Anda di halaman 1dari 2

PENGGUNAAN BENIH BERSERTIFIKAT RENDAH

Friday, 23 January 2009 12:00

Bandung, Kompas - Kurang dari 1 persen dari sekitar 240.000 petani kentang yang sudah menggunakan benih bersertifikat. Meski hasil panen benih itu lebih banyak dan bebas penyakit, petani masih terkendala dengan harga yang mahal.

Regional Scientist International Potato Center East, Southeast Asia dan the Pacific Regional Office (CIP-ESEAP) dan asisten Menteri Pertanian, Eri Sofiari di Bandung, Kamis (22/1), mengatakan, harga benih bersertifikat sekitar Rp 10.000 per kg.

Adapun harga benih biasa sekitar Rp 7.000 per kg. Luas lahan kentang di Indonesia sekitar 60.000 hektar dengan hasil panen rata-rata 1,5 ton per musim tanam selama sekitar tiga bulan. Kendala petani tak mampu menjangkau benih disebabkan kepemilikan lahan yang rendah.

Rata-rata, setiap petani hanya memiliki 0,25 hektar lahan. Menurut Eri, petani bisa membeli benih bersertifikat bila harganya dapat ditekan menjadi Rp 7.500 per kg. Karena itu, kata Eri, berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi sudah mengupayakan mengembangkan teknologi baru agar harga benih lebih murah. Biasanya, satu benih bisa menghasilkan 10 umbi.

Teknologi baru memungkin satu plantlet (semacam tunas) menghasilkan 50-75 umbi. Lembaga-lembaga yang sedang melakukan penelitian itu misalnya Universitas Hasanuddin, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Departemen Pertanian, dan CIP.

Regional Leader CIP-ESEAP Fernando Ezeta mengatakan, tingkat konsumsi kentang di Indonesia masih rendah, kurang dari 5 kg per orang setiap tahun. Jumlah itu jauh dibandingkan negara-negara di Eropa atau Amerika Serikat yang mencapai 70 kg.

"China, India, dan Banglades sedang meningkatkan konsumsi kentang. Peluang Indonesia menaikkan konsumsi sangat baik," katanya. 25 ton per hektar

Petani kentang Desa Cikajang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Uus Kusnawan (40), mengaku menggunakan benih bersertifikat dengan hasil 25 ton per ha setiap panen. Benih

1/2

PENGGUNAAN BENIH BERSERTIFIKAT RENDAH


Friday, 23 January 2009 12:00

biasa hanya menghasilkan sekitar 15 ton per hektar.

Staf Ahli PT Sinar Balebat Harapan, Zainal Arifin, mengatakan, sudah saatnya kentang dijadikan makanan pokok selain beras. Karena itu, konsumsi kentang untuk mendukung diversifikasi pangan perlu digalakkan. Selama ini kentang hanya menjadi makanan pelengkap.

"Padahal, harga kentang lebih murah, Rp 3.000-4.000 per kg, dibandingkan beras Rp 5.000 per kg. Bagi penderita diabetes, kentang juga lebih sehat," katanya. (bay)

Sumber: Harian Kompas, Jum'at 23 Januari 2009

2/2

Anda mungkin juga menyukai