RISALAH ISLAMIYAH
SEBAGAI PESAN DAKWAH∗
A. PENGANTAR
1. Kondisi Global :
a. Millenium III (Global System & World Society)
b. Perubahan – trans nasional – trans cultural – multy cultural
c. Globalisasi kehidupan ekonomi (dunia pasar bebas – kompetisi yang
tinggi – kapitalisme)
d. Sikap hidup yang terbuka – kompetitif – penetrasi kebudayaan – konflik
peradaban
e. Sekularisasi/me – materialisme – hedodisme bahkan atheisme yang sistematik
f. Degradasi kemanusiaan
2. Kondisi Nasional
a. Reformasi yang belum menampakan hasil yang maksimal – partisipasi
politik yang luar biasa yang melahirkan radikalisme dan anarkhisme
b. Meningkatnya kriminalitas – pornograf -, pornoaksi – narkoba – demoralisasi
c. Meningkatnya angka kemiskinan – pengangguran
d. Sering terjadi kerusuhan – disintegrasi
e. Rendahnya mutu SDM
3. Kondisi Umat Islam
a. Rendahnya mutu kerjasama antar dunia muslim ( 47 negara dan seper-
empat penduduk dunia) dan tingginya ketergantungan dengan dunia
Barat. Khusus untuk umat Islam Indonesia meskipun sudah maju ting-
kat pendidikannya secara individual tetapi rentan dalam masalah eko-
nomi
b. Pengamalan agama yang kurang sejalan dengan arahan al-Quran an al-
Sunnah
c. Rendahnya semangat jihad dalam berdakwah dan berorganisasi
d. Belum menyatunya komitmen dengan profesionalitas
e. Belum meratanya kualitas organisasi Islam di Indonesia, kualitas dak-
wah, kader pimpinan, daya dukung fasilitas, sehingga organisasi belum
berkembang secara efektif dan efisien
f. Keterbatasan media informasi yang dimiliki, dll
∗
Sebagai baham kajian dalam perkuliahan Komunikasi dalam Perspektif Islam di FISIP UHAMKA
2
B, RISALAH MUHAMMAD
Muhammad Rasulullah adalah teladan umat manusia dan itu dinyatakan
sendiri oleh Allah SWT dalam al-Quran. Sekurang-kurang Allah menyebut
kata uswatun itu sebanyak tiga kali dalam al-Quran, yaitu :
Firman Allah dalam al-Quran :
ﺍﻪ ﹶﻛِﺜﲑ ﺮ ﺍﻟﱠﻠ ﻭ ﹶﺫ ﹶﻛ ﺮ ﻡ ﺍﻟﹾﺂ ِﺧ ﻮ ﻴﺍﹾﻟﻪ ﻭ ﻮ ﺍﻟﱠﻠﺮﺟ ﻳ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻤ ﻨ ﹲﺔ ِﻟﺴ
ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻮ ِﻝ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ ﹸﺃﺭﺳ ﻢ ﻓِﻲ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ
. ( 21 : 33/) ﺍﻻﺣﺰﺍﺏ
Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.Al-Ahzab/33 : 21)
ﻭ ﹶﻥﺒﺪﻌ ﺗ ﺎﻭ ِﻣﻤ ﻢ ﻨ ﹸﻜﺁ ُﺀ ِﻣﺑﺮ ﺎﻢ ِﺇﻧ ﻮ ِﻣ ِﻬ ﻪ ِﺇ ﹾﺫ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ِﻟ ﹶﻘ ﻌ ﻣ ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻢ ﻭ ﺍﻫِﻴﺑﺮﻨ ﹲﺔ ﻓِﻲ ِﺇﺴ
ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻢ ﹸﺃ ﺖ ﹶﻟ ﹸﻜ
ﻧﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻗ
ﻮ ﹶﻝ ﻩ ِﺇﻟﱠﺎ ﹶﻗ ﺪ ﺣ ﻭ ﻮﺍ ﺑِﺎﻟﱠﻠ ِﻪﺆ ِﻣﻨ ﺗ ﻰﺣﺘ ﺍﺑﺪﺎ ُﺀ ﹶﺃﻐﻀ ﺒﺍﹾﻟﻭ ﹸﺓ ﻭ ﺍﻌﺪ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻨ ﹸﻜﻴﺑﻭ ﺎﻨﻨﻴﺑ ﺍﺑﺪﻭ ﻢ ﺎ ِﺑ ﹸﻜﺮﻧ ﻭ ِﻥ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ ﹶﻛ ﹶﻔﻦ ﺩ ِﻣ
ﻚ
ﻴﻭِﺇﹶﻟ ﺎﺒﻨﻧﻚ ﹶﺃ
ﻴﻭِﺇﹶﻟ ﺎﻮ ﱠﻛ ﹾﻠﻨ ﺗ ﻚ
ﻴﻋﹶﻠ ﺎﺑﻨﺭ ﻲ ٍﺀ ﺷ ﻦ ﻦ ﺍﻟﱠﻠ ِﻪ ِﻣ ﻚ ِﻣ
ﻚ ﹶﻟ
ﻣِﻠ ﺎ ﹶﺃﻭﻣ ﻚ
ﺮ ﱠﻥ ﹶﻟ ﻐ ِﻔ ﺘﺳ ﻢ ِﻟﹶﺄﺑِﻴ ِﻪ ﹶﻟﹶﺄ ﺍﻫِﻴﺑﺮِﺇ
(4 : 60/ﲑ ) ﺍﳌﻤﺘﺤﻨﺔ ﺼِ ﻤ ﺍﹾﻟ
Artinya :
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain
Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah
saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan
memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari
kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah
kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada
Engkaulah kami kembali,(Al-Mumtahanah/60 : 4)
ﻮ ﻫ ﻪ ﻮ ﱠﻝ ﹶﻓِﺈ ﱠﻥ ﺍﻟﱠﻠ ﺘﻳ ﻦ ﻣ ﻭ ﺮ ﻡ ﺍﻟﹾﺂ ِﺧ ﻮ ﻴﺍﹾﻟﻪ ﻭ ﻮ ﺍﻟﱠﻠﺮﺟ ﻳ ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻤ ﻨ ﹲﺔ ِﻟﺴ
ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻢ ﹸﺃ ﻢ ﻓِﻴ ِﻬ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ.
( 6 : 60/)ﺍﳌﻤﺘﺤﻨﺔ . ﺪ ﺤﻤِﻴ
ﻲ ﺍﹾﻟ ﻐِﻨ ﺍﹾﻟ
Artinya :
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik
bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada)
Hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-
lah Yang Maha Kaya lagi terpuji. (Al-Mumtahanah/60 : 6)
Kata uswah berarti idealisasi, bukan imitasi.
Bedanya adalah, imitasi berarti menjadikan sesuatu sebagai idola, ditiru
karena sedang menjadi trendi, nilainya musiman, sifatnya sesaat dan fisikal.
Sedangkan idealisasi, berarti menjadikannya sebagai panutan, menjadi-kannya
sebagai cita-cita yang ingin diraih, atau diwujudkan. Nilainya abadi, bahkan
mungkin menjadi sakral/suci. Yang dicari adalah nilai keagungan dari kepri-
3
diannya.
Jika kita coba mencermati ketiga ayat di atas maka akan dapat kita tang-
kap beberapa makna simbolik dari kata uswah tersebut.
Pertama : Kita harus dapat membangun dan mengembangkan sesuatu
yang bersifat kejiwaan, moralitas, dan bathiniyah sehingga tidak mudah terpu-
kau dengan hal-hal yang bersifat lahiriyah.
Kedua : Kita harus mampu menembus rasa cinta yang hanya didasarkan
pada hal-hal nyata, yang dapat dilihat dan diraba, menuju sesuatu yang hanya
dapat dirasakan dalam kalbu, akan tetapi sangat sulit untuk diceritakan. Itulah
“mahabbah”.
Ketiga : Kita jangan mudah terjebak dengan kehijauan dan kerimbunan
pepohonan di gunung, akan tetapi rasakanlah ketenangan, kedamaian dan
kekukuhannya.
Keempat : Kita jangan mudah terkecoh oleh keindahan cover dan luxnya
kertas yang digunakan oleh sebuah buku, tetapi perhatikanlah kearifan isinya.
Kelima : Kita jangan cepat terpesona dan kagum serta mengukur kesaleh-
an seseorang dengan tanda hitam di keningnya, peci putih yang dipakainya
dan tasbih yang selalu berada di tangannya, akan tetapi lihatlah prilaku sehari-
harinya dan kepeduliannya terhadap sesama.
Di sinilah kita harus menjadikan Muhammad sebagai suri tauladan,
karena banyak sekali keindahan pribadi beliau yang dicatat oleh sejarah a.l. :
1. Rasulullah selalu peduli terhadap duka cita orang lain, beliau sangat care,
keluh kesah umat selalu ditanggapinya, yang susah selalu ditolongnya.
2. Rasulullah selalu membalas kebajikan orang lain dengan kebajikan pula
dan tidak pernah membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan akan
tetapi selalu dibalasnya dengan kebajikan.
3. Beliau tidak pernah mau diistimewakan, beliau selalu berupaya mengha-
puskan sikap diskriminasi dan penghormatan yang berlebihan terhadap
dirinya. Ada satu kisah yang patut kita simak, ketika suatu hari Rasulullah
melakukan perjalanan bersama para sahabat, ketika datang waktu makan,
maka para sahabat bermaksud untuk menyembelih seekor domba. Satu
dan dan lainnya saling berebutan untuk menunjukan peran dan partisipa-
sinya, ada yang mengatur dan mengomandoi ada yang menguliti, ada yang
memotong dan ada pula yang akan membakarnya. Tiba-tiba Rasulullah
berkata : “biarlah aku yang mencari kayu bakarnya”. Para sahabat merasa
keberatan, mereka menjawab : biarlah kami saja yang bekerja. Rasul berka-
ta : “Aku tidak suka jika aku diistimewakan melebihi kalian. Allah sangat
4