Anda di halaman 1dari 16

ASKEP GASTROENTERITIS

09.39 askep pencernaan No comments



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun
bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006).
Gastoenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali dan
pada neonatus leih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat,2006: 12).
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dam lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005: 224)
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah suatu
keadaan dimana terjadi inflamasi pada lambung dan usus ditandai dengan frekuensi buang air
besar pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dan anak lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
feces encer, dengan atau tanpa lendir dan darah.
Salah satu komplikasi dari gastroenteritis adalah dehidrasi.Klasifikasi dehidrasi menurut
Hidayat(2006) adalah :
a) Dehidrasi ringan
Apabila kehilangan 2-5% dari berat badan atau rata-rata 25 ml/kg BB dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh ada keada syok.
b) Dehidrasi sedang
Apabila kehilangan cairan 5-8% dari berat badan atau rata-rata 75 ml/kg BB dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh syok, nadi cepat dan dalam.
c) Dehidrasi berat
Apabila kehilangan cairan 8-10% dari berat badan atau rata-rata 125 ml/kg BB, pada dehidrasi
berat volume darah berkurang sehingga terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien sangat lelah,
kesadaran menurun (apatis, somnolen, kadang sampai soporokomateus)

2.2 ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2005) :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
- Infeksi bakteri, seperti vibrio, E. Coli, salmonela, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas,
dan sebagainya.
- Infeksi virus yaitu Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis, Adeno-virus, Rotavirus,
dan lain-lain).
- Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis) dan jamur (Candida albicans)
b. Infeksi purenteral : infeksi di luar alat pencernaan makanan
Contoh : otitis medis akut, tonsila faringitis, bronkitis, ensefalitis
2. Faktor Malabsorpsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa).
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
Misal : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Misal : rasa takut, cemas dan stres.

2.3 KLASIFIKASI
Diare dengan
dehidrasi ringan
1. Kehilangan cairan 5% berat badan.
2. Kesadaran baik (somnolen).
3. Mata agak cekung.
4. Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit
normal.
5. Berak cair 1-2 kali perhari.
6. Lemah dan haus.
7. Ubun-ubun besar agak cekung.
Diare dengan
dehidrasi sedang
1. Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat
badan.
2. Keadaan umum gelisah.
3. Rasa haus (++)
4. Denyut nadi cepat dan pernapasan agak
cepat.
5. Mata cekung
6. Turgor dan tonus otot agak berkurang.
7. Ubun-ubun besar cekung.
8. Kekenyalan kulit sedikit kurang dan
elastisitas kembali sekitar 1-2 detik.
9. Selaput lendir agak kering.
Diare dengan
dehidrasi berat
1. Kehilangan cairan lebih dari 10% berat
badan.
2. Keadaan umum dan kesadaran koma atau
apatis.
3. Denyut nadi cepat sekali.
4. Pernapasan kusmaull (cepat dan dalam).
5. Ubun-ubun besar cekung sekali.
6. Mata cekung sekali.
7. Turgor/tonus kurang sekali.
8. Selaput lendir kurang/asidosis.


2.4 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Menurut Ngastiyah, 1997
a. Diare (BAB, lember, cair)
1. Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan isotonic,
ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran
cairan dan Iodium ke rongga usus.
2. Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder air dan elektrolit. Peningkatan ini
disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang
mukosa usus.
3. Perubahan mobiliti, Hiperperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.
b. Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)
Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga
akan berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.
c. Nyeri perut dan kram abdomen
Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan
efek yang timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.
d. Peristaltik meningkat (> 35x/menit)
Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha
mengeluarkan ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.
e. Penurunan berat badan
Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses marah mengandung unsur-unsur
penting untuk pertumbuhan dan perkembngan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
f. Nafsu makan turun
Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh
mual dan rasa tidak enak.
g. Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering
Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.
h. Mata cowong
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan
beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
i. Gelisah dan rewel
Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh
tidak merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.
j. Kesadaran menurun
Gejala klinis terjadi karena penurunan cairan tubuh yang mengakibatkan kerja jantung
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat,
nadi cepat tapi lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan
tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan mencegah eksresi
Na sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak
kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus terganggu.

2.5 PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada input), merupakan
penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik).
Asidosis metabolik terjadi karena:
a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja.
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun
di dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2 3% pada anak-anak yang menderita diare. Pada orang dengan
gizi cukup/baik, hipoglikemia jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya
pernah menderita KKP.
4. Gangguan gizi
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu singkat. hal ini disebabkan karena makanan yang sering
tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi darah
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan
bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
2.6 PATHWAY

Infeksi saluran pencernaan
hiperperistaltik
Gangguan eliminasi BAB
Pengeluaran eksotoksin bakteri
Asidosis metabolik
Feses encer
Mual / muntah
Reaksi hipotalamus
hipertermi












Gangguan integritas kulit

Nutrisi kurang dari kebutuhan
Syok hipovolemik
Berat badan menurun
anoreksia
dehidrasi
Kehilangan cairan dan elektrolit











2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Ngastiyah (2007) :
1. Pengobatan Simtomatis
a. Rehidrasi: oralit, cairan infus yaitu Ringer Laktat, Dextrose 5%, Dekstrose dalam Saline.
b. Antispasmodik, anti kholinergik (antagonis stimulus kolinergik pada reseptor muskorinik).
Misalnya: pepaverin, mebeverine, propantelin bromid.
c. Obat antidiare
- Obat anti motilitas dan sekresi usus (Loperamid, difenoksilat, kodeinfosfat.
- Oktretoid (sanostatin).
- Obat antidiare yagn mensekresikan tinja dan absorpsi zat toksik.
d. Antiemetik (metoklopramid, proklorprazin, domperidon).
e. Vitamin B12, asam folat, vitamin A dan K.
f. Obat ekstrak enzim pankreas.
g. Aluminium hidroksida.
h. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.

2. Pengobatan Kausal
Diberikan pada infeksi maupun noninfeksi pada diare kronik dengan penyebab infeksinya
obat diberikan berdasarkan etiologi.

3. Diit
Dalam fase akut biasanya diberikan bubur saring atau lunak kepada pasien dianjurkan
untuk minum gula, makan telur asin/ikan asin sebagai pengganti elektrolit yang hilang lewat
diare. Biasanya penderita tidak boleh minum susu selama diare.











ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Biodata : sering terjadi pada umur dibawah 2 tahun.
b. KU : berak cair
c. RPS
Frekuensi BAB meningkat, bentuk dan konsistensi dapat cair dan berlendir/berdarah dan dapat
pula disertai gejala panas, muntah, anoreksia, nausea, vomiting.
d. RPD
Ditemukan faktor pendukung diare antara lain penyakit infeksi enteral, saluran pencernaan,
infeksi parenteral, saluran pernafasan, SSP, sistem pendengaran, malabsorbsi, faktor makanan,
psikology dan imunodefisiensi, menyebabkan suhu meningkat juga dapat menyebabkan diare
dan dehidrasi (AH. Markum, 1999 : 466).
1. Antenatal :
2. Natal : pada saat lahir karena infeksi oleh organisme yang terdapat pada tinja ibu atau infeksi
yang terjadi setelah lahir akibat penyebaran organisme yang berasal dari bayi lain yang terinfeksi
(DepKes RI, 1993 : 99)
3. Post natal : Pemakaian antibiotik berspektrum luas yang efektif terhadap mikro flora usus
memberikan resiko yang utama (Buku Referensi Sindroma Diare, 1999 : 59). Didapatkan riwayat
alergi makanan dan malabsorbsi (RSUD Dr. Soetomo, 1996 : 40).
e. RPK
Ditemukan pasien yang menderita penyakit menular seperti GE atau disentrik
f. ADL
(1) Nutrisi : anoreksia, mual, muntah
(2) Eleminasi : BAB lebih dari 4x (bayi)/BAB lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir, berdarah dan
BAK frekuensi menurun
(3) Pesonal hygiene : iritasi sekitar usus
(4) Aktivitas : lemas dan mengantuk
(5) Istirahat tidur : bisa terganggu bisa tidak

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Penampilan Umum
Hasil pengamatan indera perawat secara objektif terhadap klien sebelum dilakukan
pemeriksaan fisik. Keadaan umum klien dengan Gastroenteritis biasanya mengalami kelemahan,
pada tingkat dehidrasi berat dapat terjadi penurunan kesadaran.
b. Pemeriksaan Sistem Tubuh
1. Sistem Respirasi
Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi. Hal yang di inspeksi meliputi: frekuensi
pernafasan, bentuk hidung simetris atau tidak, septum nasi ditengah atau tidak, ada benda asing,
kebersihan lubang hidung, secret hidung (jernih, purulen), peradangan mukosa hidung, bentuk
dada, kesimetrisan pergerakan dada. Palpasi meliputi, vibrasi dada, ekspansi dada. Perkusi
meliputi, suara paru sonor atau hipersonor. Auskultasi meliputi, bunyi nafas ada ronkhi atau
tidak, suara paru vesikuler, jenis pernafasan biasanya pernafasan dada karena nyeri daerah
abdomen. Biasanya terjadi peningkatan frekuensi nafas karena akibat nyeri yang merangsang
sumsum tulang belakang untuk dihantarkan ke spinal respiratory tractus yang kemudian
disampaikan ke medulla oblongata sebagai pusat pernafasan (Price, 2000: 265)
2. Sistem Kardiovaskuler
Dikaji mengenai warna mukosa bibir, tidak adanya peningkatan tekanan vena jugularis,
frekuensi dan irama denyut nadi, tekanan darah, bunyi jantung normal dan suara tambahan.
Biasanya terjadi peningkatan denyut nadi (takhikardi), akral dingin serta penurunan tekanan
darah (hipotensi) (Brenda and Jacob, 1997: 963).
3. Sistem Pencernaan
Dikaji kebersihan mulut, gigi serta lidah, adanya stomatitis, bau mulut, ada tidaknya
pembesaran tonsil, kesimetrisan uvula, bentuk abdomen, ada tidaknya nyeri tekan atau lepas di
daerah epigastrium, perkusi abdomen tiap kuadran, dikhawatirkan adanya massa di abdomen dan
akumulasi udara di lambung dan usus, bising usus dan keadaaan anus. Klien dengan
Gastroenteritis biasanya terdapat nyeri tekan epigastriun ataupun nyeri disekitar abdomen,
penurunan berat badan, terjadi pula peningkatan peristaltic usus dan daerah sekitar anus
kemerahan (Luckman & Sorrensen, 2000: 1560).
4. Sistem Perkemihan
Ada tidaknya nyeri saat berkemih, ada tidaknya pembengkakan dan nyeri daerah pinggang,
palpasi daerah kandung kencing teraba penuh atau tidak, adakah suara bruit dan friction rubs.
Biasanya klien jarang BAK pada klien Gastroenteritis dengan dehidrasi.
5. Sistem Integumen
Pemeriksaan hanya meliputi inspeksi dan palpasi. Kaji hygiene kulit, kuku dan rambut,
struktur dan warna rambut serta kulit, turgor kulit. Pada klien dengan Gatroenteritis. Biasanya
turgor kulit jelek akibat dehidrasi dan kulit sekitar anus dan perineum terdapat lesi atau eritema
karena teriritasi oleh feses.
6. Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran kelenjar getah bening, distribusi
bulu rambut, hiperpigmentasi pada kulit, udema di wajah dan ekstremitas.
7. Sistem Muskuloskeletal
Periksa tingkat kekuatan otot dan ekstremitas bawah dan atas, rentang gerak sendi, biasanya
pada klien Gastroenteritis akan terjadi kelemahan (Doenges, 2000: 471).
8. Sistem Neurologis
Pemeriksaan system saraf cranial secara khusus dilakukan pada klien dengan penyakit
persarafan. Pada klien Gastroenteritis, pengkajian nervus I sampai XII diperlukan karena pada
klien dengan dehidrasi berat mengalami penurunan kesadaran sehingga diperlukan penilaian
GCS untuk mengidentifikasi kelainan.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Luckman and Sorrensens, 2000: 1564), pemeriksaan diagnostik pada klien dengan
Gastroenteritis meliputi:
a. Laboratorium (darah, elektrolit, analisis feses, carsinoembrionik antigen)
b. Radiology (Barium swallow, Barium enema)
c. Colonoscopy, prosedur yang digunakan bagi klien yang mengalami riwayat konstipasi, diare dan
perdarahan intestinal.
d. Ultrasonography (USG), untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam pancreas, hati, limfa.
e. Analisis Gaster adalah suatu bentuk pemeriksaan sekresi asam lambung dan pepsin dalam
gaster.
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI), untuk mempelajari aliran darah dan mengidentifikasi
tumor, infeksi dan gambaran otot halus.

4. ANALISA DATA

No
Dx
Data Etiologi Masalah

1 DS: klien mengatakan
badannya terasa lemas,
fesesnya encer
DO:
- Input lebih banyak dari
output
- Pasien BAB 6x dalam 1
hari
- Feses klien encer
- Terjadi hiperperistaltik
Bising usus 40x/ mnt
Inflamasi,
malabsorbsi
usus
Gangguan
eliminasi
(BAB diare)

2 DS: klien mengatakan
merasa haus terus-terusan
DO:
- Turgor kulit buruk
Intake
kurang dari
pada output
Gangguan
keseimbangan
cairan
(dehidrasi)
- Membran mukosa pucat
- Mata cowong


3 DS : klien mengatakan
kesulitan makan
DO:
- Keadaan umum lemah,
- LILA 20 cm,
- bising usus 45 x/mnt,
- kembung saat diperkusi.
- klien malas dan menolak
makan
A: BB klien menurun
B: HB < 12-15 gram/dl
C: pasien terlihat letih,
lelah
dan pucat
D: Nafsu makan pasien
menurun
Gangguan
absorpsi
nutrien dan
anoreksia
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
4 DS : Klien mengatakan
perih
DO :
- Turgor kulit buruk
- Iritasi kulit daerah
perianal
Iritasi kulit
perianal oleh
feses
Gangguan
integritas
kulit
- Kulit kemerahan

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan eliminasi (BAB lebih dari normal) berhubungan dengan inflamasi, malabsorbsi usus,
ditandai dengan peningkatan peristaltik usus, defekasi sering dan berair, nyeri abdomen.
b. Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan intake kurang daripada output,
kehilangan berlebih pada sistem GI melalui feses yang cair dan muntah ditandai dengan turgor
kulit buruk, membran mukosa pucat, TTV tidak stabil (takikardi, hipotensi dan demam).
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien
dan anoreksia, status hipermetabolik ditandai dengan penurunan berat badan, peningkatan bunyi
usus, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan.
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit volume cairan ditandai dengan turgor kulit
buruk, iritasi kulit daerah perianal, kulit kemerahan.

6. INTERVENSI dan RASIONAL
1. Diagnosa 1
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam BAB pasien normal.
KH :
- Bising usus dan peristaltik normal 5 35 kali per menit.
- Defekasi normal 1 kali per hari atau 2 kali per hari.
- Konsistensi feses padat dan lunak.
Intervensi Rasional
Observasi dan catat frekuensi
defekasi, karakteristik, jumlah
dan faktor pencetus
Membantu membedakan penyakit
individu dan mengkaji beratnya
episode
Tingkatkan tirah baring,
berikan alat-alat disamping
tempat tidur.
Istirahat memutuskan motilitas
usus juga menurunkan laju
metabolisme.
Buang feses dengan cepat,
berikan pengharum ruangan.
Menurunkan bau tidak sedap
untuk menghindari malu pasien.
Identifikasi makanan dan
cairan yang mencetuskan
diare, misalnya sayuran segar
dan buah, sereal, bumbu,
minuman karbonat, produk
susu.
Menghindari iritan, meningkatkan
istirahat usus
Mulai lagi pemasukan cairan
per oral secara bertahap.
Memberikan istirahat kolon
dengan menghilangkan atau
Tawarkan minuman jernih
tiap jam, hindari minuman
dingin.
menurunkan rangsang
makanan/cairan
Observasi demam, takikardi,
letargi, leukosit, ansietas dan
kelesuan.
Mengidentifikasi adanya proses
infeksi/peradangan
Kolaborasi pemberian obat
antikolinergik
Menurunkan motilitas/peristaltik
GI dan menurunkan sekresi
digestif untuk menghilangkan
kram dan diare

2. Diagnosa 2
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan.
KH :
- Masalah dehidrasi dapat teratasi/keseimbangan cairan pasien adekuat.
- Turgor kulit baik.
- Membran mukosa baik/lembab.
- TTV stabil.
Intervensi Rasional
Awasi masukan dan
haluaran, karakter dan
jumlah feses, perkiraan
kehilangan yang tak terlihat,
misalnya: berkeringat, ukur
berat jenis urine, observasi
oliguria.
Memberikan informasi tentang
keseimbangan cairan, fungsi ginjal
dan kontrol penyakit usus juga
merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.
Kaji TTV Hipotensi, takikardi, demam dapat
menimbulkan/menunjukkan respon
terhadap kehilangan cairan.
Observasi kulit kering
berlebihan dan membran
mukosa, penurunan turgor
kulit, pengisian kapiler
lambat.
Menunjukkan kehilangan cairan
berlebihan/dehidrasi.
Ukur berat badan tiap hari. Indikator cairan dan status nutrisi
Observasi perdarahan dan Diet tak adekuat dan penurunan
tes feses tiap hari untuk
adanya darah samar
absorbsi dapat menimbulkan
defisiensi vitamin K dan merusak
koagulasi, potensial resiko
perdarahan
Kolaborasi:
Berikan cairan parenteral
sesuai indikasi.
Mempertahankan penggantian
cairan untuk memperbaiki
kehilangan.
Awasi hasil laboratorium Menentukan kebutuhan penggantian
dan keefektifan terapi
Berikan obat sesuai indikasi. Menurunkan kehilangan cairan dari
usus

3. Diagnosa 3
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam status nutrisi pasien terpenuhi.
KH :
- Nafsu makan baik
- BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
- Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)

Intervensi Rasional
Timbang berat badan tiap hari Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet
Dorong tirah baring dan atau
pembatasan aktifitas selama
fase sakit akut
Menurunkan kebutuhan metabolik
Anjurkan istirahat sebelum
makan.
Menenangkan peristaltik dan
meningkatkan energi untuk makan
Berikan kebersihan mulut Mulut yang bersih dapat
menyenangkan rasa makanan
Sediakan makanan dalam
ventilasi yang baik,
lingkungan yang
menyenangkan dengan situasi
Lingkungan yang menyenangkan
menurukan stres dan lebih
kondusif untuk makan
tidak terburu-buru.
Catat dan temukan perubahan
simptomatologi
Memberikan rasa kontrol pada
pasien dan kesempatan untuk
memilih makanan yang
diinginkan/dinikmati, dapat
meningkatkan masukan
Kolaborasi:
Pertahankan puasa sesuai
indikasi.
Istirahat usus menurunkan
peristaltik dan diare dimana
menyebabkan
malabsorpsi/kehilangan nutrien
Tambahkan diet sesuai
indikasi
Memungkinkan saluran usus untuk
memaksimalkan kembali proses
pencernaan
Berikan obat sesuai indikasi. Untuk mempercepat proses
penyembuhan

4. Diagnosa 4
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Integritas kulit pasien adekuat.
KH :
- Turgor kulit baik.
- Iritasi kulit daerah perianal teratasi.
- Warna kulit daerah perianal sama dengan daerah sekitar.
Intervensi Rasional
Observasi kemerahan, pucat,
ekskoriasi
Area ini meningkat resikonya
untuk kerusakan dan
memerlukan pengobata lebih
intensif
Gunakan krim kulit 2 kali
sehari setelah mandi
Melicinkan kulit dan menurukan
gatal
Diskusikan pentingnya
perubahan posisi sering, perlu
untuk mempertahankan
aktivitas.
Meningkatkan sirkulasi dan
perfusi kulit dengan mencegah
tekaan lama pada jaringan
Tekankan pentingnya masukan Perbaikan nutrisi dan hidrasi
nutrisi/cairan adekuat akan memperbaiki kondisi




BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gastroenteritis akibat infeksi bakteri Escherichia coli adalah peradangan pada lambung dan
usus halus yang diakibatkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk bersama makanan
yang menimbulkan gejala-gejala berupa hilangnya nafsu makan, mual, muntah, diare serta rasa
tidak enak di perut.
Etiologi gastroenteritis adalah :
5. Faktor Infeksi
6. Faktor Malabsorpsi
7. Faktor Makanan
8. Faktor Psikologis
Askep dari gastroenteritis meliputi :
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi dan Rasional
3.2 SARAN
1. Bagi mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literature tentang pembuatan proses
keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan gastroenteritis yang baik dan benar.
2. Bagi pendidikan dan kesehatan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya. Dan membarikan pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan
agar lebih mengerti tentang proses keperawatan sehingga dapat memberikan rencana asuhan
keperarawatan dengan baik dan benar pada pasien gastroenteritis.



DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylin E. 2005. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta ; EGC.
Lynda Juall Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta ; EGC
http://amdkep.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-dengan.html, diakses tanggal 24-10-
2011.
http://ignatiuspurwo1984.wordpress.com/2008/11/29/diare/, diakses tanggal 24-10-2011.
http://www.peutuah.com/makalah-diare/, diakses tanggal 24-10-2011.

Anda mungkin juga menyukai