Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Chikungunya adalah penyakit yang ditandai dengan demam mendadak, nyeri pada persendian terutama

sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah dan kadang-kadang disertai dengan gatal pada ruam. Belum pernah dilaporkan adanya kematian karena penyakit ini (Suharto, 2007). Demam Chikungunya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang penting pada demam Chikungunya. Serangan demam Chikungunya dalam bentuk KLB (kejadian luar biasa) sudah sering terjadi, terutama karena penyebarannya oleh nyamuk. Untuk mencegah serangan demam Chikungunya, maka rumah, asrama, hotel, sekolah, pasar, terminal dan tempat-tempat lainnya, harus terbebas dari media berkembang biaknya nyamuk, termasuk 200 meter sekitarnya. Ada gelombang epidemi 20 tahunan. Mungkin terkait perubahan iklim dan cuaca. Antibodi yang timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap serangan virus selanjutnya. Oleh karena itu, perlu waktu panjang bagi penyakit ini untuk merebak kembali (Suharto, 2007).

Etiologi dan Patogenesis Virus Chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam famili Togaviridae. Strain Asia merupakan genotipe yang berbeda dengan yang dari Afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type, CHIK, CK. Virions mengandung satu molekul single stranded RNA. Virus dapat menyerang manusia dan
1

hewan. Virions dibungkus oleh lipid membran; pleomorfik; spherikal; dengan diameter 70 nm. Pada permukaan envelope didapatkan glycoprotein spikes (terdir i atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Necleocapsids isometric; dengan diameter 40 nm (Suharto, 2007).

Gejala Demam Chikungunya Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2 - 4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam pertama dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Menifestasi penyakit berlangsung 3 - 10 hari. Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan (Suharto, 2007). Gejala demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot serta bintik bintik merah di kulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syok) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari tangan dan kaki. Gejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung, sendi yang hebat, mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ ruam kulit. Ruam kulit berlangsung 2 3 hari, demam berlangsung 2 - 5 hari dan akan sembuh dalam waktu 1 minggu sejak pasien jatuh sakit. Sakit sendi (artralgia atau artritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utama pasien. Keluhan sakit sendi kadang kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang (Suharto, 2007). Kennedy dan Feyt melaporkan terjadinya acute dan chronic arthritis akibat infeksi Chikungunya. Acute arthritis bila dijumpai terasa sekali dan tidak tertahankan, dan

selanjutnya keluhan nyeri sendi, kaku, dan pembengkakan, dapat bertahan 4 bulan. Dilaporkan angka 12 % yang mengalami infeksi virus Chikungunya terjadi keluhan sendi kronis. Untuk itu dicoba pemberian chloroquin phospat. Pernah dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya (Suharto, 2007).
2

Diagnosis Pasti dan Pengobatan Diagnosis pasti pada penyakit Chikungunya bila terdapat salah satu hal berikut, yaitu : 1. Pemeriksaan Titer antibodi naik 4 kali lipat 2. Isolasi virus 3. Deteksi virus dengan PCR. Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Dianjurkan istirahat untuk mengurangi keluhan akut. Exercise berat dapat mengkambuhkan gejala sendi. Belum ada obat spesifik untuk membunuh virus penyebab penyakit; pasien yang merasa sakit Chikungunya dapat minum penghilang sakit (analgetika), misalnya parasetamol, namun hindari pemakaian aspirin. Pasien perlu istirahat, minum banyak air, dan memeriksa diri ke dokter (Suharto, 2007). Teslaboratorium yang umumdigunakanuntukmengetahuichikungunyaadalah RT-PCR, isolasi virus, dantesserologis. Isolasi virus teslaboratorium yang paling akurattetapimembutuhkanwaktu 1-2 minggu. RT-PCR hasildapatditerimadalam 1-2 hari Tesserologisdibutuhkandarahdalam volume yang lebihbanyakdbandingkanmetode yang lain. Menggunakancara ELISA untukmengukurIgMChikungunya. Hasildiperolehsetelah 2-3 hari. Dan false positifdapatditemukandenganinfeksi virus sepertiO'nyong'nyong virusdanSemliki Forest Virus.

TERAPI

Demam Chikungunya termasukSelf Limiting Disease atau penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk penyakit ini.Pengobatan yang diberikan hanyalah terapi simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya, seperti obat penghilang rasa sakit atau demam seperti golongan parasetamol. Sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotika tidak diperlukan pada kasus ini. Penggunaan antibiotika dengan pertimbangan mencegah infeksi sekunder tidak bermanfaat. Untuk memperbaiki keadaan umum penderita dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau minum jus buah segar. Pemberian vitamin peningkat daya tahan tubuh mungkin bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Dayatahantubuh yang bagus dan istirahat cukup bias mempercepat penyembuhan penyakit. Minum banyak juga disarankan untuk mengatasi kebutuhan cairan yang meningkat saat terjadi demam.

Prognosis Penyakit ini bersifat self limiting disease, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian. Keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi virus Chikungunya, 87,9% sembuh sempurna; 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort; 2,8 % mempunyai persisten residual joint stiffness, tetapi tidak nyeri; dan 5,6 % mempunyai keluhan sendi yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi (Suharto, 2007).

Nyamuk Penular Demam Chikungunya Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti

(Sumber: Depkes RI, 1996/1997) Vektor penular penyakit demam Chikungunya adalah Nyamuk A. aegypti dan A. africanus. A. aegypti yang paling berperan dalam penularan penyakit demam Chikungunya karena hidup dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. A. aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan sub tropis (Suharto, 2007). Nyamuk ini berkembang biak di dalam air bersih dan tempat - tempat gelap yang lembab, baik di dalam maupun di dekat rumah. Tempat yang sering dijadikan sarang untuk bertelur adalah drum, batok kelapa, kaleng-kaleng bekas, pot bunga, ember, vas bunga, tangki air tempat penampungan air pada lemari es, ban-ban bekas dan botol-botol kosong serta salah satu yang lain adalah talang atap rumah yang tergenang sisa air hujan (Depkes RI, 2003). Nyamuk A. aegypti berukuran kecil dibanding nyamuk lain. Ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam, dengan hiasan bintik bintik putih di badannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk Aedes diletakkan induknya menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa beberapa minggu. Nyamuk Aedes bila terbang hampir tidak berbunyi, sehingga manusia yang diserang

tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat > 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated (Widoyono, 2008). Nyamuk A. aegypti merupakan vektor Chikungunya (CHIK) virus (alphavirus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebahagian susceptibility. Ternyata susceptibility gene berada di kromosom 3. Vektor Chikungunya di Asia adalah A. aegypti, A. albopictus. Di Africa A. furcifer dan A. africanus (Suharto, 2007).

Bionomik Vektor Bionomik vektor sangat penting diketahui karena berhubungan dengan tindakantindakan dalam pencegahan dan pemberantasannya yang berhubungan dengan tempat perindukan, kebiasaan mengigit, tempat istirahat, jarak terbang dan siklus hidup.

Tempat Perindukan (Breeding Place) Tempat perindukan utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam dan di luar sekitar rumah. Nyamuk A. aegypti tidak berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk A. aegypti dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperlakuan sehari-hari seperti drum, tengki reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain- lain. 2. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).

a) Tempat minum hewan piaraan Tempat minum hewan piaraan yang dimaksud adalah t empattempat minum hewan piaraan yang dimiliki oleh responden yang berada di lingkungan sekitar rumah baik di dalam rumah maupun di luar rumah, misalnya: tempat minum burung, tempat minum ayam, dan hewan piaraan yang lain. b) Barang barang bekas Barangbarang bekas yang dimaksud adalah barangbarang yang sudah tidak terpakai yang dapat menampung air, yang berada di dalam maupun di luar rumah responden. Barang barang tersebut antara lain: kaleng, ban bekas, botol, pecahan gelas, dll. Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang terletak di dalam rumah responden yang memungkinkan nyamuk A. aegypti berkembangbiak di dalam vas bunga tersebut. d) Perangkap semut Perangkap semut yang dimaksud adalah tempat perangkap semut yang berisi air yang biasanya diletakkan dibawah kaki meja untuk mencegah semutsemut naik keatas meja yang berisi makanan yang terletak di dalam rumah responden. e) Penampungan air dispenser Penampungan air dispenser yang dimaksud adalah tempat penampungan air yang menyatu dengan dispenser yang terletak dibawah alat yang digunakan untuk mengalirkan air di dalam wadah/galon dispenser, letaknya di dalam rumah responden. f) Pot tanaman air Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot pot berisi air yang digunakan sebagai media tanaman air untuk hidup, yang terletak di dalam maupun di
7

luar rumah responden. 3. Tempat penampungan air ilmiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa, talang penampungan air hujan (Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988).

Kebiasaan Mengigit (Feeding Habit) Nyamuk A. aegypti lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (antropofilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh nyamuk jantan sehingga menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut satu siklus gonotropik (Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988). Nyamuk ini aktif pada siang hari dan mengigit di dalam dan diluar rumah. Mempunyai dua puncak aktifitas dalam mencari mangsa yaitu mulai pagi hari dan petang hari yaitu antara pukul 09.00 10.00 WIB dan 16.00 - 17.00 WIB.

Tempat Istirahat (Resting Place) Tempat yang disayangi nyamuk untuk beristirahat selama menunggu bertelur adalah tempat yang gelap, lembab dan sedikit angin. Nyamuk A. aegypti biasanya hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang bergantungan seperti pakaian, kelambu (Suroso, 2000 dan Soedarmo, 1988).

Jarak Terbang (Flight Habit) Pergerakan nyamuk A. aegypti dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk A. aegypti betina adalah rata-rata 40-100 meter. Namun secara pasif karena angin dapat terbang sejauh 2 km (Depkes RI, 1992).

Siklus Hidup Nyamuk Siklus hidup nyamuk A. aegypti mengalami metamorfosa sempurna dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa.

Telur Nyamuk A. aegypti betina suka bertelur diatas permukaan air pada dinding vertikal bagian dalam tempat-tempat yang berisi air jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat air yang dipilih adalah tempat air di dalam rumah dan dekat. Telur A. aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon (Soedarmo, 1988). Telur diletakkan satu persatu di tempat yang gelap, lembab dan tersembunyi di dalam rumah dan bangunan, termasuk di kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil, maupun dapur. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam di lingkungan yang hangat dan lembab. Begitu poses emberionasi selesai, telur akan menjalani masa pengeringan yang lama (lebih dari satu tahun). Telur akan menetas pada waktu yang sama. Kapasitas telur untuk menjalani masa pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies selama kondisi iklim buruk (Suroso, 2003).

Larva Telur yang tidak menetas karena keadaan lingkungan yang tidak sesuai membentuk larva yang dilapisi kista dapat bertahan lebih dari setahun berbentuk oval dan berwarna putih. Larva A. aegypti menempel di permukaan dinding vartikel sampai pada waktu menetas (Suroso, 2003). Perkembangan larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi yang optimum, waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan berlangsung sedikitnya selama 7 hari termasuk dua hari untuk masa menjadi pupa, sedangkan
9

pada suhu yang rendah membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk dewasa. Habitat alami larva jarang ditemukan, tetapi dapat ditemukan di lubang pohon, pangkal daun dan tampurung kelapa. Selain di tempat alami larva dapat juga ditemukan pada kendi air, kaleng, pot bunga, botol, tempat penampung air terbuat dari logam dan kayu, ban (Suroso, 2003). Pada daerah yang panas dan kering, tangki air diatas, tangki penyimpanan air di tanah dan septic tank bisa menjadi tempat habitat larva yang utama dan pada wilayah yang persediaan airnya tidak teratur, penghuni menyimpan air untuk kegunaan rumah tangga sehingga memperbanyak jumlah habitat yang ada untuk larva (Suroso, 2003).

Pupa

Pupa nyamuk A. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala dada lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca koma. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat pernapasan seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu pada ruas perut tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air (Soegeng, 2006).

Nyamuk Dewasa

Nyamuk Aedes larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan disepanjang tahun di semua kota di Indonesia sesaat setelah menjadi dewasa akan kawin dengan nyamuk betina yang sudah dibuahi dan akan menghisap darah dalam waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur (Depkes RI, 2004). Universitas Sumatera Utara2.5. Ekologi Vektor
10

Ekologi vektor adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor dan lingkungannya. Menurut John Gordon terjangkitnya suatu penyakit disebabkan oleh lebih dari satu faktor (multiple causal). Faktor faktor tersebut adalah agent, pejamu (host), lingkungan (environment) (Soedarmo, 1988).

Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa terjangkitnya suatu insiden Chikungunya disebabkan oleh faktor faktor di bawah ini : Faktor Agent

Adalah penyebab utama untuk terjadinya suatu penyakit. Dalam hal ini yang menjadi agent dalam penyebaran penyakit Chikungunya adalah virus chik. Faktor Pejamu

Adalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit Chikungunya. Dalam penularan penyakit Chikungunya faktor manusia erat kaitannya dengan perilaku seperti peran serta dalam kegiatan pemberantasan vektor di masyarakat dan mobilitas penduduk yang tinggi memudahkan penyebarluasan Chikungunya dari suatu tempat ke tempat lain. Faktor Lingkungan

Adalah segala sesuatu yang berada di luar agent dan pejamu antara lain lingkungan fisik dan lingkungan biologi. Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan Chikungunya terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam rumah. Kelembaban yang tinggi dan kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk istirahat. Lingkungan fisik yaitu seperti ketinggian tempat, curah hujan, temperatur dan kelembaban.

Variasi Musiman

Pola berjangkit virus Chikungunya tidak jauh beda dengan virus dengue yaitu dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C)
11

dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda di setiap tempat. Pada musim hujan tempat perkembangbiakan A. aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi, mulai terisi air. Telur telur yang belum sempat menetas pada waktu singkat akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak tempat tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan yang dapat digunakan sebagai tempat perkembangan nyamuk ini. Karena itu pada musim penghujan popolasi nyamuk A. aegypti meningkat. Dengan bertambahnya populasi nyamuk merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan virus Chikungunya. Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Chikungunya sangat kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kotrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan peningkatan sarana transportasi (Depkes RI, 2004).

12

Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangan nyamuk. Wilayah dengan ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan nyamuk A.aegypti karena ketinggian tersebut suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk (Soedarmo, 1988). Curah Hujan

Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama musim hujan sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk yang terinfeksi (Suroso, 2003). Temperatur

Virus Chikungunya hampir sama dengan virus dengue yaitu hanya endemik di daerah tropis dimana suhu memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk. Suhu optimum pertumbuhan nyamuk adalah 25C 27C. Pertumbuhan akan terhenti sama sekali bila suhu kering dari 10 C atau lebih dari 40C (Suroso, 2003).

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Diare Dengan Dehidrasi Berat
    Diare Dengan Dehidrasi Berat
    Dokumen4 halaman
    Diare Dengan Dehidrasi Berat
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Dr. Eka
    Tugas Dr. Eka
    Dokumen47 halaman
    Tugas Dr. Eka
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Akne
    Akne
    Dokumen10 halaman
    Akne
    lala
    Belum ada peringkat
  • Referat HIV
    Referat HIV
    Dokumen39 halaman
    Referat HIV
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Sol
    Sol
    Dokumen27 halaman
    Sol
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Case Neuro Cephalgi Kronis Ec SOL
    Case Neuro Cephalgi Kronis Ec SOL
    Dokumen25 halaman
    Case Neuro Cephalgi Kronis Ec SOL
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen9 halaman
    Latar Belakang
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Tenggorok
    Tenggorok
    Dokumen22 halaman
    Tenggorok
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Tenggorok
    Tenggorok
    Dokumen40 halaman
    Tenggorok
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Refresh Hidung
    Refresh Hidung
    Dokumen24 halaman
    Refresh Hidung
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Refresh Hidung Lutfi
    Refresh Hidung Lutfi
    Dokumen34 halaman
    Refresh Hidung Lutfi
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Tenggorok
    Tenggorok
    Dokumen22 halaman
    Tenggorok
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Crs-Ca Naso
    Crs-Ca Naso
    Dokumen49 halaman
    Crs-Ca Naso
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • BST Tumor Nasofaring
    BST Tumor Nasofaring
    Dokumen8 halaman
    BST Tumor Nasofaring
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Mola Hidatidosa Lapkas
    Mola Hidatidosa Lapkas
    Dokumen25 halaman
    Mola Hidatidosa Lapkas
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Audiogram
    Tugas Audiogram
    Dokumen8 halaman
    Tugas Audiogram
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Stroke Hemoragik
    Laporan Kasus Stroke Hemoragik
    Dokumen16 halaman
    Laporan Kasus Stroke Hemoragik
    Vera Septia Nalurita
    100% (1)
  • Fisiologi Persalinan Normal
    Fisiologi Persalinan Normal
    Dokumen13 halaman
    Fisiologi Persalinan Normal
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Infeksi SSP
    Infeksi SSP
    Dokumen40 halaman
    Infeksi SSP
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Nervus
    Nervus
    Dokumen8 halaman
    Nervus
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Mental Organik
    Gangguan Mental Organik
    Dokumen15 halaman
    Gangguan Mental Organik
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Power Point Materi HIV Narkoba Dan Gaya Hidup
    Power Point Materi HIV Narkoba Dan Gaya Hidup
    Dokumen39 halaman
    Power Point Materi HIV Narkoba Dan Gaya Hidup
    mindanilam
    Belum ada peringkat
  • Jenis Jenis Napza
    Jenis Jenis Napza
    Dokumen57 halaman
    Jenis Jenis Napza
    Andrill Vazhary
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Virus PD Kulit
    Infeksi Virus PD Kulit
    Dokumen49 halaman
    Infeksi Virus PD Kulit
    Rizki Sukardi
    Belum ada peringkat
  • Asthma
    Asthma
    Dokumen19 halaman
    Asthma
    drnurhakim
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Mental Organik
    Gangguan Mental Organik
    Dokumen15 halaman
    Gangguan Mental Organik
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Virus PD Kulit
    Infeksi Virus PD Kulit
    Dokumen49 halaman
    Infeksi Virus PD Kulit
    Rizki Sukardi
    Belum ada peringkat
  • Refrat
    Refrat
    Dokumen5 halaman
    Refrat
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Dr. Aji
    Tugas Dr. Aji
    Dokumen6 halaman
    Tugas Dr. Aji
    Vera Septia Nalurita
    Belum ada peringkat