Anda di halaman 1dari 16

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

----

IDEOLOGI, PANCASILA, DAN KONSTITUSI


Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.1 Pendahuluan Pada prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yaitu 1! ideologi se"agai kesadaran palsu# $! ideologi dalam arti netral# dan %! ideologi dalam arti keyakinan yang tidak ilmiah.$ &deologi dalam arti yang pertama, yaitu se"agai kesadaran palsu "iasanya dipergunakan oleh kalangan filosof dan ilmu'an sosial. &deologi adalah teori(teori yang tidak "erorientasi pada ke"enaran, melainkan pada kepentingan pihak yang mempropagandakannya. &deologi )uga dilihat se"agai sarana kelas atau kelompok sosial tertentu yang "erkuasa untuk melegitimasikan kekuasaannya. Arti kedua adalah ideologi dalam arti netral. Dalam hal ini ideologi adalah keseluruhan sistem "erpikir, nilai(nilai, dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau ke"udayaan tertentu. Arti kedua ini terutama ditemukan dalam negara(negara yang menganggap penting adanya suatu *ideologi negara+. Dise"ut dalam arti netral karena "aik "uruknya tergantung kepada isi ideologi terse"ut. % Arti ketiga, ideologi se"agai keyakinan yang tidak ilmiah, "iasanya digunakan dalam filsafat dan ilmu(ilmu sosial yang positi,istik. Segala pemikiran yang tidak dapat di"uktikan se-ara logis( matematis atau empiris adalah suatu ideologi. Segala masalah etis dan moral, asumsi(asumsi normatif, dan pemikiran(pemikiran metafisis termasuk dalam 'ilayah ideologi. . Dari tiga arti kata ideologi terse"ut, yang dimaksudkan dalam pem"ahasan ini adalah ideologi dalam arti netral, yaitu se"agai sistem "erpikir dan tata nilai dari suatu kelompok. &deologi dalam arti netral terse"ut ditemukan 'u)udnya dalam ideologi negara atau ideologi "angsa. Hal ini sesuai dengan pem"ahasan Pan-asila se"agai ideologi negara /epu"lik &ndonesia. Tipe-Tipe Ideolo i 0erdapat dua tipe ideologi se"agai ideologi suatu negara. 1edua tipe terse"ut adalah ideologi tertutup dan ideologi ter"uka.2 &deologi tertutup adalah a)aran atau pandangan dunia atau filsafat yang
1etua 3ahkamah 1onstitusi /epu"lik &ndonesia dan 4uru 5esar Hukum 0ata 6egara 7ni,ersitas &ndonesia. 2 8ran9 3agnis(Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Jakarta# 1anisius, 1::$!, hal. $%;. 3 Arti kata ideology menurut Kamus Oxford adalah (1) a set of ideas that an economic or political system is based on; (2) a set of beliefs especially one held by a particular group that influences the !ay people beha"e . Sedangkan menurut 3artin He'itt, ideologi adalah #the system of ideas and imagery through !hich people come to see the !ord and define their needs and aspiration$ , dan #a system of ideas beliefs and "alues that indi"iduals and societies aspire to!ard%$ <ihat, 3artin He'itt, &elfare Ideology and 'eed (e"eloping )erspecti"es on the &elfare State, 3aryland: Har,ester =heatsheaf, 1::$!, hal. 1 dan >. 4 1arl 3annheim misalnya, menyatakan "ah'a pengetahuan yang "ersifat ideologis "erarti pengetahuan yang le"ih sarat dengan keyakinan su"yektif seseorang, daripada sarat dengan fakta(fakta empiris. <ihat, 1arl 3annheim, Ideologi dan *topia+ ,enying-ap Kaitan )i-iran dan )oliti- , Judul Asli: Ideology and *topia .n Introduction to the Sociology of Kno!ledge, Pener)emah: 8. 5udi Hardiman, Jakarta: Pener"it 1anisius, 1::>!, hal. ?,ii. 5 8ran9 3agnis(Suseno menye"utnya se"agai ideologi dalam arti penuh, ideologi ter"uka, dan ideologi implisit. <ihat, Ibid., hal. $%$($%>.
1

menentukan tu)uan(tu)uan dan norma(norma politik dan sosial, yang ditas"ihkan se"agai ke"enaran yang tidak "oleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima se"agai sesuatu yang sudah )adi dan harus dipatuhi. 1e"enaran suatu ideologi tertutup tidak "oleh dipermasalahkan "erdasarkan nilai(nilai atau prinsip(prinsip moral yang lain. &sinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat diru"ah atau dimodifikasi "erdasarkan pengalaman sosial. 1arena itu ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia atau nilai(nilai lain. Salah satu -iri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya menentukan ke"enaran nilai( nilai dan prinsip(prinsip dasar sa)a, tetapi )uga menentukan hal(hal yang "ersifat konkret operasional. &deologi tertutup tidak mengakui hak masing(masing orang untuk memiliki keyakinan dan pertim"angannya sendiri. &deologi tertutup menuntut ketaatan tanpa reser"e. @iri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak "ersum"er dari masyarakat, melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat. Se"aliknya, "aik("uruknya pandangan yang mun-ul dan "erkem"ang dalam masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi terse"ut. Dengan sendirinya ideologi tertutup terse"ut harus dipaksakan "erlaku dan dipatuhi masyarakat oleh elit tertentu, yang "erarti "ersifat otoriter dan di)alankan dengan -ara yang totaliter. @ontoh paling "aik dari ideologi tertutup adalah 3ar?isme(<eninisme. &deologi yang dikem"angkan dari pemikiran 1arl 3ar? yang dilan)utkan oleh Aladimir &liano, <enin ini "erisi sistem "erpikir mulai dari tataran nilai dan prinsip dasar dan dikem"angkan hingga praktis operasional dalam kehidupan "ermasyarakat, "er"angsa dan "ernegara. &deologi 3ar?isme(<eninisme meliputi a)aran dan paham tentang a! hakikat realitas alam "erupa a)aran materialisme dialektis dan ateisme# "! a)aran makna se)arah se"agai materialisme historis# -! norma(norma rigid "agaimana masyarakat harus ditata, "ahkan tentang "agaimana indi,idu harus hidup# dan d! legitimasi monopoli kekuasaan oleh sekelompok orang atas nama kaum proletar. B 0ipe kedua adalah ideologi ter"uka. &deologi ter"uka hanya "erisi orientasi dasar, sedangkan pener)emahannya ke dalam tu)uan(tu)uan dan norma(norma sosial(politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang "erkem"ang di masyarakat. Operasional -ita(-ita yang akan di-apai tidak dapat ditentukan se-ara apriori, melainkan harus disepakati se-ara demokratis. Dengan sendirinya ideologi ter"uka "ersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. &deologi ter"uka hanya dapat ada dan mengada dalam sistem yang demokratis. Pe!"e#$an an Ideolo i Dunia &stilah ideologi negara mulai "anyak digunakan "ersamaan dengan perkem"angan pemikiran 1arl 3ar? yang di)adikan se"agai ideologi "e"erapa negara pada a"ad ke(1>. 6amun sesungguhnya konsepsi ideologi se"agai -ara pandang atau sistem "erpikir suatu "angsa "erdasarkan nilai dan prinsip dasar tertentu telah ada se"elum kelahiran 3ar? sendiri. 5ahkan a'al dan inti dari a)aran 3ar? adalah kritik dan gugatan terhadap sistem dan struktur sosial yang eksploitatif "erdasarkan ideologi kapitalis. Pemikiran 1arl 3ar? kemudian dikem"angkan oleh Cngels dan <enin kemudian dise"ut se"agai ideologi sosialisme(komunisme. Sosialisme le"ih pada sistem ekonomi yang mengutamakan kolekti,isme dengan titik ekstrem menghapuskan hak milik pri"adi, sedangkan komunisme menun)uk pada sistem politik yang )uga mengutamakan hak(hak komunal, "ukan hak(hak sipil dan politik indi,idu. &deologi terse"ut "erhadapan dengan ideologi li"eralisme(kapitalis yang menekankan pada indi,idualisme "aik dari sisi politik maupun ekonomi. 1edua ideologi "esar terse"ut men)adi ideologi utama negara(negara dunia pas-a perang dunia kedua hingga "erakhirnya era perang dingin. =alaupun demikian "aik komunisme maupun kapitalisme memiliki 'arna yang "er"eda("eda dalam penerapannya di tiap 'ilayah. &deologi selalu menyesuaikan dengan medan pengalaman dari suatu "angsa dan masyarakat. 1omunisme 7ni So,iet "er"eda dengan komunisme di Dugosla,ia, @ina, 1orea 7tara, dan "e"erapa negara Amerika <atin. Demikian pula dengan kapitalisme yang memiliki per"edaan antara yang "erkem"ang di Cropa 5arat, Amerika Serikat, dan Asia.

Ibid., hal. $%$($%%.

=alaupun negara(negara yang menganut kedua "esaran ideologi terse"ut saling "erhadap( hadapan, namun proses penyesuaian diantara kedua ideologi terse"ut tidak dapat dihindarkan. 1apitalisme, dalam perkem"angannya "anyak menyerap unsur(unsur dari sosialisme. Setelah mengalami krisis "esar pada tahun 1:$;(an the great depression! Amerika Serikat "anyak mengadopsi ke"i)akan(ke"i)akan inter,ensi negara di "idang ekonomi untuk meningkatkan kese)ahteraan rakyat. 1e"i)akan(ke"i)akan terse"ut kemudian "erkem"ang men)adi konsep negara tersendiri, "ahkan ada yang menye"utnya se"agai ideologi, yaitu negara kese)ahteraan !elfare state! yang "er"eda dengan ideologi kapitalisme klasik. Di sisi lain, "e"erapa negara komunis yang semula sangat tertutup lam"at(laun mem"uka diri, terutama dalam "entuk pengakuan terhadap hak(hak sipil dan politik. Proses demokratisasi ter)adi se-ara "ertahap hingga keruntuhan negara(negara komunis yang ditandai dengan ter-erai("erainya 7ni So,iet dan Dugosla,ia pada dekade 1::;(an. Ada yang menafsirkan "ah'a keruntuhan 7ni So,iet dan Dugosla,ia se"agai pilar utama adalah tanda kekalahan komunisme "erhadapan dengan kapitalisme. 5ahkan 8ukuyama pernah mendalilkan hal ini se"agai "erakhirnya se)arah yang selama ini merupakan panggung pertentangan antara kedua ideologi "esar terse"ut. 6amun kesimpulan terse"ut tampaknya terlalu premature. 1eruntuhan komunisme, tidak dapat dikatakatan se"agai kemenangan kapitalisme karena dua alasan, yaitu a! ide(ide komunisme, dan )uga kapitalisme tidak pernah mati# dan "! ideologi kapitalisme yang ada sekarang telah menyerap unsur(unsur sosialisme dan komunisme. &de(ide komunisme tetap hidup, dan memang perlu dipela)ari se"agai sarana mengkritisi sistem sosial dan ke"i)akan yang "erkem"ang. &de(ide terse"ut )uga dapat hidup kem"ali men)adi suatu gerakan )ika kapitalisme yang saat ini mulai kem"ali ke arah li"ertarian "erada di titik ekstrim sehingga menim"ulkan krisis sosial. Demikian pula halnya dengan gerakan(gerakan demokratisasi dan per)uangan atas hak(hak indi,idu akan mun-ul pada sistem yang terlalu menon)olkan komunalisme. Ideolo i dan Kon%&i&u%i' Pan(a%ila Se$a ai Ideolo i Te!$u"a 3enurut 5rian 0hompson, se-ara sederhana pertanyaan: 'hat is a -onstitution dapat di)a'a" "ah'a *Ea constitution is a document !hich contains the rules for the the operation of an organi/ation$F. Organisasi dimaksud "eragam "entuk dan kompleksitas strukturnya. 6egara se"agai salah satu "entuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki naskah yang dise"ut se"agai konstitusi atau 7ndang(7ndang Dasar. Hanya &nggris dan &srael sa)a yang sampai sekarang dikenal tidak memiliki satu naskah tertulis yang dise"ut 7ndang(7ndang Dasar. 7ndang(7ndang Dasar di kedua negara ini tidak pernah di"uat, tetapi tum"uh> men)adi konstitusi dalam pengalaman praktek ketatanegaraan. 6amun para ahli tetap dapat menye"ut adanya konstitusi dalam konteks hukum tata negara &nggris.: 5erlakunya suatu konstitusi se"agai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sum"er legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang "erlaku adalah paham kedaulatan ra)a, maka ra)a yang menentukan "erlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang dise"ut oleh para ahli se"agai constituent po!er1; yang merupakan ke'enangan yang "erada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. 1arena itu, di lingkungan negara(negara demokrasi, rak( yatlah yang dianggap menentukan "erlakunya suatu konstitusi. 0onstituent po!er mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organ pemerintahan yang diatur dan di"entuk "erdasarkan konstitusi. 11 Pengertian constituent po!er "erkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum hierarchy of la!!. 1onstitusi merupakan hukum yang le"ih tinggi atau
5rian 0hompson, 1extboo- on 0onstitutional and .dministrati"e 2a! , edisi ke(%, <ondon: 5la-kstone Press ltd., 1::F!, hal. %. 8 5andingkan dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh 5rian 0hompson tentang konstitusi &nggris, #In other !ords the 3ritish constitution !as not made rather it has gro!n$ . Ibid., hal. 2. 9 O. Hood Phillips, 0onstitutional and .dministrati"e 2a! , Fth ed., <ondon: S'eet and 3a?'ell, 1:>F!, hal. 2. 10 <ihat misalnya 5rian 0hompson, op% cit., hal. 2. 11 J. 5ry-e, Studies in 4istory and 5urisprudence, ,ol.1, O?ford: @larendon Press, 1:;1!, hal. 121.
7

"ahkan paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sum"er legitimasi atau landasan otorisasi "entuk("entuk hukum atau peraturan(peraturan perundang( undangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang "erlaku uni,ersal, maka agar peraturan( peraturan yang tingkatannya "erada di "a'ah 7ndang(7ndang Dasar dapat "erlaku dan di"erlakukan, peraturan(peraturan itu tidak "oleh "ertentangan dengan hukum yang le"ih tinggi terse"ut. 1onstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. =alton H. Hamilton menyatakan *0onstitutionalism is the name gi"en to the trust !hich men repose in the po!er of !ords engrossed on parchment to -eep a go"ernment in order$ 1$% 7ntuk tu)uan to -eep a go"ernment in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses peme( rintahan dapat di"atasi dan dikendalikan se"agaimana mestinya. 4agasan mengatur dan mem"atasi kekuasaan ini se-ara alamiah mun-ul karena adanya ke"utuhan untuk merespons perkem"angan peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia. 1onstitusionalisme di 9aman sekarang dianggap se"agai suatu konsep yang nis-aya "agi setiap negara modern. Seperti dikemukakan oleh @.J. 8riedri-h se"agaimana dikutip di atas, #constitutionalism is an institutionali/ed system of effecti"e regulari/ed restraints upon go"ernmental action+. 5asis pokoknya adalah kesepakatan umum atau persetu)uan (consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai "angunan yang diidealkan "erkenaan dengan negara. Organisasi negara itu diperlukan oleh 'arga masyarakat politik agar kepentingan mereka "ersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pem"entukan dan penggunaan mekanisme yang dise"ut negara. 1% 1ata kun-inya adalah konsensus atau general agreement. Jika kesepakatan umum itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang "ersangkutan, dan pada gilirannya perang saudara ci"il !ar! atau re,olusi dapat ter)adi. Hal ini misalnya, ter-ermin dalam tiga peristi'a "esar dalam se)arah umat manusia, yaitu re,olusi penting yang ter)adi di Peran-is tahun 1F>:, di Amerika pada tahun 1FFB, dan di /usia pada tahun 1:1F, ataupun peristi'a "esar di &ndonesia pada tahun 1:.2, 1:B2 dan 1::>. 1onsensus yang men)amin tegaknya konstitusionalisme di 9aman modern pada umumnya dipahami "ersandar pada tiga elemen kesepakatan consensus!, yaitu1.: 1. 1esepakatan tentang tu)uan atau -ita(-ita "ersama the general goals of society or general acceptance of the same philosophy of go"ernment!. $. 1esepakatan tentang the rule of la' se"agai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara the basis of go"ernment!. %. 1esepakatan tentang "entuk institusi(institusi dan prosedur(prosedur ketatanegaraan the form of institutions and procedures!. 1esepakatan consensus! pertama, yaitu "erkenaan dengan -ita(-ita "ersama sangat menentukan tegaknya konstitusi dan konstitusionalisme di suatu negara. 1arena -ita(-ita "ersama itulah yang pada pun-ak a"straksinya paling mungkin men-erminkan kesamaan(kesamaan kepentingan di antara sesama 'arga masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup di tengah pluralisme atau kema)emukan. Oleh karena itu, di suatu masyarakat untuk men)amin ke"ersamaan dalam kerangka kehidupan "ernegara, diperlukan perumusan tentang tu)uan(tu)uan atau -ita(-ita "ersama yang "iasa )uga dise"ut se"agai falsafah kenegaraan atau staatsidee -ita negara! yang "erfungsi se"agai filosofische grondslag dan common platforms atau -alimatun sa!a di antara sesama 'arga masyarakat dalam konteks kehidupan "ernegara. Di &ndonesia, dasar(dasar filosofis yang dimaksudkan itulah yang "iasa dise"ut se"agai Pan-asila yang "erarti lima sila atau lima prinsip dasar untuk men-apai atau me'u)udkan empat tu)uan "ernegara. <ima prinsip dasar Pan-asila itu men-akup sila atau prinsip i! 1etuhanan Dang 3aha Csa# ii! 1emanusiaan yang Adil dan 5erada"# iii! Persatuan &ndonesia# i,! 1erakyatan yang Dipimpin
=alton H. Hamilton, 0onstitutionalism 6ncyclopedia of Social Sciences , Cd'in /.A., Seligman G Al,in Johnson, eds., 1:%1, hal. $22. 13 =illiam 4. Andre's, misalnya, dalam "ukunya 0onstitutions and 0onstitutionalism %rd edition, menyatakan: #1he members of a political community ha"e bu definition common interests !hich they see- to promote or protect through the creation and use of the compulsory political mechanisms !e call the State$ , 6e' Jersey: Aan 6ostrand @ompany, 1:B>!, hal. :. 14 Ibid., hal.1$(1%.
12

oleh Hikmat 1e"i)aksanaan dalam Permusya'aratanHPer'akilan# dan ,! 1eadilan Sosial "agi Seluruh /akyat &ndonesia. 1elima sila terse"ut dipakai se"agai dasar filosofis(ideologis untuk me'u)udkan empat tu)uan atau -ita(-ita ideal "ernegara, yaitu: i! melindungi segenap "angsa &ndonesia dan seluruh tumpah darah &ndonesia# ii! meningkatkan kese)ahteraan umum# ii! men-erdaskan kehidupan "angsa# dan i,! ikut melaksanakan keterti"an dunia "erdasarkan kemerdekaan, perdamaian yang a"adi, dan keadilan sosial. 1esepakatan kedua adalah kesepakatan "ah'a "asis pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi. 1esepakatan atau konsensus kedua ini )uga sangat prinsipil, karena dalam setiap negara harus ada keyakinan "ersama "ah'a apapun yang hendak dilakukan dalam konteks pe ( nyelenggaraan negara haruslah didasarkan atas rule of the game yang ditentukan "ersama. &stilah yang "iasa digunakan untuk itu adalah the rule of la! yang dipelopori oleh A.A. Di-ey, seorang sar)ana &nggris kenamaan. 5ahkan di Amerika Serikat istilah ini dikem"angkan men)adi )argon, yaitu 1he 7ule of 2a! and not of ,an untuk menggam"arkan pengertian "ah'a hukumlah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu negara, "ukan manusia atau orang. &stilah 1he 7ule of 2a! )elas "er"eda dari istilah 1he 7ule by 2a!. Dalam istilah terakhir ini, kedudukan hukum la!! digam"arkan hanya sekedar "ersifat instrumentalis atau alat, sedangkan kepemimpinan tetap "erada di tangan orang atau manusia, yaitu 1he 7ule of ,an by 2a!. Dalam pengertian demikian, hukum dapat dipandang se"agai suatu kesatuan sistem yang di pun-aknya terdapat pengertian mengenai hukum dasar yang tidak lain adalah konstitusi, "aik dalam arti naskah tertulis ataupun dalam arti tidak tertulis. Dari sinilah kita mengenal adanya istilah constitutional state yang merupakan salah satu -iri penting negara demokrasi modern. 1arena itu, kesepakatan tentang sistem aturan sangat penting sehingga konstitusi sendiri dapat di)adikan pegangan tertinggi dalam memutuskan segala sesuatu yang harus didasarkan atas hukum. 0anpa ada konsensus sema-am itu, konstitusi tidak akan "erguna, karena ia akan sekedar "erfungsi se"agai kertas dokumen yang mati, hanya "ernilai semantik dan tidak "erfungsi atau tidak dapat difungsikan se"agaimana mestinya. 1esepakatan ketiga adalah "erkenaan dengan a! "angunan organ negara dan prosedur( prosedur yang mengatur kekuasaannya# "! hu"ungan(hu"ungan antar organ negara itu satu sama lain# serta -! hu"ungan antara organ(organ negara itu dengan 'arga negara. Dengan adanya kesepakatan itu, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena "enar("enar men-erminkan keinginan "ersama "erkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikem"angkan dalam kerangka kehidupan negara "erkonstitusi constitutional state!. 1esepakatan( kesepakatan itulah yang dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharapkan di)adikan pegangan "ersama untuk kurun 'aktu yang -ukup lama. Para peran-ang dan perumus konstitusi tidak seharus( nya mem"ayangkan, "ahkan naskah konstitusi itu akan sering diu"ah dalam 'aktu dekat. 1onstitusi tidak sama dengan undang(undang yang dapat le"ih mudah diu"ah. 1arena itulah mekanisme peru"ahan 7ndang(7ndang Dasar memang sudah seharusnya tidak diu"ah semudah mengu"ah undang(undang. Sudah tentu, tidak mudahnya mekanisme peru"ahan undang(undang dasar tidak "oleh menye"a"kan undang(undang dasar itu men)adi terlalu kaku karena tidak dapat diu"ah. 1onstitusi )uga tidak "oleh disakralkan dari kemungkinan peru"ahan seperti yang ter)adi di masa Orde 5aru. 1e"eradaan Pan-asila se"agai falsafah kenegaraan atau staatsidee -ita negara! yang "erfungsi se"agai filosofische grondslag dan common platforms atau -alimatun sa!a di antara sesama 'arga masyarakat dalam konteks kehidupan "ernegara dalam kesepakatan pertama penyangga konstitusionalisme menun)ukkan hakikat Pan-asila se"agai ideologi ter"uka. 0erminologi Pan-asila se"agai ideologi ter"uka sesungguhnya telah dikem"angkan pada masa orde "aru. 6amun dalam pelaksanaannya pada masa itu le"ih menun)ukkan Pan-asila se"agai ideologi tertutup. Pan-asila men)adi alat hegemoni yang se-ara apriori ditentukan oleh elit kekuasaan untuk mengekang ke"e"asan dan melegitimasi kekuasaan. 1e"enaran Pan-asila pada saat itu tidak hanya men-akup -ita(-ita dan nilai dasar, tetapi )uga meliputi ke"i)akan praktis operasional yang tidak dapat dipertanyakan, tetapi harus diterima dan dipatuhi oleh masyarakat. 1onsekuensi Pan-asila se"agai ideologi ter"uka adalah mem"uka ruang mem"entuk kesepakatan masyarakat "agaimana men-apai -ita(-ita dan nilai(nilai dasar terse"ut. 1esepakatan terse"ut adalah kesepakat kedua dan ketiga se"agai penyangga konstitusionalisme, yaitu kesepakatan tentang the rule of la' se"agai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara the basis of

go"ernment! dan 1esepakatan tentang "entuk institusi(institusi dan prosedur(prosedur ketatanegaraan the form of institutions and procedures!. 1esepakatan(kesepakatan terse"ut hanya mungkin di-apai )ika sistem yang dikem"angkan adalah sistem demokrasi. Pan-asila se"agai ideologi "angsa &ndonesia memiliki per"edaan dengan sistem kapitalisme( li"eral maupun sosialisme(komunis. Pan-asila mengakui dan melindungi "aik hak(hak indi,idu maupun hak masyarakat "aik di "idang ekonomi maupun politik. Dengan demikian ideologi kita mengakui se-ara selaras "aik kolekti,isme maupun indi,idualisme. Demokrasi yang dikem"angkan, "ukan demokrasi politik semata seperti dalam ideologi li"eral(kapitalis, tetapi )uga demokrasi ekonomi. Dalam sistem kapitalisme li"eral dasar perekonomian "ukan usaha "ersama dan kekeluargaan, namun ke"e"asan indi,idual untuk "erusaha. Sedangkan dalam sistem etatisme, negara yang mendominasi perekonomian, "ukan 'arga negara "aik se"agai indi,idu maupun "ersama(sama dengan 'arga negara lainnya. 12 Pan(a%ila Pa%(a A#ande#en UUD )*+, Peru"ahan 77D 1:.2 se"agai agenda utama era reformasi mulai dilakukan oleh 3a)elis Permusya'aratan /akyat 3P/! pada tahun 1:::. Pada Sidang 0ahunan 3P/ 1:::, seluruh fraksi di 3P/ mem"uat kesepakatan tentang arah peru"ahan 77D 1:.2, yaitu: 1B 1. sepakat untuk tidak mengu"ah Pem"ukaan 77D 1:.2# $. sepakat untuk mempertahankan "entuk 6egara 1esatuan /epu"lik &ndonesia# %. sepakat untuk mempertahankan sistem presidensiil dalam pengertian sekaligus menyempurnakan agar "etul("etul memenuhi -iri(-iri umum sistem presidensiil!# .. sepakat untuk memindahkan hal(hal normatif yang ada dalam Pen)elasan 77D 1:.2 ke dalam pasal(pasal 77D 1:.2# dan 2. sepakat untuk menempuh -ara adendum dalam melakukan amandemen terhadap 77D 1:.2. Peru"ahan 77D 1:.2 kemudian dilakukan se-ara "ertahap dan men)adi salah satu agenda Sidang 0ahunan 3P/1F dari tahun 1::: hingga peru"ahan keempat pada Sidang 0ahunan 3P/ tahun $;;$ "ersamaan dengan kesepakatan di"entuknya 1omisi 1onstitusi yang "ertugas melakukan pengka)ian se-ara komprehensif tentang peru"ahan 77D 1:.2 "erdasarkan 1etetapan 3P/ 6o. &H3P/H$;;$ tentang Pem"entukan 1omisi 1onstitusi. Peru"ahan Pertama dilakukan dalam Sidang 0ahunan 3P/ 0ahun 1::: yang arahnya adalah mem"atasi kekuasaan Presiden dan memperkuat kedudukan De'an Per'akilan /akyat DP/! se"agai lem"aga legislatif.1> Peru"ahan 1edua dilakukan dalam sidang 0ahunan 3P/ 0ahun $;;; meliputi masalah 'ilayah negara dan pem"agian pemerintahan daerah, menyempurnakan peru"ahan pertama dalam hal memperkuat kedudukan DP/, dan ketentuan(ketentuan yang terperin-i tentang HA3. 1: Peru"ahan 1etiga yang ditetapkan pada Sidang 0ahunan 3P/ 0ahun $;;1 meliputi ketentuan tentang Asas(asas landasan "ernegara, kelem"agaan negara dan hu"ungan antar lem"aga negara, dan ketentuan(ketentuan tentang Pemilihan 7mum. $;
<ihat, Jimly Asshiddiqie, *6egara Hukum, Demokrasi, dan Dunia 7saha+, makalah disampaikan dalam Orasi &lmiah =isuda II 7ni,ersitas Sahid, Jakarta $; Septem"er $;;2.
16 <ima kesepakatan terse"ut dilampirkan dalam 1etetapan 3P/ 6o. &IH3P/H1::: tentang Penugasan 5adan Peker)a 3a)elis Permusya'aratan /akyat /epu"lik &ndonesia untuk 3elan)utkan Peru"ahan 7ndang( 7ndang Dasar 6egara /epu"lik &ndonesia 0ahun 1:.2. 15

Sidang 0ahunan 3P/ "aru dikenal pada masa reformasi "erdasarkan Pasal .: dan Pasal 2; 1etetapan 3P/ 6o. &&H3P/H1::: tentang Peraturan 0ata 0erti" 3a)elis Permusya'aratan /akyat /epu"lik &ndonesia. Ditetapkan pada tanggal 1: Okto"er 1:::. 3eliputi Pasal 2 ayat 1!, Pasal F, Pasal :, Pasal 1% ayat $!, Pasal 1., Pasal 12, Pasal 1F ayat $! dan %!, Pasal $;, dan Pasal $$ 77D 1:.2. Ditetapkan pada tanggal 1> Agustus $;;;. 3eliputi Pasal 1>, Pasal 1>A, Pasal 1>5, Pasal 1:, Pasal $; ayat 2!, Pasal $;A, Pasal $$A, Pasal $$5, 5a" &IA, Pasal $>A, Pasal $>5, Pasal $>@, Pasal $>@, Pasal $>D, Pasal $>C, Pasal $>8, Pasal $>4, Pasal $>H, Pasal $>&, Pasal $>J, 5a" I&&, Pasal %;, 5a" IA, Pasal %BA, Pasal %B5, dan Pasal %B@ 77D 1:.2. Ditetapkan pada tanggal : 6o,em"er $;;1. 3engu"ah dan atau menam"ah ketentuan(ketentuan Pasal 1 ayat $! dan %!, Pasal % ayat 1!, %!, dan .!, Pasal B ayat 1! dan $!, Pasal BA ayat 1!, $!, %!, dan 2!, Pasal
20 19 18

17

Peru"ahan keempat dilakukan dalam Sidang 0ahunan 3P/ 0ahun $;;$. 3ateri peru"ahan pada Peru"ahan 1eempat adalah ketentuan tentang kelem"agaan negara dan hu"ungan antar lem"aga negara, penghapusan De'an Pertim"angan Agung DPA!, ketentuan tentang pendidikan dan ke"udayaan, ketentuan tentang perekonomian dan kese)ahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan tam"ahan.$1 Peru"ahan(peru"ahan terse"ut diatas meliputi hampir keseluruhan materi 77D 1:.2. Jika naskah asli 77D 1:.2 "erisi F1 "utir ketentuan, maka setelah empat kali mengalami peru"ahan, materi muatan 77D 1:.2 men-akup 1:: "utir ketentuan. 6amun sesuai dengan kesepakatan 3P/ yang kemudian men)adi lampiran dari 1etetapan 3P/ 6o. &IH3P/H1:::, Pem"ukaan 77D 1:.2 tidak akan diu"ah. Pem"ukaan 77D 1:.2 memuat -ita(-ita "ersama se"agai pun-ak a"straksi yang men-erminkan kesamaan(kesamaan kepentingan di antara sesama 'arga masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup di tengah pluralisme atau kema)emukan. Pem"ukaan 77D 1:.2 )uga memuat tu)uan(tu)uan atau -ita(-ita "ersama yang "iasa )uga dise"ut se"agai falsafah kenegaraan atau staatsidee -ita negara! yang "erfungsi se"agai filosofische grondslag dan common platforms atau -alimatun sa!a di antara sesama 'arga masyarakat dalam konteks kehidupan "ernegara. &nilah yang oleh =illiam 4. Andre's dise"ut se"agai 1esepakatan consensus! pertama. Pan-asila se"agai dasar(dasar filosofis terdapat dalam Pem"ukaan 77D 1:.2 yang merupakan kesepakatan pertama penyangga konstitusionalisme. Dengan tidak diu"ahnya Pem"ukaan 77D 1:.2, maka tidak "eru"ah pula kedudukan Pan-asila se"agai dasar(dasar filosofis "angunan 6egara /epu"lik &ndonesia. Dang "eru"ah adalah sistem dan institusi untuk me'u)udkan -ita(-ita "erdasarkan nilai(nilai Pan-asila. Hal ini sesuai dengan makna Pan-asila se"agai ideologi ter"uka yang hanya dapat di)alankan dalam sistem yang demokratis dan "ersentuhan dengan nilai(nilai dan perkem"angan masyarakat. Pan(a%ila Se$a ai Ma&e!i Kon%&i&u%i 0elah diuraikan "ah'a dalam kehidupan "angsa &ndonesia, Pan-asila adalah filosofische grondslag dan common platforms atau -alimatun sa!a% Pan-asila adalah dasar negara. Pertanyaan selan)utnya adalah "agaimana kedudukan Pan-asila dalam tata hukum nasionalJ Salah satu masalah pada masa lalu yang mengaki"atkan Pan-asila -enderung digunakan se"agai alat legitimasi kekuasaan dan le"ih men)adi ideologi tertutup adalah karena adanya pendapat "ah'a Pan-asila "erada di atas dan diluar konstitusi. Pan-asila dise"ut se"agai norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori Hans 1elsen dan Hans 6a'iasky. 0eori Hans kelsen yang mendapat "anyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan rantai ,aliditas yang mem"entuk piramida hukum (stufentheorie)22. Salah seorang tokoh yang mengem"angkan teori terse"ut adalah murid Hans 1elsen, yaitu Hans 6a'iasky. 0eori 6a'iaky dise"ut dengan theorie "on stufenufbau der rechtsordnung . Susunan norma menurut teori terse"ut adalah:$%
FA, Pasal F5 ayat 1!, $!, %!, .!, 2!, B!, dan F!, Pasal F@, Pasal > ayat 1! dan $!, Pasal 11 ayat $! dan %!, Pasal 1F ayat .!, 5a" A&&A, Pasal $$@ ayat 1!, $!, %!, dan .!, Pasal $$D ayat 1!, $!, %!, dan .!, 5a" A&&5, Pasal $$C ayat 1!, $!, %!, .!, 2!, dan B!, Pasal $% ayat 1!, $!, dan %!, Pasal $%A, Pasal $%@, 5a" A&&&A, Pasal $%C ayat 1!, $!, dan %!, Pasal $%8 ayat 1!, dan $!, Pasal $%4 ayat 1! dan $!, Pasal $. ayat 1! dan $!, Pasal $.A ayat 1!, $!, %!, .!, dan 2!, Pasal $. 5 ayat 1!, $!, %!, dan .!, Pasal $.@ ayat 1!, $!, %!, .!, 2!, dan B! 77D 1:.2.
21 Ditetapkan pada tanggal 1; Agustus $;;$. Peru"ahan dan atau penam"ahan dalam Peru"ahan 1eempat ini meliputi Pasal $ ayat 1!# Pasal BA ayat .!# Pasal > ayat %!# Pasal 11 ayat 1!# Pasal 1B, Pasal $%5# Pasal $%D# Pasal $. ayat %!# 5a" I&&&, Pasal %1 ayat 1!, $!, %!, .!, dan 2!# Pasal %$ ayat 1!, $!, %!, dan .!# 5a" &A, Pasal %% ayat .! dan 2!# Pasal %. ayat 1!, $!, %!, dan .!# Pasal %F ayat 1!, $!, %!, .!, dan 2!# Aturan Peralihan Pasal &, &&, dan &&&# Aturan 0am"ahan Pasal & dan && 77D 1:.2.

0eori Hans 1elsen ini dapat dipela)ari dalam tiga "ukunya yaitu )ure 1heory of 2a!+ Introduction to the )roblematic of 2egal Science# )ure 1heory of 2a!; dan 8eneral 1heory of 2a! and State% 23 Ibid., hal. %F. A. Hamid A. Attamimi, )eranan Keputusan )residen 7epubli- Indonesia dalam )enyelenggaraan )emerintahan 'egara; Suatu Studi .nalisis ,engenai Keputusan )residen yang 3erfungsi )engaturan dalam Kurun &a-tu )elita I9)elita I: Disertasi &lmu Hukum 8akultas Pas-asar)ana 7ni,ersitas

22

1. $. %. ..

6orma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm)# Aturan dasar negara (staatsgrundgeset/)# 7ndang(undang formal (formell geset/)# dan Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom ("erordnung en autonome sat/ung). Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar "agi pem"entukan konstitusi atau 7ndang(7ndang Dasar (staats"erfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah se"agai syarat "agi "erlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada terle"ih dahulu dari konstitusi suatu negara. $. 3enurut 6a'iasky, norma tertinggi yang oleh 1elsen dise"ut se"agai norma dasar (basic norm) dalam suatu negara se"aiknya tidak dise"ut se"agai staatsgrundnorm melainkan Staatsfundamentalnorm, atau norma fundamental negara. 8rundnorm pada dasarnya tidak "eru"ah( u"ah, sedangkan norma tertinggi "eru"ah misalnya dengan -ara kudeta atau re,olusi. $2 5erdasarkan teori 6a'iaky terse"ut, A. Hamid S. Attamimi mem"andingkannya dengan teori 1elsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum di &ndonesia. Attamimi menun)ukkan struktur hierarki tata hukum &ndonesia dengan menggunakan teori 6a'iasky. 5erdasarkan teori terse"ut, struktur tata hukum &ndonesia adalah:$B 1! Staatsfundamentalnorm: Pan-asila Pem"ukaan 77D 1:.2!. $! Staatsgrundgeset/: 5atang 0u"uh 77D 1:.2, 0ap 3P/, dan 1on,ensi 1etatanegaraan. %! Formell geset/: 7ndang(7ndang. .! :erordnung en .utonome Sat/ung: Se-ara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah hingga 1eputusan 5upati atau =alikota. Penempatan Pan-asila se"agai Staatsfundamental;norm pertama kali disampaikan oleh 6otonagoro$F. Pan-asila dilihat se"agai -ita hukum rechtsidee) merupakan "intang pemandu. Posisi ini mengharuskan pem"entukan hukum positif adalah untuk men-apai ide(ide dalam Pan-asila, serta dapat digunakan untuk mengu)i hukum positif. Dengan ditetapkannya Pan-asila se"agai Staatsfundamentalnorm maka pem"entukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai(nilai Pan-asila.$> 6amun, dengan penempatan Pan-asila se"agai Staats;fundamentalnorm "erarti menempatkannya di atas 7ndang(7ndang Dasar. Jika demikian, Pan-asila tidak termasuk dalam pengertian konstitusi, karena "erada di atas konstitusi. 7ntuk mem"ahas permasalahan ini dapat dilakukan dengan mela-ak kem"ali konsepsi norma dasar dan konstitusi menurut 1elsen dan pengem"angan yang di"uat oleh 6a'iasky, serta melihat hu"ungan antara Pan-asila dan 77D 1:.2. 1elsen mem"ahas ,aliditas norma(norma hukum dengan menggam"arkannya se"agai suatu rantai ,aliditas yang "eru)ung pada konstitusi negara. Jika "ertanya mengapa konstitusi itu ,alid, mungkin dapat menun)uk pada konstitusi lama. Akhirnya men-apai "e"erapa konstitusi hingga konstitusi pertama yang ditetapkan oleh indi,idu atau sema-am ma)elis. Aaliditas konstitusi pertama adalah presuposisi terakhir, postulat yang final, di mana ,aliditas semua norma dalam tata aturan hukum "ergantung. Dokumen yang merupakan 'u)ud konstitusi pertama adalah konstitusi

&ndonesia, Jakarta, 1::;, hal., $>F. 24 Ibid. 25 Ibid., hal. %2:. 26 Ibid. 0ata urutan yang dipakai oleh Attamimi adalah "erdasarkan 1etetapan 3P/S 6o. IIH3P/SH1:BB. 1etetapan terse"ut diganti dengan 1etetapan 3P/ 6o. &&&H3P/H$;;; tentang Sum"er Hukum dan 0ata 7rutan Peraturan Perundang(7ndangan. Pada 0ahun $;;% telah ditetapkan 7ndang(7ndang 6o. 1; 0ahun $;;. tentang Pem"entukan Peraturan Perundang(7ndangan. 27 6otonagoro, +Pem"ukaan 7ndang(7ndang Dasar 1:.2 Pokok 1aidah 8undamentil 6egara &ndonesia!+ dalam )ancasila (asar Falsafah 'egara, @etakan keempat, Jakarta: Pant)uran 0ud)uh, tanpa tahun!. 28 Attamimi, Op 0it., hal. %;:.

sesungguhnya, suatu norma mengikat, hanya dalam kondisi dipresuposisikan se"agai ,alid $:. Presuposisi inilah yang dise"ut dengan istilah trancendental;logical pressuposition.%; Semua norma hukum adalah milik satu tata aturan hukum yang sama karena ,aliditasnya dapat dila-ak kem"ali, se-ara langsung atau tidak, kepada konstitusi pertama. 5ah'a konstitusi pertama adalah norma hukum yang mengikat adalah sesuatu yang dipreposisikan, dan formulasi preposisi terse"ut adalah norma dasar dari tata aturan hukum ini. %1 1alimat terakhir )elas menun)ukkan adanya dua hal, yaitu norma dasar adalah presuposisi atas ,aliditas konstitusi pertama. 6orma dasar tidak di"uat dalam prosedur hukum oleh organ pem"uat hukum. 6orma ini ,alid tidak karena di"uat dengan -ara tindakan hukum, tetapi ,alid karena dipresuposisikan ,alid, dan dipresuposisikan ,alid karena tanpa presuposisi ini tidak ada tindakan manusia dapat ditafsirkan se"agai hukum, khususnya norma pem"uat hukum. %$ <ogika 1elsen terse"ut sering dipahami se-ara salah dengan men-ampuradukkan antara presuposisi ,aliditas dan konstitusi, manakah yang merupakan norma dasar (grundnorm)J. Hal inilah yang selan)utnya diselesaikan oleh 6a'iasky dengan mem"edakan antara staatsfundamental;norm dengan staatsgrundgeset/ atau grundnorm dengan alasan "ah'a grundnorm pada dasarnya tidak "eru"ah sedangkan staatsfundamentalnorm dapat "eru"ah seperti melalui kudeta atau re,olusi. %% Pendapat 6a'iasky terse"ut se"enarnya se)alan dengan pandangan 1elsen. 1elsen )uga menyatakan "ah'a konstitusi memang di"uat sulit untuk diu"ah karena dengan demikian men)adi "er"eda dengan norma hukum "iasa. %. Selain itu, 1elsen )uga menyatakan "ah'a suatu tata hukum kehilangan ,aliditasnya se-ara keseluruhan )ika ter)adi kudeta atau re,olusi yang efektif. 1udeta atau re,olusi adalah peru"ahan tata hukum selain dengan -ara yang ditentukan oleh tata hukum itu sendiri. 1udeta atau re,olusi men)adi fakta hilangnya presuposisi ,aliditas konstitusi pertama dan digantikan dengan presuposisi yang lain. 0ata hukum yang "erlaku adalah se"uah tata hukum "aru meskipun dengan materi yang sama dengan tata hukum lama %2. 5erdasarkan uraian antara pandangan 1elsen dan 6a'iasky terse"ut dapat disimpulkan "ah'a staats;fundamentalnorm yang dikemukakan oleh na'iasky adalah presuposisi ,aliditas konstitusi pertama yang dikemukakan oleh 1elsen se"agai norma dasar. Sedangkan staats;grundgeset/(nya 6a'iasky adalah konstitusi dalam pandangan 1elsen. Pertanyaan selan)utnya adalah apakah Pan-asila merupakan staatsfundamentalnorm atau me(rupakan "agian dari konstitusiJ Pan-asila lahir dan dirumuskan dalam persidangan 5adan Penyelidik 7saha Persiapan 1emerdekaan &ndonesia 5P7P1&! pada saat mem"ahas dasar negara, khususnya dalam pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1:.2. Soekarno menye"ut dasar negara se"agai )hilosofische grondslag se"agai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam(dalamnya yang diatasnya akan didirikan "angunan negara &ndonesia. Soekarno )uga menye"utnya dengan istilah &eltanschauung atau pandangan hidup. Pan-asila adalah lima dasar atau lima asas. %B

29 Hans 1elsen, 8eneral 1heory of 2a! and State , translated "y: Anders =ed"erg, 6e' Dork: /ussell G /ussell, 1:B1!, hal 112. 30 Hans 1elsen, )ure 1heory Of 2a!, 0ranslation from the Se-ond /e,ised and Cnlarged! 4erman Cdition, 0ranslated "y: 3a? 1night, 5erkeley, <os Angeles, <ondon: 7ni,ersity of @alifornia Press, 1:BF!, hal. $;1 K $;2. 31 1elsen, 4eneral 0heory, Op 0it., hal 112 32 1elsen, 4eneral 0heory, Op 0it., hal 11B. 1elsen, Pure 0heory of <a', Op 0it., hal. 1:2. 33 Attamimi, Op 0it., hal. %2:. 6a'iasky, Op 0it., hal. %1 K %F. 34 1elsen, 4eneral 0heory, Op 0it., hal 1$. K 1$2. 1elsen, Pure 0heory, Op 0it., hal. $$1 K $$.. 35 1elsen, 4eneral 0heory, Op 0it., hal 11F. 36 Saafroedin 5ahar, Ananda 5. 1usuma, dan 6annie Huda'ati peny.!, 7isalah Sidang 3adan )enyelidi*saha;*saha )ersiapan Kemerde-aan (3)*)KI) )anitia )ersiapan Kemerde-aan Indonesia ())KI) 2< ,ei 1=>? 9 22 .gustus 1=>? Jakarta: Sekretariat 6egara /epu"lik &ndonesia, 1::2!, hal. B%, B:, dan >1. /3. A.5. 1usuma, 2ahirnya *ndang;*ndang (asar 1=>?, Jakarta: Pusat Studi Hukum 0ata 6egara 8akultas Hukum 7ni,ersitas &ndonesia, $;;.!, hal. 11F, 1$1, 1$> K 1$:.

Pidato yang dikemukakan Soekarno pada saat itu adalah rangkaian persidangan 5P7P1& yang mem"ahas dasar negara. Selain Soekarno, anggota(anggota yang lain )uga mengemukakan pendapatnya "aik se-ara lisan maupun tertulis. Dari "er"agai pendapat yang dikemukakan dalam persidangan terse"ut, kemudian ditun)uk tim perumus yang terdiri dari > orang, yaitu: &r. Soekarno, Drs. 3. Hatta, 3r. 3. Damin, 3. Soetard)o 1artohadikoesoemo, /. Otto &skandardinata, 3r. A. 3aramis, 1i 5agoes Hadikoesoemo, dan 1.H. =a-hid Has)im. 0im ini menghasilkan rumusan yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta dan diterima oleh 5P7P1& pada tanggal 1; Juli 1:.2. %F Dokumen inilah yang men)adi Pem"ukaan 77D 1:.2 setelah ter)adi kompromi dengan pen-oretan tu)uh kata. =alaupun pengaruh Soekarno -ukup "esar dalam perumusan dokumen ini, namun dokumen ini adalah hasil perumusan 5P7P1& yang dengan sendirinya merepresentasikan "er"agai pemikiran anggota 5P7P1&. Dokumen ini disamping memuat lima dasar negara yang dikemukakan oleh Soekarno, )uga memuat pokok(pokok pikiran yang lain. Jika masalah dasar negara dise"utkan oleh Soekarno se"agai )hilosofische grondslag ataupun &eltanschauung, maka hasil dari persidangan(persidangan terse"ut, yaitu Piagam Jakarta yang selan)utnya men)adi dan dise"ut dengan Pem"ukaan 77D 1:.2, yang merupakan )hilosofische grondslag dan &eltanschauung "angsa &ndonesia. Seluruh nilai(nilai dan prinsip(prinsip dalam Pem"ukaan 77D 1:.2 adalah dasar negara &ndonesia, termasuk di dalamnya Pan-asila. Selain Pan-asila, telah "anyak dikenal adanya empat pokok pikiran Pem"ukaan 77D 1:.2, yaitu# 1! "ah'a 6egara &ndonesia adalah negara yang melindungi dan meliputi segenap "angsa &ndonesia dan seluruh tumpah darah &ndonesia, serta men-akupi segala paham golongan dan paham perseorangan# $! "ah'a 6egara &ndonesia hendak me'u)udkan keadilan sosial "agi seluruh 'arganya# %! "ah'a 6egara &ndonesia menganut paham kedaulatan rakyat. 6egara di"entuk dan diselenggarakan "erdasarkan kedaulatan rakyat# dan .! "ah'a 6egara &ndonesia adalah negara yang "er(1etuhanan Dang 3aha Csa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan "erada". %> Jika men-ermati Pem"ukaan 77D 1:.2, masing(masing alenia mengandung pula -ita(-ita luhur dan filosofis yang harus men)i'ai keseluruhan sistem "erpikir materi 7ndang(7ndang Dasar. Alenia pertama menegaskan keyakinan "angsa &ndonesia "ah'a kemerdekaan adalah hak asasi segala "angsa, dan karena itu segala "entuk pen)a)ahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia kedua menggam"arkan proses per)uangan "angsa &ndonesia yang pan)ang dan penuh penderitaan yang akhirnya "erhasil mengantarkan "angsa &ndonesia ke depan pintu ger"ang negara &ndonesia yang merdeka, "ersatu, "erdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan pengakuan "angsa &ndonesia akan ke(3aha 1uasaan 0uhan Dang 3aha Csa, yang mem"erikan dorongan spiritual kepada segenap "angsa untuk memper)uangkan per'u)udan -ita(-ita luhurnya sehingga rakyat &ndonesia menyatakan kemerdekaannya. 0erakhir alenia keempat menggam"arkan ,isi "angsa &ndonesia mengenai "angunan kenegaraan yang hendak di"entuk dan diselenggarakan dalam rangka melem"agakan keseluruhan -ita(-ita "angsa untuk merdeka, "ersatu, "erdaulat, adil dan makmur dalam 'adah 6egara &ndonesia. Dalam alenia keempat inilah dise"utkan tu)uan negara dan dasar negara. %: 1eseluruhan Pem"ukaan 77D 1:.2 yang "erisi latar "elakang kemerdekaan, pandangan hidup, tu)uan negara, dan dasar negara dalam "entuk pokok(pokok pikiran se"agaimana telah diuraikan terse"ut(lah yang dalam "ahasa Soekarno dise"ut se"agai )hilosofische grondslag atau dasar negara se-ara umum. Jelas "ah'a Pem"ukaan 77D 1:.2 se"agai ideologi "angsa tidak hanya "erisi Pan-asila. Dalam ilmu politik, Pem"ukaan 77D 1:.2 terse"ut dapat dise"ut se"agai ideologi "angsa &ndonesia. Pertanyaan selan)utnya, apakah Pem"ukaan 77D 1:.2 merupakan staatsfundamentalnorm di &ndonesiaJ Jika merupakan staats;fundamentalnorm maka Pem"ukaan 77D 1:.2 merupakan "agian
1usuma, Op 0it., hal. 1%;, -atatan kaki no. $$:. Pokok(pokok pikiran Pem"ukaan 77D 1:.2 ini dimuat dalam Pen)elasan 77D 1:.2 se"elum peru"ahan 77D 1:.2 yang menghilangkan pen)elasan ini. <ihat )uga Jimly Asshiddiqie, Konstitusi @ Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: 3ahkamah 1onstitusi /epu"lik &ndonesia dan Pusat Studi Hukum 0ata 6egara 8akultas Hukum 7ni,ersitas &ndonesia, $;;.!, hal. 21. 39 Ibid., hal. 21 K 2$.
38 37

10

terpisah dari pasal(pasal dalam 77D 1:.2 karena se"agai staatsfundamentalnorm Pem"ukaan 77D 1:.2 merupakan norma yang merupakan dasar "agi pem"entukan konstitusi atau 7ndang(7ndang Dasar (staats"erfassung), atau dalam "ahasa 1elsen Pem"ukaan 77D 1:.2 adalah yang mempresuposisikan ,aliditas 77D 1:.2. Pen)elasan 77D 1:.2 yang merupakan "agian dari keseluruhan 77D 1:.2 menyatakan "ah'a *Pokok(pokok pikiran terse"ut meliputi suasana ke"atinan dari 7ndang(7ndang Dasar 6egara &ndonesia. Pokok(pokok pikiran ini me'u)udkan -ita(-ita hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, "aik hukum yang tertulis 7ndang(7ndang Dasar! maupun hukum yang tidak tertulis. 7ndang(7ndang Dasar men-iptakan pokok(pokok pikiran ini dalam pasal(pasalnya+. 5ahkan para founding fathers )uga menyadari akan perkem"angan masyarakat sehingga tidak tergesa(gesa mem"eri kristalisasi, mem"eri "entuk (8elstaltung). Pen)elasan ini se"enarnya mem"eri ruang peru"ahan terhadap per'u)udan pokok(pokok pikiran dalam Pem"ukaan 77D 1:.2. 5erdasarkan pen)elasan terse"ut, terlihat "ah'a Pem"ukaan 77D 1:.2 merupakan kesatuan dengan pasal(pasal 77D 1:.2. Hal ini )uga dapat dilihat dari proses penyusunan Pem"ukaan 77D 1:.2 yang merupakan satu kesatuan dengan pem"ahasan masalah lain dalam 7ndang(7ndang Dasar oleh 5P7P1&, yaitu masalah "entuk negara, daerah negara, "adan per'akilan rakyat, dan "adan penasehat.;. Status Pem"ukaan 77D 1:.2 se"agai satu kesatuan dengan pasal(pasalnya men)adi sangat tegas "erdasarkan Pasal && Aturan 0am"ahan 77D 1:.2 yang "er"unyi: * (engan ditetap-annya perubahan *ndang;*ndang (asar ini *ndang;*ndang (asar 'egara 7epubliIndonesia 1ahun 1=>? terdiri atas )embu-aan dan pasal;pasal%+.1 Jika Pem"ukaan 77D 1:.2 dan pasal(pasalnya merupakan satu kesatuan, tentu tidak dapat memisahkannya dengan menempatkan Pem"ukaan 77D 1:.2 se"agai staatsfundamentalnorms yang le"ih tinggi dari pasal(pasalnya se"agai staats"erfassung. Apalagi dengan menyatakan "ah'a Pem"ukaan 77D 1:.2 adalah dasar pem"entukan pasal(pasal 77D 1:.2 se"agai konstitusi, atau Pem"ukaan 77D 1:.2 adalah presuposisi "agi ,aliditas pasal(pasal 77D 1:.2. Pem"ukaan 77D 1:.2 termasuk di dalamnya Pan-asila! dan pasal(pasalnya adalah konstitusi tertulis "angsa &ndonesia. Pem"ukaan 77D 1:.2 'alaupun merupakan pokok(pokok pikiran yang a"straksinya tinggi dan di)a"arkan dalam pasal(pasalnya, tetapi "ukan merupakan dasar ke"erlakuan pasal(pasal 77D 1:.2 dan "erarti "ukan pula presuposisi ,aliditas pasal(pasal terse"ut. Pem"ukaan 77D 1:.2 "ukan sekedar se"uah postulat dari Auristic;thin-ing. 77D 1:.2 se-ara keseluruhan ditetapkan se"agai konstitusi (staats"erfassung) yang mengikat dalam satu tindakan hukum, yaitu keputusan PP1& tanggal 1> Agustus 1:.2. Penempatan Pem"ukaan 77D 1:.2 se"agai "agian dari 1onstitusi sekaligus menempatkannya se"agai norma a"strak yang dapat di)adikan se"agai standar ,aluasi konstitusionalitas norma hukum yang le"ih rendah. 5ahkan )uga dapat digunakan se"agai prinsip( prinsip dalam menafsirkan konstitusi. Dengan posisi Pem"ukaan 77D 1:.2 se"agai "agian dari konstitusi, maka pokok(pokok pikiran yang terkandung di dalamnya, termasuk Pan-asila, "enar("enar dapat men)adi rechtsidee dalam pem"angunan tata hukum &ndonesia. Jika Pan-asila "ukan merupakan staatsfundamental;norms, lalu apa yang men)adi dasar ke"erlakuan 77D 1:.2 se"agai konstitusiJ Apa yang mempresuposisikan ,aliditas 77D 1:.2J Proklamasi 1F Agustus 1:.2. Proklamasi menurut hukum yang "erlaku pada saat itu "ukan merupakan tindakan hukum karena dilakukan "ukan oleh organ hukum dan tidak sesuai dengan prosedur hukum. Proklamasi 1F Agustus 1:.2 yang menandai "erdirinya 6egara /epu"lik &ndonesia, yang "erarti ter"entuknya suatu tata hukum "aru ('e! 2egal Order). Adanya 6egara &ndonesia setelah diproklamasikan adalah postulat "erpikir yuridis Auristic thin-ing! se"agai dasar ke"erlakuan 77D 1:.2 men)adi konstitusi 6egara &ndonesia. 1e"eradaan 6egara &ndonesia yang merdeka adalah presuposisi ,aliditas tata hukum &ndonesia "erdasarkan 77D 1:.2 sekaligus meniadakan tata hukum lama se"agai se"uah sistem. Pe!an Mah"a#ah Kon%&i&u%i
40 41

1usuma, Op 0it., hal. 1%$ K 1%F. Hasil Peru"ahan 1eempat 77D 1:.2.

11

Hans 1elsen menyatakan "ah'a pelaksanaan aturan konstitusional tentang legislasi dapat se-ara efektif di)amin hanya )ika suatu organ selain "adan legislatif di"erikan tugas untuk mengu)i apakah suatu produk hukum itu konstitusional atau tidak, dan tidak mem"erlakukannya )ika menurut organ ini produk hukum terse"ut tidak konstitusional. 7ntuk itu dapat diadakan organ khusus seperti pengadilan khusus yang dise"ut mahkamah konstitusi (constitutional court), atau kontrol terhadap konstitusionalitas undang(undang (Audicial re"ie!) di"erikan kepada pengadilan "iasa, khususnya mahkamah agung. Organ khusus yang mengontrol terse"ut dapat menghapuskan se-ara keseluruhan undang(undang yang tidak konstitusional sehingga tidak dapat diaplikasikan oleh organ lain. Sedangkan )ika se"uah pengadilan "iasa memiliki kompetensi mengu)i konstitusionalitas undang( undang, mungkin hanya dalam "entuk menolak untuk menerapkannya dalam kasus konkret ketika menyatakan "ah'a undang(undang terse"ut tidak konstitusional sedangkan organ lain tetap di'a)i"kan menerapkannya. .$ 4eorge Jellinek pada akhir a"ad ke(1: mengem"angkan gagasan agar ke'enangan Audicial re"ie! terse"ut diterapkan di Austria, seperti yang telah diterapkan oleh John 3arshal di Amerika. Pada tahun 1>BF, 3ahkamah Agung Austria mendapatkan ke'enangan menangani sengketa yuridis terkait dengan perlindungan hak(hak politik "erhadapan dengan pemerintah. Pemikiran 1elsen yang telah diungkapkan di atas, mendorong di"entuknya suatu lem"aga yang di"eri nama :erfassungsgerichtshoft atau 3ahkamah 1onstitusi (0onstitutional 0ourt) yang "erdiri sendiri di luar 3ahkamah Agung, sehingga model ini sering dise"ut se"agai #1he Kelsenian ,odel>B$. 4agasan ini dia)ukan ketika 1elsen diangkat se"agai anggota lem"aga pem"aharu 1onstitusi Austria (0hancelery) pada tahun 1:1: K 1:$; dan diterima dalam 1onstitusi 0ahun 1:$;. &nilah 3ahkamah 1onstitusi pertama di dunia. 3odel ini menyangkut hu"ungan antara prinsip supremasi konstitusi (the principle of the supremacy of the 0onstitution) dan prinsip supremasi parlemen (the principle of the supremacy of the )arliament). 3ahkamah konstitusi ini melakukan pengu)ian "aik terhadap norma(norma yang "ersifat a"strak (abstract re"ie!) dan )uga memungkinkan pengu)ian terhadap norma kongkrit (concrete re"ie!). Pengu)ian "iasanya dilakukan se-ara a posteriori, meskipun tidak menutup kemungkinan dilakukan pengu)ian a priori... =alaupun demikian, ke"eradaan lem"aga 3ahkamah konstitusi se-ara umum merupakan fenomena "aru dalam dunia ketatanegaraan. Hingga saat ini "aru terdapat F> negara yang mem"entuk mahkamah ini se-ara tersendiri..2 6egara(negara ini pada umumnya adalah negara(negara yang mengalami peru"ahan dari otoritarian men)adi negara demokrasi. Di &ndonesia, 3ahkamah 1onstitusi merupakan produk dari peru"ahan keempat 77D 1:.2. Pasal $. ayat $! 77D 1:.2.B menyatakan: *Ke-uasaan -eha-iman dila-u-an oleh sebuah ,ah-amah .gung dan badan peradilan yang berada di ba!ahnya dalam ling-ungan peradilan umum ling-ungan peradilan agama ling-ungan peradilan militer ling-ungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah ,ah-amah Konstitusi +. Hal ini "erarti -a"ang kekuasaan kehakiman merupakan satu kesatuan sistem yang dilakukan oleh 3ahkamah Agung dan 3ahkamah 1onstitusi yang men-erminkan pun-ak kedaulatan hukum &ndonesia "erdasarkan 77D 1:.2 Agustus $;;%. 3ahkamah 1onstitusi /epu"lik &ndonesia kemudian diatur dengan 7ndang(7ndang 6omor $. 0ahun $;;% tentang 3ahkamah 1onstitusi yang disahkan pada tanggal 1% Agustus $;;%. .F 6amun lem"aga
Hans 1elsen, 8eneral 1heory of 2a! and State, Op 0it. 6e' Dork: /ussell G /ussell, 1:B1!, hal 12F. Dise"ut )uga dengan #the centrali/ed system of Audicial re"ie!$ . <ihat Arend <i)phart, )atterns of (emocracy+ 8o"ernment Forms and )erformance in 1hirty;Six 0ountries , 6e' Hea,en and <ondon: Dale 7ni,ersity Press, 1:::!, hal. $$2. 44 Jimly Asshiddiqie, ,odel;,odel )enguAian Konstitusional di 3erbagai 'egara , Jakarta: 1onstitusi Press, $;;2!, hal. $>, $:, B. K BB, 1;> dan 1;:. 45 <ihat Jimly Asshiddiqie dan 3ustafa 8akhry, ,ah-amah Konstitusi+ Kompilasi Ketentuan **( ** dan )eraturan di C< 'egara, Jakarta: Pusat Studi Hukum 0ata 6egara 8H 7& dan Asosiasi Penga)ar H06 dan HA6 &ndonesia, $;;$!. 46 Hasil Peru"ahan 1eempat 77D 1:.2. 47 <em"aran 6egara /epu"lik &ndonesia 0ahun $;;% 6omor :>, 0am"ahan <em"aran 6egara /epu"lik &ndonesia 6o. .%1B.
43 42

12

3ahkamah 1onstitusi sendiri "aru "enar("enar ter"entuk pada tanggal 1F Agustus $;;% setelah pengu-apan sumpah )a"atan sem"ilan hakim konstitusi pada tanggal 1B Agustus $;;%. .> 3ahkamah 1onstitusi /epu"lik &ndonesia "er'enang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya "ersifat final untuk# a! mengu)i undang(undang terhadap 77D 1:.2# "! memutus sengketa ke'enangan lem"aga negara yang ke'enangannya di"erikan oleh 77D 1:.2# -! memutus pem"u"aran partai politik# dan d! memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. .: Selain itu 3ahkamah 1onstitusi )uga e! 'a)i" mem"erikan putusan atas pendapat DP/ "ah'a Presiden danHatau =akil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum "erupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana "erat lainnya, atau per"uatan ter-ela, danHatau tidak lagi memenuhi syarat se"agai Presiden danHatau =akil Presiden se"agaimana dimaksud dalam 77D 1:.2.2; 1e'enangan pertama 3ahkamah 1onstitusi sering dise"ut se"agai Audicial re"ie!. 6amun istilah ini harus diluruskan dan diganti dengan istilah constitutional re"ie! atau pengu)ian konstitusional mengingat "ah'a ke'enangan 3ahkamah 1onstitusi adalah mengu)i 7ndang(7ndang terhadap 77D 1:.2. Per definisi, konsep constitutional re"ie! merupakan perkem"angan gagasan modern tentang sistem pemerintahan demokratis yang didasarkan atas ide negara hukum rule of la!!, prinsip pemisahan kekuasaan separation of po!er!, serta perlindungan hak asasi manusia the protection of fundamental rights!. Dalam sistem constitutional re"ie! itu ter-akup dua tugas pokok, yaitu a! men)amin "erfungsinya sistem demokrasi dalam hu"ungan peran atau interplay antara -a"ang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif# dan "! melindungi setiap indi,idu 'arga negara dari penyalahgunaan kekuasaan oleh lem"aga negara yang merugikan hak(hak fundamental mereka yang di)amin dalam konstitusi.21 Sedangkan ke'enangan 3ahkamah 1onstitusi yang lain dapat dilihat se"agai upaya penataan hu"ungan kelem"agaan negara dan institusi(institusi demokrasi "erdasarkan prinsip supremasi hukum. Se"elum ter"entuknya 3ahkamah 1onstitusi dengan ke'enangannya terse"ut, hu"ungan kelem"agaan negara dan institusi demokrasi le"ih didasarkan pada hu"ungan yang "ersifat politik. Aki"atnya, se"uah lem"aga dapat mendominasi atau mengkooptasi lem"aga lain, atau ter)adi pertentangan antar lem"aga atau institusi yang melahirkan krisis konstitusional. Hal ini menim"ulkan ketiadaan kepastian hukum dan kotraproduktif terhadap pengem"angan "udaya demokrasi. Pengaturan kehidupan politik kenegaraan se-ara umum )uga telah "erkem"ang se"agai "entuk #the constitutionali/ation of democratic politics$.2$ Hal ini semata(mata untuk me'u)udkan supremasi hukum, kepastian hukum, dan perkem"angan demokrasi itu sendiri, "erdasarkan konsep negara hukum yang demokratis democratische reshtsstaat!. 1e'enangan pengu)ian undang(undang terhadap 7ndang(7ndang Dasar merupakan ke'enangan 3ahkamah 1onstitusi se"agai pen)aga konstitusi the guardian of the constitution!. 1e'enangan ini dilaksanakan untuk men)aga ketentuan undang(undang agar tidak "ertentangan dengan 77D 1:.2 dan atau merugikan hak konstitusional 'arga negara. 5atu u)ian yang digunakan tentu sa)a adalah 77D 1:.2 yang terdiri dari Pem"ukaan dan Pasal(pasal. Dang di)adikan alat untuk mengu)i apakah suatu ketentuan undang(undang melanggar hak konstitusional atau "ertentangan dengan 7ndang(7ndang Dasar tidak hanya Pasal(Pasal, melainkan )uga -ita(-ita dan prinsip dasar yang terdapat dalam Pem"ukaan 77D 1:.2. Dalam pelaksanaan ke'enangan 3ahkamah 1onstitusi, "er"agai permasalahan "aru yang mendasar senantiasa mun-ul dalam proses penataan kehidupan "ernegara terkait dengan dasar negara
Sem"ilan hakim konstitusi pada 31/& yang pertama ditetapkan "erdasarkan 1eputusan Presiden 6o. 1.FH3 0ahun $;;%, tanggal 12 Agustus $;;%. 49 Pasal $.@ ayat 1! 77D 1:.2 )unto Pasal 1; ayat 1! 7ndang(7ndang 6omor $. 0ahun $;;% tentang 3ahkamah 1onstitusi. 50 Pasal $.@ ayat $! 77D 1:.2, Auncto Pasal 1; ayat $! dan %! 7ndang(7ndang 6omor $. 0ahun $;;% tentang 3ahkamah 1onstitusi. 51 Asshiddiqie, ,odel;,odel )enguAian, Op 0it., hal. 1;(11. 52 /i-hard H. Pildes, 0he @onstitutionali9ation of Demo-rati- Politi-s, 4ar"ard 2a! 7e"ie!, Aol. 11>:1, $;;., hal. $(%, 1;.
48

13

Pan-asila dan perkem"angan dunia yang didominasi oleh ideologi kapitalisme. Permasalahan terse"ut diantaranya adalah# a! hu"ungan ekonomi dengan 'ilayah hukum dan politik# "! kerangka institusional negara# -! tu)uan dan peran pemerintahan# d! aki"at dan "atasan inter,ensi negara dalam masyarakat# dan e! masalah kedaulatan negara "erhadapan dengan perkem"angan hukum internasional.2% Putusan pengu)ian 7ndang(7ndang terhadap 77D 1:.2 yang telah di"uat oleh 3ahkamah 1onstitusi terhadap "er"agai permohonan pengu)ian yang dia)ukan )uga selalu melihat se-ara utuh 77D 1:.2. Dalam putusan(putusan terse"ut memuat pengertian(pengertian dan konsep(konsep terkait dengan pemahaman suatu ketentuan dalam konstitusi "erdasarkan -ita negara staatside!dan landasan filosofis (filosofische grondslag) "angsa &ndonesia. Hingga saat ini telah terdapat "er"agai putusan 3ahkamah 1onstitusi "aik di "idang politik2., ekonomi22, dan sosial2B terkait dengan ketentuan dalam 77D 1:.2 yang mengela"orasi nilai(nilai dasar Pan-asila se"agai "atu u)ian atas permohonan pengu)ian undang(undang terhadap 7ndang(7ndang Dasar. 3ahkamah 1onstitusi se"agai pen)aga konstitusi se-ara otomatis )uga "erarti se"agai pen)aga Pan-asila se"agai materi konstitusi dan mempertahankannya se"agai ideologi ter"uka. 3ahkamah 1onstitusi mengela"orasi nilai(nilai dan prinsip dasar Pan-asila untuk menentukan apakah sesuatu ketentuan undang(undang "ertentangan dengan konstitusi atau tidak. Disamping itu, melalui pelaksanaan ke'enangannya, 3ahkamah 1onstitusi tetap men)aga Pan-asila se"agai ideologi ter"uka dengan senantiasa mempertim"angkan perkem"angan nilai(nilai dalam masyarakat dan masyarakat internasional sehingga tidak men)adi ideologi tertutup yang dapat disalahgunakan se"agai alat legitimasi kekuasaan "elaka. Hal ini )uga dapat dilakukan dalam pelaksanaan ke'enangan yang lain terutama dalam hal sengketa ke'enangan lem"aga negara, pem"u"aran partai politik, dan memutus usulan DP/ untuk pem"erhentian Presiden dan atau =akil Presiden. Penu&up @ita(-ita ideal "ernegara "erlaku "agi segenap "angsa &ndonesia tanpa mem"edakan antara laki(laki dan perempuan. Hal ini merupakan kema)uan tersendiri "agi "angsa &ndonesia di"andingkan "e"erapa konstitusi negara lain, "ahkan di Amerika dan Peran-is, yang semula hanya menye"utkan kata *man+ se"agai 'arga negara. Salah satu sila dari Pan-asila adalah *1emanusiaan yang Adil dan 5erada"+. Hal ini menun)ukkan "ah'a salah satu penyangga "angsa &ndonesia adalah prinsip kemanusiaan yang adil, yang dengan sendirinya menentang diskriminasi "aik "erdasarkan ras, agama, keyakinan politik, maupun gender. Prinsip(prinsip dasar terse"ut )uga dapat dilihat dari perumusan ketentuan 77D 1:.2 pada 5a" IA tentang Hak Asasi 3anusia. Seluruh ketentuan masalah hak asasi manusia dalam 77D 1:.2 menye"utkan *setiap orang+ atau *setiap 'arga negara+ yang menun)ukkan tidak ada pem"edaan "erdasarkan gender. 5ahkan dalam Pasal $>& 77D 1:.2 dise"utkan * Setiap orang berha- bebas dari perla-uan yang bersifat dis-riminatif atas dasar apa pun dan berha- mendapat-an perlindungan terhadap perla-uan yang bersifat dis-riminatif itu+.
53 54

5o" Jessop, State 1heory, @am"ridge: Polity Press, 1::;!, hal. .>.

3isalnya Putusan 3ahkamah 1onstitusi Perkara 6omor ;11(;1FHP77(&H$;;% yang mengem"alikan hak politik pasif dan aktif eks anggota P1& dan organisasi terlarang lainnya dengan menyatakan "ah'a Pasal B; huruf g 7ndang(undang 6omor 1$ 0ahun $;;% tentang Pemilihan 7mum Anggota De'an Per'akilan /akyat, De'an Per'akilan Daerah, Dan De'an Per'akilan /akyat Daerah <em"aran 6egara 0ahun $;;% 6omor %F, 0am"ahan <em"aran 6egara 6omor .$FF! "ertentangan dengan 77D 1:.2 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. 3isalnya Putusan 3ahkamah 1onstitusi 6o. Perkara ;;$HP77(&H$;;% dalam perkara permohonan konstitusionalitas 7ndang(7ndang 6o. $$ 0ahun $;;1 tentang 3inyak dan 4as 5umi, dan Putusan 3ahkamah 1onstitusi 6o. Perkara ;;1(;$1(;$$HP77(&H$;;% yang menyatakan 7ndang(7ndang 6o. $; 0ahun $;;$ se-ara keseluruhan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat karena Pasal(Pasal yang diu)i dan dinyatakan "ertentangan dengan 77D 1:.2, yaitu Pasal 1B, Pasal 1F ayat %!, dan Pasal B> merupakan )antung dari 7ndang( 7ndang 6o. $; 0ahun $;;$. 3isalnya Putusan 6o. Perkara ;11HP77(&&&H$;;2 dalam perkara permohonan pengu)ian 7ndang( 7ndang 6o. $; 0ahun $;;% tentang Sistem Pendidikan 6asional.
56 55

14

=alaupun telah ada )aminan konstitusional, namun realitas menun)ukkan "ah'a diskriminasi gender masih ter)adi di masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari stereotype dan "udaya patriakhi yang dominan tidak hanya di &ndonesia, tetapi )uga di seluruh dunia. 5ahkan pada saat negara(negara ka'asan Asia dan Amerika <atin sudah "anyak yang pernah dipimpin oleh perempuan, negara Cropa masih )arang, "ahkan di Amerika "elum pernah sama sekali. 5erhadapan dengan realitas masih adanya diskriminasi atas perempuan "aik se-ara kultural maupun struktural, adalah suatu ketidakadilan )ika sekedar mem"erikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki(laki untuk "erperan dalam "er"agai "idang kehidupan. Perempuan )elas akan tetap tertinggal karena kemampuan dan dukungan sosial yang diperoleh kalah di"andingkan dengan laki(laki yang se)ak a'al memang dominan. 1arena itulah adalah sah dan memenuhi rasa keadilan )ika terdapat ke"i)akan yang "erupaya mendorong peran perempuan dengan mem"erikan kuota khusus affirmati"e action!. Hal ini se-ara konstitusional di)amin dalam Pasal $>H ayat $! 77D 1:.2 yang menyatakan * Setiap orang berhamendapat -emudahan dan perla-uan -husus untu- memperoleh -esempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan -eadilan.+ Salah satu 'u)ud affirmati"e action ini adalah adanya persetu)uan "ersama antara DP/ dan pemerintah tentang kuota minimal %; persen -alon anggota legislatif, "aik tingkat pusat maupun daerah, yang diusulkan oleh partai(partai politik peserta Pemilu $;;.. Hanya sa)a disayangkan rumusan ketentuan mengenai hal itu, yakni Pasal B2 ayat 1! 77 6omor 1$ 0ahun $;;% tentang Pemilu Anggota DP/, DPD, dan DP/D2F terse"ut, tidak "ersifat memaksa imperatif! karena menggunakan kata +dapat+, "ukan kata +'a)i"+ atau +harus+. Aki"atnya, para anggota lem"aga legislatif, "aik di tingkat pusat maupun daerah, hasil Pemilu $;;. tidak memenuhi keter'akilan %; persen adalah kaum perempuan. 0erlepas dari "er"agai )aminan persamaan hak dan kemudahan dan perlakuan khusus dalam 77D 1:.2, yang menentukan diakui tidaknya kese)a)aran perempuan dan laki(laki serta "erperan tidaknya perempuan dalam kehidupan "ermasyarakat, "er"angsa, dan "ernegara, adalah kualitas manusianya. 1alaupun telah di"erikan perlakuan khusus dan kultur sosial sudah tidak "ias gender, namun )ika tidak memiliki kualitas yang memadai, perempuan tidak akan dapat memanfaatkan perlakuan khusus yang di"erikan. 1e"i)akan terse"ut )uga akan "eru)ung se"agai penghias "i"ir semata. 3aka peningkatan kualitas dan kemampuan perempuan harus men)adi agenda "angsa se-ara keseluruhan, maupun partai(partai politik, di samping per)uangan se-ara struktural dan kultural. Hal ini dapat dilakukan dengan "er"agai proses pendidikan dan pelatihan serta memperluas medan pengalaman dalam akti,itas kehidupan "ermasyarakat, "er"angsa dan "ernegara.

DA-TAR PUSTAKA
Alder, John and Peter Cnglish. 0onstitutional and .dministrati"e 2a!% <ondon: 3a-3illan Cdu-ation <0D, 1:>:. Almond, 4a"riel A. and 4. 5ingham Po'ell Jr. 0omparati"e )olitics; . (e"elopmental .pproach% <ittle, 5ro'n and @ompany &n-., 1:BB. Andre's, =illiam 4. 0onstitutions and 0onstitutionalism% %rd edition. 6e' Jersey: Aan 6ostrand @ompany, 1:B>. Asshiddiqie, Jimly. 8agasan Kedaulatan 7a-yat dalam Konstitusi dan )ela-sanaanya di Indonesia . Jakarta: P0. &-htiar 5aru Aan Hoe,e, 1::.. LLLLLLLLLLLLLLL. Konstitusi @ Konstitusionalisme Indonesia% Cdisi /e,isi. Jakarta: 1onstitusi Press, $;;2. LLLLLLLLLLLLLLL. ,odel;,odel )enguAian Konstitusional di 3erbagai 'egara . Jakarta: 1onstitusi Press, $;;2.
57

<em"aran 6egara /& 0ahun $;;% 6omor %F dan 0am"ahan <em"aran 6egara /& 6omor .$FF.

15

Asshiddiqie, Jimly dan 3ustafa 8akhry. ,ah-amah Konstitusi+ Kompilasi Ketentuan **( ** dan )eraturan di C< 'egara% Jakarta: Pusat Studi Hukum 0ata 6egara 8H 7& dan Asosiasi Penga)ar H06 dan HA6 &ndonesia, $;;$. Attamimi, A. Hamid A. )eranan Keputusan )residen 7epubli- Indonesia dalam )enyelenggaraan )emerintahan 'egara; Suatu Studi .nalisis ,engenai Keputusan )residen yang 3erfungsi )engaturan dalam Kurun &a-tu )elita I9)elita I:% Disertasi &lmu Hukum 8akultas Pas-asar)ana 7ni,ersitas &ndonesia. Jakarta, 1::;. 5ahar, Saafroedin Ananda 5. 1usuma, dan 6annie Huda'ati peny.!. 7isalah Sidang 3adan )enyelidi- *saha;*saha )ersiapan Kemerde-aan (3)*)KI) )anitia )ersiapan Kemerde-aan Indonesia ())KI) 2< ,ei 1=>?922 .gustus 1=>?% Jakarta: Sekretariat 6egara /epu"lik &ndonesia, 1::2. 5ogdanor, Aernon ed!. 3lac-!ellDs 6ncyclopedia of )olitical Science% O?ford: 5la-k'ell, 1:>F. 5ry-e, J. Studies in 4istory and 5urisprudence% ,ol.1. O?ford: @larendon Press, 1:;1. 8riedri-h, @arl J. ,an and 4is 8o"ernment% 6e' Dork: 3-4ra'(Hill, 1:B%. LLLLLLLLLLLLL. 0onstitutional 8o"ernment .nd (emocracy+ 1heory and )ractice in 6urope and .merica% 8ourth Cdition. 3assa-hussets(0oronto(<ondon: 5laisdell Pu"lishing @ompany, 1:BF. He'itt, 3artin. &elfare Ideology and 'eed (e"eloping )erspecti"es on the &elfare State . 3aryland: Har,ester =heatsheaf, 1::$. Jessop, 5o". State 1heory. @am"ridge: Polity Press, 1::;. 1elsen, Hans. 8eneral 1heory of 2a! and State% translated "y: Anders =ed"erg. 6e' Dork: /ussell G /ussell, 1:B1. LLLLLLLLLLL. )ure 1heory Of 2a!% 0ranslation from the Se-ond /e,ised and Cnlarged! 4erman Cdition. 0ranslated "y: 3a? 1night. 5erkeley, <os Angeles, <ondon: 7ni,ersity of @alifornia Press, 1:BF. 1ranen"urg, /. dan 0k. 5. Sa"aroedin. Ilmu 'egara *mum% @etakan 1ese"elas. Jakarta: Pradnya Paramita, 1:>:. 1usuma, /3. A.5. 2ahirnya *ndang;*ndang (asar 1=>?% Jakarta: Pusat Studi Hukum 0ata 6egara 8akultas Hukum 7ni,ersitas &ndonesia, $;;.. <i)phart, Arend. )atterns of (emocracy+ 8o"ernment Forms and )erformance in 1hirty;Six 0ountries% 6e' Hea,en and <ondon: Dale 7ni,ersity Press, 1:::. 3agnis(Suseno, 8ran9. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis% Jakarta: 1anisius, 1::$. 3annheim, 1arl. Ideologi dan *topia+ ,enying-ap Kaitan )i-iran dan )oliti- . Judul Asli: Ideology and *topia .n Introduction to the Sociology of Kno!ledge . Pener)emah: 8. 5udi Hardiman. Jakarta: Pener"it 1anisius, 1::>. 6otonagoro. )ancasila (asar Falsafah 'egara% @etakan keempat. Jakarta: Pant)uran 0ud)uh, tanpa tahun. Phillips, O. Hood. 0onstitutional and .dministrati"e 2a!% Fth ed. <ondon: S'eet and 3a?'ell, 1:>F. Pildes, /i-hard H. *0he @onstitutionali9ation of Demo-rati- Politi-s+. 4ar"ard 2a! 7e"ie!, Aol. 11>:1, $;;.. 0hompson, 5rian. 1extboo- on 0onstitutional and .dministrati"e 2a! . edisi ke(%. <ondon: 5la-kstone Press <td., 1::F.

16

Anda mungkin juga menyukai