Anda di halaman 1dari 24

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP/MTs.

Matematika merupakan suatu bidang studi yang diajarkan disemua jenjang pendidikan, sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Salah satu jenjang pendidikan yang mempelajarinya adalah Sekolah Menengah Pertama. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah umum adalah: 1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan yang sedang berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang lain.1 Tujuan umum pertama pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa. Sedangkan pada tujuan yang kedua memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
______________
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: UPI, 2001), hal. 56.
1

2.

10

Hal ini sejalan dengan tujuan umum diberikannya pendidikan matematika di SMP/MTs seperti yang tercantum dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.2 Berdasarkan yang dikemukakan di atas jelas bahwa tujuan diajarkan matematika di Madrasah Tsanawiyah adalah agar siswa dapat berpikir logis, kritis, cermat, kreatif, inovatif, terbuka dan disiplin. Selain itu juga untuk mempersiapkan siswa dalam menempuh pendidikan yang tinggi, serta dalam memperluas wawasan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan juga berguna untuk membantu siswa dalam mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya. Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya melibatkan siswa aktif belajar baik secara fisik maupun secara mental.

2.

3.

4. 5.

______________
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Menengah, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 346.
2

11

B. Tujuan Pembelajaran Geometri

Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika menengah, karena banyaknya konsep-konsep yang termuat didalamnya. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abtraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran, dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematika, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk

pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, vektor, dan transformasi.geometri juga merupakan lingkungan struktur matematika. Tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat berkomunikasi dan bernalar secara matematika, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-argumen matematika. Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini karena ide-ide geometri sudah dikenal oleh siswa sejak sebelum mereka masuk sekolah, misalnya garis, bidang dan ruang. Meskipun demikian, bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan. Bahkan, di antara berbagai cabang matematika, geometri menempati posisi yang paling memprihatinkan. Tujuan pembelajaran geometri MTs adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat berkomunikasi secara matematika, dan dapat bernalar secara matematika. Hal ini berdasarkan pendapat Bobango (dalam Susanti) yang menyatakan bahwa

12

tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa: memperoleh rasa percaya diri pada kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat

berkomunikasi secara matematika, dan dapat bernalar secara matematik.3

C. Pendekatan Improving Learning

Pendekatan improving learning dalam pembelajaran pada dasarnya adalah melakukan proses pembelajaran yang menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh pemahaman.4 Pendekatan ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya belajar yang diinginkan. Improving learning adalah pembelajaran yang didalamnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi dalam pembelajaran melalui: mengalami, menemukan, dan bertanya agar prosees belajar mengajar tersebut aktif dan tidak membosankan. Sifat pembelajaran dengan mengalami atau melakukan, istilah itu digunakan untuk rangkaian pendekatan belajar berdasarkan kegiatan termasuk metode penemuan, diskusi, dan kelompok. Siswa dipandang sebagai titik awal dari proses tindakan untuk memajukan suatu pembelajaran di lingkungan sekolah dan kelas yaitu dengan: 1. Mengembangkan tantangan dalam mengajar dan pembelajaran

______________ 3 Susanti, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Teori Polya Plus Pada
Pembelajaran Geometri Di Kelas IX MTsN Model Banda Aceh Tahun Pelajaran 2009/2010, (Banda Aceh: IAIN, 2010), hal. 14. Suwarno, Implementasi improving learning melalui metode diskusi kelompok untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika bagi siswa kelas V SDN Gedongan Plupuh Kabupaten Sragen, ( Sragen: SDN gedongan, 2008), hal. 4.
4

13

2. Menemukan

bentuk

pelajaran

dan

strategi

mengajar

untuk

mengembangkan tantangan dalam mengajar dan pembelajaran. 3. Menganalisis wujud sesungguhnya hubungan siswa dan pengajar. 4. Membantu siswa untuk memahami kurikulum dan pentingnya isi kurikulum. 5. Mengusahakan setapak demi setapak perwujudan kesamaan gender. Improving learning pertama kali dikembangkan oleh orang Amerika bernama Glover Law. Dikembangkannya di Indonesia bertujuan agar proses pembelajaran menjadi efesien, efektif dan menyenangkan. Selain itu improving learning cenderung pada keaktifan siswa saat belajar. Jadi improving learning merupakan model perbaikan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mandiri dalam memecahakan masalah. Kemampuan memfasilitasi siswa-siswa belajar secara aktif tercermin dalam pendekatan yang dibuat terhadap pengajaran dan menggunakan keterampilan berfikir. Penggunaan langkah-langkah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai tujuan meningkatkan pemahaman dan menyebabkan siswa berbagai tanggapan merupakan sebuah seni yang menjadikan siswa aktif.5 Selanjutnya tahapan dari improving learning menurut Derek Glover dan Seu Law adalah: 1. Awal Pembelajaran a. Kegiatan jasmani, yaitu memberikan stimulus dan menyegarkan kelompok
______________
5

Derek Glover, Improving Learning, (Bandung: Grasindo.2005) , hal. 117.

14

b. Mengaitkan pelajaran, yaitu memberikan dasar pemikiran belajar dengan mengacu kepada pembelajaran terdahulu dan memperlihatkan bagaimana pembelajaran yang telah lalu itu mendukung pelajaran yang sekarang, berilah siswa kesempatan untuk memikirkan kemana arah belajar mereka sekarang. c. Menetapkan sasaran untuk pelajaran dan memberikan gambaran mengenai seluruh pelajaran dan bagian-bagian yang menjadi komponennya, yang terpenting menjelaskan apa yang akan mereka pelajari. d. Menggunakan alat belajar agar merangsang atau menantang siswa

2. Inti Pembelajaran a. Menegaskan, yaitu menjelaskan dengan berbagai pendekatan untuk memberikan pengetahuan baru agar otak kembali mengingatnya, gunakan bahasa yang mudah dipahami siswa. b. Menggerakkan, yaitu untuk menghindari kebosanan, gunakan kegiatan yang seimbang, gunakan kegiatan perorangan, berpasangan atau kelompok c. Mendorong para siswa untuk mengukur hasil mereka sendiri untuk kriteria sukses sewaktu pelajaran berlangsung d. Mempertunjukkan, yaitu dengan menerapkan pembelajaran, para murid harus memperlihatkan pemahaman mereka mengenai pengetahuan baru dengan menjalani tes, teka-teki, presentasi, atau pura-pura mengajar. Guru harus memberikan umpan balik untuk motivasi.

15

3. Akhir Pembelajaran a. Membuat tinjauan untuk mengingat dan memelihara ingatan para siswa terhadap materi yang telah diajarkan. b. Mengajarkan cara mengingat paling baik yang sesuai dengan keutuhan pribadi siswa. Menurut teori belajar improve, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru kesiswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

D. Metode Inquiry

Salah satu metode pembelajaran dalam bidang matematika, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu. Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pelajaran matematika dan akan

16

lebih tertarik terhadap pelajaran matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam "melakukan". Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources. 1. Question Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan

17

pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Dalam Taxonomy Bloom terdapat beberapa tujuan kognitif diantaranya pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pada komponen ini, tahap pengetahuan, pemahaman dan penerapan sudah dianggap mampu bagi siswa karena untuk melakukan tahap analisis, sintesis, dan evaluasi, siswa harus melewati tahap tersebut terlebih dahulu sehingga untuk tahap pengetahuan, pemahaman dan penerapan tidak disebutkan lagi. Selain itu, jawaban dari pertanyaan inti yang diberikan guru tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi sendiri sehingga siswa membutuhkan daya pikir dan nalar yang tinggi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pertanyaan pembuka misalnya dalam awal pembelajaran guru menyebutkan bangunan-bangunan dalam kehidupan sehari-hari dan menanyakan bangunan itu disebut bangun apa dalam pelajaran matematika, misalnya bentuk sekolah, bentuk tower beserta penyangganya, dan sebagainya. 2. Student Engangement Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. Dalam penelitian ini, keterlibatan aktif siswa

18

misalnya menyuruh siswa untuk menggambarkan dibuku pelajaran masing-masing tentang pertanyaan fenomena yang telah diajukan oleh guru mata pelajaran. 3. Cooperative Interaction Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar. Dalam penelitian ini siswa dituntut bekerja sama, misalnya dalam menggunakan alat peraga yang selanjutnya akan mendapatkan jawaban di LKS. 4. Performance Evaluation Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. Dalam penelitian yang menjadi produk dari siswa ialah berupa ringkasan dari jawaban di LKS yang akan dipersentasekan ke depan kelas. 5. Variety of Resources Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini siswa menggunakan sumber belajar melalui buku teks. Metode inquiry memiliki sifat yang sistematis yaitu secara teratur, sehingga membutuhkan suatu metode yang terarah. Dengan demikian, pencapaian yang diharapkan dalam metode inquiry dapat terlaksana dengan maksimal. Dalam hal ini

19

Gulo mengemukakan bahwa kegiatan inquiry sebenarnya adalah sebuah siklus yang terdiri dari penyajian masalah, pengumpulan dan verifikasi data, merumuskan penjelasan dan mengadakan analisis tentang proses inquiry.6 Adapun langkahlangkah penggunaan metode inquiry dapat diikuti seperti uraian berikut: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah membangkitkan pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dijelaskan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh guru antara lain yaitu: 1) Memberikan materi, sebelum metode inquiry diterapkan, terlebih dahulu disiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan proses belajar mengajar dengan metode inquiry. 2) Membagi kelompok, kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang dibagi berdasarkan jumlah siswa keseluruhan, setiap kelompok

beranggotakan 4-5 orang siswa yang terdiri atas siswa pintar, sedang dan rendah. b. Tahap Pembelajaran Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru. Dalam tahap ini akan berlangsung kegiatan belajar

mengajar antara guru dan siswa di dalam kelas. Adapun tahap-tahap yang akan diikuti oleh guru dalam pelaksanaan metode inquiry sebagai berikut:

______________
6

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 221.

20

1) Penyajian materi ukuran pemusatan data di depan kelas dengan menggunakan metode inquiry. 2) Guru memberikan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi dan bertanya jika ada permasalahan 3) Memberikan kesempatan untuk berfikir, menyelidiki, dan menemukan konsep- konsep tentang kesebangunan. 4) Siswa mengumpulkan informasi-informasi yang telah diperoleh dan memberikan penjelasan yang mendetail. 5) Siswa menyajikan hasil pengamatan dan mendiskusikannya di depan kelas. c. Tahap Penutup Pada tahap ini guru akan melaksanakan penilaian terhadap hasil belajar

siswa. Pelaksanaan ini bertujuan untuk menilai berhasil atau tidaknya materi tersebut. Guru menggunakan metode sewaktu mengajar karena memiliki tujuan yaitu agar siswa terangsang dengan tugas, aktif mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah yang diberikan, mencari sumber sendiri dan dapat belajar bersama dalam kelompok. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu mengemukakan pendapat, merumuskan kesimpulan, berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapat. Metode ini mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,

mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.

21

E. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiry

Menurut Novi Rovianty (dalam Sanusi), mengemukakan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dalam metode inquiry. Adapaun keunggulannya sebagai berikut: 1. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini dianggap lebih bermakna. 2. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan belajar mereka. 3. Merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar merupakan perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas ratarata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.7 Di samping memiliki keunggulan, metode pembelajaran inquiry mempunyai kelemahan, antara lain: 1. Jika menggunakan metode pembelajaran ini, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Metode ini sulit dalam merencanakan karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam mengajar. 3. Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

______________
Sanusi, Pembelajaran Pokok bahasan Segitiga dengan menggunakan Metode Inquiry di kelas VII SMPN 8 Banda Aceh tahun Pelajaran 2009/2010 , (Banda Aceh: Unsyiah, 2010), hal. 20.
7

22

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode pembelajaran ini sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Apabila kita lihat dari pernyataan di atas terdapat berbagai keunggulan dan kelemahan metode inquiry mungkin hal ini lumrah terjadi bahwa setiap metode pembelajaran pun mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan tergantung bagaimana proses pembelajaran itu sendiri dan seorang guru sebagai pembimbing agar metode inquiry berhasil diterapkan pada siswa sesuai dengan harapan dalam tujuan pembelajaran inquiry itu sendiri.

F. Pendekatan Improving learning dengan Metode Inquiry

Pendekatan improving learning berlandaskan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Aktif yang dimaksudkan bahwa dalam poses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan

23

adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Pendekatan improving learning merupakan suatu perbaikan pembelajaran yang menekankan pada proses pembentukan suatu konsep dan memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran melalui: mengalami, menemukan, dan bertanya agar proses belajar mengajar tersebut aktif dan tidak membosankan. Improving learning dapat dilakukan dengan menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan pada metode inquiry siswa dilatih untuk menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak menemukan sendiri suatu konsep matematika dan siswa dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam memecahkan masalah. Prinsip metode inquiry ini, sejalan dengan prinsip improving learning, yaitu siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Glover yang mengatakan improving learning lebih menekankan pada hasil yang dicapai, siswa dituntut untuk mengalami, melakukan, dan menemukan.8 Langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan improving learning dengan metode inquiry adalah: Tahap 1. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam. Guru mengajukan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

memberikan dasar pemikiran belajar dan mengarah pada pemecahan masalah yang diharapkan.
______________
8

Derek Glover, Improving learning, (Jakarta: Grasindo, 2005), hal. 64.

24

Tahap 2. Merumuskan masalah yang ditemukan. Siswa merumuskan masalah yang ditemukan sehingga siswa mengetahui kapan konsep-konsep yang ditemukan digunakan untuk pemecahan masalah. Tahap 3. Merumuskan hipotesis Guru menjelaskan berbagai pendekatan untuk memberikan informasi kepada siswa tentang masalah yang dihadapi sehingga siswa dapat menemukan solusi dari masalahnya. Tahap 4. Merancang dan melakukan eksperimen Guru membagikan lembar kerja siswa dan siswa melakukan percobaan bersama kelompoknya. Tahap 5. Mengumpulkan dan menganalisis data Siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai

permasalahan yang dihadapi dari pemikiran mereka masing-masing sehingga guru dapat menganisis hasil kerja mereka. Tahap 6. Menarik kesimpulan Siswa dibantu oleh guru untuk menarik kesimpulan, dan guru mengajukan beberapa pertanyaan lain untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. G. Materi Kesebangunan

Materi kesebangunan merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas IX SMP/ MTs pada semester ganjil. Materi dibatasi hanya pada mengidentifikasi

25

bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen serta menentukan panjang sisi bangun datar yang sebangun dan kongruen. 1. Menentukan Kesebangunan Dua Bangun Datar Untuk menentukan kesebangunan dua bangun datar, harus dipahami terlebih dahulu pengertian kesebangunan dan perbedaannya dengan pengertian kongruen. a. Bangun-bangun yang Sebangun Secara sederhana, dua buah bangun disebut sebangun bila kedua bangun tersebut mempunyai bentuk atau tipe yang sama. Ukuran kedua bangun yang sebangun bisa sama ataupun berbeda. Berikut ini diberikan beberapa contoh bangunbangun yang sebangun.

Gambar 2.1 Bangun-bangun yang Sebangun Dalam matematika, sebangun berarti sama bentuk tetapi ukurannya tidak harus sama. Perhatikan gambar segiempat dibawah ini!

26

E A 2 D C 3 B

Gambar 2.2 Jajargenjang ABCD dan jajargenjang EFGH = = = =

= =

= =

Jadi,

Dari gambar di atas diketahui bahwa jajargenjang ABCD dan EFGH sebangun karena kedua bangun tersebut mempunyai bentuk yang sama meskipun ukurannya berbeda. Berdasarkan pengamatan dari kedua bangun tersebut, diperoleh fakta bahwa dua bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat berikut: Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, dan Sisi-sisi yang bersesuaian sebanding.9 b. Bangun-bangun yang Kongruen Dua bangun datar yang tepat saling menutupi atau tepat saling berimpit disebut dua bangun datar yang sama dan sebangun atau kongruen.

______________
Sukino dan Wilson Simangunsong, Matematika untuk SMP Kelas IX, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal.3
9

27

Contoh:

Gamabar 2.3 Bangun datar yang kongruen Bangun-bangun yang kongruen merupakan bangun-bangun yang sebangun dan memiliki ukuran yang sama. Dapat diterangkan hubungan khusus antara bangun sebangun dan bangun kongruen: bangun kongruen pasti sebangun, tetapi bangun sebangun belum tentu kongruen. Jadi syarat dua bangun kongruen adalah: Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, dan Sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai panjang yang sama. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa: Semua bangun yang kongruen merupakan bangun yang sebangun.10 2. Menentukan Panjang Sisi Bangun Datar yang Sebangun a. Menentukan Panjang Sisi pada Dua Bangun yang Sebangun Telah kita ketahui bahwa dua bangun dikatakan sebangun jika sisi-sisi yang bersesuaian mempunyai perbandingan yang sama. Dengan pengertian tersebut, kita dapat menghitung panjang salah satu sisi yang belum diketahui dari dua bangun tersebut. Contoh: Diketahui segiempat ABCD sebangun dengan PQRS. Jika AB = 10 cm, AD = 18 cm, DC = 12 cm, dan PQ = 8 cm, QR = 15 cm, berapakah panjang SR
______________
10

Ibid, hal. 3.

28

D A

B Jawab:

Karena bangun ABCD dan PQRS sebangun, maka sisi yang bersesuaian sebanding. = = SR = = 9,6 cm

Jadi, panjang SR adalah 9,6 cm.

b. Menentukan Panjang Sisi pada Dua Bangun yang Kongruen Untuk menghitung panjang sisi pada dua bangun yang sama dan sebangun digunakan ketentuan yang telah dibahas, yaitu jika dua bangun sama dan sebangun, maka: Sisi-sisi yang bersesuain sama panjang, dan Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar. Contoh: Pada gambar berikut ABCD dan EFGH merupakan dua bangun yang kongruen. Jika panjang AB= 20 cm, GH = 17 cm, BC = 9 cm. Tentukan panjang EF, FG, dan CD. A B G \ H

29

Penyelesaian: Karena kedua bangun tersebut merupakan dua bangun yang sebangun dan sama (kongruen), maka: AB = 20, Jadi EF = 20 GH = 17, Jadi DC = 17 BC = 9 cm, Jadi FG = 9

c. Foto dan Model Berskala Sebuah foto atau model berskala mempunyai bentuk yang sama dengan bentuk aslinya. Pada model berskala semua ukuran aslinya diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan yang sama. Jadi bagian-bagian yang bersesuaian dari model berskala dengan bangun aslinya memiliki perbandingan yang sama, sehingga dapat ditulis: = =
11

Contoh: Pada siang hari Pak Somat menghitung tinggi pohon dengan mengukur bayangannya. Jika pada saat yang sama Pak somat melihat sebuah tongkat yang tingginya 45 cm, mempunyai panjang bayangan 1,3 m, hitunglah tinggi pohon yang panjang bayangannya 21,5 m.

______________
M. Cholik Adinawan dan Sugijono, Matemetika untuk SMP Kelas IX, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal.5.
11

30

Jawab: Diketahui: Panjang bayangan pohon Panjang bayangan tongkat Tinggi tongkat = 45 cm Ditanya: tinggi pohon ? Penyelesaian: = = Tinggi pohon = = 7,4 m = 21,5 m = 1,3 m = 0,45 m

Jadi. tinggi pohon adalah 7,4 m

H. Improving Learning pada Metode Inquiry terhadap Materi Kesebangunan. Pada proses pembelajaran agar materi yang disampaikan tercapai tujuannya pembelajarannya, maka seorang guru harus pandai memilih pendekatan, strategi, metode, dan model yang sesuai dalam pembelajaran. Sementara bila guru tidak dapat

31

menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lambat. Kesebangunan merupakan salah satu materi dalam geometri. Dalam hal ini untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar geometri tersebut, perlu memperbaiki kegiatan pembelajarannya. Perbaikan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan melalui penerapan model-model pembelajaran geometri. Salah satu model pembelajaran geometri yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya disesuaikan dengan tingkat berpikir dalam belajar geometri. Tingkatan-tingkatan itu menurut Sunardi menunjukkan bagaimana seseorang berpikir dan tipe ide-ide geometri apa yang dipikirkan, jadi bukan menunjukkan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki siswa. Salah satu cara pembelajaran yang dapat diajarkan pada materi ini dengan menggunakan improving learning dengan inquiry karena pendekatan dengan metode ini sesuai dengan pandangan Van Hiele tentang tingkat berpikir siswa dalam pembelajaran geometri. Adapun langkah-langkah pembelajaran materi kesebangunan dengan improving learning dan inquiry adalah: Tahap 1. Guru mengajukan beberapa fenomena untuk menentukan pemecahan masalahnya, yaitu menceritakan kejadian-kejadian yang ada dikehidupan sehari-hari. Tahap 2. Konsep bangun datar yang digunakan adalah yang mengarah pada konsep kesebangunan. Tahap 3. Dari konsep kesebangunan kita dapat mencari pemecahan masalahnya.

32

Tahap 4. Guru membagikan LKS, mengarahkan cara kerja, dan siswa melakukan percobaan, sehingga siswa memahami konsep kesebangunan dan dapat menemukan pengertiannya. Tahap 5. Apa yang didapat dari hasil percobaan dibuat dalam bentuk ringkasan Tahap 6. Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan dari ringkasan bahwa bentuk umum dari kesebangunan.

Anda mungkin juga menyukai