Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat akrab bagi peternak di Asia, dan merupakan salah satu ternak yang dipopulerkan di Indonesia, hingga mencapai jumlah 15.209.702 ekor dengan tingkat laju populasi sebesar 2,24,3% tiap tahunnya (Mulyono dan Sarwono, 2004). Indonesia memiliki sumber daya genetik ternak yang beraneka ragam dan merupakan aset besar dalam usaha pengembangan ternak. Berbagai rumpun ternak lokal spesifik lokasi, baik yang sudah dikenal umum maupun yang belum dapat ditemukan di setiap propinsi dengan jumlah dan potensi yang belum diketahui. Rumpun tersebut mempunyai keunggulan komparatif dibanding ternak impor, antara lain daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tropis dengan sifat reproduksi yang baik sebagai akibat seleksi alam yang alami. Diantara berbagai jenis ternak lokal, kambing merupakan ternak yang banyak dipelihara. Ternak kambing merupakan jenis ternak yang cukup digemari masyarakat, namun skala usahanya masih bersifat usaha kecil dengan sistem pemeliharaan dan

perkembangbiakannya masih secara tradisional. Pemeliharaan kambing secara lepas (tradisional) umumnya sebagai usaha sambilan bagi peternak, meskipun ada juga yang menjadikannya sebagai mata pencaharian pokok. (Gatot Murtidjo, dkk, 2011) Usaha ternak kambing terus mengalami peningkatan seiring dengan permintaan daging yang terus meningkat. Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu pakan (feeding), bibit unggul (breeding) dan manajemen yang baik. Penggunaan pakan yang tepat dapat mengoptimalkan pertambahan bobot badan dan produksi daging. Dalam usaha penggemukan ternak perlu diperhatikan mutu pakan yang dilakukan dengan menambah bahan pakan lain yang tinggi kandungan proteinnya ke dalam ransum. Bahan pakan tersebut adalah dedak yang apabila diberikan pada ternak dapat meningkatkan pertambahan berat badan (Mathius et al., 1991). Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pemberian pakan yang sesuai untuk mencapai produksi yang baik dalam program penggemukan (fattenig).

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, ternak kambing merupakan ternak yang sangat populer untuk di ternakkan, apalagi dalam hal penggemukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penggemukan adalah pemberian pakan, maka dari itu bagaimana cara pemberian pakan yang baik dan sesuai untuk mencapai target produksi dalam penggemukan, khususnya pada ternak kambing betina.

Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui bagaimana penggemukan ternak kambing betina dengan memperhatikan pemberian pakan untuk mencapai target produksi.

Manfaat Mengetahui bagaimana menggemukkan ternak kambing betina dengan

memperhatikan pemberia pakan untuk mencapai target produksi.

BAB II PEMBAHASAN

Pakan Penggemukan kambing merupakan pemeliharaan kambing dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5 bulan). Salah satu faktor keberhasilan penggemukan pada kambing adalah pemberian pakan. Hartadi et al. (1986) menyatakan pakan adalah suatu bahan yang dimakan hewan yang mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya) di dalam bahan tersebut. Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun daunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, pagi dan sore. Kambing sangat efisien dalam mengubah pakan berkualitas rendah menjadi protein yang ber kualitas tinggi. Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan kambing sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan penguat dan pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna seperti konsentrat, konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Hartadi et al., 1980). Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa konsentrat untuk ternak kambing umumnya disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Pakan penguat dapat berupa dedak jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, atau campuran pakan tersebut. Sementara pakan pengganti merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Menurut Mulyono dan Sarwono (2008), pada dasarnya kambing tidak selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput disukai, tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Hijauan yang baik untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masih muda memiliki kandungan PK (protein kasar) yang lebih tinggi. Hijauan yang diperoleh pada musim hujan sebaiknya dilayukan atau dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pakan kambing. Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1992). Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber tenaga, vitamin dan mineral.

Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak kambing harus disuplementasikan dengan makanan penguat atau konsentrat agar kebutuhan nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi. Tujuan suplementasi makanan penguat dalam makanan ternak kambing adalah untuk meningkatkan daya guna makanan atau menambah nilai gizi makanan, menambah unsur makanan yang defisien serta meningkatkan konsumsi dan kecernaan makanan. Keuntungan yang diperoleh dari pemberian pakan kasar bersama makanan penguat adalah adanya kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkan makanan penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya memanfaatkan makanan kasar yang ada. Dengan demikian mikroorganisme rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang populasinya, sehingga akan semakin banyak makanan yang harus dikonsumsi ternak kambing.

Manajemen pemberian pakan yang baik perlu dipelajari karena merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas pakan yang diberikan. Pemberian pakan yang tidak memenuhi kebutuhan ternak akan merugikan. Manajemen pemberian pakan harus memperhatikan penyusunan ransum kebutuhan zat-zat untuk ternak yang meliputi jenis ternak, berat badan, tingkat pertumbuhan, tingkat produksi, dan jenis produksi (Chuzaemi dan Hartutik,1988). Pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih segar. Bila pakan berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur. Pakan yang sudah basi akan menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh ternak berkurang dan hal ini akan berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap terjadi penurunan 1,0 % akan menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-2,0 %. Untuk menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan minimal 2 kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus dibuang. Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira -kira setengah jam setelah pakan pada pemberian sebelumnya habis. Inilah pentingnya menyusun ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak.

Kambing Di Indonesia, kambing yang biasa dan umum digunakan untuk diternakkan adalah jenis kambing kacang yang dimana dibudidayakan untuk menghasilkan daging. Kambing Kacang Berat Lahir Jantan : 1.6 kg Betina: 1.8 kg Berat Dewasa Jantan: 13 - 25 kg Betina: 11 - 19 kg

Mekanisme Penggemukan (fattening) Pada Kambing Penggemukan ternak potong seharusnya dilakukan secara efektif dan baik. Di Indonesia, rata-rata kambing dipotong pada umur muda yaitu 1-2 tahun. Kambing yang dipotong umur muda lebih disukai karena empuk dan harum. Bobot hidup kambing betina 11-19 kg atau rata-rata 15 kg/ekor. Saat terbaik untuk memotong kambing adalah saat ternak berumur antara 8-24 bulan. Daging yang berasal dari ternak tua, yaitu berumur antara 2-6 tahun, umumnya berasal dari kambing perah atau indukan afkir yang tekstur dagingnya agak alot. Dalam penggemukan, lemak yang dihasilkan dalam karkas tidak boleh tinggi. Karkas dengan daging banyak dan sedikit lemak merupakan produk yang diharapkan. Oleh sebab itu, pakan yang diberikan dan dikonsumsi ternak memegang peranan penting dalam menghasilkan karkas dengan mutu terbaik. Bakalan kambing untuk digemukan sebaiknya diperoleh dari anak kambing lepas sapih sampai umur 8 bulan. Hal ini dikarenakan responnya terhadap pemberian pakan cukup tinggi. Kambing betina sebaiknya dibesarkan untuk calon induk dalam rangka meningkatkan populasi ternak. Jika kambing betina tidak memenuhi persyaratan menjadi calon induk yang baik, maka kambing betina tesebut sebaiknya digemukkan untuk dihasilkan dagingnya saja. Untuk mendapatkan produksi daging yang tinggi, penggemukan kambing perlu memperhatikan waktu yang paling produktif. Kambing paling responsive terhadap pakan sejak fase remaja, yaitu saat berumur 7-8 bulan sampai ternak berumur 1-1,5 tahun. Penggemukan bakalan kambing bisa dilakukan secara semi intensif atau intensif. Pertumbuhan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai hingga 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gr per hari. Atau kalau dihitung dalam minggu sekitar 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram. Atau, sekitar 1,2 kg per 10 harinya.

Jadi untuk penggemukan kambing betina, dimulai dari bakalan yang nantinya dijadikan pedaging mulai berumur 8 bulan, dengan berat awal sekitar 15 kg, dimana rata rata pertambahan bobot badan harian 120 gr. Penggemukan kambing biasanya berlangsung selama 4 bulan lamanya, jadi hasil bobot badan akhir kambing tersebut adalah: 4 bulan = 120 hari 120 hari x 120 gr = 14.400gr (14,4 kg) Berat awal 15 kg + 14,4 kg (hasil 4 bulan penggemukan) = 29,4 kg

Jadi penggemukan selama 4 bulan memberi penambahan sebesar 14,4 kg dengan pemberian pakan hijaun dan konsentrat 2 kali sehari (pagi dan sore). Yang perlu diingat, ternak juga memiliki naluri, perasaan dan kontak batin dengan pemilik atau pemeliharanya. Untuk itu, selama proses penggemukan berlangsung, ternak membutuhkan perhatian yang cukup dan perlakuan rutin yang memadai setiap harinya sehingga selalu merasakan kondisi yang nyaman. Penggemukan kambing betina untuk mencapai target weight: Menurut Mahmilia dkk(2009), bahwa berat badan lebih penting dari umur dalam menentukan waktu dewasa kelamin. Oleh karena itu ternak yang tumbuh cepat akan mencapai pubertas lebih awal. Ditunjang oleh teori yang dikenal dengan nama target weight theory, yaitu seekor ternak akan mencapai pubertas atau aktivitas produksi dapat berlangsung secara normal jika telah mencapai bobot badan tertentu. Untuk kambing calon induk yang diharapkan jadi induk yang produktif, sebaiknya dipilih dari kambing muda kelamin betina yang memiliki pertumbuhan paling baik, kondisi tubuh baik, aktif dan kuat. Tatalaksana pemeliharaan yang baik sangat mendukung seleksi calon pemacak maupun calon induk yang baik. Perawatan calon induk kambing juga perlu memperoleh prioritas khusus, termasuk mencukupi pemberian makanan hijauan pakan tidak lebih dari 8 kg/ekor dan makanan penguat 0,25 kg/ekor. Kekurangan makanan, pemeliharaan dan perawatan dapat mengakibatkan permasalahan seperti: Kambing sulit menjadi bunting bila dikawinkan. Sering terjadi kesulitan dalam melahirkan anak yang pertama kalinya,

Anak yang dilahirkan kecil dan lemah.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Dalam penggemukan (fattening) salah satu faktor yang mempengaruhi adalah manajemen pemberian pakan. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat yang diberikan 2 kali sehari pada pagi dan sore. Untuk kambing betina biasanya tidak digemukkan karena difokuskan sebagai calon induk untuk menambah keturunan, setelah induk di afkir (26 tahun) maka induk di potong tetapi dagingnya keras, jadi, kambing betina yang digemukkan biasanya tidak memenuhi persyaratan menjadi induk yang baik sehingga akan digemukkan pada umur 8 bulan dengan berat awal sekitar 15 kg, penggemukan kambing biasanya selama 4 bulan, dan didapatkan hasil penambahan sekita 14,4 kg sehingga berat akhir dari kambing betina yang digemukkan adalah sebesar 29,4 kg.

DAFTAR PUSTAKA

Chuzaemi, S. dan Hartutik. 1988. Ilmu Makanan Ternak Khusus Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan S. Lebdosukojo. 1980. Tabel-tabel dan Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. International Feedstuffs Institute Utah Agricultural Experiment Station Utah State University, Logan.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A. D. Tillman. 1986. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia Cetakan ke -2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Mahmilia,M.,Doloksaribu,M.,Nasution, S., dan Hasibuan, S.2009.Reproduksi Awal Kambing Kacang dan Boerka-1 di Loka Penelitian Kambng Potong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009.

Mathius, I. W., Haryanti, B., M.I. Siregar. 1991. Makanan dalam Pedoman Praktis Beternak Kambing dan Domba Sebagai Ternak Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Departemen Pertanian. Bogor.

Mulyono, S., dan B. Sarwono. 2004. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B.A. 1993. Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius, Yogyakarta.

Murtidjo gatot, dkk. 2011. Kinerja Kambing Bligon Yang Dipelihara Peternak Di Desa Giri Sekar, Panggang, Gunungkidul. Buletin Peternakan Vol. 35(2): 86-95, Juni 2011

Setiawan, T. dan Arsa, T. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa.Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai