Anda di halaman 1dari 22

Case Report Session

PTERIGIUM

Oleh : Meillyssa CH 0318011054

Pembimbing : dr !ryanti "brahim# SpM

SM$ "%M& P'()!*"+ M!+! RS&, ,r H !-,&% MO'%O'* P'R"O,' 10 . /0 O*+O-'R /011 BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pterygium merupakan jaringan fibrovaskular yang bersifat invasif dan degeneratif, berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah temporal maupun nasal konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Asal kata pterygium dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya wing atau sayap. Hal ini mengacu pada pertumbuhan pterygium yang berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Kasus Pterygium yang tersebar di seluruh dunia sangat bervariasi, tergantung pada lokasi geografisnya, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator. revalensi juga tinggi pada daerah berdebu dan kering. !nsiden pterygium di !ndonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 1",1#. !nsiden tertinggi pterygium terjadi pada pasien dengan rentang umur $% & '( tahun. asien diba)ah umur 1* tahun jarang terjadi pterygium. +ekuren lebih sering terjadi pada pasien yang usia muda dibandingkan dengan pasien usia tua. ,aki-laki lebih beresiko ' kali daripada perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah dan ri)ayat terpapar lingkungan di luar rumah.

BAB II

ISI SMF MATA RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG STATUS ILMU PENYAKIT MATA

.1

I!entita"
.ama 0mur 2enis Kelamin ekerjaan / .y. F / *1 tahun / erempuan / !bu +umah 3angga / 3anjung 4enang, 5andar ,ampung

Alamat

+a)at 2alan di +40A6 / 1* 7ktober $%11

Ana#ne"a
Keluhan 0tama / asien mengalami penurunan penglihatan dan pandangan berbayang disertai mata merah pada kedua mata sejak 8 1 minggu ini sebelum masuk +umah 4akit, terutama pada mata kiri. Keluhan 3ambahan / 4ensasi mengganjal pada kedua mata, mata berair Riwayat Penyakit Sekarang asien datang ke oliklinik 6ata +4A6 dengan keluhan mengalami

penurunan penglihatan dan pandangan berbayang disertai mata merah pada kedua mata sejak 8 1 minggu ini sebelum masuk +umah 4akit, terutama pada mata kiri. Keluhan disertai sensasi mengganjal pada kedua mata dan

"

mata sering berair. 3erdapat selaput di sudut mata kanan dan mata kiri bagian dalam ber)arna kekuningan sejak ' tahun. asien mengaku selaput tersebut makin lama makin membesar. erasaan mengganjal membuat asien sudah pasien sering menggosok-gosok matanya hingga merah.

menggunakan obat mata tetes yang dijual bebas selama " bulan ini, tetapi tidak mengurangi selaput tersebut. 5engkak pada mata di sangkal oleh pasien. 4ehari-hari pasien sering terpajan sinar matahari dan debu. asien setiap harinya mengantar cucu-cucunya ke sekolah dengan menggunakan motor, tanpa helm dan kacamata karena sekolahnya tidak begitu jauh dari rumah. +i)ayat trauma sebelumnya disangkal. !ni adalah penyakit mata yang pertama kali dirasakan pasien. asien belum pernah mengobati sakitnya ini ke dokter maupun rumah sakit. Riwayat penyakit dahulu asien mengaku memiliki ri)ayat sakit kencing manis dan darah tinggi sejak 1 tahun terakhir dan meminum obat secara rutin. asien tidak pernah sakit mata sebelumnya.

Riwayat Penyakit keluarga asien mengaku memiliki ri)ayat darah tinggi dan kencing manis pada keluarganya. asien mengaku bah)a nenek pasien juga pernah mengalami penyakit mata seperti ini. +i)ayat asma dan alergi disangkal pasien.

.$

Pe#erik"aan Fi"ik
Status Present Keadaan umum Kesadaran 3ekanan darah .adi ernafasan / 3ampak sakit sedang / 9ompos mentis / 1"%:1% mmHg / 1% ;:menit / $' ;:menit
'

Status Generalis Kepala 5entuk 6ata 3elinga Hidung 6ulut Thoraks 2antung aru / <alam batas normal / <alam batas normal / .ormocephalic / 4tatus 7ftamologis / 3ak tampak kelainan / 3ak tampak kelainan / 3ak tampak kelainan

Abdomen Hepar ,ien Ektremitas 4uperior !nferior / 3ak tampak kelainan / 3ak tampak kelainan / 3ak teraba, hepatomegali =-> / 3ak teraba, sphlenomegali =->

Status Oftalmologis

OC !AR "E#TRA ?:? 3idak <ilakukan 3idak <ilakukan 3idak <ilakukan 7rthoforia Aksoftalmus =-> Andoftalmus =-> .ormal .istagmus =->

@!404 K7+AK4! 4K!A4K7 ! 4A.404 97,7+!4 50,504 790,! 40 A+4!,!A A+A4A: A+A,!4A

OC !AR S$%$STRA ?:? 3idak <ilakukan 3idak <ilakukan 3idak <ilakukan 7rthoforia Aksoftalmus =-> Andoftalmus =-> .ormal .istagmus =->

4trasbismus =-> Hordeolum =-> KalaBion =-> 5lefaritis =-> Anteropion =-> Akteropion =-> tosis =-> Cantelesma =-> 3rauma =-> Hordeolum =-> KalaBion =-> 5lefaritis =-> Anteropion =-> Akteropion =-> tosis =-> Cantelesma =-> 3rauma =-> Hiperemi =-> Hiperemi =-> !njeksi siliar =-> !njeksi konjungtiva =E> terigium =E> Anikterik 2ernih Arcus senilis =E> <alam Kripta 5aik 5ulat, sentral +eflek cahaya =E> 4hado) test =-> 2ernih 3idak <ilakukan 3idak <ilakukan .ormal:palpasi .ormal

A, A5+A 40 A+!7+

A, A5+A !.FA+!7+

4trasbismus =-> Hordeolum =-> KalaBion =-> 5lefaritis =-> Anteropion =-> Akteropion =-> tosis =-> Cantelesma =-> 3rauma =-> Hordeolum =-> KalaBion =-> 5lefaritis =-> Anteropion =-> Akteropion =-> tosis =-> Cantelesma =-> 3rauma =-> Hiperemi =-> Hiperemi =-> !njeksi siliar =-> !njeksi konjungtiva =E> terigium =E> enebalan =E> 2ernih Arcus senilis =E> 4ulit dinilai Kripta 5aik 5ulat, sentral +eflek cahaya =E> 4hado) test =-> 2ernih 3idak <ilakukan 3idak <ilakukan .ormal:palpasi .ormal

97.20.D3!@A A, A5+A 97.20.D3!@A F7+.!9A4 97.20.D3!@A 50,5!

49,A+A 97+.AA 9A6A+A 790,! A.3A+!7+ !+!4

0 !, ,A.4A F0.<04 +AF,AK4 97+ 04 @!3+A06 3A.4!7 790,! 4!43A6 9A.A,!4 ,A9+!6A,!4

.%

Pe#erik"aan An&'ran
3es sonde

.(

Diagn)"a Ban!ing
terygium 7<4 seudopterygium 7<4 inguekula 7<4

.*

Diagn)"a Ker&a
terygium derajat !! 7<4

.+

Penatalak"anaan
A. %on &edikamentosa Kurangi pajanan debu dan sinar matahari dengan menggunakan helm atau kacamata anti ultraviolet Kontrol ke rumah sakit 5. &edikamentosa !mmatrol Ad ' dd gtt 1 7<4 !nterhistine " ; 1 tablet 9. Pembedahan

.,

Pr)gn)"a
Fuo ad vitam Fuo ad functionam / <ubia ad bonam / <ubia ad bonam

BAB III TIN-AUAN PUSTAKA

$.1

De.ini"i
6enurut !van +. 4ch)ab dan 9handler +. <a)son =1((*> dalam General Ophthalmology, pterygium merupakan suatu pelanggaran batas suatu pinguicula berbentuk segitiga berdaging ke kornea, umumnya di sisi nasal, secara bilateral. 4edangkan degeneratif. menurut 4idharta !lyas, Pterygium merupakan suatu

pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat invasif dan ertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. terygium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Asal kata pterygium dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya wing atau sayap. Hal ini mengacu pada pertumbuhan pterygium yang berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi.

Gambar '( 6ata dengan pterygium

$.

E/i!e#i)l)gi
Kasus pterygium yang tersebar di seluruh dunia sangat bervariasi, tergantung pada lokasi geografisnya, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator. revalensi juga tinggi pada daerah berdebu dan kering. <i !ndonesia yang melintas di ba)ah garis khatulis)a, kasus-kasus pterygium cukup sering didapati. Apalagi karena faktor risikonya adalah paparan sinar matahari =0@A H 0@5>, dan bisa dipengaruhi juga oleh paparan alergen, iritasi berulang =misal karena debu atau kekeringan>. !nsiden tertinggi pterygium terjadi pada pasien dengan rentang umur $% & '( tahun. asien diba)ah umur 1* tahun jarang terjadi pterygium. +ekuren lebih sering terjadi pada pasien yang usia muda dibandingkan dengan pasien usia tua. ,aki-laki lebih beresiko ' kali daripada perempuan.

$.$

Fakt)r Re"ik)
Faktor resiko yang mempengaruhi pterygium adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara dan faktor herediter . 1. +adiasi ultraviolet Faktor resiko lingkungan yang utama timbulnya pterygium adalah paparan sinar matahari. 4inar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel. ,etak lintang, lamanya )aktu di luar rumah, penggunaan kacamata dan topi juga merupakan faktor penting.

$. Faktor Denetik 5eberapa kasus dilaporkan sekelompok anggota keluarga dengan pterygium dan berdasarkan penelitian case control menunjukkan ri)ayat keluarga dengan pterygium, kemungkinan diturunkan secara autosom dominan. " . Faktor lain. !ritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area limbus atau perifer kornea merupakan pendukung terjadinya teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesis dari pterygium. Yang juga menunjukkan adanya Ipterygium angiogenesis factorI dan penggunaan farmakoterapi antiangiogenesis sebagai terapi. <ebu, kelembapan yang rendah, dan trauma kecil dari bahan partikel tertentu, dry eye dan virus papilloma juga penyebab dari pterygium.

$.%

Pat)gene"i"
Atiologi pterygium tidak diketahui dengan jelas. Karena penyakit ini lebih sering pada orang yang tinggal di daerah beriklim panas, maka gambaran yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon terhadap faktorfaktor lingkungan seperti paparan terhadap sinar ultraviolet dari matahari, daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau faktor iritan lainnya. <iduga pelbagai faktor risiko tersebut menyebabkan terjadinya degenerasi elastis jaringan kolagen dan proliferasi fibrovaskular. <an progresivitasnya diduga merupakan hasil dari kelainan lapisan 5o)man kornea. 5eberapa studi menunjukkan adanya predisposisi genetik untuk kondisi ini. 3eori lain menyebutkan bah)a patofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastik kolagen dan proliferasi fibrovaskular dengan permukaan yang menutupi epitel. Hal ini disebabkan karena struktur konjungtiva bulbi yang selalu berhubungan dengan dunia luar dan secara intensif kontak dengan ultraviolet dan debu sehingga sering mengalami kekeringan yang

1%

mengakibatkan terjadinya penebalan dan pertumbuhan konjungtiva bulbi sampai menjalar ke kornea. 4elain itu, pengeringan lokal dari kornea dan konjungtiva yang disebabkan kelainan tear film menimbulkan fibroplastik baru. 3ingginya insiden pterygium pada daerah beriklim kering mendukung teori ini. 3eori terbaru pterygium menyatakan kerusakan limbal stem cell di daerah interpalpebra akibat sinar ultraviolet. Limbal stem cell merupakan sumber regenarasi epitel kornea dan sinar ultraviolet menjadi mutagen untuk p53 tumor supressor gene pada limbal stem cell. 3anpa apoptosis, transforming growth factor-beta diproduksi dalam jumlah berlebihan dan meningkatkan proses kolagenase sehingga sel-sel bermigrasi dan terjadi angiogenesis. Akibatnya, terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial fibrovaskular. ada jaringan subkonjungtiva terjadi perubahan degenerasi elastik dan proliferasi jaringan vaskular di ba)ah epitelium yang kemudian menembus kornea. Kerusakan pada kornea terdapat pada lapisan membran 5o)man oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang sering disertai inflamasi ringan. Apitel dapat normal, tebal, atau tipis dan kadang terjadi displasia. permukaan kornea. emisahan fibroblast dari jaringan pterygium menunjukkan perubahan phenotype, yaitu lapisan fibroblast mengalami proliferasi sel yang berlebihan. ada fibroblast pterygium menunjukkan matriks metalloproteinase, yaitu matriks ekstraselular yang berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang rusak, penyembuhan luka, dan mengubah bentuk. Hal ini menjelaskan penyebab pterygium cenderung terus tumbuh dan berinvasi ke stroma kornea sehingga terjadi reaksi fibrovaskular dan inflamasi. ada keadaan defisiensi limbal stem cell, terjadi pembentukan jaringan konjungtiva pada

11

$.(

Ga#0aran Klini"
Pterygium biasanya terjadi secara bilateral, namun jarang terlihat simetris, karena kedua mata mempunyai kemungkinan yang sama untuk kontak dengan sinar ultraviolet, debu dan kekeringan. Kira-kira (%# terletak di daerah nasal karena daerah nasal konjungtiva secara relatif mendapat sinar ultraviolet yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian konjungtiva yang lain. 4elain secara langsung, bagian nasal konjungtiva juga mendapat sinar ultra violet secara tidak langsung akibat pantulan dari hidung. Pterygium yang terletak di nasal dan temporal dapat terjadi secara bersamaan )alaupun pterygium di daerah temporal jarang ditemukan. erluasan pterygium dapat sampai ke medial dan lateral limbus sehingga menutupi sumbu penglihatan dan menyebabkan penglihatan kabur. 4ecara klinis muncul sebagai lipatan berbentuk segitiga pada konjungtiva yang meluas ke kornea pada daerah fissura interpalpebra. 5iasanya pada bagian nasal tetapi dapat juga terjadi pada bagian temporal. <eposit besi dapat dijumpai pada bagian epitel kornea anterior dari kepala pterygium =stokers line>. Dejala klinis pterygium pada tahap a)al biasanya ringan bahkan sering tanpa keluhan sama sekali =asimptomatik>. 5eberapa keluhan yang sering dialami pasien antara lain/ - mata sering berair dan tampak merah - merasa seperti ada benda asing - timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan pterygium
- pada pterygium derajat " dan ' dapat terjadi penurunan tajam

penglihatan. - <apat terjadi diplopia sehingga menyebabkan terbatasnya pergerakan mata.

1$

$.*

Kla"i.ika"i Pterygium
Pterygium dibagi menjadi tiga bagian yaitu / Body, bagian segitiga yang meninggi pada pterygium dengan dasarnya ke arah kantus pe! "head#, bagian atas pterygium

$ap, bagian belakang pterygium subepithelial cap atau halo timbul pada tengah ape; dan membentuk batas pinggir pterygium. Pterigyum terbagi berdasarkan perjalanan penyakit menjadi $ tipe, yaitu / - Progressif pterygium / memiliki gambaran tebal dan vascular dengan beberapa infiltrat di kornea di depan kepala pterygium - %egressif pterygium / dengan gambaran tipis, atrofi, sedikit vaskularisasi, membentuk membran tetapi tidak pernah hilang Pterygium juga dibagi dalam ' derajat yaitu ) 1. <erajat 1 $. <erajat $ ". <erajat " / 2ika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea / 2ika pterygium sudah mele)ati limbus kornea tetapi tidak lebih dari $ mm mele)ati kornea / 2ika pterygium sudah melebihi derajat $ tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata, dalam keadaan cahaya normal =pupil dalam keadaan normal sekitar " & ' mm> '. <erajat ' / 2ika pertumbuhan pterygium sudah mele)ati pupil sehingga mengganggu penglihatan. embagian lain pterygium, yaitu / 3ipe 1 / 6eluas kurang dari $ mm di atas kornea. 3imbunan besi =ditunjukkan dengan &tockers line> dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior:depan pterygium. ,esi:jejas ini

1"

asimtomatis, meskipun sebentar-sebentar dapat meradang =intermittently inflamed>. 2ika memakai soft contact lens, gejala dapat timbul lebih a)al karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik:terangkat dan ini dapat menyebabkan iritasi. 3ipe $ / 6elebar hingga ' mm dari kornea, dapat kambuh = recurrent> sehingga perlu tindakan pembedahan. <apat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme. 3ipe " / 6eluas hingga lebih dari ' mm dan melibatkan daerah penglihatan ='isual a!is>. ,esi:jejas yang luas =e!tensi'e>, jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas hingga ke fornik yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan mata.

Gambar *( erbedaan pterygium dan pinguecula serta klasifikasi pterygium

$.+

Diagn)"a Ban!ing

1'

4ecara klinis pterygium dapat dibedakan dengan dua keadaan yang sama yaitu pinguecula dan pseudopterygium( A. Pinguecula 5entuknya kecil dan meninggi, merupakan massa kekuningan berbatasan dengan limbus pada konjungtiva bulbi di fissura intrapalpebra dan kadang terinflamasi. 3indakan eksisi tidak diindikasikan pada kelainan ini. revalensi dan insiden meningkat dengan meningkatnya umur. Pingecuela sering pada iklim sedang dan iklim tropis. Angka kejadian sama pada laki laki dan perempuan. aparan sinar ultraviolet bukan faktor resiko pinguecula( 5. Pseudopterygium ertumbuhannya mirip dengan pterygium karena membentuk sudut miring atau )erriens marginal degeneration. 4elain itu, jaringan parut fibrovaskular yang timbul pada konjungtiva bulbi pun menuju kornea. .amun berbeda dengan pterygium, pseudopterygium merupakan akibat inflamasi permukaan okular sebelumnya seperti pada trauma, trauma kimia, konjungtivitis sikatrikal, trauma bedah atau ulkus perifer kornea. ada pseudopterigium yang tidak melekat pada limbus kornea, maka probing dengan muscle hook dapat dengan mudah mele)ati bagian ba)ah pseudopterigium pada limbus, sedangkan pada pterygium tak dapat dilakukan. ada pseudopteyigium tidak didapat bagian head, cap dan body dan pseudopterygium cenderung keluar dari ruang interpalpebra fissure yang berbeda dengan true pterigium(

$.,

Penatalak"anaan
'( Konser+atif ada pterygium yang ringan tidak perlu diobati dan biasanya cukup diatasi dengan menghindari faktor iritan serta memakai pelindung mata untuk meminimalisasi kontak mata dengan lingkungan. 0ntuk

1*

pterygium derajat 1-$ yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid " kali sehari selama *-G hari. <iperhatikan juga bah)a penggunaan kortikosteroid tidak dibenarkan pada penderita dengan tekanan intraokular tinggi atau mengalami kelainan pada kornea. *( ,edah ada pterygium derajat "-' dilakukan tindakan bedah berupa avulsi pterygium. 4edapat mungkin setelah avulsi pterygium maka bagian konjungtiva bekas pterygium tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil dari konjugntiva bagian superior untuk menurunkan angka kekambuhan. 3ujuan utama pengangkatan pterigyum yaitu memberikan hasil yang baik secara kosmetik, mengupayakan komplikasi seminimal mungkin, angka kekambuhan yang rendah. enggunaan *itomycin-$ =669> sebaiknya hanya pada kasus pterygium yang rekuren, mengingat komplikasi dari pemakaian 669 juga cukup berat. $ndikasi Operasi Pterygium yang menjalar ke kornea sampai lebih " mm dari limbus Pterygium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi Pterygium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair Kosmetik, terutama untuk penderita )anita

pupil dan silau karena astigmatismus

Teknik Pembedahan 3antangan utama dari terapi pembedahan pterygium adalah kekambuhan, dibuktikan dengan pertumbuhan fibrovaskular di limbus ke kornea. 5anyak teknik bedah telah digunakan, meskipun tidak ada yang diterima secara universal karena tingkat kekambuhan yang variabel. 3erlepas dari teknik yang digunakan, eksisi pteryigium adalah langkah pertama untuk perbaikan. 5anyak dokter mata lebih memilih

1?

untuk memisahkan ujung pterygium dari kornea yang mendasarinya. Keuntungan termasuk epitelisasi yang lebih cepat, jaringan parut yang minimal dan halus dari permukaan kornea. 3eknik lain yang bisa digunakan pada pembedahan pterygium, yaitu / a( Teknik Bare Sclera 6elibatkan eksisi kepala dan tubuh pterygium, sementara memungkinkan sklera untuk epitelisasi. 3ingkat kekambuhan tinggi, antara $' & 1( #, telah didokumentasikan dalam berbagai laporan. b( Teknik Autograft Conjungtiva 6emiliki tingkat kekambuhan antara $ & '% # pada beberapa studi prospektif. rosedur ini melibatkan pengambilan autograft, biasanya dari konjungtiva bulbar superotemporal, dan dijahit di atas sklera yang telah di eksisi pterygium tersebut. Komplikasi jarang terjadi, dan untuk hasil yang optimal ditekankan pentingnya pembedahan secara hati-hati jaringan )enon+s dari graft con,ungti'a penerima, manipulasi minimal jaringan dan orientasi akurat dari graft tersebut. ,a)rence J. Hirst dari Australia merekomendasikan penggunaan sayatan besar untuk eksisi pterygium dan telah dilaporkan angka kekambuhan sangat rendah dengan teknik ini. -( Cangkok &embran Amnion 6encangkok membran amnion juga telah digunakan untuk mencegah kekambuhan pterygium. 6eskipun keuntungkan dari penggunaan membran amnion ini belum teridentifikasi, sebagian besar peneliti telah menyatakan bah)a membran amnion berisi faktor penting untuk menghambat peradangan dan fibrosis dan epitelialisasi. 4ayangnya, tingkat kekambuhan sangat beragam pada studi yang ada, antara $,? -1%,G # untuk pterygia primer dan "G,* # untuk kekambuhan pterygia. 4ebuah keuntungan dari teknik ini yaitu selama autograft konjungtiva terjadi regenerasi bulbar konjungtiva. 6embran Amnion biasanya ditempatkan di atas sklera, dengan membran basal menghadap ke atas

1G

dan stroma menghadap ke ba)ah. 5eberapa studi terbaru telah menganjurkan penggunaan lem fibrin untuk membantu cangkok membran amnion menempel jaringan episkleral diba)ahnya. ,em fibrin juga telah digunakan dalam autografts con,ungti'a. .( Terapi Tambahan 3ingkat kekambuhan tinggi yang terkait dengan operasi terus menjadi masalah, sehingga terapi tambahan telah dimasukkan ke dalam pengelolaan pterygia. 4tudi telah menunjukkan bah)a tingkat rekurensi telah cukup menurun dengan penambahan terapi ini, namun ada komplikasi dari terapi tersebut. &&C 6&C telah digunakan sebagai pengobatan tambahan karena kemampuannya untuk menghambat fibroblas. Afeknya mirip dengan iradiasi beta. .amun, dosis minimal yang aman dan efektif belum ditentukan. <ua bentuk 669 yang saat ini digunakan adalah aplikasi intraoperative 669 langsung ke sklera setelah eksisi pterygium, dan penggunaan obat tetes mata 669 topikal setelah operasi. 5eberapa penelitian sekarang menganjurkan penggunaan 669 hanya intraoperatif untuk mengurangi toksisitas. ,eta $radiasi <igunakan untuk menghambat mitosis pada sel dengan cepat dari pterygium, meskipun tidak ada data yang jelas dari angka kekambuhan yang tersedia. .amun, efek buruk dari radiasi termasuk nekrosis sklera, endophthalmitis dan pembentukan katarak, telah mendorong dokter untuk tidak merekomendasikan terhadap penggunaannya. 0ntuk mencegah terjadi kekambuhan setelah operasi, maka penggunaannya dikombinasikan dengan pemberian /

11

- 6itomycin 9 %,%$# tetes mata =sitostatika> $;1 tetes:hari selama * hari, bersamaan dengan pemberian de;amethasone %,1# ';1 tetes:hari kemudian tappering off sampai ? minggu. - 6itomycin 9 %,%'# =o,' mg:ml> / ';1 tetes:hari selama 1' hari, diberikan bersamaan dengan salep mata de;amethasone.

$.1

K)#/lika"i
Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut/
- Dangguan penglihatan

- 6ata kemerahan - !ritasi - Dangguan pergerakan bola mata. - 3imbul jaringan parut kronis pada konjungtiva dan kornea ada pasien yang belum di eksisi terjadi distorsi dan penglihatan sentral berkurang - 3imbul jaringan parut pada otot rektus medial yang dapat menyebabkan diplopia - -ry .ye sindrom - Keganasan epitel pada jaringan epitel di atas pterygium Komplikasi post-operatif bisa sebagai berikut/ - +ekurensi - !nfeksi erforasi korneosklera - 2ahitan graft terbuka hingga terjadi pembengkakkan dan perdarahan - /orneoscleral dellen - Dranuloma konjungtiva - .pithelial inclusion cysts - $on,ungti'a scar - Adanya jaringan parut di kornea - -isinsersi otot rektus

1(

Yang paling sering dari komplikasi bedah pterigyum adalah kekambuhan. Aksisi bedah memiliki angka kekambuhan yang tinggi, sekitar *%-1%#. Angka ini bisa dikurangi sekitar *-1*# dengan penggunaan autograft dari konjungtiva atau transplantasi membran amnion pada saat eksisi.

$.12 Pr)gn)"a
englihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. +asa tidak nyaman pada hari pertama postoperasi dapat ditoleransi. 4ebagian besar pasien dapat beraktivitas kembali setelah '1 jam postoperasi. asien dengan rekuren pterygium dapat dilakukan eksisi ulang dengan con,ungti'a autograft atau transplantasi membran amnion. 0mumnya rekurensi terjadi pada "-? bulan pertama setelah operasi. asien dengan resiko tinggi timbulnya pterygium seperti ri)ayat keluarga atau karena terpapar sinar matahari yang lama dianjurkan memakai kacamata sunblock dan mengurangi intensitas terpapar sinar matahari.

$%

BAB I3 KESIMPULAN

1.

terygium merupakan jaringan fibrovaskular yang bersifat invasif dan degeneratif, berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah temporal maupun nasal konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra.

$.

Faktor resiko yang mempengaruhi pterygium adalah lingkungan yakni radiasi ultraviolet sinar matahari, iritasi kronik dari bahan tertentu di udara, dan faktor herediter.

".

Pterygium juga dibagi dalam ' derajat yaitu ) 1. <erajat 1 / 2ika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea $. <erajat $ / 2ika pterygium sudah mele)ati limbus kornea tetapi tidak lebih dari $ mm mele)ati kornea ". <erajat " / 2ika pterygium sudah melebihi derajat $ tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata, dalam keadaan cahaya normal =pupil dalam keadaan normal sekitar " & ' mm> '. <erajat ' / 2ika pertumbuhan pterygium sudah mele)ati pupil sehingga mengganggu penglihatan.

'.

enatalaksanaan pada pterygium derajat 1 dan derajat $ yang tak meradang cukup dengan meminimalisasi intensitas kontak dengan faktor penyebab. 5ila pterygium meradang, maka dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid " kali sehari selama *-G hari.

*.

!ndikasi 7perasi Pterygium yang menjalar ke kornea sampai lebih " mm dari limbus Pterygium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil Pterygium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan silau karena astigmatismus Kosmetik, terutama untuk penderita )anita

$1

DAFTAR PUSTAKA

Aminlari,

Ardalan,

6<.

$%11.

*anagement

of

Pterygium.

http://www.aao.org/aao/publications/eyenet/201011/ pearls.cfmK.<i akses pada tanggal 1? 7ktober $%11. 5ag. 46F !lmu enyakit 6ata. $%%?. Pedoman -iagnosis dan )erapi( .disi 000( Airlangga. 4urabaya. Hal/ 1%$ & 1%'. Fisher, 2erome . P).%1G02*. $%%(. http/::emedicine.medscape. com:article: 11($*$G-overvie). <iakses pada tanggal 1? 7ktober $%11. !lyas, 4idharta. $%1%. 0lmu Penyakit *ata( .disi 3. FK0!. 2akarta. Hal/$-?, 11? & 11G. ,asBuarni. $%1%. Pre'alensi Pterigium -i /abupaten Langkat. 0niversitas 4umatera 0tara. 6edan. @aughan, D. $%%%. Oftalmologi 2mum .disi 34. Jidya 6edika. 2akarta. Jijaya, .ana. 1((". 0lmu Penyakit *ata. Abdi 3egal. 2akarta.

$$

Anda mungkin juga menyukai