagai berikut: a. Saringan pasir lambat model down flow atau konvensional Saringan pasir lambat dengan menggunakan sistem aliran penyaringan dari atas ke bawah. Keuntungan dari sistem penyaringan down flow ini antara lain tidak memerlukan tekanan untuk menaikkan air dikarenakan air akan turun sesuai dengan adanya gaya gravitasi. Untuk kelemahan dari sistem ini yaitu memerlukan perawatan yang lebih, karena mengharuskan untuk pencucian media pasir dengan cara manual yaitu mengeluarkan media pasir kemudian dikeringkan dan dipasang kembali. b. Saringan pasir lambat model up flow Saringan pasir lambat dengan menggunakan sistem aliran penyaringan dari bawah ke atas. Keuntungan dari sistem up flow ini yaitu menghasilkan aliran air tenang sehingga proses penyaringan lebih baik, unsur-unsur yang akan disaring akan dipengaruhi gaya gravitasi sehingga tetap berada dibawah, dan apabila saringan kotor maka proses pencucian akan terjadi dengan sendirinya yaitu dengan cara membuka kran pembuangan, proses ini dinamakan sebagai pencucian balik (back wash). Sedangkan kelemahan dari sistem penyaringan

up flow ini adalah penempatan sumber air harus lebih tinggi atau letak reservoar harus lebih tinggi dari pipa.

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Penyaringan Adapun berbagai faktor yang mempengaruhi proses penyaringan adalah sebagai berikut: a. Susunan lapisan pasir Susunan lapisan pasir yang mencakup dari luas permukaan pasir yang akan digunakan serta ketebalan lapisan pasir yang berstandar dan akan digunakan dimedia penyaring yaitu antara 50-60 cm. Sedangkan untuk diameter pasir yang digunakan dalam saringan pasir lambat antara 0,3-1 mm. Dan lama pemakaian dari media saring yang harus disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu dengan melakukan pembersihan secara rutin agar dapat memaksimalkan proses penyaringan untuk kedepannya. b. Suhu air Temperatur atau suhu air akan sangat mempengaruhi dalam penerimaan air oleh masyarakat, selain itu akan mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahan air apabila temperatur air tersebut sangat tinggi. c. Kecepatan penyaringan Tingkat kecepatan penyaringan akan mempengaruji penggunaan filter, untuk memperpanjang masa penggunaan filter maka diperlukan pengaturan tekanan pada lapisan pasir yaitu dengan cara menambahkan ketinggian air diatas media saring. Kecepatan penyaringan air pada proses saringan pasir lambat yaitu berkisar antara 0,1-0,2 m/jam, ini dikarenakan proses penyaringan saringan pasir lambat ini tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu sehingga prosesnya lama. d. Kualitas air baku Apabila kualitas air baku mempunyai kekeruhan yang relatif tinggi maka diperlukan proses pendahuluan berupa penyaringan.

Adapun contoh skema dari saringan pasir lambat dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:

(Sumber: Nusa Idaman Said, 1996) Gambar 2.1 Proses Saringan Pasir Lambat

2.2.3 Elemen Saringan Pasir Lambat Adapun elemen terpenting yang digunakan dalam proses saringan pasir lambat adalah sebagai berikut: a. Aliran air baku Aliran air dalam proses saringan pasir lambat harus diperhatikan, karena sistem saringan ini apabila aliran air yang dialirkan terlalu deras akan mengakibatkan filter penyaring seperti pasir akan tercampur dengan air. b. Lapisan pasir Tingginya lapisan pasir menjadi perhatian penting dalam penyaringan saringan pasir lambat. Standar tinggi lapisan pasir pada filter saringan pasir lambat berkisar antara 50-60 cm. c. Kerikil; Lapisan kerikil memiliki peranan dalam hal menyaring kotoran/padatan yang terdapat pada air.

d. Pengaturan aliran air di dasar saringan Aliran air pada dasar saringan penting untuk mengatur proses pengurasan atau pencucian filter saringan serta mengatur aliran air yang akan dilalui oleh filter.

2.2.4 Mekanisme Penyaringan Saringan Pasir Lambat Mekanisme proses untuk penyaringan air bersih dimana air baku yang bersumber pada sungai atau mata air akan dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke bak pengendap tanpa memakai zat kimia, ini bertujuan untuk mengendapkan kotoran yang terdapat dalam air baku. Selanjutnya dialirkan ke penyaringan dengan proses saringan pasir lambat setelah itu dialirkan ke dalam bak penampung air bersih.

Air baku yang dialirkan ke saringan pasir lambat akan menyaring kotoran-kotoran yang ada didalamnya akan tertahan pada media pasir dikarenakan adanya akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun anorganik pada media filternya akan membentuk sebuah lapisan (film) biologis. Dengan adanya lapisan ini, maka selain hasil penyaringan air secara fisika juga dapat menghilangkan (impuritis) secara biokimia. Kadar ammonia dengan konsentrasi yang rendah, zat besi, mangan, dan zat-zat yang menimbulkan bau pada air dapat dihilangkan dengan proses ini, sehingga proses pengolahan air ini dapat dinilai sebagai kualitas yang baik.

Pengolahan air baku ini sangat sesuai untuk kualitas kekeruhan air yang rendah dan relatif tetap, biaya operasional yang dikeluarkan rendah dikarenakan proses pengendapan tanpa bahan kimia dan proses pencucian media filter juga lebih mudah.Untuk proses disinfeksi/penghilangan kuman yang terkandung dalam air dapat menggunakan berbagai cara seperti proses klorinisasi, brominasi, ozonisasi, penyinara ultraviolet, ataupun menggunakan aktif karbon. Apabila ingin dikonsumsi, sebaiknya air hasil dari penyaringan ini dimasak terlebih dahulu hingga mendidih sebelum dikonsumsi.

2.2.5 Pendekatan Sistem Pendekatan sistem yang akan dilakukan dalam upaya penerapan sebuah proses pemurnian air bersih di kawasan wisata islami pesantren madinatul quran dan masyarakat sekitarnya yaitu dengan cara melakukan sosialisasi tentang pentingnya sebuah kualitas air yang bersih untuk kesehatan serta dengan memperkenalkan sebuah teknologi sederhana untuk memurnikan air. Pengenalan teknologi ini harus mencakup sistem masyarakat disana, dari segi kemampuan masyarakat untuk mengembangkan teknologi tersebut, hingga ketersediaan bahan baku untuk penerapan teknologi pemurnian air tersebut.

Peran serta masyarakat dan para santri akan membantu mewujudkan kualitas air bersih dan layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk proyeksi kedepannya kawasan pesantren akan menjadi sebuah kawasan wisata islami yang nantinya fasilitas untuk ketersediaan air bersih sangat vital bagi pengunjung wisatawan dan juga bagi para santri dan masyarakat sekitarnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perancangan sistem pemurnian air ini dilakukan di kawasan pondok pesantren Madinatul Quran Jonggol, Bogor. Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan April 2014. Adapun gambaran lokasi pondok pesantren Madinatul Quran dapat dilihat pada Gambar 3.1berikut ini.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian (Sumber: Google Earth)

3.2 Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan dan alat yang akan digunakan selama penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sampel air baku di kawasan Pondok Pesantren Madinatul Quran Air baku yang digunakan oleh para santri dan masyarakat sekitar merupakan air yang bersumber dari mata air sodong di kawasan pegunungan, Jonggol, Kab. Bogor;

b. Alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Alat filtrasi Saringan Pasir Lambat model up flow; pH meter; Turbidity meter Phenantroline spectrofotometer (ferrover) Botol Sampel Styrofoam Stopwatch

3.3 Tahap Penelitian 3.3.1 Pengujian sampel air baku Menguji sampel air baku yang ada di lokasi dengan parameter pH (derajat keasaman), kekeruhan, bau, rasa, warna, serta kadar besi (Fe) yang terkandung dalam air.

3.3.2 Pemasangan Saringan Pasir Lambat Pemasangan saringan pasir lambat untuk menyaring air baku yang bersumber pada aliran air yang kemudian dipompa menuju tandon air dan kemudian diteruskan kedalam filter penyaringan. Adapun proses saringan pasir lambat menggunakan sistem up flow, untuk gambaran skemanya dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini. Air baku
Tandon air

Bak Penampungan Air Bersih

Gambar 3.1 Skema Penyaringan Saringan Pasir Lambat

3.3.3 Pengujian Sampel Filtrasi Hasil sampel air yang telah di filtrasi kemudian akan di uji dengan parameter pH (derajat keasaman), kekeruhan, bau, rasa, warna, serta kadar besi (Fe) yang terkandung dalam air. Dan memberikan alternatif untuk media saring yang efektif untuk hasil penyaringan air yang baik

3.3.4 Perbandingan Hasil Uji Sampel Membandingkan hasil sampel awal sebelum filtrasi dan sesudah filtrasi untuk mengetahui bagaimana kefektifan sistem filter dalam meningkatkan kualitas air baku.

3.3.5 Analisa dan Pembahasan Analisa dan pembahasan mengenai data sampel air yang diuji serta menghitung kebutuhan air untuk para santri dan masyarakat sekitar kawasan pesantren dan menganalisa terkait sistem pengembangan yang berkelanjutan untuk pemanfaatan kebutuhan air bersih.

Selain itu menguji keefektifan saringan filter yang digunakan yaitu dengan membandingkan filter mana yang efektif digunakan. Adapun alternatiif saringan filter adalah sebagai berikut: a. Saringan filter yang terdiri dari kerikil dan pasir b. Saringan filter yang terdiri dari kerikil, pasir, dan ijuk; c. Saringan filter yang terdiri dari kerikil, pasir, arang tempurung kelapa.

3.3.6 Kesimpulan dan Saran Memberikan kesimpulan akhir dari penelitian yang dijalankan berdasarkan pada tujuan awal yang telah ditetapkan. Serta memberikan saran untuk kemajuan penelitian yang berikutnya yang lebih baik.

3.4 Variabel Penelitian Adapun variabel penelitian yang dibahas adalah sebagai berikut: a. Variabel bebas, yaitu berupa kualitas air baku yang akan diuji untuk dilakukan filtrasi baik yang sebelum maupun yang sesudah; b. Variabel terikat, yaitu berupaparameter uji yang akan digunakan untuk mengukur kualitas sampel air seperti ph, kekeruhan, bau, rasa, warna, dan kadar besi (fe). Serta menguji kefektifan filter yang digunakan dengan lamanya proses filtrasi dengan rentan waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit

3.5 Diagram Alir Proses Penelitian Adapun diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

Kawasan Wisata Islami Pesantren Madinatul Quran

Sumber Air Baku yang digunakan santri dan masyarakat

Pengujian Sampel Air Baku di Laboratorium 3 alternatif filter : 1. Kerikil Pasir 2. Kerikil Pasir Ijuk 3. Kerikil Pasir Arang Tempurung Kelapa

Proses Filtrasi Saringan Pasir Lambat

Pengujian Sampel Air Filtrasi di Laboratorium

Standar Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010

Analisa Pemanfaatan Air Bersih

Kawasan Wisata Islami Pesantren Madinatul Quran, Jonggol, Kab. Bogor dengan kualitas air yang bersih

Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Penelitian

3.6 Jadwal Penelitian Adapun uraian jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini.
No 1 2 3 4 6 7 9 10 Kegiatan Pra Survei Lokasi Penyusunan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan dan Pengolahan Data Asistensi Dengan Dosen Pembimbing Seminar Kemajuan Seminar Hasil Ujian Tesis Januari Bulan Februari Maret 2014 April Mei

Anda mungkin juga menyukai