Anda di halaman 1dari 2

Wayang sebagai filosofi Oleh Husnul fajri (1206224994)

Mengantisipasi pudarnya kesenian wayan yang ada di Indonesia maka Universitas Indonesia mengadakan Wayang Goes to Campus dengan tema Tak Kenal Maka Tak Wayang
tersebut merupakan hasil kerja sama antara Komunitas Wayang UI dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Institut Seni Indonesia Surakarta. Hari ini saya dan

teman saya pergi ke balairung untuk menonton wayang goes to campus. Acara ini dilaksanakan dalam 2 hari yaitu pada tanggal 4-5 April 2013. Tercatat beberapa orang penting yang ada di Jakarta ikut menghadi ri acara ini seperti Gubernur Lemhanas RI, Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, Pjs.Rektor UI Prof. Djoko Santoso, Plh. Rektor UI Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, Dekan FIB UI Prof. Bambang Wibawarta, Ketua Komunitas Wayang UI Prof. Sarlito Wirawan Sarwono. Pada hari saat saya datang dengan teman-teman saya adalah hari kedua Karena pada hari pertama kegiatan kami sangat sibuk di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pada hari ini hanya ada pameran dan bazaar yang di lakukan oleh anak-anak FIB dan ada juga dosen saya yang menjual batik kepada pengunjung. Pada hari kedua mengenai pameran ini menjelaskan apaapa saja jenis wayang yang ada di Indonesia salah satu yang di tunjukin adalah wayang Golek Tengul. Wayang Golek tengul adalah jenis wayang turunan dari wayang golek. Beberapa bentuk boneka kecil terbuat dari kayu kemudian di sungging dan di beri warna. Wayang Tengul mengambil cerita dari Serat Menak. Serat Menak merupakan cerita tentang penyebaran agama islam di pulau Jawa karya Ki Yasadipura. Pertunjukan wayang golek tengul menggunakan kelir ( layar ), nqmun tengahnya di beri lobang sehingga wayang goleknya terlihat jelas oleh penonton. Ada juga pameran mengenai keris.keris ini di buat dengan 3 alasan yang pertama sebagai alat untuk perang, yang kedua untuk sebagai alat hiasan dan yang ketiga sebagai alat jimat. Saat keris sebagai alat perang keris ini mampu menembus pakaian baja yang di gunakan pada pertempuran melawan Belanda. Saat keris sebagai hiasan keris ini tidak akan di gunakan dalam perang karena lebih tipis bentuknya dari pada kerris yang sebagai perang. Kemudian yang terakhir keris sebagai alat untuk jimat. Keris ini ukurannya sangat kecil sehingga keis ini di letakkan di dekan pinggang kita sebagai jimat untuk bertaha melawan Belanda. Cara pemegangan keris pun berbeda-beda. Hal ini dapat membuat kekuatan menusuk keris maksimal dan tidak. Ada juga pameran kain bati yang harganya bisa sampai puluhan juta

rupiah. Terakhir mengenai benda-benda yang ada di masa lalu seperti sepeda ontel, setrika, radio dll. Penampilan wayang akan di laksanakan pada jam 21.00 sampai habis. Saya tidak bisa ikut menonton karena saya tidak memiliki kendaraan untuk pergi kesana.

Anda mungkin juga menyukai