Anda di halaman 1dari 46

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas (api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi). Fungsi dari kulit sendiri adalah untuk mencegah kehilangan cairan sehingga tidak terjadi syok hipovolemik, mencegah infeksi supaya tidak timbul sepsis, dan sebagai pelindung atau pembungkus elastis dari sendi supaya tidak terjadi kekakuan sendi atau kontraktur. Jika kulit kita terluka atau rusak akan mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengganggu pernapasan. Derajat luka bakar ada tiga yaitu, derajat I (epidermis rusak), derajat II (epidermis dan sebagian dermis luka), dan derajat III (epidermis sampai dengan dermis, bahkan syaraf bisa mati sehingga penderita tidak merasakan nyeri). Luka bakar juga menyebabkan syok hipovolemik, dimana kebutuhan oksigen kurang dari suplai oksigen yang ada. Akibatnya sel atau jaringan akan kekurangan oksigen yang akhirnya menyebabkan iskemik. Selain itu syok hipovolemik tersebut menyebabkan tubuh kehilangan cairan. Pada luka bakar cairan tubuh yang hilang lebih dari 25 % dari volume cairan tubuh yang ada. Oleh sebab itu, perlu penanganan lebih lanjut agar penderita dengan luka bakar tidak kehilangan cairan lebih banyak lagi. Salah satunya dengan penggantian atau resusitasi cairan. Cairan yang biasa digunakan di klinikklinik rumah sakit adalah cairan RL (Ringer Laktat). Untuk mengetahui jumlah cairan yang mengalir dalam darah dibutuhkan alat CVP (Central Venous Pressure). Sebagai perawat, tentu harus menentukan asuhan keperawatan yang tepat untuk kliennya sehingga rencana dan penanganan yang diharapkan dapat berhasil.

B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi, etiologi, tingkatan dan pembagian luka bakar? 2. Bagaimana patofisiologi luka bakar? 3. Bagaimana luka bakar dapat mempengaruhi cairan tubuh? 4. Bagaimana tanda-tanda vital pada klien dengan luka bakar? 5. Apa CVP itu serta pengaruhnya pemasangan CVP pada klien luka bakar? 6. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien luka bakar?

C. Tujuan Penulisan 1. Memahamidanmenjelaskan definisi, etiologi, tingkatan serta pembagian luka bakar. 2. Memahami dan menjelaskan patofisiologi luka bakar. 3. Memahami dan menjelaskan pengaruh luka bakar terhadap cairan tubuh. 4. Mendeskripsikantanda-tanda vital pada klien luka bakar. 5. Memahami dan menjelaskan pemasangan CVP pada klien luka bakar. 6. Menjelaskan dan mengaitkan asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar.

D. Metode Penulisan Penyusunan makalah ini menggunakan studi pustaka dengan mencari berbagai literatur dan pencarian data dari internet. Penyusun mencari literatur, baik dari buku textbook maupun dari dunia maya, yang berkaitan dengan pemicu dan sumbernya dapat dipercaya. Literatur tersebut kemudian diinterpretasikan, dianalisis, dan dikembangkan dengan mengaitkan kasus.

E. Sistematika Penulisan Makalah ini disusun dalam empat bab, yaitu bab satu berisi pendahuluan, bab dua berisi isi pokok bahasan, bab tiga berisi pembahasan kasus, dan bab empat berisi penutup. BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.Pada BAB II diuraikan mengenai luka bakar.BAB III Pembahasan berkaitan dengan kasus. BAB IV berisi kesimpulan dan saran.

BAB II ISI

A. Definisi Luka bakar sudah ada sejak pertama kali manusia menemukan api, namun perawatan luka bakar dan penelitian patofisiologi pertama mengenai luka bakar baru dimulai tahun 1900-an. Penelitian pada sejumlah besar penderita luka bakar dimulai dalam tahun 1921, ketika Underhill of Yale meneliti 20 korban kebakaran Teater Rialto di New Haven, Connecticut. Tidak ada perubahan hemoglobin, hematokrit dan tingkat klorida serum, ia menganalisis kandungan lepuhan dan membuktikan adanya kehilangan protein. Pada 1942 Cope dan Moore meneliti pengeluaran cairan dan protein pada sejumlah besar pasien Kebakaran lain di Coconut Grove di Boston, Massachusets. Penelitian ini dan penelitian lain menyebabkan Evan dapat menentukan rumus berat untuk menghitung penggantian cairan pada penderita luka bakar. Penelitian lebih lanjut di RS angkatan darat Brooke menghasilkan rumus yang paling sering digunakan dewasa ini. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah (Moenadjat, 2009). Luka bakar disebut jugaa combustio, berasal dari bahasa Yunani (Greek) artinya ignition, the reduction of bodies into Calx by burning. It is either incineration or vitrification. Gambaran Klinis luka bakar menurut Corwin (2009): 1. Luka bakar derajat pertama superficial ditandai oleh kemerahan dan nyeri. Dapat timbul lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mungkin terkelupas.

2. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial superficial ditandai oleh terjadinya lepuh (dalam beberapa menit) dan nyeri hebat. 3. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam ditandai oleh lepuh, atau jaringan kering yang sangat tipis yang menutupi luka yang kemudian terkelupas. Luka mungkin tidak nyeri. 4. Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh tampak datar, tipis, dan kering. Dapat ditemukan koagulasi pembuluh darah. Kulit mungkin tampak putih, merah, atau hitam dan kasar. 5. Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau mungkin tampak sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung. Luka bakar listrik biasanya timbul di titik kontak listrik. Kerusakan internal akibat luka bakar listrik mungkin jauh lebih parah daripada luka yang tampak di bagian luar. Besar masalah yang timbul sangat tergantung pada beratnya trauma (severity of injury).Klasifikasi luka bakar dapat ditentukan berdasarkan penyebab, kedalaman luka bakar, maupun luasnya luka bakar 1. Berdasarkan penyebab Luka bakar karena api dan atau benda panas lainnya luka bakar karena minyak panas luka bakar karena air panas (scald) luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat atau basa kuat (chemical burn) luka bakar karena listrik dan petir (electric burn atau electrocution dan lightning) luka bakar karena radiasi luka bakar karena ledakan (disebutkan penyebab ledakannya: missal, ledakan bom, ledakan tabung gas) trauma akibat suhu sangat rendah (frost bite)

2. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka a. Luka bakar derajat 1

Kerap diberi simbol 1o Kerusakan jaringan terbatas pada bagian permukaan (superficial) yaitu epidermis perlekatan epidermis-dermis (dermal-epidermial junction) tetap terpelihara baik kulit kering, hiperemik memberikan efloresensi berupa eritema nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi penyembuhan (regenerasi epitel) terjadi secra spontan dalam waktu 5-7 hari contoh: luka bakar akibat sengatan matahari

b. Luka bakar derajat II Biasanya diberi simbol 2o kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian dermis respon yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi dibedakan menjadi dua, yaitu derajat dua dangkal dan derajat dua dalam a) Derajat II dangkal (superficial partial thickness burn) kerusakan mengenai epidermis dan sebagain (sepertiga bagian superficial) dermis dermal-epidermial junction mengalami kerusakan sehingga terjadi epidermolisis yang diikuti terbentuknya lepuh. Bila epidermis terlepas/ terkelupas, terlihat dasar luka berwarna kemerahan-kadang pucat-edematus dan eksudatif. Apendises kulit (integument, adneksa kulit) seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea utuh. penyembuhan terjadi spontas, umumnya memerlukan waktu 10-14 hari.

b) Derajat II dalam (deep partial thickness burn) kerusakan mengenai hampir seluruh (duapertiga bagian superficial) dermis apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian utuh sering dijumpai eskar tipis di permukaan penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya membutuhkan waktu lebh dari 2 minggu

c. Luka bakar derajat 3 Sering diberi simbol 3o kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis) serta lapisan yang lebih daalm apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena terbentuk eskar secara teoritis tidak ditemukan nyeri, bahkan sensasi karena ujungujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan/ kematian penyembuhan terjadi lama

3. Berdasarkan luas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher : 9% 2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai masing-masing 18% : 36% 5) Genetalia/perineum : 1% Total : 100% Rumus Sembilan ini digunakan untuk orang dewasa, sedangkan pada anak-anak menggunakan table dari Lund dan Browder yang mengacu pada ukuran bagian tubuh terbesar seorang bayi/ anak (yaitu kepala).

Pada kasus disebutkan bahwa Ny KL menederita luka bakar di bagian perut, dada, ekstremitas atas, dan bagian kelamin. Jika dihitung berdasarkan skala Wallace luas luka bakar yang diderita oleh Ny KL adalah sebesar 37%.

Skala WallaceLuka bakar adalahadanya perubahan pada integritas kulit yang berakibat pada hilang atau rusaknya jaringan kulit. Transfer energi dari sumber panas ke tubuh manusia adalah awal mula terjadinya tahapantahapan respon fisiologis yang pada kebanyakan kasus berat menimbulkan kerusakan jaringan yang ireversibel.Dengan demikian, luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas (api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi).

Kedalaman dan kerusakan jaringan ini ditentukan oleh peran beberapa faktor, antara lain: 1) Penyebab Secara umum, kerusakan yang terjadi adalah kerusakan jaringan yang identik. Namun kerusakan atau keparahan luka berbeda. Berdasarkan urutan berat-ringan luka bakar dikaitkan dengan penyebab: luka bakar listrik dan kimiawi menempati urutan pertama, diikuti api, radiasi, minyak panas lalu air panas (ini pun dibedakan lebih lanjut: koloid, air panas murni- dan berbeda pula, air mendidih atau air yang sudah beberapa saat mendidih). 2) Lama kontak dengan sumber panas Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi.

Komplikasi 1. Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau kematian. Staphylococcus aureus resisten metisilin adalah penyebab tersering infeksi nosokomial pada pasien luka bakar di rumah sakit. Infeksi adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien yang awalnya bertahan terhadap luka bakar luas. 2. Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah sehingga timbul (cerebrovascular accident), infark miokardium, atau emboli paru. 3. Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus. Dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardum, serta sindrom distress pernapasan pada orang dewasa. Gabungan inhalasi asap dan luka bakar luas dapat meningkatkan mortalitas. 4. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung dan henti jantung.

10

5.

Syok luka bakar dapat secara ireversibel merusak ginjal sehingga timbul gagal ginjal dalam satu atau dua minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi gagal ginjal akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal akibat nekrosis otot yang luas).

6.

Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan hipoksia sel-sel penghasil mucus dan terjadi ulkus peptikum.

7.

Dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata Karena destruksi jaringan yang luas.

8.

Pada luka bakar yang luas atau menimbulkan kecacatan, trauma psikologis dapat meneyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala psikologis dapat timbul setiap saat setelah luka bakar. Gejala-gejala dapat muncul dan hilang berulang-ulang kapan saja seumur hidup yang menyebabkan pasien terus menerus mengalami duka cita.

9.

Beban biaya pada keluarga pasien pengidap luka bakar yang luas sangatlah besar. Apabila pasiennya orang dewasa, yang hilang tidak saja penghasilan tetapi perawatan pasien tersebut juga harus terus menerus dan mahal.

Tindakan pertama yang dilakukan pada penderita : Menyelamatkan penderita dengan mengatasi shock, rasa nyeri Usaha menyembuhkan / menghindarkan hilangnya fungsi dari organ yang terbakar. Fungsi Kulit : Mencegah kehilangan cairan sehingga tidak terjadi syok hipovolemik, Mencegah infeksi supaya tidak timbul Sepsis, Pembungkus elastis dari sendi supaya tidak terjadi kekakuan sendi / kontraktur.

11

B. Etiologi Terdapat empat tipe luka bakar, yaitu luka bakar akibat suhu, bahan kimia, tersengat listrik, dan radiasi, dengan agen penyebab dan penanganan yang berbeda-beda pada setiap tipenya. Luka bakar thermal (suhu) Luka bakar thermal adalah akibat dari terpajannya tubuh dengan sumber panas yang kering (api), ataupun sumber panas yang basah (uap atau cairan yang panas). Luka bakar thermal adalah yang paling sering terjadi diantara luka bakar lainnya, dan sering terjadi pada anak-anak dan lansia. Pajanan langsung terhadap sumber panas menyebabkan destruksi sel yang dapat mengakibatkan terbakarnya vaskuler, tulangtulang, otot, dan jaringan saraf. Luka bakar kimia Luka bakar kimiawi ini disebabkan oleh kontak langsung antara kulit dengan bahan kimia, baik yang bersifat asam maupun basa. Bahan kimia tersebut merusak jaringan protein, yang mengarah ke nekrosis. Luka bakar karena bahan kimia asam menyebabkan koagulasi nekrosis dan presipitasi protein. Sedangkan luka bakar yang diakibatkan oleh bahan kimia alkali menyebabkan nekrosis likuifaktif dan

memungkinkan penyebaran bahan kimia yang lebih dalam, dan menyebabkan luka bakar yang lebih parah disbanding luka bakar karena bahan kimia asam. (Winfree & Barillo, 1997 dalam LeMone& Burke, 2000).

Tingkat keparahan dari luka bakar akibat bahan kimia ini berhubungan dengan jenis penyebab luka bakar, konsentrasi agen penyebab, mekanisme terjadinya luka bakar, durasi kontak dengan

agen penyebab, dan banyaknya permukaan tubuh yang terpajan.

12

Luka bakar listrik Tingkat keparahan dari luka bakar akibat tersengat listrik bergantung pada tipe dan durasi kontak dengan arus dan besarnya tegangan listrik. Aliran listrik yang menyengat tubuh mengikuti jalur yang paling kecil resistensinya, dimana pada tubuh ia akan cenderung mengalir mulai dari otot, tulang, pembuluh darah, dan saraf. Terganggunya aliran darah menyebabkan nekrosis jaringan. Lebih dari 90% luka bakar pada ekstrimitas yang berkembang menjadi gangren menyebabkan amputasi. Luka bakar radiasi Luka bakar akibat radiasi biasanya berhubungan dengan sengatan sinar matahari, ataupun radiasi untuk pengobatan terhadap kanker. Jenis luka bakar ini biasanya tergolong luka bakar superfisial, dan hanya mengenai bagian terluar epidermis kulit, dan semua fungsi bagianbagian kulit masih utuh. Gejalanya terbatas pada reaksi sistemik ringan seperti menggigil, sakit kepala, ketidaknyamanan lokal, mual dan muntah.

C. Klasifikasi Kedalaman Luka Bakar Pengklasifikasian luka bakar menurut American Burn Association adalah dibagi berdasarkan kedalamannya (lapisan pada jaringan yang mendasarinya), dan luasnya (persentase permukaan kulit yang terkena) menjadi ringan, sedang, dan berat. Pengklasifikasian berdasarkan kedalaman luka bakar dapat digolongkan menjadi : derajat satu (superfisial), derajat dua (ketebalan parsial), dan derajat tiga (ketebalan penuh).

13

a. Luka Bakar Berdasarkan Kedalamannya

Luka bakar superfisial (derajat satu) terjadi akibat sengatan matahari, sinar UV, atau radiasi dari terapi kanker. Hanya reaksi inflamasi, kerusakan mengenai epidermis, kulit kering, merah (erithema), nyeri karena ujung saraf sensorik teriritasi, sembuh spontan 5 10 hari.Bagian kulit yang terkena hanya bagian epidermis. Warna kulit yang terkena berkisar dari pink sampai merah cerah. Luka bakar superfisial yang mengenai tubuh secara luas mengakibatkan menggigil, sakit kepala,dan mual muntah. Luka bakar ini biasanya sembuh dalam 3-6 hari dengan pengelupasan bagian epidermis yang terkena. luka bakar ini ditangani dengan analgesik ringan dan losion larut air. Luka bakar parsial (derajat dua) terjadi akibat terpajan api dengan cepat, bahan kimia ataupun permukaan yang panas. Bagian yang terkena mencakup epidermis dan dermis. Kerusakan meliputi dermis, sebagian dermis masih ada yang sehat, bula (+) , bila bula pecah terlihat luka basah kemerahan, nyeri (+) , Pin prick test (+), sembuh dalam 2-3 minggu.Warna kulit yang terkena merah cerah, lembab, dan melepuh. Kulit terlihat pucat dan nyeri saat ditekan. Biasanya pulih dalam 21 hari tanpa pembentukan scar dan perubahan pigmen bagian yang terkena. Luka bakar ketebalan penuh (derajat tiga) terjadi akibat ledakan, arus listrik. Bagian yang terkena mencakup seluruh bagian kulit. Luka
14

bakar ini membutuhkan eksisi dan pencangkokan kulit dalam penyembuhannya. Kerusakan seluruh bagian dermis, bisa sampai subcutis, tidak ada epitel kulit yang sehat. Terjadi koagulasi protein dikenal sebagai ESCAR (kulit kaku). Bula (-), bila bula pecah lukanya kering warna abu-abu. Nyeri (-), karena ujung saraf sensorik rusak, Pin prick test(-), penyembuhan sulit perlu cangkok kulit (STSG).

b. Luka Bakar Berdasarkan Luasnya 1) Metode Pengklasifikasian Rule of Nine: suatu perkiraan dari luas permukaan tubuh (LPT) dengan membaginya menjadi sembilan lipatan, dan lima area yaitu kepala, batang tubuh, lengan, kaki, dan perineum. Kemudian perhitungannya dengan

menggunakan persentase. Perkiraan ini dapat digunakan pada luka bakar parsial dan ketebalan penuh. Metode pengklasifikasian Rule of Nine

15

2) Metode

Pengklasifikasian

Lund

dan

Browder:

metode

pengukuran yang lebih persis untuk memperkirakan LPT yang terbakar yang mengenali persentase luasnya permukaan LPT dari berbagai bagian anatomis (kepala dan tungkai) perubahan sejalan dengan pertumbuhan dan lebih akurat. 3) Metode pengklasifikasian Lund dan Browder

4) Metode Pengklasifikasian Palm (telapak tangan): metode untuk memperkirakan presentase penyebaran ukuran luka bakar

menggunakan ukuran telapak tangan pasien (mendekati 1% dari LPT) untuk mengkaji keluasan luka bakar. Metode pengklasifikasian Palm (telapak tangan)

16

Kategori Penderita Luka Bakar : 1. Luka Bakar Berat / kritis - Derajat II-III > 40% - Derajat III pada muka, tangan, kaki - Trauma jalan nafas tanpa memikirkan luas luka bakar - Trauma listrik - Disertai trauma lainnya , misal fraktur

2. Luka Bakar Sedang - Derajat II 15-40% - Derajat III < 10% , kecuali muka, tangan dan kaki

3. Luka Bakar Ringan - Derajat II < 15% - Derajat III < 2% Penderita dengan luka bakar > 40% diusahakan pemasangan CVP Bila Luas luka bakar : < 20%, tubuh masih bisa kompensasi > 20%, shock hipovolemik (perpindahan cairan intra ke ekstravaskuler)

D. Fase Luka Bakar

1.

Fase Awal/Akut/shock Penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation

(sirkulasi).Pada fase ini problem yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.Keadaan yang ditimbulkan berupa : a) Cedera Inhalasi, mekanisme trauma dibagi 3 : Inhalasi Carbon Monoksida (CO)

17

CO merupakan gas yang dapat merusak oksigenasi jaringan , dalam darah berikatan dengan Hb dan memisahkan Hb dengan O2 sehingga akan menghalangi penggunaan oksigen. Trauma panas langsung mengenai saluran nafas Sering mengenai saluran nafas bagian atas jarang mengenai bagian bawah karena sebelum mencapai trakea secara reflek terjadi penutupan plica dan penghentian spasme laring. Edema mukosa akan timbul pada saluran nafas bagian atas yang menyebabkan obstruksi lumen, 8 jam pasca cedera. Komplikasi trauma ini merupakan penyebab kematian terbanyak. Efek samping sisa pembakaran Gas karosen, aldehid akan mengiritasi membran mukosa, karena merupakan toksik yang iritan. b) Cedera Termis, menimbulkan gangguan sirkulasi keseimbangan cairan & elektrolit, sehingga berakibat terjadi perubahan

permeabilitas kapiler dan menyebabkan edema selanjutnya terjadi shock hipovolemi. Kejadian ini akan menimbulkan : - Paru: Perubahan inflamatorik mukosa bagian nafas bawah, akan menimbulkan gangguan difusi oksigen, Acquired Respiratory Distress Syndrome (ARDS), ini akan timbul hari ke-4 dan 5 pasca cedera termis - Lambung: Stres Ulcer - Usus: Illeus menyebabkan translokasi bakteri kemudian terjadi sepsis yang menyebabkan perforasi akhirnya terjadilah

peritonitis

2.

Fase Sub-Akut Terjadi setelah shock teratasi, luka terbuka disini akan menimbulkan : Proses Inflamasi disertai eksudasi dan kebocoran protein; Infeksi yang menimbulkan sepsis;

18

Proses penguapan cairan tubuh disertai panas (evaporasi heat loss).

3.

Fase Lanjut Terjadi setelah penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah yang timbul adalah jaringan parut, kontraktur dan deformitas akibat kerapuhan jaringan atau organ struktural.

Syok dikenal sebagai kondisi gangguan hemodinamik dan metabolik karena ketidakadekuatan aliran darah dan pengiriman oksigen pada kapiler dan jaringan tubuh. Syok terjadi karena penurunan curah jantung atau penurunan tekanan perfusi jaringan atau keduanya. Syok diklasifikasikan berdasarkan etiologi atau kerusakan fisiologis yang saling berhubungan.

Tingkatan Hipovolemia: Hipovolemia ringan: anoreksia, keletihan, kelemahan; Hipovolemia sedang: hipotensi ortostatik, takikardia, penurunan CVP, penurunan keluaran urin; Hipovolemia berat: hipotensi berbaring, nadi cepat dan lemah, dingin kulit kusam, oliguria, kacau mental, stupor, koma.

Syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan volume cairan sirkulasi (penurunan volume darah) yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Syok ini merupakanhasil darikondisiyang secara signifikanmengurasvolumenormaldarah secara keseluruhan, plasma, atau air. Patologi yang mendasari, yaitu kehilangan cairan yang berhubungan dengancairansirkulasitekanan aktualatau defisitvolume. Peningkatan permeabilitas kapiler

menyebabkan berkurangnya volume intravaskular ECF (hipovolemia) mengganggu curah jantung hal ini dapat menyebabkan penurunan aliran balik vena ke jantung dan karenanya menurunkan tekanan darah dengan

19

kerusakan jaringan,menghambatperfusijaringan dan organ serta asidosis jaringan. Kehilangan cairan intravaskular pada luka bakar luasnya dapat melampaui 20 hingga 25% dari permukaan tubuh. Manifestasi klinis dari berkurangnya volume mencakup efek langsung dari curah jantung yang berkurang, dan efek sekunder dari mekanisme homeostatik yang diaktifkan sebagai kompensasi penurunan curah jantung. Tekanan arteri rata-rata = curah jantung x tahan perifer total (MAP= CO x TPR), sehingga penurunan curah jantung menyebabkan penurunan pula tekanan darah.

Syok hipovolemik terjadi jika volume cairan hilang >25% volume intravaskular. Tahapan syok hipovolemik: 1: Volume darah hilang <=15%, dikompensasi dengan konstriksi pembuluh darah. Tanda dan gejala: tekanan darah normal, RR normal, kulit pucat, ansietas (cemas awal) 2: Volume darah hilang 15-30% (750-1500mL). CO tidak dapat dikompensasi dengan konstriksi pembuluh darah arteri. Tanda dan gejala: RR meningkat (takikardi), tekanan darah normal, Tekanan diastolic meningkat, berkeringat (stimulasi dari sistem saraf simpatik), ansietas ringan, kelelahan 3: Volume darah hilang 30-45% (1500-2000mL). Tanda dan gejala: tekanan sistolik turun sampai di bawah 100 mmHg, sudah ada tanda klasik syok hipovolemik; takikardi>120x/ menit,

takipneu>30x/menit, penurunan status mental (ansietas, agitasi), keringat dingin, kulit pucat, penurunan sistolik. 4: Kehilangan volume darah >40% (>2000Ml). Tanda dan gejala: takikardi ekstrim, denyut nadi lemah, penurunan sistolik yang signifikan sampai <=70 mmHg, kesadaran menurun, diaphoresis, dingin, ekstremitas sangat pucat.

20

Tanda dan gejala

Defisit Volume Cairan ECF : Gambaran klinis Gejala dan tanda Lesu, lemah, dan lelah Anoreksia Haus Hipotensi ortostatik (penurunan tekanana darah sistematik > 10mmHg) > merupakan tanda awal dari berkurangnya volume plasma. Takikardia terjadi karena jantung berupaya untuk

mempertahankan perfusi jaringan. Pusing Penurunan suhu tubuh, kecuali jika ada infeksi Penurunan tekanan vena sentral (CVP), karena vena jugularis yang mendatar dan tekana vena sentral yang rendah. Turgor kulit buruk, menyebabkan volume interstisial berkurang. Oliguria (30ml/jam), disebabkan akibat efek hormon antidiuretik dan aldosteron, yang keduanya disekresi sebagai respons terhadap volume yang berkurang. Penurunan berat badan yang cepat : 1. Penurunan 2% = kekurangan ringan 2. Penurunan 5% = kekurangan sedang 3. Penurunan 8% = kekurangan berat Penurunan berat badan merupakan tanda utama lainnya dari defisit volume cairan, yang dapat dipergunakan untuk menghitung berapa kehilangan cairan dari tubuh.

21

E. Patofisiologi

Penyebab dari defisit volume ECF, seperti kehilangan melalui kulit yaitu diaforesis dan luka bakar. Luka bakar derajat ketiga khususnya, sering menyebabkan syok hipovolemik akibat kehilangan protein plasma melalui permukaan luka bakar. Kehilangan cairan merupakan hasil dari peningkatan permeabilitas endotel kapiler yang terjadi dalam 24 jam awal setelah luka bakar. Gangguan metabolisme sel juga terjadi, yang mengakibatkan hilangnya normal homeostatis transportasi elektrolit dan oksigen diubah serta terjadi penyerapan nutrisi oleh organ esensial. Pada luka bakar mediator kimia inflamasi dilepaskan, yang

menyebabkan vasodilatasi perifer dan peningkatan permeabilitas kapiler dan dapat meningkatkan iskemia jaringan lokal di lokasi luka bakar. Mediator ini memperburuk mekanisme kompensasi untuk hipovolemia dan membuat hipotensi yang lebih mendalam. Pasien luka bakar juga sangat rentan terhadap infeksi karena hilangnya hambatan kulit alami dan kompromi sistem kekebalan tubuh akibat luka bakar. Luka bakar bisa meluas jika mulai adanya perubahan yang ditandai dalam semua sistem tubuh, dan komplikasi syok sering terlihat. Selain itu, defisit volume cairan dapat disebabkan karena adanya penyimpanan cairan pada cedera jaringan lunak, seperti luka bakar berat, peritonitis dan obstruksi saluran cerna. Cairan tersebut terkumpul dalam ruangan yang non-ECF dan non-ICF sehingga cairan ini menempati ruangan yang disebut dengan penempatan pada ruang ketiga, yaitu distribusi cairan yang hilang ke suatu tempat tertentu yang mana tidak mudah terjadi pertukaran dengan ECF. Pada intinya cairan terperangkap dan tidak dapat digunakan oleh tubuh. Adanya penumpukan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti itu berasal dari volume ECF, dengan demikian hal ini dapat mengurangi volume darah sirkulasi yang efektif. Contohnya di ruangan interstisial dapat tertimbun beberapa liter cairan, terutama 24 jam pertama setelah luka bakar berat (Warden,

22

Heinback, 1999). Sejumlah besar cairan juga dapat menghilang melalui kulit akibat penguapan karena luka bakar dirawat dengan metode terbuka. Jika klien dengan luka bakar tidak segera mendapat resusitasi cairan yang tepat, maka akan mengakibatkan syok akibat luka bakar dan bagian dari luka bakar yang cedera namun masih hidup dan akan menjadi nekrosis. Kinin, prostanoid, histamin, dan radikal oksigen dapat berperan penting dalam menentukan keparahan dari cedera jaringan. Ibuprofen dapat menyelamatkan pembuluh darah kulit dan mengurangi edema yang timbul setelah luka bakar (Schwartz, 1994). Resusitasi cairan dapat menjadi pemicu terbentuknya edema pada jaringan, baik yang mengalami luka bakar atau tidak. Dengan resusitasi cairan kristaloid yang tepat selama 12 hingga 24 jam, curah jantung akan meingkat hingga tingkat diatas normal, hal ini mencerminkan awal gejala dari suatu hipermetabolisme pasca luka bakar. Walaupun awalnya klien mengalami hipotensi dan mengalami hipovolemia, namun tekanan darah sering kali akan tetap

diantara rendah hingga rendah normal dengan perfusi sistemik yang memadai setelah resusitasi dilakukan. Edema tidak selalu berdampak buruk, jika pulih tidak akan meniggalkan kerusakan permanen. Menurut Baxter dan Shires

mengungkapkan bahwa kehilangan natrium sekitar 0,5-0,6 meq/kg berat badan/ % permukaan tubuh yang terbakar. Ginjal suatu organ dengan pefusi yang paling buruk setelah terjadi luka bakar. Keluaran urin merupakan pemantau keadekuatan resusitasi yang paling mudah dan efektif. Dengan resusitasi, aliran darah ginjal akan kembali normal jika perfusi pada organ viseral lainnya kembali pulih. Oleh karena itu, suatu perfusi ginjal yang adekuat menunjukkan aliran darah juga akan memadai begitu pula untuk organ lain. Urin yang keluar memberikan petunjuk yang paling tepat dan mudah untuk memantau resusitasi serta sudah menunjukkan tercapainya stabilitas hemodinamik. Volume urin yang diharapkan untuk orang dewasa 40-60 mL/jam dan pada anak 1 mL/kg berat badan.Agar cairan juga memadai, baxter menganjurkan larutan Ringer laktat sebagai cairan yang mirip dengan

23

cairan ekstraseluler dan tidak mahal, mudah diperoleh dan berhasil mengatasi kasus luka bakar berat tanpa komplikasi kelebihan cairan, dan gangguan komposisi elektrolit.

Resusitasi Cairan Pada Luka Bakar Masalah yang dihadapi pada penanganan fase akut dari luka bakar adalah gangguan pernapasan dan hipovolemik shock. Shock merupakan suatu kondisi klinik gangguan sirkulasi yang menyebabkan gangguan perfusi dan oksigenasi sel atau jaringan. Jumlah cairan yang hilang dalam shock lebih dari 25 % dari volume cairan tubuh. Sel atau jaringan yang mengalami gangguan perfusi akan menjadi iskemik dan mungkin berakhir dengan nekrosis. Sehingga penanganan syok yang berorientasi pada kenyataan ini memerlukan tindakan dalam waktu singkat, pemberian cairan secara cepat menggunakan beberapa jalur intravena bila perlu melalui akses vaskuler langsung. Penatalaksanaan resusitasi cairan dilakukan berdasarkan regimen terapi cairan yang ada, namun perlu dicatat bahwa rumus itu hanya sekedar usaha untuk memperoleh cara jumlah kebutuhan cairan dengan hitungan yang tegas, bukan suatu patokan yang memiliki nilai mutlak, karena pemberian cairan sebenarnya berdasarkan kebutuhan sirkulasi yang dinamik dari waktu ke waktu, yang harus dimonitor oleh parameter tertentu. Patokan pemberian cairan yang terbaik adalah klinis yang memberikan perubahan : - Produksi urin perjam, menggambarkan baik tidaknya sirkulasi perifer - Frekuensi pernafasan, menggambarkan fungsi paru secara langsung dan gambaran sirkulasi secara tidak langsung. - Kadar Hb dan Hematologi, vasokonstriksi dan hipovolemia

memberikan perubahan gambaran hemokonsentrasi. - CVP, paling akurat memberi informasi volume cairan dalam sirkulasi.

24

Pemilihan jenis cairan Sampai sekarang diyakini RL merupakan cairan yang paling sering diberikan pada resusitasi luka bakar. RL merupakan cairan isotonic terbaik yang mendekati komposisi cairan ekstraseluler. Cairan yang diproduksi terkini adalah Ringer Asetat (AR) yang mengandung bikarbonat disamping laktat. RL dan AR merupakan cairan fisiologi yang berbeda dalam hal sumber bikarbonat. RL mengandung 27 mmol laktat perliter, sedang AR mengandung 27 mmol asetat perliter. (Kveim cit Yefta, 2001) melakukan penelitian dengan

membandingkan penggunaan AR dan RL sebagai larutan yang digunakan dalam resusitasi shock hemoragik. Pada pemberian RL terjadi akumulasi ion laktat, sementara pada pemberian AR dimana asetat segera dimetabolisme dengan cepat (meskipun dalam keadaan shock), dengan AR ini akan diikuti dengan perbaikan asam basa. (Connahan cit Yefta, 2001) membandingkan pemberian cairan resusitasi pada luka bakar derajat III, dengan menilai fungsi miokard, kadar fosfat berenergi tinggi (ATP,CTP) dan survival ratenya. Curah jantung pada pemberian RL jelas menunjukkan perbaikan tetapi masih dibawah nilai pada kondisi normal, sedang pemberian AR curah jantung membaik, yang dapat dijelaskan akibat vasodilatasi dan perbaikan aliran koroner yang diinduksi oleh asetat. Survaival rate pada pemberian RL 24 jam pertama 87-100 % setelah 48 jam survival AR lebih tinggi. RL memberikan keuntungan sesaat , namun tidak jangka panjang, hal ini diduga karena efek toksik akibat pemberian laktat. AR memiliki tosisitas rendah, konversinya menjadi karbonat terjadi dalam waktu cepat dan menghasilkan ATP dan CTP yang merupakan bahan bakar jantung.

25

BAB III PEMBAHASAN

KASUS

Ny. Kl, 3O tahun dirawat di rumah sakit karena mengalami luka bakar terkena air panas pada beberapa bagian tubuhnya, antara lain: perut,ekstrimitas atas, dada, dan area kelamin. Wajah klien kelihatan meringis menahan nyeri, nafas lebih cepat dari biasanya. Klien saat ini mengeluh lemas dan sangat haus. Berdasarkan observasi klinis, pasien menunjukkan tanda kekurangan cairan. Suami klien mengatakan setiap malam sering bangun dan tidak bisa tidur nyenyak. Hasil TTV TD 90/50 mmHg, nadi 70 x / menit, RR 26 x/menit, S 37,5 C. klien tampak sangat cemas dan nyeri di bagian luka bakar dengan skala 8. terpasang CPV nilai 4 dan infus. Produksi urin 100 cc/5 jam, BB= 50 kg. Berdasarkan kasus diatas, penyebab luka bakar yang diderita Ny KL merupakan luka bakar yang disebabkan karena air panas. Luka bakar air panas ini tergolong luka bakar menyebabkan kerusakan dan kedalaman jaringan ringan dibandingkan luka bakar karena listrik atau zat kimia. Namun perlu dikaji juga berapa lama kontak yang terjadi antara daerah luka bakar dengan penyebab terjadinya luka bakar. Berdasarkan kedalamannya, luka bakar Ny KL tergolong luka bakar derajat 2 dangkal. Pada luka bakar derajat ini nyeri yang dirasakan cukup hebat karena ujung-ujung saraf nyeri di kulitnya teriritasi. Bagian yang terkena meliputi epidermis dan sebagian dermisPada kasus disebutkan bahwa Ny KL menderita luka bakar di bagian perut, dada, ekstremitas atas, dan bagian kelamin. Jika dihitung berdasarkan skala Wallace luas luka bakar yang diderita oleh Ny KL adalah sebesar 37%. kelamin: 1%). (Perut: 9%, dada: 9%, ekstremitas atas: 18%, bagian

26

Wajah Ny.L terlihat menahan nyeri, karenaujung saraf teriritasi dari air panas yang mengenai kulitnya. Selain itu, adanya pelepasan mediator endogen (histamin, serotonin, kinin, dan prostaglandin), yang merespon nosiseptor yang dapat menimbulkan nyeri. Laju respirasi meningkat (nafas cepat), sebagai

manifestasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terhadap jaringan yang rusak. Ny.L juga merasakan lemas. Lemas disebabkan karena Ny.L kekurangan volume cairan dari derajat sedang hingga berat. Rasa haus yang dirasakan Ny.L akibat dari nafas cepat yang menyebabkan penguapan udara yang dihasilkan dari metabolisme tubuh untuk memenuhi oksigen yang adekuat. Hal inilah yang dirasakan Ny. L untuk menyeimbangkan intake cairan dengan manifestasi HAUS. Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan. Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan, maka tubuh melakukan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinalyang mana dapat terjadi ilius paralitik,tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kasus luka bakar sering diikuti dengan keabnormalan tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, laju respirasi, dan suhu tubuh. Keabnormalan tanda-tanda vital tersebut berhubungan dengan respon tubuh untuk menjaga mekanisme fisiologis normal pasien. Perubahan tanda-tanda vital juga dapat

menjadi suatu alat untuk mendiagnosis penyakit samping yang ditimbulkan akibat penyakit utamanya, dalam hal ini adalah luka bakar. Pasien luka bakar biasanya menunjukkan perubahan nilai TTV yang mengarah pada terjadinya kekurangan cairan tubuh atau yang biasa disebut hipovolemia. Pengukuran tekanan darah, selain untuk mengetahui tekanan darah, juga dapat dijadikan alat untuk mengetahui apakah pasien mengalami hipovolemia atau

27

tidak karena tekanan darah juga menggambarkan volume darah yang dimiliki pasien tersebut. Batas normal tekanan darah seseorang adalah 110/70 mmHg sampai dengan 130/90 mmHg. Pada kasus luka bakar, tekanan darah pasien umumnya berada dibawah batas normal. Hal tersebut mengindikasikan bahwa volume darah pasien berkurang. Berkurangnya volume darah tersebut diduga akibat dari lolos dan hilangnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive dari compartment intravaskular. Eritrosit dan leukosit akan tetap berada dalam

sirkulasi, sedangkan plasma darah dan cairan tubuh akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan tubuh. Denyut nadi juga merupakan tanda-tanda vital yang biasa diperiksa sebelum pasien didiagnosis penyakitnya. Denyut nadi normal pada manusia adalah sekitar 60--80 denyut per menit. Pada beberapa kasus kehilangan cairan tubuh Hal tersebut

(hipovolemia), denyut nadi masih berada pada kisaran normal.

karena denyut nadi hanya dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti jenis kelamin, jenis aktivitas, usia, berat badan, dan keadaan emosi dan psikis. Denyut nadi tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya volume darah ataupun tinggi rendahnya laju pernafasan, sehingga perubahan pada kedua hal tersebut, tidak akan berdampak pada perubahan denyut nadi. Laju respirasi seseorang dikatakan normal jika berada pada rentang 12-18 nafas per menit. Pasien luka bakar umumnya memiliki laju respirasi yang berada di atas rentang normal tersebut. Peningkatan laju respirasi terjadi untuk

meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap jaringan yang rusak. Oksigen tersebut berperan dalam metabolisme untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk pemulihan jaringan-jaringan yang rusak. Namun, tingginya laju respirasi dapat membuat suasana darah menjadi basa (alkalosis). Suhu tubuh seorang manusia sehat berada pada kisaran 36,5-37,5 oC. Peningkatan suhu tubuh biasanya disebabkan oleh adanya infeksi bakteri atau virus, peradangan, dan sebagainya. Pada kasus hipovolemia akibat luka bakar, perubahan suhu tubuh dari kisaran normal dapat terjadi jika terjadi infeksi atau peradangan akibat luka bakar tersebut, namun jika suhu tubuh pasien masih berada pada rentang normal, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi infeksi atau peradangan akibat luka bakar tersebut.

28

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat yang disimpulkan bahwa pasien luka bakar yang mengalami hipovolemia akan menunjukkan perubahan pada tekanan darah dan laju respirasi, sedangkan suhu tubuh dan frekuensi denyut nadi pasien tidak secara signifikan mengalami perubahan karena perubahan frekuensi denyut nasi dan suhu tubuh tidak dipengaruhi oleh kurangnya cairan tubuh pasien tersebut.

Klien terpasang infuse dan CVP. Pemasangan infuse bertujuan untuk mengganti kehilangan cairan pada klien. Jika merujuk pada metode

Parkland/Baxter, maka cairan yang diberikan adalah cairan Ringer Laktat, karena komposisinya yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler, diberikan 4mL x kg BB x % luas luka bakar terkena. CVP yang terpasangdengannilai 4 bertujuanuntukmengukurtekanandarah di atrium kanan.Rentang CVP dalamkeadaan normal adalah 5-12 mmH2O.Nilai 4 padaklienmenunjukkanbahwaalirandarah yang masukke atrium kananrendah (hipovolemik).

29

Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN: Identitas Klien: Nama Umur Jenis Kelamin Status Diagnosa Medis : Ny. KL : 30 tahun : Perempuan : Kawin : Syok Hipovolemik (kekurangan cairan)

Riwayat luka bakar. Tanyakan tentang : a) Penyebab luka bakar, kimia, termal, atau listrik b) Waktu luka bakar, penting karena kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu tibanya ke rumah sakit c) Tempat di mana luka bakar terjadi, area tertutup atau terbuka d) Adanya masalah-masalah medis yang menyertai e) Alergi, khususnya sulfat karena banyak antimikrobialtopikal mengandung sulfat f) Tanggal terakhir imunisasi tetanus g) Obat-obatan yang digunakan bersamaan

Data Objektif dan subjektif a. Ukuran Luas Luka Bakar Dalam memperkirakan luasnya luka bakar dalam presentase total dapat menggunakan The Rules of Nines: 1) Kepala dan leher 2) Lengan masing-masing 9% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% 4) Tungkai masing-masing 18% 5) Genitalia Perineum Total :9% : 18% : 36 % : 36% : 1% : 100 %

30

(luka bakar yang luasnya > 40% berkaitan dengan angka kematian yang tinggi) b. Kedalaman Luka Derajat II dangkal (melepuh, kulit yang terkena termasuk epidermis dan bagian dermis). Luka bakar dengan kedalaman ini disertai dengan rusaknya struktur dibawah kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebaseus (minyak), atau jaringan kolagen. Dapat terlihat adanya lepuh. Didapatkan rasa nyeri yang hebat. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terlihat lebih tinggi daripada permukaan kulit normal. c. Letak Anatomis Luka bakar pada perut, ektremitas atas, dada dan area kelamin. d. Usia 30 tahun (anak-anak dan lansia memiliki angka kematian yang meningkat dibanding orang dewasa muda atau usia pertengahan). e. Riwayat Medis Apakah pasien memiliki penyakit yang dapat melemahkan kemampuan untuk mengatasi perpindahan cairan dan melawan infeksi (mis. DM, gagal jantung kongestif, sirosis, atau masalah ginjal, pernafasan,

gastrointestinal). f. Tanda-Tanda Vital TTV TD 90/50, nadi 70x/mnt, RR=26x/mnt, BB= 50 kg, S= 37,5 C, Produksi urine 100 cc/5 jam. Hal lainnya: a. Pemantauan Jantung Pantau apakah aliran darah melambat, denyut nadi meningkat, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, terjadi kebocoran cairan plasma dan protein serta kapiler pecah. Umumnya jumlah kebocoran cairan terbesar terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama seudah luka bakar dan mencapai puncaknya daam tempo 6 hingga 8 jam. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang masif. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar, tekanan terhadap

31

pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. b. Aktifitas/istirahat Penurunan kekuatan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit (perut, ekstremitas atas, dada dan area kelamin); gangguan masa otot, perubahan tonus. c. Sirkulasi Cedera luka bakar lebih dari 20%, hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada aktifitas yang cedera, takikardia, pembentukan edema jaringan. d. Integritas Ego Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri marah (gejala: masalah keluarga, kecacatan, pekerjaan, keuangan). e. Eliminasi Haluaran urine menurun f. Makanan/cairan edema jaringan, anoreksia, mual/muntah. g. Neurosensori Perubahan orientasi, perilaku, penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ektremitas. h. Nyeri/Kenyamanan Skala 8, sangat cemas dan nyeri i. Pernafasan Perhatikan adanya peningkatan serak suara, stridor, frekuensi dan kedalaman pernafasan, atau perubahan mental akibat hipoksia. Pada luka baar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. j. Keamanan Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambatpada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.

32

Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai dengan agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus, lepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya scara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.

Pemeriksaan Laboraturium 1) Hitung darah lengkap (Peningkatan MHT awal menunjukkan

hemokonsentrasi sehubung dengan perpindahan atau kehilangan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah) 2) Elektrolit serum (Kalium dapat meninglat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan/kerusakan penurunan fungsi ginjal). 3) Pengukuran konsentrasi gas darah dan karboksihemoglobin (karena pemberian oksigen dapat menutupi keparahan kerancuan karbon monoksida yang dialami penderita). 4) Pemeriksaan penyaringan terhadap obat-obatan, antara lain etanol, memungkinkan penilaian status mental pasien dan antisipasi terjadinya gejala-gejala putus obat. 5) Rontgen dada (tekanan yang terlalu kuat pada dada, usaha kanulasi pada vena sentralis, serta fraktur iga dapat menimbulkan penumothoraks atau hemotoraks. 6) Pemeriksaan radiografi dari seluruh vertebra, tulang panjang, dan pelvis (untuk pasien yang juga mengalami trauma tumpul yang menyertai luka bakar). 7) BUN Kreatinin (peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi-fungsi ginjal). 8) Urine (adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein. 9) Sel Darah Putih (Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cidera).

33

10) Natrium urine random (lebih besar dari 20 MeqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10 MEqL menduga

ketidakadekuatan resusitasi cairan. 11) Albumin Serum (Peningkatan glukosa serum menunjukkan respon stres). 12) Glukosa serum (risiko albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan). 13) Foto grafi luka bakar Meberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

PENATALAKSANAAN Pertolongan Pertama dengan Pasien Luka Bakar Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun. Evaluasi awal Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.

34

DIAGNOSA 1. Perubahan pada volume cairan (Syok Hipovolemik): kekurangan cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka bakar. 2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka bakar. 3. Nyeri berhubungan dengan cedera luka bakar 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keadaan hipermetabolisme dan kesembuhan luka.

INTERVENSI DX 1 1. Mempunyai tekanan darah dan nadi dalam batas normal pasien - Pantau tanda vital setiap jam; pantau tingkat kesadaran; pantau status hemodinamik, termasuk CVP jika terpasang. - Temukan penyebab kehilangan aktif dan gunakan tindakan keperawatan untuk mencegah kehilangan lebih jauh. Rasional: Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler. 2. Mempunyai masukan dan haluaran yang seimbang, berat badan yang stabil. - Pantau masukan dan haluaran setiap jam dan laporkan urine yang kurang dari 30 ml sampai 60 ml/jam. Rasional: volume urine menurun pada hipovolemia karena penurunan colume plasma mengakibatkan penurunan aliran darah ginjal. - Timbang berat badan pasien pada waktu yang sama setiap hari. Rasional: Penimbangan bersamaan dengan pemantauan masukan dan haluaran merupakan pengukuran keseimbangan cairan tubuh yang baik. - Pertahankan terapi intravena untuk penggantian cairan dengan menggunakan koloid, kristaloid, atau produk darah per instruksi.

35

Rasional: Koloid menghidrasi spasium intravaskular dan menarik cairan interstisium ke dalam aliran darah. kristaloid menggantikan cairan intraselular dan didistribusikan ke interstisium dan spasium intravaskular, dan penggantian darah harus diberikan untuk memberikan kapasitas pengangkut oksigen jika hemoglobin sangat menurun. - Perbayak masukan cairan peroral hingga 2.600 ml/hari jika sesuai. - Pantau kondisi kulit: warna, kelembaban, turgor. luka bakar derajat II: Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal Pantau terhadap kemungkinan kelebihan sirkulasi selama

penggantian cairan (mis, distensi vena leher, rales, dispnea, S3, peningkatan dalam CVP atau takikardia). Rasional: Seara umum penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urine. 3. Pertahankan pencatatan kumulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan Rasional: Mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan. 4. Mempunyai berat jenis urine dan hasil pemeriksaan laboraturium dalam batasan normal. - Pantau berat jenis urine setiap 2 jam; urine yang pekat (berat jenis > 1,030 adalah respons terhadap defisit air karena ADH dilepaskan dalam berespons terhadap peningkatan osmolaritas cairan tubuh). - Pantau hasil pemeriksaan laboraturium yang sesuai terhadap keseimbangan cairan (Ht, BUN: Blood Urea Nitrogen, albumin, protein total, osmolaritas serum). - Pantau dan laporkan perburukan kekurangan volume cairan dan/atau ketidakseimbangan elektrolit termasuk tanda dan gejala penurunan haluaran urine, pemekatan urine, haluaran yang lebih besar dari masukan, hipotensi, peningkatan frekuensi nadi, suhu tubuh yang meningkat, kelemahan, dan perubahan dalam status mental. 5. Timbang berat badan setiap hari

36

Rasional: penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya. 6. Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma dan membantu mencegah komplikasi. Rasional: Resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit, plasma, dan albumin. 7. Awasi pemeriksaan laboraturium (Hb, Ht, elektrolit) Rasional: Kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit.

DX 2 1. Pantau: - Penampilan luka bakar (area luka bakar, status balutan di atas sisi tandur bila tandur kulit dilakukan setiap 8 jam) - Suhu setiap 4 jam - Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan Rasional: untuk mengidentfikasi idikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 2. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik (debridement). Implementasikan perawtan yang ditentukan, yang

dapat ditutup dengan balutan vaselin atau Op site. Rasional: Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi. 3. lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan berikan krim antibiotik topikal yang diresapkan pada area luka bakar dengan ujung jari. Berikan krim secara menyeluruh di atas luka. Rasional: Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi

mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan bakteri. 4. Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan "perawatan Perlindungan Balik" untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempa tidur steril, handuk, dan skort

37

untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan, dan penutup kepala dengan masker bila memberkan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisi pada ruangan pasien untuk menghilangkan kebosanan. Rasional: Kulit adalah lapisan pertama untuk mempertahankan terhadap infeksi/ Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan lain melindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang eksternal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan. 5. Bila riwayat imunisasi tidak adekuat, berikan globulin imun tetanus. Rasional: untuk melindungi terhadap tetanus. 6. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotik IV sesuai ketentuan bila detemukan demam drainasi purulen atau bau busuk dari area luka bakar, atau balutan sisi tandur. Rasional: Temuan-temuan ini menandakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotik yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan sisi tandur hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberikan media kultur untuk pertumbuhan bakteri. 7. Mulai rujukan pada ahli diet. Berikan protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT (Nutrisi Parental Total) atau makanan enteral bila pasien tidak dapat makan per oral. Rasional: Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada situasi kesehatan saat ini. Nutisi ade kuat (protein, karbohidrat, dan vitamn) adalah esensial untuk penyembuhan luka dan untuk memenuhi kebutuhan energi.

Metabolisme ditingkatkan pada luka bakar berat.

Perawatan Luka Bakar

38

Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

DX 3 1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10). Rasional: Perubahan lokasi atau intensitas, karakter nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi. 2) Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat. Rasional: Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar dan untuk mencegah menggigil. 3) Jelaskan prosedur/berikan informasi yang tepat, khususnya pada debridemen. Rasional: Membantu menghilangkan nyeri/meningkatan relaksasi. 4) Dorong penggunaan teknik manajemen stres contoh relaksasi progresi, nafas dalam, dll. Rasional: Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan teknik rileksasi dan untuk meningkatkan rasa kontrol. 5) Berikan analgesik (narkotik dan non narkotik) sesuai indikasi. Rasional: Menghilangkan rasa nyeri. 6) Berikan aktifitas terapeutik tepat untuk usia/kondisi. Rasional: Membantu mengurangi konsentrasi rasa nyeri. memfokuskan kembali perhatian. 7) Berikan tempat tidur yang nyaman sesuai dengan indikasi. Rasional: Peninggian linen dari luka membantu mengurangi rasa nyeri.

DX 4 1. Pertahankan jumlah kalori ketat, timbang setiap hari.

39

Rasional: Pedoman tepat untuk pemasukan kalori. 2. Berikan makan dan makanan kecil sedikit tapi sering. Rasional: Membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan masukan. 3. Berikan kebersihan oral sebelum makan. Rasional: Meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik. 4. Berikan diet TKTP dengan tambahan vitamin. Rasional:Memnuhi peningkatan kebutuhan metabolik,

mempertahankan BB dan mendorong regenerasi jaringan. 5. Pastikan makanan yang disukai dan yang tidak disukai. Rasional: Meningkatkan masukan dalam tubuh.

EVALUASI a) Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi edema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine diatas 30 ml per jam. b) Tak ada demam, tak ada pembentukan jaringan granulasi tetap bebas dari infeksi. c) Menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks. d) Menunjukkan pemasukan nutiris yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dibuktikan oleh BB stabil, dan regenerasi jaringan.

Komplikasi a) Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang meyebabkan cacat lebih lanjut atau kematian. Staphyloccus aureus resisten metisilin adalah penyebab tersering infeksi nosokomial pada pasien luka bakar di rumah sakit. Infeksi adalah penyebab utama morbiditas dan mortilitas pada pasien yang awalnya bertahan terhadap luka bakar luas. b) Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah sehingga timbul (cerebrovaskular accident), in fark miokardium atau emboli paru.

40

c) Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung dan henti jantung. d) Syok luka bakar dapat terjadi secara ireversible merusak ginjal sehingga timbul gagal ginjal dalam satu atau dua minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi gagal ginjal akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal sekibat nekrosis otot yang luas). e) Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan hipoksia selsel penghasil mukus dan terjadi ulkus peptikum. f) Dapat terjadi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) karena destruksi jaringan yang luas. g) Pada luka bakar yang luas atau menimbulkan kecacatan, trauma psikologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala psikologis dapat timbul setiap saat setelah luka bakar. Gejala-gejala dapat meuncul dan hilang berulang-ulang kapan saja seumur hidup yang menyebakan pasien terus-menerus mengalami duka cita. h) Beban biaya pada keluarga pasien pengidap luka bakar yang luas sangatlah besar. Apabila pasiennya prang deasa, yang hilang tidak saja penghasilan tetapi perawatan pasien tersebut juga harus terus-menerus dan mahal.

Penatalaksanaan Farmakologi Farmakokinetik Mafenid asetat diansorpsi dengan baik melalui kulit dan dimetabolisme oleh hati menajdi metabolit. Obat ini disekresikan kedalam urin. Obat ini dan metabolitnya merupakan penghambat yang kuat terhadap karbonik antihidrase, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan asam-basa, seperti asiodosis metabolik dan alkalosis respiratorik, dan kehilangan cairan akibat efek diuretik yang ringan. Jika pernafasan menajdi cepat, terengahengah, atau dangkal, krim harus dihentikan untuk beberapa hari sampai keseimbangan asam-basa puli kembali. Farmakodinamik

41

Mafenid, suatu derivat sulfonamid, menghambat sintesis dinding sel bakteri serta metabolismenya, bersifat bakteriostatik. Obat ini dipakai sebagai agen antibakterial topikal yang larut dalam air untuk mencegah tau melawan infeksi luka bakar. Setelah luka bakar dicuci dan dibersihkan, 1/6 inchi krim mafenid dioleskan pada daerah yang terkena sekali sehari atau dua kali sehari, dan ditutup dengan pembalut yag tipis. Klien mungkin mengeluh rasa terbakar ketika obat dioleskan. Teknik aseptik harus diterapkan dalam keperawatan di tempat luka bakar dan sewaktu memberikan agen antibakterial topikal.

42

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar dibagi menjadi 4 grade dan ada 3 cara penentuan derajat luka bakar yaitu Palmar surface, Wallace rules of nine serta Lund and Bowder Chart. Luka bakar dapat disebabkan oleh api, luka bakar kontak (terkena rokok, solder atau alat-alat memasak), air panas, uap panas, gas panas, listrik, semburan panas.Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes dengan fiberoptic bronchoscopy terutama untuk luka bakar inhalasi.Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi cairan, penggantian darah, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik, perbaikan nutrisi sampai tindakan pembedahan seperti Early Exicision and Grafting (E&G), Escharotomy. Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan kecepatan pengobatan medikamentosa. radiasi. Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik. Respons

Patofisiologisetelah cedera luka bakar adalah bifase. Pada fase pasca cedera, terjadi hipofungsi organ secaraumum sebagai akibat dari penurunan curah jantung. Pada prinsipnya penangangan luka bakar yang harus segera dilakukan adalah penutupan lesisesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik.

43

4.2 Saran Bagi tenaga keperawatan diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif baik kepada klien dan keluarga klien sepeti: memberikan perawatan kesehatan yang optimal, memberikan informasi komunikasi yang terpeutik dan pengadaan penyuluhan mengenai luka bakar sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan penerimaan diri klien dengan menyediakan leaflet dan booklet untuk menambah pengetahuan klien.

44

Daftar Pustaka

Baughman, C Diane & Hackley, JoAnn C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bullock, Barbara L.(2000). Focus on Pathophysiology. Lippincott Williams & Wilkins. Burke, Karen M & LeMone, Priscilla. (1996). Medical Surgical Nursing, Critical Thinking in Client Care 2nd ed. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Corwin, Elizabeth J. (2008). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Fox, S.I. 2009. Human Physiology. 11th ed. McGraw-Hill Companies Inc., New York: xxiii + 808 hlm.

Guyton, A.C. & J.E. Hall. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed. ke11.Terj.dariTextbook of medical physiology, oleh Irawati, D. Ramadhani, S.S.P. Rianti, T. Resmisari &

F. Indriyani, F. Dany, I. Nuryanto,

Y.J.Suyono. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta: hlm.

xxxiv + 1179

Grace & Borley.(2007).At a glance ilmu bedah Ed. 3. Jakarta: Erlangga Medical Series. IOWA. (2000). Outcomes Project,Nursing Outcomes Classification[NOC],edisi 2. Missouri: Mosby Year Book Inc. IOWA. (2000). Outcomes Project, Nursing Intervention

Classification[NIC],edisi 2. Missouri: Mosby Year Book Inc. Kim. Mi Ja., McFarland. Gertrude K., Mclane. Audrey M. (2006). Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta: EGC. Kee, Joyce L, Hayes, R. (1996). FARMAKOLOGI (Pendekataan Proses Keperawatan). .Jakarta: EGC Marieb, E.N. & K. Hoehn. 2013. Human anatomy & physiology. 9th ed. Pearson Education, Inc., USA: xxxiv + 1107 hlm + A-34 + G-23 + C-3 + I-60.

45

Moenadjat, Yefta. (2009). Luka bakar: masalah dan tata laksananya ed. 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Ruland M.A. Lexicon of Alchemy. Available in website:

http://www.rexresearch.com/rulandus/rulxc.htm Sabiston,David C. (1995).Buku ajar bedah. Jakarta: EGC Schwartz. (1995). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : Buku Penerbit Kedokteran EGC. Tambayong, Jan. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : Buku Penerbit Kedokteran EGC. Wilson, Lorraine M. (2003). PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan Edisi 6. Jakarta : Buku Penerbit Kedokteran EGC.

46

Anda mungkin juga menyukai