Anda di halaman 1dari 36

IMUNISASI

Dasar-dasar imunisasi
Pendahuluan Dalam lingkup pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama. Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan hal mutlak yang perlu diberikan pada bayi. Imunisasi adalah sarana untuk mencegah penyakit berbahaya, yang dapat menimbulkan kematian pada bayi. Penurunan insiden penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan yang luas. Untuk dapat melakukan pelayanan imunisasi yang baik dan benar diperlukan pengetahuan dan keterampilan tentang vaksin ( vaksinologi , ilmu kekebalan ( imunologi dan cara atau prosedur pemberian vaksin yang benar. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi. !anyak penyakit menular yang bisa menyebabkan gangguan serius pada perkembangan fisik dan mental anak. Imunisasi bisa melindungi anakanak dari penyakit melaui vaksinasi yang bisa berupa suntikan atau melalui mulut. Imunisasi Upaya Pencegahan Primer "ngka kematian bayi ( "#! dalam dua dasa$arsa terakhir ini menunjukkan penurunan yang bermakna, yaitu apabila pada tahun %&'% masih sebesar %() dan menjadi %%) per %*** kelahiran hidup pada tahun %&+* ( memerlukan %* tahun . Pada tahun %&+, ke tahun %&&* ( hanya lima tahun dari '% menjadi ,( per %*** kelahiran hidup. Penurunan tersebut diikuti dengan menurunnya angka kematian !"-I." atau "#"!" menjadi ,/ per %*** kelahiran hidup. #eberhasilan tersebut adalah hasil teknologi tepat guna yang dilaksanakan di seluruh Indonesia sejak tahun %&'' dengan menggunakan kartu menuju sehat ( #01 dalam memantau tumbuh kembang anak, pemakaian cairan oralit pada anak yang menderita diare, meningkatkan pemberian "1I secara %

eksklusif kepada bayinya dan imunisasi sesuai Program Pembangunan Imunisasi ( PPI . 2aitu !34, Polio, DP., hepatitis ! dan campak. Pada tahun %&&* Indonesia telah mencapai lebih dari &*5 cakupan vaksinasi dasar tersebut yang dikenal sebagai Universal Child Immunization ( U3I . Ditambah lagi dengan gerakan PI6 ( Pekan Imunisasi 6asional terhadap penyakit polio pada tahun %&&,-%&&/-%&&'-)**) secara berturut-turut dan serentak di seluruh tanah air yang kemudian karena masih ada kejadian virus polio liar di regional 789-1:";9. Pin diulang kembali pada tahun )**). Pada kesempatan PI6 diberikan juga vaksinasi tetanus dan campak dengan harapan dapat mengurangi kesakitan dan kematian karena kedua penyakit tersebut. 1eiring dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian anak pada umumnya maka kualitas hidup bangsa angka meningkat pula. 8asil penelitian di dunia mengatakan bah$a angka kelahiran dan usia harapan hidup di suatu negara berkaitan, yaitu bah$a makin rendah angka kelahiran makin tinggi usia harapan hidup. Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi merupakan upaya yang menentukan situasi tersebut dan mutlak harus dilakukan pada anak sedini mungkin guna dapat mempertahankan kualitas hidup yang prima dalam perjalanan hidupnya . <aksinasi atau la=im dipakai dengan istilah imunisasi merupakan suatu teknologi yang sangat berhasil di dunia kedokteran yang oleh #at= ( %&&& dikatakan sebagai > sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah dapat diberikan oleh para ilmu$an di dunia ini >. 1atu upaya kesehatan yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya. #ekebalan atau imunitas tubuh terhadap ancaman penyakit dari lingkungannya adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Imunitas tersebut sebenarnya dapat diperoleh secara alamiah yaitu terjangkit suatu penyakit dan menjadi imun maupun secara aktif dibuat oleh manusia. Pada hakekatnya pada kedua cara mendapatkan imunitas tubuh dapat diperoleh dengan cara pasif maupun aktif. Dikatakan pasif karena tidak menyangkut sama sekali sistem imun tubuh sendiri dan hanya menerima secara pasif antibodi ke dalam tubuhnya, yaitu dapat terjadi melalui plasenta ke janin dari ibu kandungnya maupun dengan memberikan antibodi melalui suntikan ke dalam tubuh anak. Pemberian antigen dengan sengaja sehingga tubuh manusia kemudian memberikan respon imun adalah prinsip dari vaksinasi.

Imunisasi dan Vaksinasi Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin ( antigen yang dapat merangsang pembentukan imunitas ( antibodi dalam tubuh. Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu imunoglobulin yang non-spesifik atau disebut juga gamaglobulin dan imunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunuglobulin nonspesifik digunakan pada anak dengan defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari kematian. 8anya saja perlindungan tersebut tidaklah permanen melainkan hanya berlangsung beberapa minggu saja. 1elain itu cara tersebut juga mahal dan memungkinkan anak justru menjadi sakit karena secara kebetulan atau karena suatu kecelakaan serum yang diberikan tidak bersih dan masih mengandung kuman yang aktif. 1edangkan imunoglobulin yang spesifik diberikan pada anak yang belum terlindungi karena belum pernah mendapatkan vaksinasi dan kemudian terserang misalnya difteria, tetanus, hepatitis " dan !. <aksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. "ntigen yang diberikan telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit yang peka, antibodi dan sel memori. 3ara ini menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. .ujuannya adalah memberikan > infeksi ringan > yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen ? penyakit yang masuk tersebut. <aksinasi mempunyai keuntungan @ Pertahanan tubuh yang terbentuk akan diba$a seumur hidupnya. <aksinasi cost-effective karena murah dan efektif. <aksinasi tidak berbahaya. ;eaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang daripada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara almiah. dari sistem imun di

Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. #ekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. 3ontohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. #ekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan langsung dimetabolisme oleh tubuh. #ekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. #ekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologi. .UBU"6 I0U6I1"1I adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat ( populasi atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar. ;espons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Dikenal dua macam pertahanan tubuh yaitu @ % mekanisme pertahanan nonspesifiik disebut juga komponen nonadaptif atau innate artinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam antigen , tetapi untuk berbagai macam antigen, ) mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau komponen adptif ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian antigen berikutnya. 8al ini disebabkan telah terbentuknya sel memori pada pengenalan antigen pertama kali. !ila pertahanan nonspesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. 0ikroorganisme yang pertama kali dikenal oleh sistem imun akan dipresentasikan oleh sel makrofag ( "P3 C antigen presenting cel Pada sel . untuk antigen .D ( . dependent sedangkan antigen .I ( . independent akan langsung diperoleh oleh sel !. 0ekanisme pertahanan spesifik terdiri atas imunitas selular dan imunitas humoral. Imunitas humoral akan menghasilkan antibodi bila dirangsang oleh antigen. 1emua antibodi adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut imunoglobulin ( Ig yang dapat dipindahkan secara pasif kepada individu yang lain dengan cara penyuntikan serum. !erbeda dengan imunitas selular hanya dapat

dipindahkan melalui sel, contohnya pada reaksi penolakan organ transplantasi oleh sel limfosit dan pada graft versus-host-disease. Proses imun terdiri dari dua fase @

Dase pengenalan, diperankan oleh sel yang mempresentasikan antigen ( "P3 C antigen presenting cells , sel limfosit !, limfosit .. Dase efektor, diperankan oleh antibodi dan limfosit . efektor

Keberhasilan Imunisasi .ergantung dari beberapa faktor, yaitu status imun pejamu, faktor genetik pejamu, serta kualitas dan kuantitas vaksin. Status imun pejamu .erjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. 0isalnya pada bayi yang semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campsk, bila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi akan membeikan hasil yang kurang memuaskan. Demikian pula air susu ibu ( "1I yang mengandung Ig" sekretori ( sIg" terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. 6amun pada umumnya kadar sIg" terhadap virus polio pada "1I sudah rendah pada $aktu bayi berumur beberapa bulan. Pada penelitian di 1ub !agian "lergiImunologi, !agian I#" D#UI?;130, Bakarta ternyata sIg" polio sudah tidak ditemukan lagi pada "1I setelah bayi berumur , bulan. #adar sIg" tinggi terdapat pada kolostrum. #arena itu bila vaksinasi polio diberikan pada masa pemberian kolostrum ( kurang atau sama dengan A hari setelah bayi lahir , hendaknya "1I ( kolostrum jangan diberikan dahulu ) jam sebelum dan sesudah vaksinasi. #eberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Pada bayi neonatus fungsi makrofag masih kurang. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang. Badi dengan sendirinya, vaksinasi pada neonatus akan memberikan hasil yang kurang dibandingkan pada anak. 0aka, apabila imunisasi diberikan sebelum bayi berumur ) bulan, jangan lupa memberikan imunisasi ulangan. 1tatus imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapat obat imunosupresan, menderita defisiensi imun kongenital, atau menderita penyakit yang menimbulkan defisiensi imun sekunder seperti pada penyakit keganasan ,

juga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. !ahkan adanya defisiensi imun merupakan kontraindikasi pemberian vaksin hidup karena dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut. Demikian pula vaksinasi pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik seperti campak, tuberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi. #eadaan gi=i yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesifisitasnya rendah. 0eskipun kadar globulin normal atau bahkan meninggi, imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. #adar komplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid berkurang. Faktor genetik pejamu Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. 1ecara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu. Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat lebih tinggi. #arena itu tidak heran bila kita menemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak %**5. Kualitas dan kuantitas vaksin <aksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenisitas. !eberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan vaksinasi, seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian ajuvan yang dipergunakan, dan jenis vaksin. 3ara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. 0isalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal disamping sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja. Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan. 1edang dosis terlalu rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten.Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Drekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Disamping frekuensi, jarak pemberianpun akan mempengaruhi respons /

imun yang terjadi. !ila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi spesifik yang masih tinggi tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunkompaten. !ahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi arthus, yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. #arena itu pemberian ulang ( booster sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji klinis. "juvan adalah =at yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons imun terhadap antigen. "juvan akan meningkatkan respons imun dengan mempertahankan antigen pada atau dekat dengan tempat suntikan, dan mengaktivasi "P3 ( antigen presenting cells imunokompeten lainnya. Benis <aksin, vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibanding vaksin mati atau yang diinaktivasi ( killed atau inactivated atau bagian ( komponen dari mikroorganisme. <aksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi. .ujuan atenuasi adalah untuk menghasilkan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan. "tenuasi diperoleh dengan memodifikasi kondisi tempat tubuh mikroorganisme, misalnya suhu yang tinggi atau rendah, kondisi anerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti pada pembuatan vaksin !34 yang sudah ditanam selama %A tahun. Dapat pula dipakai mikroorganisme yang virulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia avirulen, misalnya virus cacar sapi. Persyaratan vaksin %. ). A. 0engaktivasi "P3 untuk mempresentasikan antigen dan memproduksi interleukin. 0engaktivasi sel . dan sel ! untuk membentuk banyak sel memori 0engaktivasi sel . dan sel .c terhadap beberapa epitop, untuk mengatasi variasi respons imun yang ada dalam populasi karena adanya polimorfisme 083. (. 0emberi antigen yang persisten, mungkin dalam sel folikular dendrit jaringan limfoid tempat sel ! memori direkrut sehingga dapat ' untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interleukin yang akan mengaktifkan sel

merangsang sel ! se$aktu-$aktu menjadi sel plasma yang membentuk antibodi terus-menerus sehingga kadarnya tetap tinggi. <aksin yang dapat memenuhi ke empat persyaratan tersebut adalah vaksin virus hidup. enis Vaksin Pada dasarnya, vaksin dibagi menjadi ) jenis, yaitu @ -ive attenuated ( bakteri atau virus hidup yang dilemahkan Inactivate ( bakteri, virus atau komponenmnya dibuat tidak aktif Diproduksi di laboratorium dengan cara melakukan modifikasi virus atau bakteri penyebab penyakit. <aksin mikroorganisme yang dihasilkan masih memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi banyak ( replikasi menimbulkan kekebalan tetapi tidak menyebabkan penyakit. <aksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar ( $ild penyebab penyakit. <irus atau bakteri liar ini dilemahkan ( attinuated dilaboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang-ulang. 0isalnya vaksin campak yang dipakai sampai sekarang, diisolasi untuk mengubah virus liar campak menjadi virus vaksin dibutuhkan %* tahun dengan cara melakukan penanaman pada jaringan media pembiakan secara serial dari seorang anak yang menderita penyakit campak pada tahun %&,(. o 1upaya dapat menimbulkan respons imun, vaksin hidup atteuated harus berkembang biak ( mengadakan replikasi di dalam tubuh resipien. o "papun yang merusak organisme hidup dalam botol ( misalnya panas atau cahaya atau pengaruh luar terhadap replikasi organisme dalam tubuh ( antibodi yang beredar dapat menyebabkan vaksin tersebut tidak efektif. o ;espons imun terhadap vaksin hidup attenuated pada umumnya sama dengan yang diakibatkan oleh infeksi alamiah. ;espons imun tidak membedakan antara suatu infeksi dengan virus vaksin yang dilemahkan dan infeksi dengan virus liar. o <aksin virus hidup attenuated secara teoritis dapat berubah menjadi bentuk patogenik seperti semula. 8al ini hanya terjadi pada vaksin polio hidup. o "ntibodi dari sumber apapun ( misalnya transplasental, transfusi dapat mempengaruhi perkembangan vaksin mikroorganisme dan menyebabkan + dan

Vaksin hidup attenuated

tidak adanya respons ( non response . <aksin campak merupakan mikroorganisme yang paling sensitif terhadap antibodi yang beredar dalam tubuh. <irus vaksin polio dan rotavirus paling sedikit terkena pengaruh. o <aksin hidup attenuated bersifat labil dan dapat mengalami kerusakan bila kena panas dan sinar, maka harus dilakukan pengelolaan dan penyimpanan dengan baik dan hati-hati. Vaksin hidup attenuated yang tersedia !erasal dari vrius hidup @ <aksin campak, gondongan ( parotitis , rubela, polio, rotavirus, demam kuning ( yello$ fever . !erasal dari bakteri @ <aksin !34 dan demam tifoid oral.

Vaksin Inactivated o <aksin inactivated dihasilkan dengan cara mambiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan ( persemaian , kemudian dibuat tidak aktif dengan penambahan bahan kimia ( biasanya formalin . o <aksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. <aksin ini tidak menyebabkan penyakit ( $alaupun pada orang dengan defisiensi imun dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik. "ntigen inactivated tidak dipengaruhi oleh antibodi yang beredar. <aksin inactivated dapat diberikan saat antibodi berada di dalam sirkulasi darah. o <aksin inactivated selalu memerlukan dosis ganda. Pada umumnya pada dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. ;espons imun protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. 8al ini berbeda dengan vaksin hidup, yang mempunyai respons imun yang mirip atau sama dengan infeksi alami, respons imun terhadap vaksin inactivated sebagian besar humoral, hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas selular. .iter antibodi terhadap antigen inactivated menurun setelah beberapa $aktu. o Pada beberapa keadaan suatu antigen untuk melindungi terhadap penyakit masih memerlukan vaksin seluruh sel ( $hole cell , namun vaksin bakterial seluruh sel bersifat paling reaktogenik dan menyebabkan paling banyak reaksi ikutan atau efek samping. Ini disebabkan respons terhadap

&

komponen-komponen sel yang sebenarnya tidak diperlukan untuk perlindungan ( contoh antigen pertusis dalam vaksin DP. . Vaksin Inactivated yang tersedia saat ini berasal dari ! 1eluruh sel virus yang inactivated, contoh influen=a, polio, rabies, hepatitis ". 1eluruh bakteri yang inactivated, contoh pertusis, tifoid, kolera, lepra. <aksin fraksional yang masuk sub-unit, contoh hepatitis !, influen=a, pertusis a-seluler, tifoid <i, lyme disease. .oksoid, contoh difteria, tetanus, botulinum. Polisakarida 4abungan murni, polisakarida contoh ( pneumokokus, meningokokus, tipe ! dan dan haemophilus influen=ae tipe b. haemophillus influen=ae pneumokokus .

"ata cara pemberian imunisasi


Sebelum melakukan vaksinasi# dian$urkan mengikuti tata cara sebagai berikut @ 0emberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak divaksinasi. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan. !aca dengan teliti informasi tentang produk ( vaksin yang akan diberikan dan jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. 0elakukan tanya ja$ab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi. .injau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang diberikan. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan. Periksa jenis vaksin dan yakin bah$a vaksin tersebut telah disimpan dengan baik. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal kadarlu$arsa dan catat hal-hal istime$a, misalnya adanya perubahan $arna yang menunjukkan adanya kerusakan.

%*

2akin bah$a vaksin yang akan diberikan sesuai jad$al dan dita$arkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal ( catch up vaccination bila diperlukan. !erikan vaksin dengan teknik yang benar. -ihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi bayi?anak penerima vaksin. 1etelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal sebagai berikut @ !erilah petunjuk ( sebaiknya tertulis biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat. Penyimpanan "turan umum untuk sebagian besar vaksin, !ah$a vaksin harus didinginkan pada temperatur )-+E3 dan tidak membeku. 1ejumlah vaksin ( DP., 8ib, hepatitis !, dan hepatitis " menjadi tidak aktif bila beku Arah Sudut arum pada Suntikan Intramuskular Barum suntik harus disuntikan dengan sudut (,*-/** ke dalam otot vastus lateralis atau otot deltoid. Untuk suntikan otot vastus lateralis, jarum diarahkan ke arah lutut sedangkan untuk suntikan pada deltoid jarum diarahkan ke pundak. #erusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut &**. "empat Suntikan yang Dian$urkan Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi dan anak umur di ba$ah %) bulan. . <aksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. ;egio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak yang lebih besar ( mereka yang telah dapat berjalan dan orang de$asa. 3atat imuniasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis. 3atatan imunisasi secar rinci harus disampaikan kepada Dinas #esehatan bidang Pemberantasan Penyakit 0enular. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan ta$arkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan. kepada orang tua atau

pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang

%%

Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan adalah @ 0enghindari risiko kerusakan saraf iskiadika pada suntikan daerah gluteal. Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara adekuat. Imunogenitas vaksin hepatitis ! dan rabies akan berkurang apabila disuntikkan di daerah gluteal 0enghindari risiko reaksi lokal dan terbentuknya nodulus di tempat suntikan yang menahun. 0enghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.

Keadaan %ayi atau Anak sebelum Imunisasi 9rangtua atau pengantar bayi?anak dianjurkan mengingat dan memberitahukan secara lisan atau melalui dafatr isian tentang hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan pasca imunisasi tersebut di ba$ah ini @ Pernah mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi yang berat ( memerlukan pengobatan khusus atau perlu pera$atan di rumah sakit . "lergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin ( misalnya neomisin . %)

1edang mendapat pengobatan 1teroid jangka panjang, radioterapi, atau kemoterapi. .inggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun ( leukimia, kanker, 8I<?"ID1 . .inggal serumah dengan orang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas ( radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid . Pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup ( vaksin campak, poliomielitis, rubela . Pada A bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau tranfusi darah. 0enderita penyakit susunan syaraf pusat

Pencatatan Imunisasi dan Kartu Imunisasi 1etiap bayi?anak sebaiknya mempunyai dokumentasi imunisasi seperti kartu imunisasi yang dipegang oleh orangtua atau pengasuhnya. 1etiap dokter atau tenaga paramedis yang memberikan imunisasi harus mencatat semua datadata yang relevan pada kartu imunisasi tersebut. 9rangtua?pengasuh yang memba$a anak ke tenaga medis atau paramedis untuk imunisasi diharapkan senantiasa memba$a kartu imunisasi tersebut. ata yang harus dicatat pada kartu imunisasi adalah sebagai berikut ! o Benis vaksin yang diberikan, termasuk nomor batch dan nama dagang o .anggal melakukan vaksinasi o :fek samping bila ada o .anggal vaksinasi berikutnya o 6ama tenaga medis?paramedis yang memberikan vaksin

Ke$adian Ikutan Pasca Imunisasi


#ejadian ikutan pasca imunisasi (#IPICadverse events associated $ith vaccines,adverse events follo$ing immuni=ation didefinisikan sebagai semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa % bulan setelah imunisasi. Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang (adverse effects , atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. ;eaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologis, efek %A

samping (side effects , interaksi obat, intoleransi, reaksi idiosinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan. ;eaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak, gondong, influen=a, dan demam kuning , antibiotik, bahan preservatif (neomisin, merkuri , atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin. Faktor penyebab Pokja #IPI Depkes ;I membagi penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi menjadi ( kelompok, yaitu karena kesalahan program?teknik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan, dan penyebab tidak atau belum diketahui. Klasi&ikasi 'apangan 1esuai dengan manfaatnya di lapangan maka #6 PP #IPI memakai kriteria 789 Western Pasific untuk memilah #IPI dalam lima kelompok penyebab, yaitu @ %. #esalahan program ). ;eaksi suntikan A. ;eaksi vaksin (. #oinsiden, dan ,. 1ebab tidak diketahui Kesalahan pr(gram)teknik pelaksanaan imunisasi *pr(grammatic err(rs+ 1ebagian besar kasus #IPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. #esalahan tersebut misalnya dapat terjadi pada @ dosis antigen (terlalu banyak lokasi dan cara menyuntik sterilisasi semprit dan jarum suntik jarum bekas pakai tindakan a dan antiseptik kontaminasi vaksin dan peralatan suntik penyimpanan vaksin pemakaian sisa vaksin jenis dan jumlah pelarut vaksin %(

tidak memperhatikan petunjuk prosedur (petunjuk pemakaian, indikasi kontra Induksi Vaksin *vaccine induced+ 4ejala #IPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin, dan secara klinis biasanya ringan.7alaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian. ;eaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengna baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus,atau berbagai tindakan dan perhatian lainya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi. 1bagai acuan dan perbandingan dapat dipakai rekomendasi dari "dvisory 3ommittee on Immuni=ation Practices dan 3ommittee on Infectious Disease of the "merican "cademy of Pediatrics. ,akt(r kebetulan *c(incidental+ 1eperti telah disebutkan di atas, maka kejadian yang timbul ini terjadi secra kebetulan saja setelah imunisasi. Indikator kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa yangtidak mendapat imunisasi pada saat bersamaan. Penyebab tidak diketahui !ila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan ke dalam salah satu penyebab lain maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini. .etapi biasannya dengan kelengkapan informasi lebih lanjut maka akan dapat ditentukan masih dalam kelompok mana yang sesuai. "emberian "arasetamol sebelum dan sesudah imunisasi #epada orangtua atau pengantar diberitahukan bah$a A* menit sebelum imunisasi DP.?D.. 00;, 8ib, hepatitis ! dianjurkan memberikan parasetamol %, mg?kgbb kepada bayi?anak untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi. #emudian dilanjutkan setiap A-( jam sesuai kebutuhan, maksimal / kali dalam )( jam. Bika keluhan masih berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter. %,

#eaksi KI"I 9rangtua atau pengantar perlu diberitahu bah$a setelah imunisasi dapat timbul reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu, tergantung pada jenis vaksinnya. ;eaksi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi oleh orangtua atau pengasuh, dan akan hilang dalam %-) hari. Di tempat suntikan kadang- kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal, nyeri selama %-) hari. #ompres hangat dapat mengurangi kedaan tersebut. #adang-kadang teraba benjolan kecil yang agak keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umumnya tidak perlu dilakukan tindakan apapun

AD-A' IMUNISASI ./K0M/NDASI IDAI Bad$al Imunisasi ID"I secara berkala akan dievaluasi untuk

penyempumaan, berdasarkan pada hasil penelitian mengenai perubahan pola penyakit, kebijakan Depkes?789, kebijakan global, dan pengadaan vaksin di Indonesia. Bad$al imunisasi tahun )**( berbeda dengan jad$al vaksin terdahulu pada interval D.P-l, ), A dan polio l, ), A serta interval hepatitis ! ke-) dan ke-A. Perubahan ini dilakukan berdasarkan bukti bah$a pada interval pemberian vaksin yang diperbaharui tersebut menghasilkan imunogenisitas yang maksimal. Bad$al baru ini mempermudah pada pemberian vaksin kombinasi, khususnya vaksin kombinasi D.P dengan 8ib (D.P?8ib . Bad$al imunisasi Program 6asional Depkes tetap dapat dipergunakan bersama jad$al imunisasi ID"I. Imunisasi yang di1a$ibkan *PPI+ Imunisasi yang di$ajibkan meliputi !34, polio, hepatitis !, D.P, dan campak.

%/

%23*$acillus %almette &uerine+ 3ambar Vaksin %23 4 pelarut Indikasi! Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis. K(ntra indikasi! "danya penyakit kulit yang berat?menahun seperti@ eksin, furunkulosis dan sebagainya. 0ereka yang sedang menderita .!3.

.eaksi sesudah imunisasi %23 %.;eaksi normal lokal F F F F F F F F K(mplikasi %. "bses ditempat suntikan F F F F F F "bses bersifat tenang (cold abses sehingga tidak perlu terapi "bses matang aspirasi 9leh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi .erjadi ) - / bulan sesudah imunisasi !ila telah matang di aspirasi .erapi tuberkulostatika mempercepat pengecilan ) minggu pengobatan + - %) minggu @ulkus menjadi scar diameter A - ' mm 0erupakan respon selular pertahanan tubuh #adang terjadidi kel.aGilla dan supraklavikula .imbul ) - / bulan sesudah imunisasi #elenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam ("kan mengecil % - A bulan kemudian tanpa pengobatan ).;eaksi pada kelenjar @indurasi, eritema kemudian menjadi pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu A - ( minggu @pustula

). -imfadenitis 1upurativa

;eaksi pada yang pernah tertular .!3@

%'

#och phenomen-;eaksi lokal !34 berjalan cepat () - A hari sesudah imunisasi ,( - / minggu timbul scar.

Imunisasi bayi I ) bulan, dilakukan tes .uberkulin (0antouG @ H H H H H H H H H Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman .!3 0enyuntikkan *,% ml PPD didaerah fleGor lengan ba$ah secara intrakutan Pembacaan dilakukan setelah (+ - ') jam penyuntikan Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan J , mm / - & mm I %* mm @negatif @meragukan @positif (K @pemeriksaan .!3 0eragukan@ Ulang ) minggu

.est 0antouG (- @ Imunisasi

Imunisasi !34 diberikan pada umur sebelum ) bulan. Pada dasarnya untuk mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi !34, pada umur *-l) bulan, tetap disetujui.

Dosis untuk bayi kurang dari % tahun adalah *,*, ml dan untuk anak *,%* ml, diberikan secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. 789 tetap menganjurkan pemberian vaksin !34 di insersio M.deltoidus kanan dan tidak di tempat lain (bokong. paha , penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan (tidak tepat lemak subkutis yang tebal , ulkus yang terbentuk tidak membantu struktur otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior , dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabiLa diperlukan.

<aksin !34 ulang tidak dianjurkan oleh karena menfaatnya diragukan mengingat (% efektivitas perlindungan hanya (*5, () sekitar '*5 kasus .uberkulosis berat (meningitis ternyata mempunyai parut !34, dan (A kasus de$asa dengan !." (bakteri tahan asam positif di Indonesia cukup tinggi ()A-A/5 $alaupun mereka telah mendapat !34 pada masa kanak-kanak. 1aat ini sedang dikembangkan vaksin !34 baru yang lebih efektif.

<aksin !34 merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada infeksi 8I< . %+

"pabila !34 diberikan pada umur lebih dari A bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

5epatitis % Program vaksin hepatitis ! (hep! segera setelah lahir perlu lebih digalakkan, mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk memutuskan rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
3ambar Kemasan Vaksin 5ep %

Diskripsi! <aksin hepatitis ! adalah vaksin virus yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal dari 8bs"4 yang dihasilkan dalam sel ragi (8ansenula polymorpha menggunakan teknologi D6" rekombinan. (Vademecum #$$#% io !orma "an

Indikasi! Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis !. K(ntra indikasi! 8ipersensitif terhadap komponen vaksi. 1ama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

%&

/&ek Samping ;eaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat penyuntikan. ;eaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah ) hari. ad1al imunisasi hepatitis % Imunisasi hepatitis ! diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak A,&5 ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal kurang lebih sebesar (,5. 8epatitis !-) diberikan dengan interval % bulan dari hep !-% (saat bayi berumur % bulan . Untuk mendapatkan respons imun optimal interval hep!-) dan hep!-A minimal ) bulan, terbaik , bulan. 0aka hep!-A diberikan )-, bulan setelah hep!-) yaitu pada umur A-/ bulan. Bad$al pemberian hep!-l saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status 8bs"4 positif yaitu ibu dengan status 8bs"4 yang tidak diketahui, ibu 8bs"4 positif atau ibu 8bs"4 negatif. Departemen #esehatan mulai tahun )**, memberikan vaksin hep!-% monoivalen (uni&ect% saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi D.$P?8ep! pada umur )-A-( bulan. 8epatitis ! saat bayi lahir !aru lahir dari ibu dengan status 8bs"4 yang tidak diketahui, hep!-% harus diberikan dalam $aktu %) jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur % dan atara umur A-/ bulan. "pabila semula status 8ba"4 ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bah$a ibu 8bs"4 positif maka dapat diberikan 8!Ig (hepatitis ! imunoglobulin *,, ml sebelum bayi berumur ' hari. !ayi lahir dari ibu dengan status 8bs"4-! ibu positif, dalam $aktu )(-(+ jam setelah lahir bersamaan dengan vaksin 8ep!-I diberikan juga 8!Ig *,, ml. Ulangan vaksinasi hepatitis ! .elah dilakukan suatu penelitian multisenter di .hailand dan .ai$an terhadap anak dari ibu pengidap hepatitis ! yang telah memperoleh imunisasi dasar AG pada masa bayi. Pada umur , tahun, sejumlah &*,'5 diantaranya masih memiliki titer antibodi anti 8!s yang )*

protektif (titer anti 8!sI%*ug?ml . 0engingat pola epidemiologi hepatitis ! di Indonesia mirip dengan pola epidemiologi di .hailand, maka dapat disimpulkan bah$a imunisasi ulang ('ooster pada usia , tahun tidak diperlukan. Idealnya, pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti 8!s. "pabila sampai dengan usia , tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis !, maka secepatnya diberikan (catch-up vaccination . Ulangan imunisasi hepatitis ! dapat dipertimbangkan pada umur %*-%) tahun. apabila titer pencegahan tercapai (catch-upimmunization%.6#7#89#8:#69 D"1P dan D"aP 3ambar Vaksin DP" Diskripsi! <aksin jerap DP. ((ifteriPertusis )etanus adalah vaksin yang terdiri dari toGoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.

Indikasi! Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus. 2ara pemberian dan d(sis! 1ebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian *,, ml sebanyak A dosis. Dosis pertama diberikan pada umur ) bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat ( minggu (% bulan . K(ntra indikasi )%

4ejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. "nak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan D.. /&ek Samping 4ejala-gejala yang bersifat sementara seperti@ lemas, demam, kemerahan, pada tempat penyuntikan. #adang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan merancau yang biasanya terjadi )( jam setelah imunisasi. ad1al Imunisasi Imunisasi D.$P dan D.aP dasar diberikan A kali sejak umur ) bulan (D.$P atau D.aP tidak boleh diberikan sebelum umur / minggu dengan interval (-/ minggu, D.$P atau D.aP-% diberikan pada umur ) bulan, D.$P atau D.aP-) pada umur A bulan dan D.$P atau D.aP-A pada umur ( bulan. Ulangan selanjutnya (D.$P atau D.aP-( diberikan satu tahun setelah D.$P atau D.aP-A yaitu pada umur %+-)( bulan dan D.$P atau D.aP-, pada saat masuk sekolah umur , tahun. <aksinasi ulangan Pada 'ooster umur , tahun dianjurkan tetap diberikan vaksin dengan komponen partusis (D.$P atau D.aP , mengingat kejadian pertusis pada de$asa muda penularan pada bayi dan anak. 1ejak tahun %&&+, D.-, diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah. Ulangan D.-/ diberikan pada usia %) tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur lebih dari %* tahun. 1ebaiknya ulangan D.-/ pada umur %) tahun diberikan d. (adult dose , tetapi di Indonesia d. tidak ada di pasaran. D(sis Vaksinasi D"P D.$P atau D.aP atau D. adalah *,, ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.6#;#:# 89#8;#69 "etanus 3ambar Vaksin "" Diskripsi! <aksin jerap .. ()etanus)o*soid adalah vaksin yang mengandung toGoid tetanus yang telah ))

dimurnikan dan teradsorbsi kedalam A mg?ml aluminium fosfat. .himerosal *,% mg?ml digunakan sebagai penga$et. 1atu dosis *,, ml vaksin mengandung potensi sedikitnya (* IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi 7U1 (7anita Usia 1ubur atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. Indikasi! Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus. 2ara pemberian dan d(sis! 1ebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Untuk mencegah tetanus?tetanus neonatal terdiri dari ) dosis primer yang disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian *,, ml dengan interval ( minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah / bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada $anita usia subur, maka dianjurkan diberikan , dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan dengan interval minimal % tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi .. dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester pertama. K(ntra indikasi! 4ejala-gejala berat karena dosis pertama ... /&ek Samping :fek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. 4ejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam. ad1al Imunisasi Bad$al imunisasi tetanus, sesuai dengan imunisasi difteria dalam vaksin D.$P atau D.aP Perkiraan lama $aktu perlindungan antibodi tetanus.

)A

Program imunisasi mengharuskan seorang anak minimal mendapat vaksin tetanus toksoid sebanyak , kali untuk memberikan perlindungan seumur hidup. Dengan demikian, pada saat $anita usia subur telah mendapat perlindungan untuk beyi yang akan dilahirkan terhadap bahaya tetanus neonatorum. Perlindungan tersebut dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut@ Imunisasi D.$P atau D.aP pada bayi A kali (A dosis akan memberikan imunitas selama %-A tahun. Dari A dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut, diperkirakan setara dengan ) dosis toksoid pada anak yang lebih besar atau de$asa. Ulangan D.P pada umur %+-)( bulan (D.P ( akan memperpanjang imunitas , tahun yaitu sampai dengan umur /-' tahun, pada umur de$asa dihitung setara dengan A dosis toksoid. Dosis toksoid tetanus kelima (D.P?D. , bila diberikan pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas %* tahun lagi yaitu pada sampai umur de$asa dihitung setara , dosis toksoid. P(li(
3ambar Vaksin P(li(

Upaya :.6 dengan target sasaran .. , kali juga dilakukan pada anak sekolah.

Dosis vaksin D.P dan .. diberikan dengan dosis *,, ml secara intrmaskular.6#;#89 Diskripsi! <aksin 9ral Polio hidup adalah <aksin Polio .rivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe %,) dan A (strain +a'in yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. (Vademecum io !orma "an #$$#% Indikasi! Untuk *0PV+ pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis. 2ara pemberian dan d(sis! Diberikan secara oral (melalui mulut , % dosis adalah ) (dua tetes sebanyak ( kali (dosis

*IPV+

)(

pemberian, dengan interval setiap dosis minimal ( minggu. K(ntra indikasi! Pada individu yang menderita >immune deficienc,M tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. 6amun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. /&ek Samping Pada umumnya tidak terdapat efek samping. :fek samping berupa paralis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi. Pada saat ini telah beredar di Indonesia IP< (Inactivated Polio Vaccine disamping 9P< (-ral Polio Vaccine yang telah kita kenal selama ini. <aksin IP< berisi antigen polio (polio %,), dan A yang telah mati, sedangkan 9P< berisi virus polio hidup. #edua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. <aksin IP< dapat diberikan pada anak sehat, maupun yang menderita imunokompromais. Dapat pula diberikan dalam $aktu bersamaan dengan vaksin D.P. Bad$al Polio-9 diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik polio maka sesuai pedoman program imunisasi nasional untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang lebih tinggi diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan setelah lahir. 0engingat 9P< berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat bayi meninggalkan rumah sakit? rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk keperluan ini , IP< dapat menjadi alternatif. Untuk imunisasi dasar polio (polio ),A,( , interval diantaranya tidak kurang dari ( minggu. Dosis 9P<, ) tetes per-oral sedangkan IP< dalam kemasan *,, ml, intramuskular. <aksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-(, selanjutnya saat masuk sekolah (,-/ tahun .6#<#8<#69 ), 1etiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dopper yang baru.

2ampak 3ambar Vaksin 2ampak dan Pelarut Diskripsi! <aksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan. 1etiap dosis (*,, ml mengandung tidak kurang dari %*** infective unit virus strain 3"0 '* dan tidak lebih dari %** mcg residu kanamycin dan A* mcg residu erythromycin. Indikasi! Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. 2ara pemberian dan d(sis! 1ebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi , ml cairan pelarut. Dosis pemberian *,, ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia &-%% bulan. Dan ulangan ('ooster pada usia /-' tahun (kelas % 1D setelah catch-up campaign campak pada anak 1ekolah Dasar kelas % F /. K(ntra indikasi! Individu yang mengidap penyakit Immune deficienc, atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma. /&ek Samping 8ingga %,5 pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama A hari yang dapat terjadi + F %) hari setelah vaksinasi. <aksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis *,, ml secara subkutan, pada umur & bulan. 8asil penelitian litbangkes Depkes )***, didapatkan bah$a titer antibodi campak pada anak usia sekolah %*-%) tahun hanya tinggal ,*5 diantaranya yang masih mempunyai antibodi campak diatas ambang )/

pencegahan. 1edangkan )+,A5 diantara kelompok usia ,-' tahun pernah menderita campak $alaupun sudah diimunisasi saat bayi. !erdasarkan hal tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulang pada saat masuk sekolah dasar (,-/ tahun . 6amun apabila telah mendapat vaksinasi 00; pada usia %,-%+ bulan, ulangan campak umur , tidak diperlukan. Imunisasi yang di an$urkan Imunisasi yang dianjurkan kepada bayi?anak namun belum masuk ke dalam program imunisasi nasional adalah 00;, 8ib, tifoid, hepatitis ", varisela dan influen=a. 8#6#<#89#69 MM.

Virus campak Sch1ar= hidup dilemahkan dlm embrio ayam Virus g(nd(ng Urabe dibiak dalam telur ayam Virus rubela -istar dibiak pada sel deploid manusia 1impan ) - +N 3, K(ntra indikasi

imunodepresi, alergi telur, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda / F %) minggu , alergi neomisin, kanamisin. <aksin 00; diberikan pada umur %,-%+ bulan dengan dosis satu kali *,, ml, secara subkutan. 00; diberikan minimal % bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lainnya. "pabila seorang anak telah mendapat imunisasi 00; pada umur %)-%+ bulan imunisasi campak-) pada umur ,-/ tahun tidak perlu diberikan. Ulangan diberikan pada umur %*-%) tahun atau %)-%+ tahun. 8#6#<#89#69 )'

'aemophilus In(luen)a tipe b *5ib+

.erdapat dua jenis vaksin 8ib konjugasi yang beredar di Indonesia yaitu@ P;P-. dan P;P-90P (P.P outer mem'rane protein comple/ Bad$al imunisasi <aksinasi P;P-. diberikan pada umur ),( dan / bulan. <aksin P;P-90P diberikan pada umur ) dan ( bulan, dosis ketiga (/ bulan tidak diperlukan. <aksin 8ib dapat diberikan secara bersamaan dengan D.$P atau D.aP dalam bentuk vaksinasi kombinasi. Dosis 1atu dosis vaksin 8ib berisi *,, ml, diberikan secara intramuskular. .ersedia vaksin kombinasi D.$P?8ib atau D.aP?8ib (vaksin kombinasi berisi vaksin P;P-. dalam kemasan Prefilled s,ringe *,, ml. Ulangan <aksin 8ib baik P;P-. ataupun P;P-90P pada umur %+ bulan )+

"pabila anak datang pada umur %-, tahun, 8ib hanya diberikan % kali.

Deman "i&(id

Di Indonesia tersedia ) jenis vaksin yaitu vaksin suntik (polisakarida dan oral. <aksin capsular Vi pol,saccharide diberikan intramuskular atau subkutan pada umur lebih dari ) tahun, ulangan di lakukan setiap A tahun.

.ifoid oral diberikan pada umur lebih dari / tahun, dikemas dalam A dosis dengan interval selang sehari (hari %,A, dan , . Imunisasi ulangan dilakukan setiap A-, tahun. <aksin oral pada umumnya diperlukan untuk turis yang akan berkunjung ke daerah endemis tifoid. 8#6#<#89#69 5epatitis A

<aksin hepatitis " diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under e/posure .

Bad$al imunisasi <aksin hep " diberikan pada umur lebih dari ) tahun. <aksin kombinasi hep!?hep" tidak diberikan pada bayi kurang dari %) bulan. 0aka vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih )&

dari %) bulan, terutama untuk catch-up immunization yaitu mengejar imunisasi hep! sebelumnya atau vaksin hep! yang tidak lengkap. Dosis pemberian Dosis ')* U diberikan dua kali dengan interval / bulan, intramuskular di daerah deltoid. #ombinasi hep!?hep" (berisi hep! %* mgr dan hep" ')* dalam kemasan prefilled s,ringe *,, ml intramuskular. 8#6#<#89#69 Varisela

#esepakatan 1atgas Imunisasi ID"I :fektif vaksin tidak diragukan lagi, namun cakupan imunisasi tinggi oleh karena harganya masih mahal sehingga belum terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, maka imunisasi rutin belum dapat terlaksana. Pada cakupan yang rendah, dapat mengubah epidemiologi penyakit dari masa anak ke de$asa (pubertas , sehingga akibatnya angka kejadian varisela orang de$asa akan meningkat dibandingkan anak. Diketahui bah$a dampak penyakit varisela pada orang de$asa lebih berat daripada anak, apalagi terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan bayi menderita sindrom varisela konginetal dengan angka yang tinggi. !erdasarkan pertimbangan tersebut, maka imunisasi varisela diberikan pada anak yang lebih besar, namun kurang dari %A tahun.

Bad$al imunisasi Untuk menghindarkan perubahan penyakit tersebut, pada saat ini imunisasi varisela direkomendasikan pada umur %*-%) tahun yang belum terpajan.

A*

Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, vaksinasi dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun ') jam setelah kontak.

Dosis Dosis *,, ml, subkutan, satu kali.

Untuk umur lebih dari %A tahun atau de$asa, diberikan ) kali dengan jarak (-+ minggu. 8#6#<#89#69 Vaksin k(mbinasi

4ambar @DPa. K 8ib *In(anri*+'ib ,#-etract+'ib ,+ "etract-5ib ! kombinasi DP$.K8ib In&anri>-5ib ! kombinasi DPa.K8ib DP$.?DPa. @ dalam vial

gambar@ DP$. K 8ib

8ib dalam PD1 (prefilled s,ringe

1ebelum disuntikkan, dicampur dengan menyedot DP$.?DPa. ke dalam PD1 8ib K(ntra indikasi 1ama dengan komponen masing-masing vaksin.8#69

Vaksin Pneum(k(kus

0encegah IPD (Invasive Pneumococcus (iseases% A%

1eptikemia ? bakteremia Pneumonia 0eningitis

0encegah 6on IPD @ 9titis media 1inusitis

#onjugasi antigen dengan protein difteria ) cell dependent cell memor, (0% kekebalan bertahan lama

Bad$al @ ), (, /, %) -%, bulan. 8#69

.IN3KASAN IMUNISASI %/.DASA.KAN UMU. P/M%/.IAN


1aat lahir 8epatitis !-% 8!-% harus diberikan dalam $aktu %) jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur % dan / bulan, apabila status 8bs"g-! bersamaan dengan vaksin 8!-%. apabila semula status 8bs"g ibu tidak diketahui bah$a ibu 8sb"g positif maka masih dapat diberikan 8!-lg *,, ml sebelum bayi berumur ' hari Polio-9 diberikan saat kunjung pertama. Untuk bayi yang lahir di ;!?;1 polio oral diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk menghindari btransmisi virus vaksin kepada bayi lain . 8!-) diberikan pada umur % bulan, interval 8!-% dan 8!-) adalah % bulan !34 dapat diberikan sejak lahir. apabila !34 akan diberikan pada umurIA bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin lebih dulu dan !34 diberikan apabila uji tuberkulin negatif. D.P diberikan pada umur lebih dari / minggu, dapat dipergunakan D.$P atau D.aP atau diberikan secara kombinasi. 8ib diberikan mulai umur ) bulan dengan interval ) bulan 8ib dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan D.P. Polio-% dapat diberikan bersamaan dengan D.P-% D.P-) dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan 8ib-). "tau@ Dikombinasikan dengan 8ib-). Polio-) diberikan bersamaan dengan D.P-)

Polio-9 % bulan *-) !ulan ) bulan 8epatitis !-) !34 DP.-% 8ib-% Polio-% DP.-) 8ib-) Polio-)

( bulan

A)

/ bulan

D.P A 8ib A Polio A

D.P A diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan 8ib A (P;P. ."pabila mempergunakan 8ib 90P,8ib A pada umur / bulan tidak perlu diberikan. Polio A diberikan bersamaan dengan D.P A.

/ bulan & bulan %,-%+ bulan %+ bulan ) tahun )-A tahun , tahun / tahun %* tahun

8epatitis !-A 3ampak 00; 8ib-( D.P-( Polio-( 8epatitis " .ifoid D.P-, Polio-, 00; d.?.. <arisela

8!-A diberikan umur A-/ bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval 8!-) dan 8!-A minimal ) bulan, terbaik , bulan. 3ampak-% diberikan pada umur & bulan. 3ampak-) pada 1D kls %, umur / tahun. "pabila telah mendapat 00; pada umur %, bulan, 3ampak-) tidak perlu diberikan. "pabila sampai umur %) bulan belum mendapat imunisasi campak, 00; dapat diberikan pada umur %) bulan. 8ib-( diberikan pada %, bulan (P;P-. atau P;P-90P . D.P-( (D.$P atau Dtap diberikan % tahun setelah D.P-A Polio-( diberikan bersamaan dengan D.P-( <aksin 8ep" direkomendasikan pada umur I) tahun, diberikan dua kali dengan interval /-%) bulan. <aksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur I) tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap A tahun. D.P-, diberikan pada umur , tahun (D.$P?D.aP Polio-, diberikan bersamaan dengan D.P-, Diberikan untuk cath-up immuni=ation pada anak yang belum mendapat 00;-% 0enjelang pubertas vaksin tetanus ke-, (d. atau .. diberikan untuk mendapat imunitas selama ), tahun <aksin varisela diberikan pada umur %* tahun.

AD-A' IMUNISASI "IDAK "/.A"U. Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jad$al yang sudah disepakati. #eadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi. <aksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah menghasilkan respons imunologi sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mempunyai antibodi yang optimal. Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal karena belum mendapat imunisasi lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan masih diba$ah kadar ambang perlindungan untuk kurun $aktu yang panjang (life long immunit, sebagaimana bila imunisasinya lengkap. Dengan demikian kita harus menyelesaikan jad$al imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum selesai.89#8?#8< "abel ! ;ekomendasi jad$al untuk vaksinasi yang tidak teratur.6#@#< AA

!34 D.$P atau D.aP

Polio oral 3ampak 00; 8epatitis !

Umur J%) bulan, boleh diberikan kapan saja. Umur I%) bulan, imunisasi kapan saja namun sebaiknya dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin apabila negatif berikan !34 dengan dosis *,% ml intrakutan !ila dimulai dengan D.$p boleh dilanjutkan dengan D.aP. !erikan d. pada anak I' tahun, jangan D.$P atau D.aP apabila vaksin tersedia. !ila terlambat, jangan mengulang pemberian dari a$al, tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jad$al, tidak peduli berapapun jarak $aktu ?interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya. !ila belum pernah imunisasi dasar usia J%) bulan, imunisasi diberikan sesuai imunitas dasar baik jumlah maupun intervalnya. !ila pemberian ke-( sebelum ulang tahun ke-(, maka pemberian ke-, secepatnya / bulan sesudahnya. !ila pemberian ke-( setelah umur ( tahun, maka pemberian ke-, tidak perlu lagi !ila terlambat, jangan mengulang pemberian dari a$al tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jad$al, tidak perduli berapapun jarak $a$ktu?interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya. Umur antara &-%) bulan, berikan kapan saja saat bertemu Umur anak % tahun?lebih, berikan 00; !ila sampai dengan umur %) bulan belum dapat vaksin campak, 00; bisa diberikan kapan saja setelah berumur % tahun !ila terlambat, jangan mengulang pemberian dari a$al, tetapi lanjutkan dan lengakapi imunisasi seperti jad$al, tidak peduli berapapun jarak?interval dan pemberian sebelumnya. "nak dan remaja yang belum pernah imunisasi hepatitis ! pada masa bayi, bisa mendapatkan serial imunisasi hepatitis ! kapan saja saat berkunjung. Usia saat ini .i1ayat imunisasi .ek(mendasi imunisasi (bulan / F %% % dosis %G umur /-%% bulan Ulangan %G setelah ) bulan "tau %)-%, bulan %) F %( %) F %( %, F ,& ) dosis sebelum umur %) bulan % dosis sebelum umur %) bulan Bad$al tidak lengkap !erikan % dosis !erikan ) dosis interval ) bulan !erikan % dosis

8ib

A(

A,

DA,"A. PUS"AKA %. Damayanti dian. )**+. Imunisasi 1on PPI. Bember@ D# U6:B ). Departemen #esehatan ;.I. )**/. Modul Materi (asar 2 3e'i&a*an Program Imunisasi.Bakarta A. 4anardi. )***.Imunisasi. Bakarta@ 0edia dika (. http--vinadanvaniOfilesO$ordpressOcom-alatOsuntikOimunisasiOhtml ,. ID"I.)**+.)entang imunisasi.html /. 6urida. )**+. Program Imunisasi di Pus*esmas. Bember@ ;1UD 1oebandi '. 6otoatmodjo. )**APrinsip-Prinsip (asar Ilmu 3esehatan Mas,ara*at. Cet. *e-#, 0ei. Bakarta @ ;ineka 3ipta. +. Pusponegoro.)**(.+tandar Pela,anan Medis 3esehatan 4na*. Bakarta@ ID"I &. Prasetyo ;. )**+. Pedoman Imunisasi Pus*esmas. Bember@D# U6:B %*. ;anuh et al.)**,. Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi *edua.Bakarta@ID"I %%. 7orld 8ealth 9rgani=ation.)**(.Imunization in Practice.4eneva, 1$it=erland.

A/

Anda mungkin juga menyukai