Anda di halaman 1dari 15

1 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Terusan Arjuna No 6, Kebon Jeruk.

Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU KEDOKTERAN JIWA SMF ILMU JIWA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR REKAM MEDIS Nama pasien Nama dokter yang merawat Nama dokter muda Masuk RS pada tanggal Rujukan/datang sendiri/keluarga Riwayat Perawatan

: 053213 : Ny. Y : dr. Noki Irawan Sp.KJ : Alessandrasesha Santoso : 12 Maret 2014 : Suaminya (Tn. S) : tidak pernah dirawat

I.

IDENTITAS PASIEN : Ny. Y : Bandung, 02-04-1981 : Perempuan, 33 tahun : Sunda : Islam : SLTP : Ibu Rumah Tangga : Kawin

Nama (inisial) Tempat dan tanggal lahir Jenis kelamin dan umur Suku bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Status perkawinan

Alamat (kelurahan&kecamatan) : Jl. Kp. Cikuya giri mekar RT 02/RW 21 Kel/Desa Lagadar Kec. Margaasih Kab. Bandung 40216

II.

RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari autoanamnesis dengan pasien pada : Hari Rabu tanggal 12 Maret 2014 pukul 12.00 di Poli Rekam medik untuk melengkapi data pasien

Data diperoleh dari alloanamnesis dengan suami pasien pada :

2 Hari Rabu tanggal 12 Maret 2014 pukul 12.30 wib di Poli

A. Keluhan Utama Berbicara sendiri (autistik), marah-marah (agresivitas motorik), dan mengamuk (agresivitas motorik).

B. Riwayat Gangguan Sekarang 2 minggu SMRS, semenjak suami meminta pasien pindah dari rumah orang tua pasien dan memilih untuk tinggal dirumah sendiri di lingkungan yang baru. Suaminya mengeluh jika pasien mulai bicara sendiri (autistik) membicarakan orang-orang yang sudah meninggal. Pasien mulai bertingkah aneh, pasien mulai marah-marah (agresivitas verbal) dan mengamuk (agresivitas motorik) sampai menonjok perut suaminya (agresivitas motorik). Pasien mulai mengacuhkan suaminya. Pasien meminta suaminya untuk tidur dengan kedua anaknya. Semenjak itu menurut suaminya, pasien tidak bisa tidur (insomnia), tidak mau makan (anoreksia) dan hanya mondar-mandir (hiperaktivitas) sepanjang hari. 1 minggu SMRS suami pasien mengatakan, pasien mulai berbicara sendiri (autistik) lagi, karena pasien merasa bosan dan kesepian mengeluh tidak betah tinggal dilingkungan yang baru dan berjauhan dengan orang tuanya karena sudah sedari kecil tinggal disana. Pasien juga tidak diijinkan untuk bekerja oleh suaminya dan hanya disuruh untuk mengurusi pekerjaan rumah dan anak-anaknya saja seharian. Sehari-hari pasien hanya dirumah, jarang berinteraksi keluar rumah karena susah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru tempat tinggalnya kecuali ada tetangga yang mengajaknya untuk berpartisipasi dalam acara ibu-ibu PKK. Suami pasien mengaku tidak ada masalah dengan istrinya. 1 hari SMRS menurut suami, pasien mengaku mulai merasa tertekan, hidup seperti tidak ada artinya lagi karena hanya berdiam diri dirumah, suaminya juga tidak mengijinkan pasien untuk bekerja. Suami pasien pulang tidak tentu karena bekerja sebagai sopir truk. Pasien jadi tidak bisa tidur (insomnia), mulai mengamuk (agresivitas motorik) anak-anaknya selalu terkena imbasnya. Jika suaminya pulang bekerja pasien selalu mengutarakan kepada suaminya bahwa pasien ingin mengakhiri hidupnya saja. Pasien dan suami mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami ini sebelumnya. Dan pasien belum pernah berobat. Riwayat dalam keluarga yang mengalami hal serupa disangkal pasien.

3 a. Gangguan psikiatrik Tidak ada gangguan psikiatrik sebelumnya. b. Gangguan medik Tidak ditemukan riwayat penyakit medis yang bermakna yang mendahului atau ada hubungannya dengan gangguan kejiwaan saat ini. Trauma kepala, kejang, riwayat operasi disangkal pasien. c. Penggunaan zat psikoaktif Pasien mengaku tidak menggunakan zat psikotropika, meminum alkohol ataupun merokok. d. Skema perjalanan gangguan

Waktu

Akhir Februari 2014 C. Riwayat Kehidupan Pribadi

Maret 2014

1. Riwayat perkembangan fisik Pasien adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Kondisi ibu saat hamil baik, waktu persalinan secara normal ditolong di rumah oleh paraji, pasien lahir dengan cukup bulan, tidak ada cacat bawaan. 2. Riwayat perkembangan kepribadian a. Masa kanak Pasien mengaku waktu masih kecil, pasien adalah anak yang periang. Pertumbuhan psikomotor, kognitif dan moral pasien sesuai dengan usianya. Pasien sering diajak kesawah oleh orang tuanya. Hubungan pasien dengan keluarga sangat baik. b. Masa remaja Tumbuh kembang dan tingkah laku normal sesuai usianya. Pasien mengaku pada saat masa remaja, pasien merupakan anak yang berprestasi. Pasien juga

4 mengaku susah dalam bergaul. Waktunya banyak dihabiskan dengan orang tua dirumah dan disawah. c. Masa dewasa Pasien memiliki sikap yang penyayang. Selalu menomor satukan keluarganya dari pada teman-temannya. Memiliki hobi menyanyi. Semenjak kematian ayahnya, pasien mengaku tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih untuk membantu ibu serta kakaknya untuk menyekolahkan adiknya. 3. Riwayat pendidikan TK SD SMP : Pasien mengatakan tidak ikut dalam pendidikan TK : Pasien bersekolah di SD Hegar Manah (tamat) : Pasien bersekolah di SMP Hegar Manah (tamat)

4. Riwayat pekerjaan Sebelum pasien menikah sekitar umur 16 tahun pasien pernah bekerja sebgai karyawan (tetapi pasien lupa bekerja dimana) dengan penghasilan Rp. 30.000, namun semenjak pasien menikah pasien tidak diijinkan lagi untuk bekerja hanya mengurusi urusan rumah tangga. 5. Kehidupan beragama Pasien mengaku beragama Islam dan mengaku menjalankan sholat lima waktu tetapi masih bolong-bolong. Pasien hanya bisa baca iqra, belum bisa baca al-quran. 6. Riwayat kehidupan sosial dan perkawinan. Pasien menikah satu kali. Menikah dengan suaminya saat usianya 19 tahun. Usia pernikahannya sudah mencapai 14 tahun lamanya. Pasien mengaku selama 14 tahun berumah tangga sudah dikaruniai 2 orang anak laki-laki. Anak pertamanya berusia 12 tahun SMP kelas 1 bernama Rohmat, anak kedua berusia 8 tahun bernama Karim, yang baru mau masuk SD. Pasien mengaku pernikahannya selama ini baik-baik saja, tetapi masalah muncul setelah pasien dan suaminya tidak tinggal dirumah orang tua pasien. Hubungan interaksi dengan lingkungan kurang, karena pasien lebih banyak menghabiskan waktunya didalam rumah kecuali ada tetangga yang mengajaknya untuk beraktivitas keluar.

5 D. Riwayat Keluarga Ayah dan Ibu pasien

3 anak, pasien adalah anak kedua

Pasien menikah dengan suaminya

Dikaruniai 2 orang anak Keterangan gambar : : Perempuan : Laki-laki : Pasien : Bapak meninggal

E. Situasi Kehidupan Sosial Sekarang Sekarang pasien tinggal bersama suami dan kedua anak pasien. Dari wawancara, yang menjadi pencari nafkah adalah suaminya sebagai petani dengan penghasilan Rp. 25.000 selain itu suami pasien juga bekerja sebagai tukang bangunan dengan gaji Rp. 50.000, terkadang suami pasien juga bekerja sebagai sopir truk dengan penghasilan 2 juta/bulan atau 60.000/hari.

III.

STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum 1. Penampilan Pasien perempuan berusia 33 tahun dengan badan sedikit gendut, tampak sehat, bersikap acuh dan sering memalingkan wajahnya ketika ditanya. Postur tubuhnya normal, kulit sawo matang, rambut pendek diikat, warna hitam dan sedikit gelombang. Tampak sesuai dengan umurnya yaitu 33 tahun. Kebersihan diri cukup. Mengenakan kaos dan celana ketika datang. 2. Kesadaran Kesadaran neurologik Kesadaran psikiatrik : Compos Mentis : Tidak terganggu

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Sebelum wawancara

6 : Pasien sedang duduk dengan suaminya di ruang tunggu poli, keliatan pasien tidak senang ditanya-tanya oleh dokter muda.

Selama wawancara

: Pasien seperti kurang konsentrasi terhadap dokter muda karena banyak memalingkan wajah dan terdiam ketika di wawancara. Pasien menjawab pertanyaan seperlunya tetapi terkadang pasien tidak mengerti jawaban apa yang harus diberikan kepada dokter muda.

Sesudah wawancara

: Pasien mengatakan pusing ditanya-tanya terus dan ingin segera menyudahi wawancara dengan dokter muda.

4. Sikap terhadap pemeriksa Menghindar 5. Pembicaraan Cara berbicara Gangguan berbicara : lambat, tertekan, ragu-ragu : tidak ada gangguan berbicara

B. Alam Perasaan Mood : hipothym Afek : Arus Stabilitas Kedalaman Skala diferensial Keserasian Pengendalian Ekspresi Dramatisasi Empati : lambat : stabil : dangkal : sempit : serasi : kuat : tumpul : tidak ada : tidak dapat dinilai

C. Gangguan Persepsi a. Halusinasi :

Pasien merasa ada yang membisiki telinganya dan menyuruhnya untuk membuang kalungnya (halusinasi auditorik)

7 Pasien merasa ada yang mencekik lehernya seperti ingin mencopot kalungnya (halusinasi raba). Pasien juga sering mencium bau bangkai (halusinasi olfaktorik). Baunya sangat busuk, padahal disekitar situ tidak ada hewan atau manusia mati.

b. Ilusi c. Depersonalisasi d. Derealisasi

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

D. Sensorium dan Kognisi (Fungsi Intelektual) 1. Taraf pendidikan 2. Pengetahuan umum 3. Kecerdasan 4. Konsentrasi 5. Orientasi a. Orientasi waktu : Baik (pasien tahu saat wawancara setelah makan pagi) b. Orientasi tempat : Baik (pasien tahu dirinya di RSJ Jawa Barat) c. Orientasi personal: Baik (pasien tahu bahwa pewawancara adalah dokter muda, pasien juga mampu membedakan antara dokter dan perawat) d. Orientasi situasi : Baik (pasien tahu bahwa pasien harus menghentikan wawancara karena lelah ingin tidur) 6. Daya ingat a. Jangka panjang : : Baik (pasien dapat mengingat tempat dan tanggal lahir, : SLTP (tamat) : Baik (pasien tahu bahwa SBY adalah presiden RI) : Sesuai dengan tingkat pendidikan (rata-rata) : Kurang

nama ibu dan bapak, anak serta suaminya) b. Jangka pendek : Baik (pasien dapat menyebutkan menu sarapan pagi di

hari saat wawancara) c. Segera : Baik (pasien dapat mengingat nama dokter muda

ketika ditanyakan kembali beberapa saat kemudian) 7. Pikiran abstrak : Baik (Pasien dapat menjelaskan persamaan dan

perbedaan semangka dan bola pada dokter muda) 8. Visuospasial 9. Bakat kreatif : Baik (pasien dapat menggambar jam) : Tidak ada

10. Kemampuan menolong diri: Baik (pasien mampu makan, minum, mandi, dan mengganti pakaian sendiri)

8 E. Proses Pikir 1. Arus pikir a. Produktivitas pikiran b. Kontinuitas pikiran c. Hendaya berbahasa 2. Isi pikir a. Preokupasi dalam pikiran: Tidak ada b. Waham c. Obsesi d. Fobia e. Gagasan rujukan f. Gagasan pengaruh : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Kemiskinan ide : Relevan : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls Baik

G. Daya Nilai 1. Daya nilai sosial : Tidak terganggu (pasien tau bila telanjang di depan umum itu memalukan) 2. Uji daya nilai : Tidak terganggu (pasien tau memukul dan mencuri itu dosa)

3. Daya nilai realitas : Terganggu (karena pasien memiliki halusinasi auditorik, halusinasi olfaktorik dan halusinasi raba)

H. Tilikan Derajat 1 penyangkalan total terhadap penyakitnya

I. Reliabilitas Baik

IV.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Internus Keadaan umum Kesadaran Frekuensi napas : Baik : Compos mentis : 20 kali/menit

9 Frekuensi nadi Tekanan darah Suhu tubuh Tinggi badan&BB Bentuk badan Mata THT : 88 kali/menit : 110/80 mmHg : 36C : 155 cm & 59 kg : Piknikus : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/: MAE lapang, septum deviasi (-), T1-T1 Tenang

Sistem kardiovaskular : Bunyi jantung I, II murni, reguler. Murmur (-), Gallop (-) Sistem repiratorius Abdomen : Suara napas normovesikuler. Wheezing (-), Ronkhi (-) : Dinding abdomen rata dan supel, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal. Ekstremitas : Pitting edema (-), akral hangat

Sistem urogenital&dermatologi: Tidak dilakukan pemeriksaan

B. Status Neurologi Tidak dilakukan pemeriksaan

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 13-03-2014 Hb: 14,8 Leukosit: 12.300 Hitung jenis leukosit: Basophil: Eosinophil: Neutrophil batang: 2 Neutrofil segmen: 69 Limfosit: 28 Monosit: 1 LED 1 jam: 21 SGOT: 21 SGPT: 13,5

VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Seorang pasien perempuan berusia 33 tahun sudah menikah, bekerja sebagai ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SLTP. Postur tubuhnya normal, kulit sawo matang, rambut pendek diikat, warna hitam dan sedikit gelombang. Kebersihan diri cukup. Mengenakan kaos dan celana ketika dating dengan diantar suaminya. Semenjak pindah dari rumah orang tua dan memilih untuk tinggal dirumah sendiri di lingkungan yang baru. Suaminya mengeluh jika pasien mulai bicara sendiri (autistik) membicarakan orang-orang yang sudah meninggal. Pasien mulai bertingkah aneh, pasien mulai marah-marah (agresivitas motorik) dan mengamuk

10 (agresifitas motorik) sampai menonjok perut suaminya (agresifitas motorik). Pasien mulai mengacuhkan suaminya. Pasien meminta suaminya untuk tidur dengan kedua anaknya. Semenjak itu pasien tidak bisa tidur (insomnia), tidak mau makan (anoreksia) dan hanya mondar-mandir (hiperaktivitas) sepanjang hari. Pasien merasa ada yang membisiki telinganya dan menyuruhnya untuk membuang kalungnya (halusinasi auditorik) dan pasien juga merasa ada yang mencekik lehernya seperti ingin mencopot kalungnya (halusinasi raba). Pasien juga mencium bau bangkai (halusinasi olfaktorik). Baunya sangat busuk, padahal disekitar situ tidak ada hewan atau manusia mati. Suami pasien mengatakan, karena pasien merasa bosan dan kesepian mengeluh tidak betah tinggal dilingkungan yang baru dan berjauhan dengan orang tuanya karena sudah sedari kecil tinggal disana. Pasien juga tidak diijinkan untuk bekerja oleh suaminya dan hanya disuruh untuk mengurusi pekerjaan rumah dan anak-anaknya saja seharian. Sehari-hari pasien hanya dirumah, jarang berinteraksi keluar rumah karena susah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru tempat tinggalnya kecuali ada tetangga yang mengajaknya untuk berpartisipasi dalam acara ibu-ibu PKK. Pasien merasa tertekan, hidup seperti tidak ada artinya lagi karena hanya berdiam diri dirumah, suaminya juga tidak mengijinkan pasien untuk bekerja. Suami pasien pulang tidak tentu karena bekerja sebagai sopir truk. Jika suaminya pulang bekerja pasien selalu mengutarakan kepada suaminya bahwa pasien ingin mengakhiri hidupnya saja. Pasien dan suami mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami ini sebelumnya. Dan pasien belum pernah berobat. Riwayat dalam keluarga yang mengalami hal serupa disangkal pasien. Selama diwawancara sikap terhadap pemeriksa adalah menghindar, kurang konsentrasi ketika ditanya dan sering memalingkan wajah, serta kemiskinan ide dengan memberikan sedikit informasi. Cara berbicara lambat, tertekan dan tampak ragu-ragu. Suasana perasaan pasien depresi, arus lambat, ekspresi tumpul, cara berbicara lambat, tertekan dan ragu-ragu seperti orang kebingungan. Ada gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan olfaktorik. Pemeriksaan fisik dan penunjang dalam batas normal.

VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan mengalami

10

11 Gangguan jiwa karena adanya : 1. Gejala kejiwaan berupa : Perilaku kacau seperti bicara sendiri, marah-marah, mengamuk, menonjok perut suaminya, tidak bisa tidur, tidak mau makan, mondar-mandir, halusinasi dan waham. 2. Distress/Penderitaan/Keluhan : Tidak tinggal 1 atap lagi dengan orang tuanya (hidup berjauhan dengan orang tua) Tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru

Gangguan tingkah laku ini sebagai GMNO karena : Tidak ada penurunan kesadaran Tidak ada trauma, tidak ada gangguan orientasi dan gangguan ingatan Tidak ada penyakit organik spesifik

GMNO ini termasuk psikosis karena ada gejala: Halusinasi auditorik dan olfaktorik

Menurut PPDGJ III : GMNO Psikosis ini tidak termasuk Skizofrenia karena tidak adanya gejala: Aksis II Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental Aksis III Tidak ditemukan adanya gangguan kondisi medik umum Aksis IV Pasien mengalami masalah dengan: Minimal 1 gejala dari kelompok 1 yaitu halusinasi Gejala yang berlangsung terus menerus lebih dari 1 bulan Tidak disebabkan oleh penyakit otak atau intoksikasi zat

Maka GMNO ini termasuk Episode Depresif Sedang karena: Afek depresif (gejala utama) Hilang minat dan kegembiraan (gejala utama) Konsentrasi dan perhatian berkurang Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram Gagasan untuk bunuh diri Nafsu makan berkurang dan tidur terganggu

11

12 Tidak tinggal 1 atap lagi dengan orang tuanya (hidup berjauhan dengan orang tua) Tidak diperbolehkan untuk bekerja Tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru

Aksis V Skala GAF : 61-70 (gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V : F 32.3 Episode Depresi Sedang dengan Gejala Psikotik : Tidak ada diagnosis aksis II : Tidak ada diagnosis aksis III : Masalah dengan rumah tangga dan lingkungan baru : Skala GAF 60-51 gejala sedang, disabilitas sedang

VIII. PROGNOSIS Faktor yang mempengaruhi : 1. Faktor yang mendukung kearah prognosis buruk : a) Masalah rumah tangga b) Masalah lingkungan c) Riwayat tidak teratur minum obat 2. Faktor yang mendukung kearah prognosis baik : a) Faktor pencetus yang jelas b) Kemauan pasien untuk meminum obat dan untuk kontrol

Kesimpulan Prognosisnya adalah : Ad vitam Ad fungsionam Ad sanationam : bonam : bonam : dubia ad bonam

IX.

DAFTAR PROBLEM : Hiposerotoninergik : Halusinasi auditorik dan olfaktorik

Organobiologik Psikologik/psikiatrik

12

Sosial/keluarga

13 : Masalah rumah tangga karena suami mengajak pindah rumah,

pasien bosan karena tidak diperbolehkan untuk bekerja dan tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru

X.

PENATALAKSANAAN

1. Indikasi rawat inap Pemeriksaan dan evaluasi lanjut terhadap gangguan psikiatrik pasien Keamanan pasien dan keluarga Perawatan diri

2. Psikofarmaka Anti psikotik Haloperidol 1,5 mg 3 x 1 hari

Anti Depresan Amitriptilin 10 mg 3 x 1 hari

3. Psikoterapi Psikoterapi suportif Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok seperti grouping. Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara: o Ventilasi : memberi kesempatan kepada pasien untuk meluapkan isi hatinya. o Sugesti : menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang. o Reassurance : meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa dia sanggup mengatasi masalahnya. o Bimbingan : memberikan bimbingan yang praktis yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa pasien, agar pasien lebih bersemangat mengatasinya. Psikoterapi reedukatif o Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya. o Memotivasi pasien untuk berobat teratur o Terapi keluarga: mendukung untuk kesembuhan pasien seperti mengunjungi pasien rutin, memberi kata-kata semangat dan sharing masalah bersama o Menasihati pasien supaya lebih banyak mendekati lingkungan secara perlahan-lahan

13

14 4. Sosioterapi Memberi penyuluhan kepada keluarga pasien agar terus memberikan dukungan dan memastikan pasien berobat secara teratur. Melibatkan pasien dalam kegiatan aktivitas kelompok di RSJ Propinsi Jawa Barat

XI.

LAMPIRAN Cuplikan wawancara hari Rabu tanggal 12-03-2014 D: selamat pagi bu, perkenalkan saya dokter muda disini, saya boleh tanya-tanya sekitar 15 menit ke ibu, nama saya sesha kalau boleh tau siapa nama ibu? P: yani (diam dan menjawab seperlunya) D: tempat tanggal lahir ibu dimana? P: tahun 1983, bandung gatau lah lupa (seperti tidak konsentrasi, tahun yang disebutkan pun salah seharusnya 1981) D: ibu tau ini dimana? P: (seperti kebingungan) di rumah sakit D: rumah sakit apa? P: rumah sakit (terdiam lalu) jiwa ya? D: ibu tau skenapa dibawa kesini? P: gak tau, saya mah gak kenapa-kenapa D: kalau masuk ke ruangan apa ada yang aneh atau berubah bu? P: (tidak konsentrasi dengan pertanyaan yang diberikan, seperti acuh lalu menjawab juga akhirnya) nggak D: ibu pernah merasa diri ibu sebagai Tuhan/Raja? P: nggak (pasien kelihatan bingung, memalingkan muka) D: apa ibu merasa diri ibu selalu dibicarakan orang? P: nggak (senyum, seperti aneh ketika diberi pertanyaan ini) D: apa ada yang masuk kepikiran ibu dan menyuruh ibu untuk melakukan sesuatu? P: saya nggak ngerti (jawaban lambat dan banyak terdiam) D: ibu pernah liat yang aneh-aneh gak, misalnya setan atau bayangan? P: nggak (sambil memalingkan muka, seperti tidak nyaman) naon atuh nanya-naya kaya kitu (menggumam sendiri) D: ibu pernah denger bisikan tapi gak ada orang nya gak? P: yaaa kalo itu pernah kaya ada bisikin saya suruh buang kalung D: terus ibu buang kalungnya?

14

15 P: iya soalnya waktu itu ngerasa kaya ada yang nyekik leher kaya mau ngelepasin kalungnya, jadi saya buang aja D: kenapa dibuang bu? Lain kali acuhkan saja suara itu, kan tidak ada orang yang menyuruh kenapa ibu mau itu kan penyakit bu. Lain kali jangan ya. D: jadi ibu ngerasa kaya ada yang raba/pegang ya? P: ya gitu (sambil memalingkan mukanya lagi, ini kenapa sih nanya-nanya gini sambil ketawa) D: bu, merasa hidup seperti gak ada gunanya? P: (diam dan menjawab agak lama dan agak hati-hati) ya saya kaya gak berguna D: apa ibu pernah tercetus ide ingin bunuh diri? P: nggak (memalingkan muka melihat wajah suaminya, lalu suaminya yang menjawab tiap malam istri saya dok, menggumam sendiri D: emang kenapa bu permasalahannya? P: masalah keluarga aja kok (seperti tertekan) D: coba ceritakan sama saya, siapa tau saya bisa bantu ibu P: saya cerita ke suami saya kok D: yaudah kalo tidak mau cerita dulu, ngomong-ngomong ibu bekerja dimana? P: saya nggak bekerja setelah menikah D: usia pernikahan ibu sudah berapa lama? anak ibu ada berapa? P: 14 tahun, ada 2 P: udah dulu ya saya pusing ditanya-tanya D: oh iya bu, maaf ya dan terimakasih atas waktunya selamat beristirahat ya P: iya mengutarakan ingin bunuh diri terus) (istrinya lalu

Follow Up hari Jumat, tanggal 14-03-2014 D: pagi ibu, saya dengan dokter muda sesha P: (pasien masi keliatan lesu kurang bersemangat) saya mau pulang dok, dimana suami saya? D: ya sebentar ya bu, ibu lebih baik disini dulu supaya tenang. Ibu bisa menceritakan masalah ibu ke saya atau keperawat. Kenapa ibu ingin pulang? P: saya mau pulang pokoknya jangan tanya-tanya lagi (pasien tidak ingin diwawancara, dan belum mau mengutarakan isi hatinya) D: iya ibu tenang dulu ya, kalo udah baikan pasti boleh pulang kok bu

15

Anda mungkin juga menyukai