Anda di halaman 1dari 20

Oleh : I Made Arya Supartana 31 XII IPA 1

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...2 KATA PENGANTAR 3

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang 4 B.Tujuan Kunjungan5 C.Manfaat Kunjungan.5 D. Tujuan Penulian6 E. Manfaat Penulisan.6

BAB II LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE JOGYAKARTA A. Persiapan7 B. Waktu dan Persiapan7 C.Pura Mandaragiri Semeru Agung(Lumajang) 9 D.Pantai Parangtritis.10 E. Candi Borobudur.11 F.Malioboro....16 G.Kraton Yogyakarta.17

BAB III PENUTUP A.Kesimpulan..19 B.Saran.19 LAMPIRAN-LAMPIRAN GAMBAR1.20

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadiratIda Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjukNya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi saya dalam penyusunan karya tulis ini. Didalam karya tulis ini saya selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa saya sajikan,sebagai syarat mengikuti Ujian praktek bahasa Indonesia dengan topik STUDY TOUR KE YOGYAKARTA.Dimana didalam topik tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya tempat tempat wisata yang ada di jogja yang indah dan menawan. Saya menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya tentangkota yogyakarta, menjadikan keterbatasan saya pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Harapan saya, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang kota Yogyakarta. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada teman teman semua yang sudah ikut bersinau wisata ke Jogja, semoga pengetahuan ini bermanfaat bagi kita semua.

Dawan, 10 Februari 2013 Penyusun

( I MADE ARYA SUPARTANA )

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daerah istimewa yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama jogja,merupakan kota yang terkenal dengan sejarah dan warisan budayanya. Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram,dan sampai saat ini masih ada keraton yang masih berfungsi dalam arti sesungguhnya.jogja juga memiliki banyak candi yang berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan besar zaman dahulu,salah satunya adalah candi borobudur yang dibangun pada abad ke 9 olehdinasti syailendra,sedangkan arsitek dari candi tersebut adalah gunadharma. Pegunungan,pantai-pantai,hamparan sawah yang hijau dan udara yang sejuk menghiasi keindahan kota jogja.masyarakat jogja hidup dengan damai dan mempunyai keramahan yang khaas.coba kita berkeliling desa,kita pasti akan mendapat senyuman dansapaan yang hangat dari para penduduk sekitar. Suasana seni yang begitu terasa di jogja.malioboro yang merupakan urat nadi jogja dibanjiri barang-barang kerajinana dari segenap penjuru.para pengayuh becakpun siap mengantarkan kita mengelilingi tempat-tempat pariwisata. Tak ayal bila kota jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu tujuan utama para wisatawan mancanegara,untuk berlibur dan mengabiskan sisa waktu istirahatnya di jogja.

B. Tujuan Kunjungan Tujuannya adalah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah,mengetahui tempat-tempat wisata yang ada di jogja, dan dapat mengetahui seluk beluk tempat-tempat wisata yang ada di jogja.

C. Manfaat Kunjungan Manfaat dari kunjungan ke jogja sangat banyak antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Menambah ilmu pengetahuan, wawasan yang umum dan luas. Mengenal tempat-tempat wisata di jogja yang indah dan dipelihara di Indonesia. Mengetahui asal usul dari tempat-tempat wisata di jogja. Mempererat keakraban dengan teman satu sekolah. Sebagai sarana refreshing sebelum menghadapi UN 2013

Dengan demikian diselenggarakannya kunjungan ke jogja sangat bermanfaat.

D. Tujuan Penulisan Tujuan khusus : a. Untuk memenuhi syarat pengambilan nilai Ujian Praktek .

Tujuan Umum : a. Penulis ingin memperkenalkan profile objek-objek wisata yang ada di Pula Jawa Timur dan daerah Yogyakarta kepada pembaca. b. Sebagai wawasan tambahan informasi serta memperbanyak pengetahuan. c. Mengenal kebudayaan Nusantara. d. Untuk berlatih menyususn Karya Tulis secara Sistematis.

E. Manfaat Penulisan a. Sebagai tambahan materi diluar sekolah. b. Melatih siswa agar dapat mengolah laporan karya wisata.

BAB II Laporan Hasil Kunjungan Ke Yogyakarata

A. Persiapan Persiapan umum yang kami laksanakan untuk mengadakan study wisata sejarah ke Yogya ini adalah : Menyiapkan perbekalan masing masing seperti : Baju, Pelengkapaon sembahyang, Makanan, Obat obatan dan sebagainya guna mendukung pelaksanaan tugas saat study wisata.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Study tour ini dilaksanakan sebelum ujian akhir sekolah pada tanggal 16-21 Desember. Penulis berada di Jawa selama 5 hari dan mengamati objek wisata selama 3 hari di Jawa Timur dan daerah Yogyakarta.

1.Pemberangkatan Tanggal 16 Desember siswa SMA N 1 DAWAN berkumpul disekolah pada pukul 07.00 wita. Dan melakukan persembahyangan individual. Pukul 07.30 wita berangkat dari sekolah SMA N 1 DAWAN. Kelas XII IPA1 mendapat bus nomor 1 bersama penanggung jawab utama yaitu kepala sekolah SMA N 1 DAWAN karna itu, setiap ada kendala dalam perjalanan maka bus kami harus menyelesaikan bus lain yang mendapat kendala. Sampai di Pura Rambut Siwi untuk melakukan persembahyangan bersama pukul 13.00 wita. Setelah itu langsung melanjutkan perjalanan. 16.00 wita sampai di Pelabuhan Gilimanuk dan menyebrang ke Pelabuhan Ketapang. Tiba di pelabuhan ketapang pada pukul 18.00 wib. 2.Selama perjalanan menuju Jawa Timur dan Yogyakarta Tepat pada pukul 19.30 wib rombongan berangkat menuju Lumajang. Setibanya di Lumajang pukul 23.30 wib lalu mandi dan melakukan persembahyangan bersama dan makan. Bus lain dari rombongan kami sudah menunggu karena bus kami melenceng dengan waktu yang telah ditentukan. Karena ada bis yang mengalami kendala saat di tabanan.

Setelah selesai sembahyang dan makan rombongan kami berangkat menuju Yogyakarta pada pukul 24.30 wib, sesampainya kami di Ngawi jawa timur pada pukul 08.30 wib kami sarapan pagi. Pada pukul 10.00 wib rombongan menuju daerah istimewa Yogyakarta dan tiba pukul 13.30 wib di penginapan untuk mandi, makan, pukul 16.30 wib rombongan menuju Pantai Parangtritis dan tiba pada pukul 18.00 wib. Dan kami diberi waktu 1 jam oleh kepala sekolah untuk menikmati keindahan dan kemistikan pantai parangtritis. Disana kami dilarang menggunakan pakaian atau benda yang berwarna hijau untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Dari obyek wisata Pantai Parangtritis pukul 19.00 wib rombongan menuju Pusat Batik kami diberi kesempatan untuk berbelanja oleh-oleh batik disana setelah itu melanjutkan perjalanan menuju ke penginapan dan tiba pada pukul pada pukul 21.30 wib. Keesokan harinya pada pukul 07.00 wib berangkat dari penginapan menuju obyek wisata Candi Borobudur, dalam perjalanan rombongan mampir ke Pabrik Bakpia DJava untuk membeli oleh-oleh. Pada pukul 11.00 wib tiba di obyek wisata Candi Borobudur. Setelah berkeliling melihat kemegahan candi borobudur lalu kami diperkenankan untuk menyantap makanan yang telah disiapkan oleh sekolah. Pukul 12.14 wib rombongan berangkat menuju Malioboro dan tiba pukul 15.00 wib, selesai berbelanja oleh-oleh pada pukul 16.30 menuju penginapan. Pada hari terakhir kami berada dipenginapan sekolah mengadakan acara malam gembira bersama disana kami dihibur oleh penyanyi yang telah disewa oleh sekolah. Ada juga teman-teman dan guru-guru menyumbangkan lagu. Adapun alumni-alumni SMAN 1 DAWAN yang sedang melanjutkan pendidikan di Yogyakarta datang ke penginapan kami. Keesokan harinya pada pukul 07.00 wib kami sarapan dari penginapan rombongan menuju Kraton Yogyakarta dan tiba pukul 09.30 wib. Pada pukul 11.00 wib rombongan menuju obyek wisata Candi Prambanan tetapi sesampainya di tempat hujan deras sehingga membatalkan rencana untuk mengunjungi tempat tersebut, dan digantikan dengan Pasar Klewer Solo dan tiba di tempat tujuan pada pukul 11.00 wib, setelah berbelanja rombongan langsung menuju pelabuhan ketapang. Pada pukul 06.00 wib keesokan harinya tiba di Pelabuhan Ketapang, pada pukul 09.00 wita rombongan tiba di Pelabuhan Gilimanuk dan menuju sekolah SMAN 1 DAWAN dan tiba pada pukul 17.00 wita.

C. Pura Mandaragiri Semeru Agung

Pura Mandaragiri semeru agung untuk melakukan persembahyangan. Pura ini merupakan pura yang dituakan oleh masyarakat hindu Jawa dan Bali, Letaknya di desa Senduro, kec. Senduro, kab. Lumajang. Tempat persembahyangan umat hindu ini mulai terpikir untuk di bangun sejak tahun 1969 dan beberapa tahun kemudian berlanjut pada pembangunan yang di danai oleh gabungan antara masyarakat hindu Lumajang dan masyarakan hindu Bali. Tidak sembarang tempat para pemimpin menentukan letak pura tersebut, bila kita lihat ternyata di sekeliling Pura Mandaragiri Semeru Agung ini terdapat tempattempat keramat seperti gunung semeru dan watu kelosot ( yakni tempat pengambilan air suci ). Pura Kahyangan Jagat (tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa) ini sudah nampak keindahan nya meski kita hanya melihat pintu gerbang nya saja, jika kita mulai memasukinya kita akan melihat semacam ruang pertemuan atau aula yang sangat besar, ruangan terbuka inilah yang di gunakan sebagai tempat teatrikal atau tari-tarian berlangsung. Selanjutnya kita akan memasuki tempat pemujaan yang di dalamnya terdapat patung pemujaan. di samping itu juga sebagian dari wilayah dalam Pura Mandaragiri Semeru Agung tumbu rerumputan hijau yang sejuk di pandang mata. Setelah melakukan persembahyangan saya beserta rombongan melanjutkan perjalanan menuju kota Jogjakarta. Akhirnya pada siang hari saya beserta rombongan sampai di penginapan untuk beristirahat sejenak sebelum kami pergi ke objek selanjutnya. Setelah sekiatar 30 menit beristirahat di penginapan kami pergi ke objek wisata yang kedua yakni pantai parangtritis.

D. Pantai Parangtritis

Kami tiba di pantai parangtritis sekitar jam 5 sore. Parangtritis, adalah sebuah tempat pariwisata berupa pantai pesisir Samudra Hindia yang terletak kurang lebih 25 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung gunung pasir yang tinggi di sekitar pantai, gunung pasir tersebut biasa disebut oleh orang-orang sekitar gumuk. Pantai Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta dan Parangtritis. Pantai ini juga diyakini sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai menjalani pertapaan. Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan agar tetap rendah hati sebagai penguasa meskipun memiliki kesaktian. Sejumlah pengalaman wisata bisa dirasakan di pantai ini. Menikmati pemandangan alam tentu menjadi yang paling utama. Pesona alam itu bisa diintip dari berbagai lokasi dan cara sehingga pemandangan yang dilihat lebih bervariasi dan anda pun memiliki pengalaman yang berbeda. Bila anda berdiri di tepian pantainya, pesona alam yang tampak adalah pemandangan laut lepas yang sangat luas dengan deburan ombak yang keras serta tebing-tebing tinggi di sebelah timurnya. Untuk menikmatinya, anda bisa sekedar berjalan dari arah timur ke barat dan memandang ke arah selatan. Selain itu, anda juga bisa menyewa jasa bendi yang akan mengantar anda melewati rute serupa tanpa lelah. Ada pula tawaran menunggang kuda untuk menjelajahi pantai. Biayanya, anda bisa membicarakan dengan para penyewa jasa. Tapi sayang saat saya beserta rombongan pergi kesana hanya sebentar sekitar 1 jaman ,jadi kami tidak bisa secara langsung menikmati indahnya pantai parangtritis,yang konon katanya suasana
10

disana sangat indah dan menarik untuk dinikmati.ditambah adanya angkringan yang menjual berbagai minuman dan makanan yang bisa menghangatkan tubuh kita. Setelahnya sempat singgah sebentar ke pusat oleh-oleh lalu kami kembali ke penginapan.
Keesokan paginya kami bergegas bangun pagi-pagi karena kami akan pergi ke objek selanjutnya yakni candi Borobudur.

C. Candi Borobudur Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

11

Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas, meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui. Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis. Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365. Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro);

12

Gambar 1.3 Borobudur, Pawon, dan Mendut terbujur dalam satu garis lurus yang menunjukan kesatuan perlambang.

Terletak sekitar 40 kilometer (25 mil) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar; Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur laut, di sebelah utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat jajaran perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah timur. Menurut legenda Jawa, daerah yang dikenal sebagai dataran Kedu adalah tempat yang dianggap suci dalam kepercayaan Jawa dan disanjung sebagai 'Taman pulau Jawa' karena keindahan alam dan kesuburan tanahnya. Selain Borobudur, terdapat beberapa candi Buddha dan Hindu di kawasan ini. Pada masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-20 ditemukan candi Buddha lainnya yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang terbujur membentang dalam satu garis lurus. Awalnya diduga hanya suatu kebetulan, akan tetapi berdasarkan dongeng penduduk setempat, dulu terdapat jalan berlapis batu yang dipagari pagar langkan di kedua sisinya yang menghubungkan ketiga candi ini. Tidak ditemukan bukti fisik adanya jalan raya beralas batu dan berpagar dan mungkin ini hanya dongeng belaka, akan tetapi para pakar menduga memang ada kesatuan perlambang dari ketiga candi ini. Ketiga candi ini (Borobudur-Pawon-Mendut) memiliki kemiripan langgam arsitektur dan ragam hiasnya dan memang berasal dari periode yang sama yang memperkuat dugaan adanya keterkaitan ritual antar ketiga candi ini. Keterkaitan suci pasti ada, akan tetapi bagaimanakah

13

proses ritual keagamaan ziarah dilakukan, belum diketahui secara pasti. Selain candi Mendut dan Pawon, di sekitar Borobudur juga ditemukan beberapa peninggalan purbakala lainnya, diantaranya berbagai temuan tembikar seperti periuk dan kendi yang menunjukkan bahwa di sekitar Borobudur dulu terdapat beberapa wilayah hunian. Temuan-temuan purbakala di sekitar Borobudur kini disimpan di Museum Karmawibhangga Borobudur, yang terletak di sebelah utara candi bersebelahan dengan Museum Samudra Raksa. Tidak seberapa jauh di sebelah utara Candi Pawon ditemukan reruntuhan bekas candi Hindu yang disebut Candi Banon. Pada candi ini ditemukan beberapa arca dewa-dewa utama Hindu dalam keadaan cukup baik yaitu Shiwa, Wishnu, Brahma, serta Ganesha. Akan tetapi batu asli Candi Banon amat sedikit ditemukan sehingga tidak mungkin dilakukan rekonstruksi. Pada saat penemuannya arca-arca Banon diangkut ke Batavia (kini Jakarta) dan kini disimpan di Museum Nasional Indonesia. Tidak seperti candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (870 kaki) dari permukaan laut dan 15 m (49 kaki) di atas dasar danau purba yang telah mengering.Keberadaan danau purba ini menjadi bahan perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada abad ke-20, dan menimbulkan dugaan bahwa Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau.

14

Dalam bahasa Sansekerta, malioboro berarti jalan karangan bunga karena pada zaman dulu ketika Keraton mengadakan acara, jalan sepanjang 1 km ini akan dipenuhi karangan bunga. Meski waktu terus bergulir dan jaman telah berubah, posisi Malioboro sebagai jalan utama tempat dilangsungkannya aneka kirab dan perayaan tidak pernah berubah. Hingga saat ini Malioboro, Benteng Vredeburg, dan Titik Nol masih menjadi tempat dilangsungkannya beragam karnaval mulai dari gelaran Jogja Java Carnival, Pekan Budaya Tionghoa, Festival Kesenian Yogyakarta, Karnaval Malioboro, dan masih banyak lainnya. Sebelum berubah menjadi jalanan yang ramai, Malioboro hanyalah ruas jalan yang sepi dengan pohon asam yang tumbuh di kanan dan kirinya. Namun keberdaan Pasar Gede atau Pasar Beringharjo di sisi selatan serta adanya permukiman etnis Tionghoa di daerah Ketandan lambat laun mendongkrak perekonomian di kawasan tersebut. Kelompok Tionghoa menjadikan sebagai kanal bisnisnya, sehingga kawasan perdagangan yang awalnya berpusat di Beringharjo dan Pecinan akhirnya meluas kea rah utara hingga Stasiun Tugu. Di Malioboro anda bisa memborong aneka barang yang diinginkan mulai dari pernik cantik, cinderamata unik,batik klasik, emas dan permata hingga peralatan rumah tangga. Bagi penggemar cinderamata, Malioboro menjadi surga perburuan yang asyi. Aneka cinderamata buatan local seperti batik,hiasan rotan,perak,kerajinan bamboo,wayang kulit,blangkon,miniature kendaraan tradision-

al,asesoris,hingga gantungan kunci semua bisa ditemukan dengan mudah. Selain menjadi pusat perdagangan, jalan yang merupakan bagian dari sumbu imajiner yang menghubungkan Pantai Parangtritis, Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, Tugu dan Gunung Merapi ini pernah ini pernah menjadi sarang serta panggung pertunjukan para seniman Malioboro pimpinan Umbu Landu Paranggi. Dari merekalah budaya duduk lesehan di trotoar dipopulerkan yang akhirnya mengakar dan sangat identik dengan Malioboro. Malioboro adalah rangkaian sejarah,kisah dan kenangan yang saling berkelindan di tiap benak orang yang pernah mengunjunginya. Pesona jalan ini tidak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Malioboro terus berpendar hingga kini dan menginspirasi banyak orang serta memaksa mereka untuk terus kembali ke Yogyakarta.

15

F.Malioboro

Dalam bahasa Sansekerta, malioboro berarti jalan karangan bunga karena pada zaman dulu ketika Keraton mengadakan acara, jalan sepanjang 1 km ini akan dipenuhi karangan bunga. Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal.Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati. Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan.Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya.

16

G. Keraton Yogyakarta

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas. Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten sleman. Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton
17

Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Tata ruang dan arsitektur umum

Arsitek kepala istana ini adalah Sultan Hamengkubuwana I, pendiri Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda Dr. Pigeund dan Dr. Adam yang menganggapnya sebagai arsitek dari saudara Pakubuwono II Surakarta. Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut desain dasar landscape kota tua Yogyakarta diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII (bertahta tahun 1921-1939). Tata ruang

Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag di utara sampai di Plengkung Nirboyo di selatan. Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing. Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun demikian ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain. Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana Putra Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen). Di sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, nDalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.

18

BAB III PENUTUP 1. kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat dipaparkan kesimpulan sebagai berikut : a. Objek wisata di pulau Jawa Timur dan daerah Yogyakarta memiliki karakteristik tersendiri/ daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal tersebut yang membuat pulau Jawa Timur dan daerah Yogyakarta dijadikan tempat berlibur maupun sebagai tempat kunjungan Study Tour. b. Pesona alam serta kebudayaan mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri dari pulau Jawa Timur dan daerahYogyakarta yang membuat Indonesia semakin terkenal di dunia luar . c. Kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke jogja. d. Selain itu,kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu salah,kita harus tetap menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai keaslian yang khas dimata dunia. e. Jogja merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di jogja.walaupun banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja. 2. Kesan dan Saran Kesan dan pengalaman yang kita dapatkan selama mengikuti study tour Yogyakarta ini mungkin tak akan pernah bisa dilupakan dan kenangan itu akan menjadi sebuah cerita yang sangat menarik untuk dicerita kan kembali pada saat kita dewasa nanti. Kebersamaan yang sangat terasa pada saat berada diperjalan, dipenginapan pada saat ditempat objek wisata, foto bersama itu semua dapat menambah kekompakan serta rasa kekeluargaan antara siswa/siswi kelas XII SMA NEGERI 1 DAWAN. Saran atau sebuah masukan yang saya ingin sampaikan semoga study tour tahun depan lebih baik lagi sehingga dapat menunculkan kesan yang tidak bisa dilupakan oleh siswa/siswi kelas XII dan semoga tahun depan acara demi acaranya lebih dapat terkoordinir dengan baik, serta kita sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat menjaga peninggalan-peninggalan bersejarah dari nenek moyang atau leluhur dengan cara merawat atau melestarikannya, tanpa harus mengotori / merusak tempat wisata tersebut sebagai wujud cinta tanah air dan kelak nantinya generasi-generasi penerus selanjutnya masih bisa menikmati keindahan alam yang Indonesia miliki sebagai sumber wawasan yang berbudaya dan memiliki nilai sejarah.
19

Lampiran Gambar-gambar

20

Anda mungkin juga menyukai