Anda di halaman 1dari 20

GUIDING SOALSOAL IN OBSGYN

KEMATIAN MATERNAL Kematian ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator umumnya adalah angka kematian ibu ( Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu dibagi 2 yaitu kematian langsung ( 0!) dan tak langsung (20!). Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa ni"as dan segala inter#ensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi itu. Kematian ibu tak langsung merupakan akibat dari penyakit yang telah ada atau penyakit yg timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh pada kehamilan$ seperti% malaria, anemia, &I'(, dan penyakit kardio#askuler. )enyebab utama kematian maternal% perdarahan, eklampsi, komplikasi aborsi, partus ma*et, sepsis. &KI th 200+ adalah 22+,100.000 kelahiran hidup ((ur#ei 'emogra"i Kesehatan Indonesia). &KI Kal.ar th 200+ adalah 40/,100.000 kelahiran hidup. 0arget 1asional Indonesia (ehat 2010 yaitu

menurunkan &KI sampai 120,100.000 kelahiran hidup dan target Millenium Development Goals (3'4s) Indonesia sebesar 122,100.000 kelahiran hidup pd th 2012. Kesimpulan % &KI jauh dari target. MAKING PREGNANCY SAFER (uatu strategi sektor kesehatan untuk penurunan mortalitas,morbiditas ibu dan perinatal sehingga merupakan 5&3. 'i*anangkan pertama kali oleh 657 tahun 1++8 pada hari kseehatan sedunia sebagai sa"e motherhood se*ara global. / pesan kun*i% tiap persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih, tiap komplikasi obstertik dan neonatal mendapat penanganan adekuat, tiap wanita usia subur punya akses terhadap pencegahan kehamilan yang tak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. 4 strategi utama 3)(% 9 3eningkatkan akses, Kualitas dan *akupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang *ost9e"ekti" dan berdasar bukti ilmiah. 9 .angun Kemitraan lintas sektor yang e"ekti" dalam melakukan ad#okasi memaksimalkan sumber daya yang ada serta memantapkan koordinasi peren*anaan dan kegiatan 3)( 9 )emberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu,bayi baru lahir serta peman"aatan pelayanan yang ada 9 )emberdayaan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan peman"aatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. 3)( merupakan tanggung jawab seluruh unit,program di lingkungan kesehatan, bermitra dengan seluruh sektor terkait, organisasi pro"esi dan swasta. SAFE MOTHERHOOD 1. Keluarga .eren*ana % untuk menjamin tiap indi#idu dan pasangannya memiliki in"ormasi dan pelayanan untuk meren*anakan saat, jumlah dan jarak kehamilan.

2. )elayanan &ntenatal % untuk men*egah komplikasi dan menjamin bahwa komplikasi dalam persalinan dapat terdeteksi se*ara dini serta dapat ditangani se*ara benar. /. )ersalinan &man % untuk menjamin bahwa semua tenaga kesehatan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan peralatan untuk melaksanankan persalinan yang bersih, aman, dan menyediakan pelayanan pas*a persalinan kepada ibu dan bayi baru lahir. 4. )elayanan 7bstetri 1eonatal :sensial,:mergensi% untuk menjamin tersedianya pelayanan esensial pada kehamilan resiko tinggi dengan gawat obstetri*, pelayanan emergensi untuk gawat darurat obstetri* dan komplikasi kehamilan pada tiap ibu yang membutuhkannya. TUJUAN ANTENATAL CARE &suhan antenatal% upaya pre#enti" program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan$ tujuan% 3embangun rasa saling per*aya antara klien dan petugas kesehatan 3engupayakan terwujudnya kondisi terbaik ibu dan bayinya. 3endapat in"ormasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya. 3engidenti"ikasi dan menata laksana kehamilan risiko tinggi. 3emberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi 3enghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. (etiap kunjungan lakukan pengukuran ;0 1. 0inggi badan khususnya pd primigra#ida 2. 0imbang .. /. 0ekanan darah 4. 0inggi "undus uteri 2. 0etanus ;. 0ablet <at besi

&1=% 'itujukan untuk men*egah komplikasi dan menjamin komplikasi dalam persalinan dapat terdeteksi dini serta ditangai dengan benar. &1= merupakan bagian dari sa"e motherhood initiati#e di samping K., persalianan yang bersih dan aman, dan pelayanan obstetrik neonatal emergensi. K. menjamin tiap indi#idu dan pasangan punya in"oramsi dan pelayanan untuk meren*anakan saat, jumlah, dan jarak kehamilan )ersalinan aman% jamin semua tenga kesehatan punya pengetahuan, keterampilan, dan peralatan untuk melaksanakan persalinan yang bersih, aman, dan menyediakan pelayanan pas*a bersalin kepada ibu dan bayi baru lahir. )elayanan obs neo emergensi jamin tersedianya pelayanan esensial pda kehamilan risiko tinggi dengan gawat obstetrik, pelayanan emergensi untuk gawat9darurat obsterik dan komplikasi persalinan pada tiap ibu. (emua strategi harus dilakukan kesehatan primer yang bertumpu pada keadilan (e>uity) bagi seluruh wanita. ASUHAN PERSALINAN NORMAL 'e"inisi% asuhan bersih - aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya men*egah komplikasi terutama perdarahan pas*apersalinan, hipotermia, dan as"iksia bayi baru lahir. ?okus utama% men*egah komplikasi sehingga menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan neonatus. 0ujuan% mengupayakan kelangsungan hidup dan men*apai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya terintegrasi dan lengkap serta inter#ensi minimal. Kegiatan% (e*ara konsisten dan sistematik menggunakan praktik pencegahan infek i 3emberikan asuhan rutin dan pemantuau selama persalinan dan setelah baryi lahir termasuk penggunaan partogra" sebagai alat bantu !e!"#a$ kep#$# an k%inik berkaitan dengan pengenalan

dini komplikasi yang mungkin terjadi dan memilih tindakan yang paling sesuai 3emberikan a #han a&ang i"# se*ara turin selama persalinan, pas*a persalinan, dan ni"as 3enyiapkan '#(#kan bagi tiap ibu bersalinan atau melahirkan bayi 3enghindari tindakan berlebihan atau berbahaya 3emberikan a #han a&ang "a&i baru lahir, termasuk mengeringkan dan menhangatkan tubuh bayi, &(I dini, dan mengenal dini komplikasi dan tindakan yang berman"aat se*ara rutin 3emberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi baru lahir, termasuk dalam masa ni"as dini se*ara rutin 3engajarkan ibu dan keluarga mengenali dini bahaya yg mungkin terjadi selama ni"as dan pada bayi baru lahir. 3en)*k#!en$a ikan semua asuhan yang diberikan.

GRA+IDOGRAM =atatan gra"ik perkembangan kehamilan ibu PARTOGRAF )artogra" digunakan untuk men*atat hasil obser#asi dan kemajuan persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan se*ara normal sehingga merupakan alat deteksi dini kemungkinan partus lama. )en*atatan pada partogra" dimulai dari "ase akti" ketika pembukaan ser#iks 4 *m. Indikasi penggunaan partogra"% (emua ibu dalam "ase akti" kala 1 persalinan sampai kelahiran bayi (emua tempat pelayanan persalinan (emua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran.

GERAKAN DALAM KELAHIRAN, CARDINAL SIGN :ngagement% kejadian masuknya kepala dalam panggul$ pada primigra#ida terjadi 2 minggu menjelang aterm$ pada multipara terjadi pada awal persalinan. ?le@ion% kejadian yang memungkinkan kepala bayi lewat panggul dengan diameter yg terke*il, juga untuk menjamin terjadinya engagement. 'es*ent% penurunan kepala lebih lanjut karena adanya his, penipisan (.A (segmen bawah rahim), - kontraksi otot perut, yg dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran panggul serta besar - posisi kepala. Internal Aotation% putar paksi dalam utk menyesuaikan kepala terhadap bidang2 panggul di mana terjadi putaran oksiput terutama ke depan sehingga sutura sagitalis dalam posisi anteroposterior. :kstensi% kepala menyembul dari introitus dengan oksiput di bawah sim"isis. :ksternal rotasi% kebalikan putar paksi dalam yang terjadi setelah kepala lahir. :kspulsi TEORI PERSALINAN A.AL Kala I (stadium pendataran dan dilatasi ser#iks) dimulai ketika telah ter*apai kontraksi uterus dengan "rekuensi, intensitas, dan durasi yang *ukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi ser#iks yang progresi"$ berakhir saat ser#iks sudah membuka lengkap (sekitar 10 *m) sehingga memungkinkan kepala janin lewat. Kala II (stadium ekspulsi janin) dimulai ketika dilatasi ser#iks sudah lengjap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala III (stadium pemisahan dan ekspulsi janin) dimulai segera setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. JENIS PERSALINAN

)er9abdominal% tindakan bantuan persalinan di mana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding uterus. )er9#aginam% tindakan bantuan persalinan di mana janin dilahirkan melalui #agina$ baik se*ara "isiologis tanpa ekstraksi maupun dengan ekstraksi. JENIS EKSTRAKSI :kstraksi *unam ("or*ep) adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana janin dilahirkan melalui tindakan *unam,"or*ep yg dipasang pada kepalanya. :kstraksi #a*um adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana janin dilahirkan melalui ekstraksi bertekanan negati" dengan alat #akum yang dipasang pada kepalanya$ keadaan "isiologis yang diharapkan adalah adanya *aput suksadeneum pada sebagai kompensasi$ indikasinya adalah kelahiran kepala bayi pada kala2 yang diper*epat.

+AKUM tindakan mengeluarkan kepala bayi dari jalan lahir ibu menggunakan #akum ekstraktor yang ditempelkan pada kepala bayi dimana tenaga ibu tetap diperlukan. Indikasi% 3emper*epat kala 2 pada Ibu hamil dg hipertensi, &nemi berat, preeklamsi,eklamsi, riwayat (=$ Kala 2 lama, kala 2 tak maju$ 3aternal distress$ ?etal distress pada kala 2$ )osisi 7ksipitoposterior. Kontraindikasi% CPD, !a%p* i i, prematur, 5 1 atau 2, kelainan kranium janin, IB?'. Cakum dinyatakan gagal bila terjadi / kali *up lepas, atau dilakukan traksi selama 20 menit, janin tidak lahir Komplikasi% 9 laserasi ser#iks, robekan pada #agina, hematome #agina, sim"isiolisis (jarang) 9 Kaput, *ephal hematome, "raktur kranium, laserasi , robekan kulit kepala

KISTA O+ARIUM Pa'$ / Kista o#arium merupakan bentukan tumor pada o#arium di mana ada yang bersi"at non9neoplastik dan ada yang bersi"at neoplastik. 0umor non9neoplastik dibedakan menjadi tumor akibat radang dan jenis tumor lainnya. 0umor akibat radang seperti% abses o#arial, abses tubo9o#arial, dan kista tubo9o#arial. )ada jenis tumor lainnya yaitu kista "olikel, kista korpus luteum, kista lutein, kista inklusi germinal, kista endometrium, dan kista (tein9De#enthal. 0umor neoplatik jinak dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu bentuk kistik dan solid. 0umor kistik terdiri dari Kistoma o#arii simpleks, Kistadenoma o#arii musinosum, Kistadenoma o#arii serosum, Kista endometrioid, Kista dermoid. 0umor solid terdiri dari "ibroma, tumor .renner, dan maskulino#o9blastoma (tumor sisa adrenal). Klinis% asimptomatik$ gejala dan tanda akibat% pertumbuhan (penekanan organ, perut menonjol), akti#itas hormonal (perubahan haid), komplikasi (perdarahan ke dalam kista, putaran tangkai, in"eksi pada tumor, robekan dinding kista, degenerasi ganas), sindrom 3eigs ("ibromaEasitesEhidrotoraks). )enunjang% laparoskopi, B(4, F9ray, parasentesis. 0erapi% obser#asi, bedah (pengangkatan o#arium, salpingo9 oo"orektomi, histerektomi). KISTA O+ARIUM Pa'$ 0 'e"inisi )embesaran o#arium yang bersi"at "ungsional atau dis"ungsional, berupa kistik, padat atau *ampuran kistik padat dan dapat bersi"at neoplastik maupun non neoplastik )rinsip 'asar Insidennya 8! dari populasi wanita 'elapan puluh lima per*ent kista o#arium bersi"at jinak Klasi"ikasi kista o#arium a. Kistik 1. 1on 1eoplastik 1. ?ungsional 2. 1on "ungsional

b. )adat 'iagnosis 4ejala% 4ejala yang timbul tergantung besar tumor, lokasi dan adanya komplikasi. Bmumnya tidak menimbulkan gejala. 4ejala yang timbul dan patognomonik adalah % o )enekanan terhadap #esika atau rektum o )erut terasa penuh o )embesaran perut o )erdarahan (jarang) o 1yeri (pada putaran tangkai,kista pe*ah) o (esak napas, oedena tungkai (pada tumor yang sangat besar) )emeriksaan o )emeriksaan "isik, re*to #aginal ton*her (AB0) o )emerikasaan B(4 o Daparoskopi 3anajemen )erlu ditentukan apakah merupakan kista "ungsional atau bukan )erlu ditentukan apakah termasuk golongan neoplastik atau non neoplastik )engangkatan kista,o#arium tergantung jenis kista dan besar kista )engangkatan kista dapat dilakukan dengan laparoskopi atau laparotomi KLASIFIKASI A1ORTUS 'e"inisi% an*aman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan pada kehamilan G 20 minggu atau berat janin G 200gram. Klasi"ikasi% .erdasarkan ada tidaknya tindakan%

a) (pontan% abortus yang berlangsung tanpa tindakan. b) )ro#okatus% abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan% )ro#okatus medisinalis% berdasarkan pertimbangan spesialis 7bgin, interna, psikiater utk menyelamatkan ibu. )ro#okatus kriminalis% tanpa pertimbangan dokter, atau dengan pertimbangan hanya untuk mengeluarkan hasil konsepsi. .erdasarkan klinis dan patologis% Iminens% an*aman terjadinya abortus ditendai perdarahan per#aginam pada umur kehamilan G 20 minggu, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Insipiens% abortus yang sedang mengan*am$ ditandai ser#iks mendatar dan ostium uteri membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam ka#um uteri dan dalam proses pengeluaran. Kompletus% seluruh hasil konsepsi telah keluar dari ka#um uteri pada kehamilan G 20 minggu atau berat janin G 200 gram. Inkompletus% sebagian hasil konsepsi telah keluar dari ka#um uteri dan masih ada yang tertinggal. 3issed abortion% abortus yang ditandai embiro atau "etus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. &bortus habitualis% abortus spontan HI / kali berturut9turut. &bortus in"eksius% abortus disertai in"eksi pada alat genitalia &bortus septik% abortus disertai penyebaran in"eksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis). Kehamilan anembrionik% kehamilan patologi di mana mudigah dan kantong kuning telur tak terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk yang ditegakkan pada usia kehamilan 89 minggu dengan B(4. GANGGUAN MENSTRUASI 1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan haid%

hipermenorea,menoragia (perdarahan haid lebih banyak atau lebih lama (H hari)dari normal), hipomenorea (perdarahan haid lebih pendek atau lebih sedikit dari normal). 2) Kelainan siklus% polimenorea (siklus haid lebih pendek dari biasa (G21 hari), oligomenorea (siklus haid lebih lama (H /2hari)), amneorea (tidak ada haid minimal / bulan berturut9turut, bisa primer maupun sekunder) /) )erdarahan di luar haid (terjadi dalam masa antara 2 haid)% metroragia (terpisah dan dapat dibedakan dari haid), menometroragia(tak dapat dibedakan dari haid). 4) 4angguan lain yang ada hubungan dengan haid% premenstrual tension (keluhan emosional dan nyeri pada mamae yang mulai timbul 1 minggu sampai beberapa hari sebelum datang haid yang bisa menghilang sesudah haid datang atau sampai haid berhenti), mastalgia (nyeri dan pembesaran mamae sebelum haid karena edema dan hiperemi akibat peningkatan relati" estrogen), 3ittels*hmer< (nyeri antara haid sekitar pertengahan siklus hadi, pada saat o#ulasi), dismenorea (nyeri haid hebat beberapa jam atau hari sehingga perlu istirahat dari pekerjaan dan akti#itas sehari9hari, bisa primer tanpa hubungan dengan kelainan ginekologik atau sekunder karena kelainan ginekologik). JENIS KONTRASEPSI Kontrasepsi% usaha men*egah terjadinya kehamilan baik sementara maupun permanen$ jenisnya% Kontrasepsi tanpa alat atau obat% senggama terputus, pembilasan pas*asenggama, prolonged la*tation, pantang berkala. Kontrasepsi mekanis% kondom, pessarium, dia"ragma #aginal, *er#i*al *ap.

Kontrasepsi dengan obat spermatisida Kontrasepsi hormonal% pil kombinasi, pil sekuensial, mini9pil, depo pro#era (suntikan). 1orplant (implant, K. susuk, &lat kontrasepsi bawah kulit) &lat kontrasepsi dalam Aahim Kontrasepsi 3antap% 0ubektomi, Casektomi.

ENDOMETRIOSIS 'e"inisi% jaringan endometrium yang masih ber"ungsi terdapat di luar ka#um uteri$ antara lain di o#arium, peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, ka#um 'ouglas, tuba ?allopi, septum rekto#agina, kanalis inguinalis, apendiks, umbilikus, ser#iks uteri, parut laparatomi. =ausa% darah haid regurgitasi melalui tuba ke dalam rongga pel#is. Klinis% nyeri perut bawah progresi" dan dekat paha pada dan selama haid (dismenorea), disparaunia, nyeri sewaktu de"ekasi khususnya pada saat haid, poli,hiper9menorea, in"ertilitas. )enanganan% analgetika, hormonal (androgen, estrogen9progesteron, progesteron, dana<ol), pembedahan, radiasi. MIOMA UTERI Pa'$ / 'e"inisi% neoplasma jinak otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya yang berasal dari sel imatur. )&, mioma% (ubmukosum% berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. .ila tumbuh bertangkai menjadi polip lalu dilahirkan melalui saluran ser#iks, disebut myomageburt. Intramural% terdaapt di dinding uterus di antara serabut miometrium (ubserosum% tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus dan diliputi serosa. .ila tumbuh di antara ke2 lapisan ligamentum latum, disebut mioma intraligamenter. .ila tumbuh menempeli jaringan lain lalu membebaskan diri dari uterus, disebut wanderin,parasiti* "ibroid. :pidemiologi% nulipara atau yang kurang subur.

)erubahan sekunder% atro"i dan degenerasi. Komplikasi% degenarasi ganas dan torsio. Klinis% sering asimptomatik, perdarahan abnormal, nyeri, gejala dan tanda penekanan, in"ertilitas. 0erapi% 4nA5 agonis, operasi, radioterapi. MIOMA UTERI Pa'$ 0 'e"inisi 0umor jinak otot polos uterus yang dilipat oleh psendo *apsul, yang berasal dari sel otot polos yang imatur )rinsip 'asar 3erupakan tumor terbanyak dari uterus. )re#alensinya men*apai 20! populasi wanita H /0 thn dan /2940! pada wanita H 20 thn .erhubungan dengan estrogen (jarang dijumpai sebelum menar*he, tidak tumbuh lagi setelah menopause atau kastrasi$ membesar selama kehamilan atau resapar estrogen eksogen, sering dijumpai pada tumor yang menimbulkan estrogen, dapat dijumpai bersamaan dengan hiperplasia endometrium Dokasi terbanyak pada intramiral (menyebabkan uterus berbenjol9benjol). 3ioma sub mukosum jarang (2910!) tetapi se*ara klinik sangat penting karena hampir selalu menimbulkan syptom,gejala. 3ioma subserosum dapat timbul retro peritoneal, intra ligamenter. 'apat mengalami perubahan seperti degenerasi hialin (tersering), degenerasi kistik, in"eksi, klasi"ikasi dan degenerasi maligna 'iagnosis )emeriksaan "isik (#aginal "on*her) )emeriksaan B(4 3anajemen Konser#ati" (miomektomi) 5isterektomi )engamatan saja

)emilihan *ara managenen tergantung pada keadaan % o 4ejala yang timbul o .esar dan lokasi mioma o Bmur pasien o ?ungsi reproduksi

PROLAPS GENITAL &rti% 0urunnya alat genital akibat hilangnya penunjang anatomi dari diaphragma pel#is dan atau #agina. Aisiko%usia lanjut, de"isiensi estrogen, trauma persalinan, genetik dan peningkatan tekanan intra abdomen kronik Jenis%sistokel,rektokel,:nterokel,)rolaps uterus,)rolaps #aginal Klasi"ikasi% (tadium I % di dalam #agina dengan manu#er Casal#a (tadium II % di introitus #agina dengan manu#er Casal#a (tadium III % di luar introitus dengan manu#er Casal#a 4ejala% sindrom saluran kemih bawah pemeriksaan% Brin sisa (masalah pengosongan buli), tes pro#okasi (e#aluasi stres inkontinensia dan meatus eksternal sementara pasien batuk dengan kondisi kandung kemih penuh), 0es pengganti( mirip tes pro#okasi dengan spekulum atau pesarium, tekanan uretra (tekanan G 20*m 520 bedah). 0erapi% estrogen selama, minggu terutama (t.1, pesarium, bila akibat postpartum hanya obser#asi, bedah sebaiknya tunggu 1 tahun. :dukasi% 0idak ada upaya "isik dan hubungan intim selama ; minggu pertama, Kunjungan pas*a operasi / bulan setelah pembedahan, e#aluasi incontinence, kesulitan berkemih, akti"itas seksual dan disparenia,dan (tres9inkontinensia. INKONTINESIA URI 'e"inisi% Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkontrol dimana se*ara objekti" dapat terlihat dan merupakan masalah sosial atau higienis. )rinsip 'asar 0ekanan kandung kemih meningkat melewati tekanan leher kandung kemih dan uretra

(istim persara"an parasimpatik dan stimulasi kolonergik menentukan kontraksi otot detrusor kandung kemih dan relaksasi leher kandung kemih. Klasi"ikasi% o Genuine stress incontinence % adalah keluarnya urin yang tidak terkontrol, terjadi bila tanpa suatu kontraksi detrusor, tekanan intra#esikal melebihi tekanan urethral maksimum. o Urge incontinence: adalah keluarnya urin yang tidak terkontrol terkait dengan hasrat berkemih yang kuat. o Unstable detrusor: adalah suatu detrusor yang terlihat se*ara objekti" berkontraksi, se*ara spontan atau dengan pro#okasi, selama tahap pengisian sementara pasien men*oba menghambat proses micturition tersebut. 0idak terdapat bukti adanya gangguan neurologis. o Mixed incontinence % 3erupakan genuine stress in*ontinen*e maupun urge in*ontinen*e. o Detrusor hyperre lexia: ide"inisikan sebagai akti"itas yang berlebihan karena gangguan mekanisme kontrol syara". Istilah detrusor hyperre lexia sebaiknya hanya digunakan bila terdapat bukti objekti" tentang suatu gangguan neurologis yang rele#an. o !ver low incontinence %i alah keluarnya urin yang tidak terkontrol, yang terkait dengan pengelembungan yang berlebihan dari kandung kemih. o "atrogenic incontinence: adalah inkontinensia urin yang disebabkan oleh pengobatan medis, seperti 'o@a<osin, para<osin. o Detrusor sphincter dyssynergia: kontraksi detrusor yang terjadi bersamaan dengan kegagalan membukanya leher kandung kemih yang terlihat se*ara objekti" ( bladderneck opening). 'iagnosis )asien seharusnya membuat *atatan harian berkemih. Keluarnya urin seharusnya ditampung dengan tes pad selama

24 jam yang sama. &kti"itas "isik yang terkait dengan leakage tersebut seharusnya di*atat. (udah ada rekam medis. 'ilakukan pemeriksaan ginekologi, pemeriksaan *elup urin dan kultur urin. Jadi keluhan berkemih sebaiknya diperiksa dan diobati sebelum pemeriksaan urodinamik. .ila terdapat hanya stres inkontinens berdasarkan anamnesis, maka jumlah urin yang keluar dalam ukuran gram di*atat dengan mempergunakan sebuah stress tett yang standar (misalnya, 20 lompatan di tempat, dengan /00 ml #olume kandung kemih). Kekuatan otot dasar panggul, kepekaan perineum dan re"leks anokutan die#aluasi. (ebelum pengobatan operati" lowmetry dilakukan dan urin sisa diukur. 0iga pro"il tekanan urethra di*atat, sedangkan rata9rata tekanan urethral maksimum, tekanan kandung kemih dan tekanan penutup juga di*atat. #ila terlihat urge atau mixed incontinence berdasarkan anamnesis, maka stationary atau ambulatory cystourethrometry dimasukkan dalam pemeriksaan yang dilakukan untuk genuine stress in*ontinen*e. $ystourethrometry seharusnya dilakukan dengan pro#okasi, sementara pasien berdiri. Insiden keluarnya urin seharusnya di*atat di gra"ik. &pabila stationary cystourethrometry tidak mendeteksi mekanisme keluarnya urin maka pen*atatan ambulatoar seharusnya dilakukan. %asien&pasien dengan kondisi normal dan sistokel dapat menjadi inkontinen setelah operasi #agina. (ebelum inter#ensi bedah, pasien9pasien ini seharusnya dilakukan pengujian stress, sedangkan kandung kemih dalam kondisi penuh dan sistokel terkompensasi. 5al ini dapat dilakukan selama pemeriksaan ginekologi dengan mempergunakan spekulum yang mengimbangi sistokel tanpa mengkompres urethra atau dengan mempergunakan suatu pesarium vaginal pada pasien rawat jalan.

3anajemen %asien&pasien pasca menopause seharusnya mendapatkan estrogen yang diberikan baik dengan aplikasi oral maupun lokal. 4enuine stress in*ontinen*e dan mi@ed in*ontinen*e Datihan otot9otot pelvic loor yang diawasi oleh dokter ahli "isioterapi yang kompeten. )engobatan dengan mempergunakan vaginal cones, balls atau vaginal tampon (kurang terdokumentasi dengan baik). :le*trostimulation% 'urasi yang panjang (;9 jam) atau maksimal (20 menit) /9; bulan (22920 5<). Aetropubi* *olposuspension. Ingat bahwa pertemuan ('unction) antara kandung kemih dan urethra dianggap tetap, tidak ter9rele#ansiK Aetropubi* sling operations. )asien9pasien pada waktu sebelumnya menjalani operasi untuk stress incontinence yang dideritanya dan pasien9pasien dengan penurunan closure pressure (kurang dari 20 *m 527), menurut pengalaman menderita poor prognosis dalam kasus reoperasi. 7perasi ini sebaiknya tidak dilakukan oleh operator yang kurang berpengalaman karena suatu overcorrection dapat memberikan pasien suatu masalah yang berat berkenaan dengan residual urine, urinary tra*t in"e*tion dan motor urge in*ontinen*e. (ling surgery sebaiknya dilakukan oleh sejumlah dokter dengan tingkat kemampuan yang tinggi dan mahir. &rti"i*ial sphin*ter (urologi) )asien9pasien dengan genuine stress in*ontinen*e dan *ysto*ele 7perasi retropubi* *olposuspension dan #aginal *ysto*ele pada satu langkah. In*ontinen*e *ure setelah Kelly sutures buruk. 3otor urge in*ontinen*e dan mi@ed in*ontinen*e :le*trostimulation maksimal 20 menit minimum sekali seminggu dan sekurang9kurangnya 10 kali (2910 5<).

:meproniumbromide 200 L 00 mg @ /. 7@ybutine *hlorid 2,2 9 2 mg @ /. :ntero*ystoplasti* surgery (urologi). 'e#iasi urine (*ontinent *utaneous urostomy) (urologi). In*ontinen*e pads.

1asehat )asien9pasien sebaiknya menghindari mengangkat beban berat dan tekanan dinding abdominal yang penting meningkat selama 29; minggu setelah pembedahan. &pabila pasien tersebut melakukan pekerjaan berat, maka dia sebaiknya mengambil *uti sakit selama 29; minggu. &pabila dia melakukan pekerjaan kurang berat, maka periode *uti sakit itu dapat diperpendek. ?ollow Bp (eluruh pengobatan sebaiknya dikontrol melalui metoda subjekti" dan objekti". (tandardisasi 20 jam tes pad. )engobatan genuine stress in*ontinen*e sebaiknya dikontrol dengan tes stres yang menerapkan standardisasi #olume kandung kemih dan pro#okasi "isik. Bro"lowmetry setelah inter#ensi bedah. 'apat men*atat perbaikan yang berlebihan. INFERTILITAS 'e"inisi )asangan suami9isteri pada usia reproduksi, melakukan kohabitasi sebagai mana layaknya (29/ kali seminggu), tanpa menggunakan kontrasepsi, tidak hamil selama 2 tahun masa usaha untuk menjadi hamil. )rinsip 'asar ?aktor penyebab biasanya adalah% suami 40!, isteri 40!, suami dan isteri 20!. (yarat hamil% kuantitas dan kualitas sperma baik, ada o#ulasi pada wanita, ada "ertiliasi, ada nidasi.

3erujuk pasien ke tempat yang mempunyai "asilitas yang lebih baik, atau menghentikan pemeriksaan dan pengobatan (sesuai dengan "asilitas yang dimiliki, dan kemampuan "inansial pasien), apabila dalam 2 tahun, paling lama / tahun pengobatan tidak membuahkan hasil kehamilan. ?aktor penyebab utama antara lain% analisis mani yang buruk, hormonal termasuk endometriosis, in"eksi, dengan segala dampaknya, seperti oklusi tuba, dan perlekatan genitalia interna. Kegagalan "ertilisasi intrauterin% kegagalan ejakulasi (hipospadia, #aginismus, impotensi, ejakulasi retrogade),kelainan pada ser#iks (lendir ser#iks yang jelek),in"ertilitas pria derajat ringan9sedang9 atau tidak diketahui sebabnya )unexplained in ertility,:ndometriosis ringan, kelainan imunologi (reaksi antobodi antara sperma dengan antisperma pada wanita). )rognosis bergantung "aktor penyebab, lama kawin, dan lama usaha untuk mendapatkan kehamilan. 'iagnosis S#a!i &namnesis seperti la<imnya, termasuk riwayat penyakit dan seksual. )emeriksaan jasmani, termasuk genitalia eksterna. )emeriksaan laboratorium dasar, darah dan urine. &nalisis mani. )emeriksaan hormonal, bila mungkin. (edapat mungkin bekerjasama dengan ahli &ndrologi atau Brologi. I $e'i &namnesis seperti la<imnya, termasuk riwayat penyakit dan seksual. )emeriksaan jasmani, payu dara (kolostrum, galaktorea, benjolan), dan genitalia sebagaimana la<imnya. )emeriksaan laboratorium dasar, darah dan urine, bila mungkin hormon prolaktin.

)emeriksaan (uhu .asal .adan ((..), selama / bulan berturut9turut. .iopsi endometrium pada haid hari ke 20924, bila mungkin. )emeriksaan hormon reproduksi, bila mungkin )emeriksaan ultrasonogra"i daerah pel#is. )emeriksaan histerosalpingogra"i. )emeriksaan histero9laparoskopi diagnostik, yang dilanjutkan dengan histero9laparoskopi9operati", bila mungkin. 0atalaksana p@.lab% )&0:1(I 0B.& B0:AI1& ((&DBA&1 0:DBA), s0&0B( 7CBD&(I 6&1I0&,KB&DI0&( ():A3&07M7& (B&3I, K&)&(I0&( ':)7(I(I (:A0& K:5I'B)&1 ():A3& '&D&3 C&4I1a 3anajemen )engobatan bertujuan untuk meningkatkan "ungsi reproduksi. .erbagai *ara pengobatan antara lain% konseling kejiwaan, pemberian antibiotika, inseminasi mani (suami) dengan berbagai modi"ikasi, kuretase, induksi o#ulasi, induksi spermatogenesis, koreksi de"ek anatomi dan "isiologi dari organ genitalia (al% miomektomi, kistektomi, salpingo9pel#iolisis), dan pengobatan khusus seperti pada endometriosis. "nvitro ertilisasi dan *mbryo +rans er )",-&*+) dengan berbagai modi"ikasi, apabila usaha di atas tidak menghasilkan kehamilan.

+1AC 2+AGINAL 1IRTH AFTER CAESAREAN3Pe' a%inan pe'c*"aan (Trial of labor) e$e%ah e"e%#!n&a pe'nah )i%ak#kan ek i* e a'ea4 )ersalinan per*obaan adalah untuk persalinan per #aginam pada wanita dengan panggul yang relatip sempit. )ersalinan per*obaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya. )ersalinan per*obaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per#aginam atau setelah anak lahir per#aginam.

1. 2. /. 4. 1. 2. /.

P'*$*k*% pe' a%inan pe'5agina! )engan pa'#$ #$e'# 3enurut ./.RM ).dvanced in /abour and Risk Management0 "nternational % 5al dasar yang perlu diperhatikan $ Identi"ikasi pasien apakah memenuhi syarat untuk dilakukan pertolongan persalinan per#aginan. 3enjelaskan dengan *ermat mengenai ren*ana pertolongan persalinan dengan diakhiri penandatanganan persetujuan pasien,keluarga in ormed consent. )ersiapkan pemantauan ibu dan janin dalam persalinan se*ara terus9 menerus(&larm International., 200/). ( continuous electronic monitoring ). 'ipersiapkan sarana operasi segera untuk menghadapi kegagalan ,#.$ )vaginal birth a ter caesarean0 (&larm International., 200/). )emilihan pasien $ Kenali jenis operasi terdahulu .ila mungkin mengenal kondisi operasi terdahulu dari laporan operasinya (adakah kesulitan atau komplikasinya) 'ianjurkan ,#.$ dilakukan hanya pada uterus dengan luka parut dari sayatan trans#ersal (egmen .awah Aahim ((.A) (&larm International, 200/). Kontra indikasi ,#.$)vaginal birth a ter caesarean0: 1. Duka parut uterus jenis klasik 2. Jenis luka 0 terbalik atau jenis parut yang tidak diketahui /. Duka parut pada otot rahim diluar (.A 4. .ekas uterus ruptur 2. Kontra indikasi relati" misal, panggul sempit relati" ;. 'ua atau lebih luka parut trans#ersal di (.A 8. Kehamilan ganda . )resentasi bokong (&larm International., 200/).

)ersalinan per*obaan dikatakan berhasil kalau anak lahir per#aginam se*ara spontan atau dibantu dengan ekstraksi ( orcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik. (&larm International., 200/). 1ita menghentikan persalianan percobaan kalau: i) )embukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya ii) Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik iii) Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis i#) (etelah pembukaan lengkap dan pe*ahnya ketuban, kepala dalam 2 jam tidak masuk ke dalam rongga panggul walaupun his *ukup kuat #) -orcepe gagal, #i) )er*obaan dilakukan tidak lebih daripada jam bermulanya kala II. (&larm International., 200/). 'alam keadaan9keadaan tersebut diatas dilakukan seksio sesarea. Kalau seksio sesarea dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan per*obaan lagi (&larm International., 200/). N (eksio primer 'ika: O )lasenta pre#ia O Casa pre#ia O =)',?)' O )anggul patologik O )resentasi abnormal O Kelainan letak O )osterm dengan skor pel#ik rendah O 2 kali seksio O )enyembuhan luka operasi yang lalu buruk O 7perasi yang lalu kolporal,klasik 6ATUCHNI ANDROS SCORE

Bntuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Ma*htu*hni dan &ndros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan per#aginam atau perabdominan. Jika nilai P / dilakukan persalinan perabdominan, jika nilai 4 dilakukan e#aluasi kembali se*ara *ermat, khususnya berat badan janin$ bila nilai tetap dapat dilahirkan per#aginam, dan jika nilai Q2 dilahirkan per#aginam. $ontoh 1asus: )ersalinan )er#aginam% 3ultigra#ida, usia kehamilan / mnggu,taksiran /200 gram, penurunan 5192, tidak pernah letak sungsang dan pembukaan 4 *m. )ersalinan )erabdominam% )rimigara#ida, hamil 40 minggu, taksiran /200 gr, penurunan 5192, pembukaan 1 *m.

2enis %rolapsus Uteri prolapsus dinding depan vagina $ystocele ) prolapsus kandung kemih 0 Urethrocele ) prolapsus urethra 0 prolapsus dinding belakang vagina *nterocele Rectocele prolapsus bagian atas vagina prolapsus uteri prolapsus vagina Grading 'erajat I L uterus sedikit turun kedalam #agina dan biasanya keadaan ini tidak disadari oleh penderita 'erajat II L uterus turun lebih jauh kedalam #agina sehingga ujung uterus berada di ori"isium #aginae 'erajat III L (ebagian besar uterus sudah keluar dari #agina (keadaan ini disebut sebagai prosidensia uteri) Ge'ala 3 +anda (ering tidak menimbulkan gejala atau keluhan )asien merasa ada sesuatu yang keluar dari #agina Aasa tak nyaman di abdomen bagian bawah Inkontinensia urine (stress in*ontinen*e) 4angguan miksi ( dysuria ) Konstipasi 'ispareunia Iritasi , in"eksi #ul#a *tiologi )rolapsus terjadi bila otot dan ligamentum dasar panggul sangat teregang terutama akibat persalinan lama atau usia tua 7besitas Keganasan uterus 'iabetes .ron*hitis *hronis

PROPLAPSUS UTERI De inisi 0urunnya uterus dari tempatnya, ke dalam rongga #agina atau keluar dari introitus #agina akibat kelemahan atau *edera otot dasar panggul sehingga tidak mampu lagi menyangga organ panggul

&sma )ekerjaan 9 pengangkat beban berat terutama bila otot panggul sudah lemah atau uterus retro#ersio %encegahan 3enjaga berat badan dengan merubah gaya hidup Datihan otot dasar panggul ( Kegel :@er*ise ) 5indari konstipasi 7lah raga teratur .erhenti merokok Jangan mengangkat beban berat %enanganan 1on operati" latihan otot dasar panggul pessarium 7perati" 5isterektomi De "ort operation 3an*haster operation Aepair rektokel Aepair #esikokel 0erapi agresi" seringkali tidak perlu dikerjakan mengingat bahwa keadaan ini tidak bersi"at Rli"e threateningS . 7lah raga dapat memperbaiki "ungi otot dasar panggul. )embedahan hanya dilakukan pada kasus prolapsus yang berat. PERSALINAN PREMATURE De inisi )ersalinan yang terjadi antara usia kehamilan 209/8 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (&=74,1++2). 0imbulnya kontraksi uterus dengan "rekuensi dan intensitas yang *ukup untuk

mempengaruhi dilatasi ser#i@ sebelum akhir masa gestasi (antara 289 /0 minggu) )enyebab utama kematian perinatal (akibat ..DA). %enyebab 'e*idual hemorrhage, (eg, abruption, me*hani*al "a*tors su*h as uterine o#erdistension "rom multiple gestation or polyhydramnios), =er#i*al in*ompeten*e (eg, trauma, *one biopsy), uterine distortion (eg, mTllerian du*t abnormalities, "ibroid uterus), =er#i*al in"lammation (ba*terial #aginosis U.CV, tri*homonas), 3aternal in"lammation,"e#er (eg, urinary tra*t in"e*tion), 5ormonal *hanges (eg, mediated by maternal or "etal stress), Bteropla*ental insu""i*ien*y (eg, hypertension, insulin9dependent diabetes, drug abuse, smoking, al*ohol). )ersalinan preterm mempunyai banyak penyebab, namun in"eksi korioamnionitis kini menjadi dominan. In"eksi ini mempunyai potensi untuk *idera pada bayi baru lahir. (emakin muda kehamilan semakin buruk prognosisnya %ato isiologi N )engaruh mediator2 terhadap biosintesis prostaglandin N In"eksi dan in"lamasirespons imunologik %<at9<at yang menginisiasi kontraksi uterus N =ara masuk kuman penyebab in"eksi % 1) Jalur transer#ikal masuk ke dalam selaput amniokorion dan *airan amnion (*. coli) 2) 3elalui jalur transer#ikal ke desidua, chorionic 'unction pada segmen bawah rahim. /) )enetrasi langsung ke dalam jaringan ser#iks. 4) (e*ara hematogen ke plasenta dan selaputnya. 2) (e*ara hematogen ke miometrium

4. 3erokok lebih dari 10 batang perhari 2. Aiwayat abortus pada trimester II ;. Aiwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali )asien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih "aktor risiko mayor$ atau dua atau lebih "aktor risiko minor$ atau keduanya 1riteria Diagnosis Bsia kehamilan antara 20 dan /; minggu lengkap atau antara 140 dan 22+ hari Kontraksi uterus (his) teratur, 5is 1@,10W,/0S. )emeriksaan dalam menunjukkan bahwa ser#iks telah mendatar 209 0!, atau dilatasi ser#iks sedikitnya 2 *m atau perubahan dilatasi dalam 1 jam (elaput ketuban seringkali telah pe*ah 3erasakan gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku menstruasi, rasa tekanan intrapel#ik dan nyeri bagian belakang 3engeluarkan lendir per#aginam, mungkin ber*ampur darah %enatalaksanaan .elum Inpartu .edrest 'eteksi - manajemem "aktor risiko 0okolitik .9mimetik (albutamol (In"us 20920 mikrogram,mnt, 7ral 294@ 2 mg,hari maintenan*e) 0erbutalin (In"us 10922 mikrogram,mnt, 7ral /92 mg,hari) Aitodrine (In"us 100 mikrogram,mnt, 7ral /@2 mg,hari) 3g(74 .olus IC lambat 209/0 mnt 49; mg In"ua 294 gram,jam )eriksa kesejahteraan janin (B(4 - =04) Kortokosteroid (pematangan paru janin)

1) 2) /) 4) 2) -aktor Risiko %rematuritas Mayor 1. Kehamilan multipel 2. 5idramnion /. &nomali uterus 4. (er#iks terbuka lebih dari 1 *m pada kehamilan /2 minggu 2. (er#iks mendatar,memendek kurang dari 1 *m pada kehamilan /2 minggu ;. Aiwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali 8. Aiwayat persalinan preterm sebelumnya . 7perasi abdominal pada kehamilan preterm +. Aiwayat operasi konisasi 10. Iritabilitas uterus Minor 1. )enyakit yang disertai demam 2. )erdarahan per#aginam setelah kehamilan 12 minggu /. Aiwayat pielone"ritis ;)

1) 2) /)

4) 2)

;. %rotokol %emberian 1ortikosteroid "M O"a$ D* i .etametason 'e@ametason 5idrokortison 1@12 mg /@4 mg /@200 mg La!a Pe!"e'ian 2 hari (2 dosis) 2 hari (; dosis) 4 dosis T*$a% 24 mg 24 mg 2000 mg 1. 2. /. 4.

Inpartu 1) )reskep% per#aginam dgn episiotomi lebar - perlindungan dgn "or*eps terutama jika G/2 mggu 2) (= jika% )resbo, letak lintang 0.J G1200 gr (yarat per#aginam tak terpenuhi )lasenta pre#ia /) 3anipulasi bayi seminimal mungkin, inkubator, oksigen Rekomendasi %enatalaksanaan %ersalinan %reterm Kon"irmasi diagnosa persalinan preterm. Kehamilan G /4 minggu dengan kemajuan persalinan progresi" (dilatasi ser#ik H 4 *m) tanpa disertai indikasi ibu dan atau anak untuk terminasi kehamilan X 7bser#asi ketat kontraksi uterus dan 'JJ dan lakukan pemeriksaan ser#ik serial untuk menilai kemajuan persalinan. /. Kehamilan G /4 minggu % beri kortikosteroid untuk pematangan paru. 4. Kehamilan G /4 minggu pada wanita dengan kemajuan persalinan yang tidak progresi" Udilatasi ser#ik G 4 *mV *egah kontraksi uterus dengan pemberian tokolitik dan berikan kortikosteroid serta antibiotika pro"ilaksis untuk 4.(. 2. )ada kehamilan H /4 minggu % lakukan obser#asi kemajuan persalinan dan kesehatan janin intrauterin. 1. 2.

)ada kasus dengan persalinan akti" yang progresi" (dilatasi ser#ik H 4 *m) berikan antibiotika untuk pro"ilaksis in"eksi 4.( pada neonatus. Protocol for use of magnesium sulfate in supression of preterm labor C'i$e'ia f*' a)!i i*n $* p'*$*c*% )reterm labor has been *on"irmed 4estational age o" 20 L /4 weeks has been *on"irmed :@amination and tests ha#e ruled out any *ase o" maternal and "etal disease or disorder in whi*h it would be best to allow labor to *ontinue &ny spe*i"i* *ontraindi*ations to !agne i#! #%fa$e therapy ha#e been ruleout P'*$*c*% .egin intra#enous in"usion o" magnesium sul"ate 4 g (40 ml o" 10! solution). 0he rate o" in"usion should be slow enough to pre#ent "lushing or #omiting. 0hen, *ontinue ous in"usion o" magnesium sul"ate should be started at 2 g per hour (magnesium sul"ate 10! solution, 200 ml in 2! de@troses, 00 ml, at a rate o" 100 ml,hr. 0his in"usion *an be titrated up by in*rements o" 0.2 g per hour to a ma@imum o" 4.0 g per hour until ade>uate to*olysis is a*hie#ed ( G 4 L ; uterine *ontra*tions per hour). In"usion should be *ontinued until labor subsides or progresses to an irre#ersible stage ( *er#i*al dilatation o" 2 *m ) Aedu*e the rate o" in"usion i" magnesium to@i*ity is obser#ed. P'*$*c*% f*' 'ec#''en$ p'e$e'! %a"*' I" *ontraindi*ations re*ur a"ter dis*ontinuation o" the in"usion, the pro*edure may be repeated KEHAMILAN LE.AT .AKTU7SEROTINUS7POSTTERM

1omplikasi Ibu 1. 5)) &tonia uteri karena janin besar atau penggunaan oksitosin karena ser#iks belum matang

Janin 1. Kematian janin (/@ risiko dari kematian aterm) /0! sebelum partus, 22!intrapartum, 12! post natal. 2. 4awat janin aspirasi mekonium, hipoksia, kompresi tali pusat 3. Kelainan letak de"leksi, oksiput posterior, distokia bahu, trauma kepala janin 4. 4angguan pe,bekuan darah 1. %ermasalahan 1ehamilan %ostterm Insu"isiensi plasenta 3asa hidup plasenta terbatas (pun*aknya / mggu,kmdian menurun setelah 42 mnggu sirkulasi uteroplasenter turun 20! menjadi 220 mD,mnt). Jika kehamilan melampau masa hidup plasenta janin hipoksia pertumbuhan terhambat, .. (dismature) bahkan kematian 7ligohidramnion )d kehamilan 40942 mnggu terjadi penurunan *airan ketuban s*ra dramatis yg dapat menyebabkan penekanan tali pusat. &spirasi mekonium 3al"ormasi kon"enital )eningkatan .. Janin berlebihan (er#iks belum matang PERDARAHAN POST PARTUM 1) 2) /) 4) &tonia Bteri Aobekan Jalan Dahir Aetensio )lasenta (isa )lasenta

2. /. 4. 2. ;.

2. Aobekan Jalan Dahir

/. Aetensio )lasenta

4. (isa )lasenta

84 PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL De inisi )erdarahan uterus dis"ungsional adalah perdarahan uterus abnormal yang terjadi di dalam maupun di luar siklus haid, yang semata9mata disebabkan gangguan "ungsional mekanisme kerja hipotalamus9hipo"isis9o#arium9endomatrium tanpa kelainan organik alat reproduksi. )B' paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan peri menopause. )erdarahan rahim dis"ungsional merupakan perdarahan rahim abnormal tanpa penyebab organik (gangguan organ). (ebelumnya kita harus menyingkirkan kemungkinan kehamilan, tumor, in"eksi, koagulopati, dan penyakit radang panggul atau penyakit lainnya.

a. In"use 7ksitosin b. )rostaglandin *. =airan hipertonik intrauterin 2. 3anipulati",tindakan a. amniotomi b. stripping o" the membrane (melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim) *. pemakaian rangsangan listrik d. rangsangan pd putting susu Indikasi Janin (serotinus,postterm, K)', IB?')$ Ibu (kehamilan dengan 5iperensi dan '3) Kontraindikasi 9 3alposisi - malpresentasi janin 9 Insu"isiensi plasenta 9 )lasenta pre#ia 9 4randemultipara 9 =)' 9 =a*at rahim 9 4emelli 9 5idramnion

INDUKSI PERSALINAN

Definisi (uatu tindakan terhadap ibu hamil yg belum inpartu (se*ara Syarat pemberian infuse oksitosin operati",medisinal) utk merangsang timbulnya kontraksi rahim (yarat ibu dan janin sehingga terjadi pesalinan. Induksi Y &kselerasi persalinan (*ore 0 1 )embukaan ser#iks (*m) 0 192 )endataran ser#iks 09/0! 40920! )enurunan kepala diukur dari bidang 9/ 92 5odge III (*m) Konsistensi ser#iks Keras (edang (earah )osisi ser#iks Ke belakang sumbu jalan lahir o )anggul normal &kselerasiI dikerjakan pd wanita hamil yg belum inpartu. o =)' tidak ada Cara o )resentasi kepala 1. 3edis

2 /94 ;0980! 91 Dunak Ke arah depan

/ 29; 0! E1 E2

o (er#iks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar dan membuka) .ishop s*ore H % induksi kemungkinan berhasil Sc*'e pe%5ic !en#'#$ 1i h*p 1ilai per#i* 10Imatang, segera lahir Z jam, H8I 100! partus, 298I (409;0! partus), G2I (0912! partus)

2adwal pemberian vaksin Jadwal pemberian bulan 0, 1 atau 2, dan ; =ontoh % )enyuntikan 1 % januari )enyuntikan 2 % ?ebruari,3aret )enyuntikan / % Juli

KANKER SER+IKS DAN +AKSINASINYA4 -aktor risiko% usia *oitar*he G 1; tahun, paritas tinggi, jarak persalinan terlalu dekat, higiene seksual rendah, promiskuitas (seksual ganti pasangan), perokok, in"eksi 5)C tipe 1; atau 1 . %atologi% timbul di batas antara epitel pelapis ektoser#iks (porsio) dengan endoser#iks kanalis ser#iks, yaitu s>uamo9*olumnar jun*tion ((=J)$ tumbuh se*ara ekso"itik ataupun ulserati" dengan histopatologik terutama yaitu epidermoid atau karsinoma sel skuamosa. %enyebaran% se*ara lim"ogen ke arah "ornises dan dinding #agina, arah korpus uterus, dan arah parametrium$ dan se*ara perkontinuitatum. 1linis% keputihan, perdarahan pas*a senggama (perdarahan kontak), perdarahan spontan saat de"ekasi, bau busuk khas karsinoma, dan gejala in"iltrasi maupun metastasis lainnya. 0atalaksana% tahap awal% pembedahan, tahap lanjut% radiasiEkemoterapi, tahap akhir% radiasi atau kemoterapi saja. Caksinasi =a ser#iks ditujukan untuk pre#ensi in"eksi 5)C ;,11, 1;, atau 1 yang direkomendasikan untuk wanita yang telah akti" se*ara seksual (GI2; tahun) di mana e"ikasinya diperantarai oleh respon imunitas humoral. Rekomendasi pemberian vaksin )erempuan berusia 10 L 22 tahun

Anda mungkin juga menyukai