Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah pendidikan agama adalah menjadi tanggung jawab pemerintah,
masyarakat dan orang tua, serta berlangsung seumur hidup (long life
education). Masalah ini cukup kompleks, karena yang menjadi sasaran dan
pelaksanaannya adalah manusia. Demikian pula system pengajarannya yang
merupakan bagian pendidikan selalu mengalami perubahan dan
penyempurnaan, terutama yang menyangkut metode dan sarana yang dipakai
dalam proses belajar mengajar.
1

Pemanfaatan media pembelajaran yaitu suatu usaha penyusunan program
media pembelajaran yang lebih teruju pada perencanaan media, dimana
media yang akan di tampilkan atau digunakan dalam proses belajar-mengajar
terlebih dahulu direncanakan dan di rancang sesuai dengan kebutuhan
lapangan atau siswanya. Guru hendaknya mampu melaksanakan kegiatan
instruksional atau pembelajaran yaitu kegiatan mengatur atau mengelola
informasi dan sumber belajar untuk memfasilitasi kegiatan belajar. Karena itu
diperlukan penguasaan terhadap sumber dan media pembelajaran.
Penguasaan yang dimaksudkan bukan saja dari penentuan sumber dan media
pembelajaran tapi juga ketepatan antara materi yang disampaikan dengan
kriteria sumber dan media yang digunakan.

1
Mahfudh Shalahudin, Media Pendidikan Agama, Surabaya :PT. Bina Ilmu, 1986, h. 1.
2

Media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan ini harus tersedia
ketika dan dimana ia dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru
yang harus menggunakannya. Agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum
dan siswa secara individual dapat dipenuhi, maka suatu variasi yang luas dan
jumlah yang besar dari media memang diperlukan. Jika seorang pekerja tidak
dilengkapi dengan peralatan yang diperlukannya untuk melaksanakan
tugasnya, maka tidak dapat dituntut tanggung jawabnya jika tugasnya tidak
diselesaikan dengan tepat.
2

Seiring dengan perkembangan IPTEK, maka alternatif pemilihan sumber
belajar dan media pembelajaran menjadi lebih beragam seperti : buku teks,
modul, overhead transparansi, film, video, televisi, tape recorder, internet,
penggunaan computer dan sebagainya. Keberadaan media pembelajaran
tersebut tentunya harus selaras dengan variable kondisi pembelajaran.
Dengan demikian guru professional dituntut harus mampu merencanakan,
memilih dan menggunakan berbagai media pembelajaran yang tersedia
disekitarnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Media pendidikan agama bukanlah istilah baru dalam dunia pendidikan.
Sebab tersebar luasnya suatu agama, tentulah melalui kegiatan pendidikan,
baik pendidikan formal, informal maupun non formal. Ini berarti bahwa para
Nabi Tuhan dahulu disamping sebagai Nabi/Rasul Tuhan, mereka juga
sebagai guru-guru yang baik atau pendidik agama yang agung.

2
Gene L. Wilkinson, Media dalam Pembelajaran, Jakarta; CV Rajawali, 1984, h. 58
3

Maka dapat dipahami bahwa media pembelajaran agama adalah semua
aktifitas yang ada hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik
berupa alat (peraga), sarana, teknik maupun metodenya yang secara efektif
dapat digunakan oleh guru agama dalam rangka untuk mencapat tujuan
tertentu, dan tidak bertentangan dengan syariat agama itu sendiri.
Adapun yang menjadi dasar pemikiran dalam penggunaan media
pembelajaran agama, dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru
perlu mendasari langkah-langkahnya dengan sumber ajaran agama, sesuai
dengan firman Allah dalam surat An- Nahl ayat 44 :
.4L^4O^4 El^O)
4O-g]~.- 4))-4l+g
+EELUg 4` 4@O+^
jgO) _^UE4
]NO-E4-4C ^jj
3

Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka
memikirkan. (Q.S. An Nahl 44)
4

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di kelas IV SD Negeri 3
Sebambam Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin
Timur, nampaknya guru PAI masih sangat kurang dalam Memanfaatkan

3
An-Nahl {16 } : 44
4
Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, Banjarmasin :Antasari Press, 2009, h. 1-5.
4

media sepert gambar, kaset, CD dan alat peraga lainnya. Untuk itu guru
Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam mengajar hanya menggunakan
metode ceramah (dua arah) dimana guru dan siswa duduk saling berhadap-
hadapan, dan guru berceramah saja dalam menyampaikan materi pelajaran
tanpa menggunakan media pembelajaran. Dan ini ternyata kurang membantu
pemahaman siswa kelas IV SDN 3 Sebambam dalam menerima pelajaran
terlihat dari banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar
(KKM). Kemudian guru PAI berupaya untuk membuat dan mengembangkan
media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan dan ekonomis agar siswa lebih mudah menangkap dan
memahami materi pelajaran yang di sampaikan dengan hasil yang maksimal.
Berdasarkan pernyataan di atas penulis tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian yang berjudul : Upaya Guru Agama Dalam Pemanfaatan
Media Pembelajaran PAI Kelas IV SDN 3 Sebamban Mentaya Hilir
Selatan Kotawaringin Timur.

B. Hasil Penelitian yang Relevan/ Sebelumnya
1. Siti Maana pernah melakukan penelitian pada tahun 2004 dengan judul
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM BIDANG STUDI
PAI PADA SDN BARU-1 PANGKALAN BUN. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa :
a. SDN Baru 1 Pangkalan Bun, media yang tersedia untuk proses belajar
mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam masih sangat kurang.
5

Media yang tersedia di SDN tersebut hanya berupa gambar-gambar
seperti: Gambar orang mengambil air wudhu atau bersuci, gambar
orang shalat atau gambar gerakan shalat, gambar keadaan alam atau
pemandangan, gambar keluarga sedang makan di atas meja makan,
tulisan doa akan makan dan setelah makan dan peralatan shalat seperti
mukena, sajadah, buku paket dan buku metode iqra.
b. Guru PAI dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan
menggunakan, selama media itu ada, bagi materi yang tidak ada
medianya maka guru hanya menggunakan metode ceramah dan Tanya
jawab saja. Hal ini terlihat ketika guru mengajar di kelas 1 ia
menggunakan media yang berbentuk gambar bagaimana cara
berwudhu, kelas 2 semester II mempergunakan media berupa gambar
tentang orang melaksanakan shalat atau praktek gerakan shalat. Namun
di kelas 3 semester II, kelas 4, kelas 5,dan kelas 6 guru bidang studi
Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar tidak
mempergunakan media, karena media yang tepat atau sesuai dengan
materi masih belum ada atau tersedia baik oleh pihak sekolah maupun
guru bidang studi Pendidikan Agama Islam.
5


C. Fokus Penelitian
Dalam Penelitian kali ini, peneliti akan mengfokuskan pada Pelaksanaan
pemanfaatan media pembelajaran PAI. Proses pemanfaatan media

5
Siti Maana, Penggunaan Media Pembelajaran Dalam Bidang Studi Pai Pada
Sdn Baru-1 Pangkalan Bun, Skripsi, Palangka Raya : STAIN P. Raya, 2004, h. 20, t.d.
6

pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebaga berikut :
a. Bagaimana upaya guru PAI kelas IV SDN 3 Sebamban kecamatan
mentaya hilir selatan kotawaringin timur dalam merencanakan media
pembelajaran?
b. Bagaimana upaya guru PAI kelas IV SDN 3 Sebamban kecamatan
mentaya hilir selatan kotawaringin timur dalam memilih media
pembelajaran?
c. Bagaimana upaya guru PAI kelas IV SDN 3 Sebamban kecamatan
mentaya hilir selatan kotawaringin timur dalam menggunakan media
pembelajaran?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui upaya guru PAI kelas IV SDN 3 Sebamban
kecamatan mentaya hilir selatan kotawaringin timur dalam merencanakan
media pembelajaran.
b. Untuk mengetahui upaya guru PAI kelas IV SDN 3 Sebamban
kecamatan mentaya hilir selatan kotawaringin timur dalam memilih
media pembelajaran.
7

c. Untuk mengetahui upaya guru PAI kelas IV SDN 3 Sebamban
kecamatan mentaya hilir selatan kotawaringin timur dalam menggunakan
media pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
a. Menambah wawasan keilmuan tentang pentingnya pemanfaatan media
pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang sesuai dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung didalam kelas untuk memudahkan penerimaan dan
pemahaman siswa agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Partisipasi
dan kontribusi penulis dalam dunia pendidikan.
b. Partisipasi dan kontribusi penulis dalam dunia pendidikan.
c. Masukan bagi guru PAI di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten
Kotawaringin Timur tentang pemanfaatan media pembelajaran PAI.
d. Bahan acuan kepada para penulis selanjutnya untuk menyempurnakan
hasil penelitian.

G. Definisi Operasional
1. Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan.
2. Media pembelajaran adalah media-media yang membawa pesan-pesan
atau informasi yang bertujuan pembelajaran atau mengandung maksud-
maksud pembelajaran.
8

3. Pendidikan agama islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam.

H. Sistematika Penelitian
Pembahasan dalam penelitian ini agar lebih terarah nantinya maka peneliti
membuat sistematika penelitian sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan; berisikan latar belakang, hasil penelitian
sebelumnya, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika
penelitian.
BAB II : Telaah Teori meliputi : Diskripsi teoritik, kerangka berfikir dan
pertanyaan peneliti.
BAB III






:






Metode penelitian meliputi : berisikan waktu dan tempat
penelitian, pendekatan penelitian, subjek penelitian, objek
penelitian, instrument penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, pengabsahan data, teknik analisis data.
Pemaparan Data meliputi : Temuan penelitian, pembahasan
hasil penelitian.
Pembahasan meliputi : Sambungan pada BAB IV.
Penutup meliputi : Kesimpulan dan Saran.
BAB V :

BAB IV :
:

BAB VI :
:

9

BAB II
TELAAH TEORI

A. Deskripsi Teoritik
1. Pengertian Media Pembelajaran
Apabila dilihat dari segi etimologi, kata media berasal dari bahasa
latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium: yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar, maksudnya adalah sebagai perantara atau
alat untuk menyampaikan sesuatu. Sedang dalam kepustakaan asing ada
sementara ahli yang menggunakan istilah : Audio Visual Aids (AVA),
untuk pengertian yang sama. Banyak pula para ahli yang menggunakan
istilah : Teaching Material atau Instructional Material, yang artinya
identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga artinya
suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan yang dapat dipahami
melalui panca indera kita.
Selain pengertian diatas, ada juga yang berpendapat bahwa media
pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software)
6
. Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti
Over Head Projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan Software
adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang
terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya,

6
Mahfudh Shalahudin, Media Pendidikan Agama , h. 3
10

cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam
bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya.
7

2. Media Pendidikan Agama
Para Nabi menyebarkan agama kepada kaumnya atau kepada umat
manusia bertindak sebagai guru-guru yang baik dan sebagai pendidikan
keagamaan yang agung. Usaha Nabi dalam menanamkan aqidah agama
yang dibawanya dapat diterima deengan mudah oleh umatnya, dengan
menggunakan media yang tepat yakni melalui media perbuatan Nabi
sendiri, dan dengan jalan memberikan contoh teladan yang baik. Sebagai
contoh teladan yang bersifat uswatun hasanah, Nabi selalu menunjukan
sifat-sifat terpuji. Hal ini diungkapkan dalam Alquran Surat Al Ahzab : 21
:
;- 4p~E 7 O) Oc4O
*.- NE4Ocq O4L=OEO
}Eg 4p~E W-ON_O4C -.-
4O4O^-4 4O=E-
4OEO4 -.- -LOOgVE
^g
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
8


7
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta :
Prenada Media Group, 2008, h. 205.
11


Nabi selalu memberikan contoh tauladan atau menjadikan dirinya
sebagai model dalam mendawahkan seruan Allah. Sebagai contoh :
sewaktu meletakan Hajarul Aswad ketika membangun kembali kabah,
disaat Nabi mendirikan Masjid Quba diluar Madinah, atau sewaktu
membuat parit pertahanan dalam perang Tabuk, Nabi selalu memimpin
langsung dan ikut serta bekerja dengan para sahabat. Contoh teladan yang
baik tersebut sangat besar pengaruhnya dalam misi pendidikan Islam dan
dapat menjadi faktor yang menentukan terhadap kebberhasilan dan
perkembangan tujuan pendidikan secara luas.
Melalui suri teladan atau model perbuatan dan tindakan yang baik
oleh seorang pendidik, maka guru agama akan dapat menumbuh
kembangkan sifat dan sikap yang bak pula terhadap anak didik. Bilamana
sebaliknya, apa yang dilihat dan didengar oleh siswa atau anak didik
bertolak belakang dengan kenyataan, maka hasil pendidikan tidak akan
tercapai dengan baik dan dapat melumpuhkan daya didik seorang guru.
Sehubungan dengan hal ini Muhammad Athiyah Al Abrasyi dalam
Humaidi Tatapangrasa (1974: 170) mengemukakan ; perbandingan antara
guru dan murid, adalah ibarat tongkat dan bayangannya, kapankah
banyangan tersebut akan lurus kalau tongkatnya sendiri yang bengkok.
Istilah Uswatun Hasanah barangkali dapat diidentifikasikan
dengan demonstrasi yaitu memberikan contoh dan menunjukan tentang

8
Al Ahzab {33} ; 21
12

cara berbuat atau melakukan sesuatu. Media uswatun hasanah ini selalu
digunakan oleh Nabi dalam mengajarkan ajaran-ajaran agama kepada
umatnya, misalnya dalam memperaktekan shalat sebagaimana sabda beliau
:
)(


Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu menyaksikan caranya aku
shalat (Riwayat Bukhari)
9


Media pendidikan agama ialah semua aktivitas yang ada
hubungannya dengan materi pendidikan agama, baik yang berupa alat
yang dapat diragakan maupun teknik/metode yang secara efektif dapat
digunakan oleh guru agama dalam rangka mencapai tujuan tertentu dan
tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Semua alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
mengennai pendidikan dan pengajaran agama kepada orang lain, segala
sesuatu atau benda dapat dipakai sebagai media pengajaran agama seperti :
a. Papan tulis
b. Buku pelajaran
c. Bulletin board dan display
d. Film atau gambar hidu
e. Radio pendidikan

9
HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad, hadits ini telah ditakhrij dalam Irwaul
Ghalil penjelasan hadits ke 213
13

f. Televisi pendidikan
g. Komuputer
h. Karyawisata, dan lain-lain.
10


3. Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Aktifitas pembelajaran merupakan sistem, yang terdiri dari
beberapa komponen meliputi ; tujuan, isi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, manusia (pembelajar dan pebelajar), media/ sumber belajar,
serta lingkungan. Secara terorganisir komponen-komponen tersebut saling
bekerja sama sesuai dengan fungsi masing-masing. Bila salah satu
komponen terganggu, akan mempengaruhi kerja komponen lain sehigga
hasilnya tidak sesuai lagi dengan harapan semula.
Dari sini tampak bahwa media merupakan salah satu komponen
dalam pembelajaran. Sehingga kedudukan media tidak hanya sekedar
sebagai alat bantu mengajar, tetapi sebagai bagian integral dalam proses
pembelajaran. Kedudukan media ini sudah jelas dalam uraian tentang
hubungan antara media pembbelajaran dengan komponen sistem
pembelajaran sebagai wujud pemecahan masalah belajar.
11


4. Klasifiikasi Media
Pada era teknologi media tampil dalam berbagai jenis dan format
(modul cetak, film, TV, video, slide, program radio dan komputer)

10
Asnawir & Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Pers,
2002, h. 115-117
11
Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 13
14

masing-masing memiliki ciri-ciri dan bkemampuannya sendiri. Dengan
bertambahnya jenis media maka timbul pemikiran untuk mengadakan
pengelompokan atau klasifikasi media pembelajaran berdasarkan tujuan
pemakaian dan karakteristik tiap jenis media, maka dapat diklasfikasikan
sebagai berikut;
a. Media pembelajaran menurut bentuk bendanya
Media pembelajaran menurut bentuk bendanya dapat diklasifikasi
menjadi dua bagian yaitu ; media dua dimensi dan media tiga dimensi.
Media dua dimensi yaitu media yang berbentuk bidang datar, hanya
memiliki ukuran panjang dan lebar saja. Yang termasuk dalam
kelompok media pembelajaran dua dimensi antara lain; gambar dengan
berbagai jenis, grafik, peta, poster, bagan, kabar, majalah, kliping,
kartun, sketsa, foto dan buku-buku. Salah satu media pembelajaran dua
dimensi yang sering digunakan adalah media grafis, yaitu media yang
mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui
suatu kombinasi pengungkapan kata-kata, dan gambar-gambar. Bentuk
media pembelajaran dua dimensi ada yang langsung dapat digunakan
dalam pembelajaran dan ada yang langsung dapat digunakan alat-alat
bantu untuk memvisualisasikannya.
b. Media pembelajaran menurut perangkatnya
Media pembelajaran diklasifikasikan menurut perangkatnya dapat
dibedakan menjjadi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software)
15

c. Media pembelajaran menurut indera penerimanya
Media visual yaitu media yang pesannya hanyya dapat diamati dengan
indera penglihatan. Media ini merupakan jenis mmemdia yang
mempunyai informasi secara visual, tetapi tidak dapat menampilkan
suara maupun gerak misalnya gambar, foto, grafik dan poster.
d. Media pembelajaran menurut cara kerjanya
Media pembelajaran menurut cara kerjanya diklasifikasikan menjadi 2
yaitu media proyektabel dan non proyektabel. Media proyektabel yaitu
media yang cara kerjanya dengan menggunakan sistem proyeksi
sedangkan media non proyektabel yaitu media yang dapat diamati tanpa
menggunakan sistem proyeksi dan langsung dapat diamati
e. Media pembelajaran menurut sifatnya
Media pembelajaran menurut sifatnya diklasifikasikan menjadi media
bergerak dan media diam. Media yang dapat bergerak yaitu media yang
dapat menghasilkan pesan/gambar yang dapat bergerak, misalnya
gambar hidup/bergerak yang terlihat pada gambar yang ada di film
gambar pada video/televsi. Sedangkan media diam yaitu pesan yang
diperoleh dari media tersebut hanya diam saja tidak bergerak. Misalnya
gambar dalam slides, gambar dari transparan pada OHP, film rangkai,
halaman cetak, video film dan microform.
f. Media pembelajaran menurut kelompok penggunanya
Media pembelajaran menurut kelompok penggunanya dibedakan
menjadi media individual, kelompok dan kelompok besar. Media
16

individual yaitu media yang hanya dapat digunakan secara perorangan,
sebagai contoh ; mikroskop, lensa, kamera. Media kelompok media
tersebut dapat digunakan secara perorangan juga dapat digunakan
secara kelompk misalnya papan tulis, slide, film dll. Sedangkan media
kelompok besar yaitu media tersebut dapat digunakan oleh kelompok
masa yang lebih besar, misalnya penyuluhan dilapangan dengan
menggunakan film lebar dan pengeras suara dan televisi umum.
12

Rudi Bretz (1977) mengklasifikasi ciri utama media pada tiga
unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk visual itu sendiri
dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis (linergrafhic)
dan simbol. Disamping itu dia juga membedakan media siar (transmisi)
dan media rekam (recording), sehingga terdaat 8 klasifikasi media ;
1. Media audio visual gerak
2. Media audio visual diam
3. Media audio semi gerak
4. Media visual gerak
5. Media visual diam
6. Media visual semi ggerak
7. Media audio, dan
8. Media cetak.
Menurut Oemar Hamalik (1985; 63) dan 4 4 klasifikasi media pengajaran,
yaitu :

12
Ibid, h. 45-51
17

1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi,
micro projection, papan tulis, buletin board, gamba-gambar, ilustrasi,
chart, grafik, poster, peta dan globe.
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hhanya dapat didengar misalnya
phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman pada tape
recorder.
3. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi,
benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan, misalnya ;
model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama.
4. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka dan
sebagainya.
13

5. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar
yang ditata dan diciptakan oleh guru.
14

Ditinjau dari proses pembelajaran maka fungsi media dalah sebagai
pembewa informasi dari sumber (pembelajar/guru) ke enerima
(pebelajar/siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu
siswa dalam menerima dan memperoleh informasi guna mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut, S. Gerlach dan P. Ely dalam buku Rodhatul Jennah
menjelaskan bahwa fungsi media dalam pembelajaran dapat;

13
Basyiruddin & Asnawir, Media Pembelajaran, h. 27-29
`
14
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 15
18

a. Bersifat Fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk
menangkap, menyimpan dan kemudian menampilkan kembali suatu
obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini suatu obyek dan
kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian
hasilnya dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukan
dan diamati kembali, atau dapat ditamilkan kembali.
b. Bersifat Manipulatif, artinya menampilkan kembali obyek atau
kejadian dengan berbagai macam perubahan manipulasi sesuai
keperluan, misalnya dirubah : ukurannya, benda yang besar dapat
dikecilkan benda yang kecil dapat dibesarkan, kecepatannya,
warnanya, serta dapat juga diulang-ulang penyajiannya, sehingga
semuanya dapat diatur keruangan kelas.
c. Bersifat Distributif, artinya hbahwa dengan menggunakan media
dapat menjangkau sasaran yang lebih luas atau media mampu
menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian
secara serempak. Misalnya siaran televisi, radio, dan surat kabar.
15

6. Manfaat Media Pembelajaran
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam
pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil
belajar yang tercapainya. Ada beberapa alasan, mengaa media pengajaran
dapat mempertinggi proses belajar siswa.
16
Berbagai manfaat media
pembelajaran teah dibahas oleh banyak ahli. Sudjana & Rivai dalam buku

15
Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 18-19
16
Nana Sudjana & Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung; Sinar Baru
Algensindo, 2002, h. 2
19

Azhar Arsyad mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar siswa yaitu,
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penutuuran kata-kata oleh guru,
sehinggga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, dan lain-lain.
17

Sedangkan menurut Kemp & Dayton dalam buku Rodhatul Jennah
mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak
positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di
kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagi berikut :
a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pebelajar yang
melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan
yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara
yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu

17
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2001,
h. 24-25
20

dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan
kepada pebelajar sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan
aflikasi lebih lanjut.
b. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat disosialisasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat pebelajar tetap terjaga dan
memperhatikan. Kejelasan dan keruntunan pesan, daya tarik image
yyang berubah-rubah, penggunaan efek khusus dapat menimbulkan
keingintahuan menyebabkan pebeajar tertawa dan berfikir, yang
kesemuanya menunjukan bahwa media memiliki aspek motivasi dan
meningkatkan minat.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan diterapkannya teori
beajar dan prinsif-prinsif psikologis yang diterima dalam hal
partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
d. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersiingkat. Karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk
mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang
cukup banyak dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa.
e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan. Bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan
elemen-elemen pengetahuan dengan cara terorganisasikan dengan
baik, spesifik dan jelas
21

f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau
diperlukan. Terutama jika media pembelajaran dirancang untuk
penggunaan secara individu.
g. Sikap positif pebelajar. Terhadap apa yang mereka pelajari dan
terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
h. Peran pembelajar dapat berubah kearah yang lebih positif. Beban
pembelajar untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi
pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehinggan ia ndapat
memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar
mengajar, misalnya konsultan atau penasehat siswa.
18

7. Prinsip pemanfaatan Media Pengajaran
Media pengajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu
harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya antara lain :
a. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian
yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai
alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila
dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
b. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang
digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam
proses belajar mengajar.

18
Rodhatul Jennah, Media Pembelajaran, h. 23-24
22

c. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu
media pengajaran yang digunakan.
d. Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan suatu
media pengajaran.
e. Penggunaan media pengajaran harus diorgannisir secara sistematis
bukan sembarang menggunakannya.
f. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam
mdeia, maka guru dapat memanfaatkan multy media yang
menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga
dapat merangsang siswa dalam belajar.
19

8. Kriteria Pemilihan Media
Ada 4 faktor kriteria pemilihan yang perlu diperhatikan sebagaimana
yang dikemukakan oleh Dick dan Carey dalam buku Arief S. Sadiman
dkk. Pertama ; ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang
bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada maka harus
dibeli atau dibuat sendiri. Kedua ; apakah untuk membeli atau diproduksi
sendiri telah tersedia dana, tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga ; faktor yang
menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang digunakan
untuk jangka waktu yang lama, artinya bila digunakan dimana saja dengan
peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dibawa
(fortable). Keempat ; efektivitas dan efesiensi biaya dalam jangka waktu
yang cukup panjang, sekalipun nampak mahal namun mungkin lebih

19
Basyiruddin & Asnawir, Media Pembelajaran, h. 19-20
23

murah dibanding media lainnya yang hanya dapat digunakan sekali pakai.
Namun bila dilihat kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang
untuk jangka waktu yang panjang program film bingkai mungkin lebih
murah dari media yang biaya produksinya murah misalnya brosur tetapi
setiap waktu materinya berganti.
20

9. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Sahertian (2000 : 1) mengatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Ihsan mengatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar
pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang
berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan
pernyataan tujuan pendidikannya.
Menurut Zakiah Daradjat, pengertian Pendidikan Agama Islam
adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yang
dilakukan secara sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, serta

20
Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan, Jakarta; PT RajaGrafindo
Persada, 2010, h. 86
24

menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Dalam Kurikulum PAI
tahun 2002 seperti yang telah dikutip oleh Abdul Majid, mengatakan
bahwa Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam yang dibarengi
dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.
Sedangkan menurut Azizy, Pendidikan Agama Islam merupakan
proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua
kepada generasi muda yang mencakup dua hal yaitu, mendidik siswa
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam dan
mendidik siswasiswi untuk mempelajari materi ajaran Islam. Sejalan
dengan pendapat Ahmad Tafsir yang menyatakan bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam. Bila disingkat, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan
terhadap seseorang agar ia menjadi Muslim semaksimal mungkin. Jadi,
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan
25

bimbingan, pembelajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
21

Tujuan pendidikan Islam berhubungan erat dengan Agama Islam
itu sendiri, lengkap dengan akidah, syariat, dan sistem kehidupannya.
Keduanya ibarat dua kendaraan yang berjalalan di atas dua jalur
seimbang, baik dari segi tujuan maupun rambu-rambunya yang
disyariatkan bagi hamba Allah yang membekali diri dengan takwa,
ilmu, hidayat, serta akhlak untuk menempuh perjalanan hidup.
22

Ilmu pendidikan baik secara teori maupun praktik berusaha
merealisasikan misi ajaran islam, yaitu menyebarkandanmendorong
penganutnya untuk mewujudkan nilai-nilaiajaran Al-qurandanAl-
sunah
23
. Dikatakan oleh Dr. Zakiah bahwa tujuan pendidikan islam
secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang memebuatnya
menjadi manusia kamil dengan pola takwa, insani kamil artinya
manusia utuh rohani dan jasmani, dpat hidup dan berkembang secara
wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung
arti bahwa pendiidkan islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang
berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar
mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dan berhubungan
dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat yang

21
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007, h. 32.
22
Hery Noer Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta Utara:
Friska Agung Insani, 2003, h. 138.
23
AbuddinNata, IlmuPendidikan Islam, Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2009,
h. 20-21
26

semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di
dunia kini dan di akhirat nanti.
24

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta
mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal
untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat
membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa
yang dicita-citakan, dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi
penilaian evaluasi pada usaha-usaha pendidikan. Dari dua pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab guru PAI adalah
sebagai pembimbing dan pengarah ajaran dan moral agama,tetapi lebih
merupakan upaya membangun kekompakkan dan keharmonisan dalam
proses pendidikan.
25












24
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1997, h. 41.
25
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan , Bandung : al-Maarif,
1989, h. 45-46.
27

10. Materi PAI Kelas IV
TABEL MATERI PAI KELAS IV SDN 3 SEBAMBAN MENTAYA
HILIR SELATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
SEMESTER II STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR
DAN MEDIA/ SUMBER BELAJAR
Kompetensi
Dasar
Materi Pembelajaran Media/Sumber belajar
Standar Kompetensi : Membaca surah-surah Alquran
Membaca surah
Alquran dengan
lancar
Surah Al Kausar Teks lafal surah Al Kausar
beserta artinya dikarton atau
papan tulis, buku tajwid, buku
PAI, alquran (juz amma),
kaset/CD Alquran,
pengalaman guru
Membaca surah
An-Nasr dengan
lancar
Surah An Nasr Teks lafal surah Al Kausar
beserta artinya dikarton atau
papan tulis, buku tajwid, buku
PAI, alquran (juz amma),
kaset/CD Alquran,
pengalaman guru
Membaca surah
Al-Asr dengan
lancar
Surah Al Asr Teks lafal surah Al Kausar
beserta artinya dikarton atau
papan tulis, buku tajwid, buku
PAI, alquran (juz amma),
kaset/CD Alquran,
pengalaman guru
Standar Kompetensi : Mengenal Malaikat dan Tugasnya
Menjelaskan
pengertian
malaikat
Pengertian malaikat
dan kejadiannya
Tulisan nama-nama malaikat
dan tugas-tugasnya, buku
PAI, buku yang relevan,
alquran (juz amma), kaset/CD
tentang malaikat dan
tugasnya, pengalaman guru
dan lingkungan sekitar
Menyebutkan
nama-nama
malaikat
Nama-nama malaikat Tulisan nama-nama malaikat
dan tugasnya di karton, buku
PAI, alquran (juz amma),
pegalaman guru dan
lingkungan sekitar
Menyebutkan
tugas-tugas
malaikat
Tugas-tugas malaikat Tulisan nama-nama malaikat
dan tugasnya di karton, buku
PAI, buku yang relevan,
28

alquran (juz amma), kaset/CD
tentang malaikat dan tugasnya
Standar Kompetensi : Menceritakan Kisah Nabi
Menceritakan
kisah Nabi
Ibrahim AS
Kisah Nabi Ibrahim
AS
Teks kisah Nabi Ibrahim AS,
buku PAI, kisah-kisah nabi
/buku yang relevan, kaset/CD,
alquran (juz amma),
pengalaman guru dan
lingkungan sekitar
Menceritakan
kisah Nabi Ismail
AS
Kisah Nabi Ismail AS Teks kisah Nabi Ismail AS,
buku PAI, kisah-kisah nabi
/buku yang relevan, kaset/CD,
alquran (juz amma),
pengalaman guru dan
lingkungan sekitar
Standar Kompetensi : Membiasakan Perilaku Terpuji
Meneladani
perilaku Nabi
Ibrahim AS
Ketaatan Nabi Ibrahim
AS kepada Allah swt
Teks kisah Nabi Ibrahim AS,
buku PAI, kisah-kisah nabi
/buku yang relevan, kaset/CD,
alquran (juz amma),
pengalaman guru dan
lingkungan sekitar
Meneladani
perilaku Nabi
Ismail AS
Ketaatan Nabi Ismail
AS terhadap orang
tuanya dan Allah swt
Teks kisah Nabi Ismail AS,
buku PAI, kisah-kisah nabi
/buku yang relevan, kaset/CD,
alquran (juz amma),
pengalaman guru dan
lingkungan sekitar
Standar Kompetensi : Melakukan Dzikir dan Doa
Melakukan dzikir
setelah shalat
Bacaan dzikir dan doa Teks lafal dzikir di karton,
buku PAI, buku yang relevan,
kaset/CD, pengalaman guru
dan lingkungan sekitar

B. Kerangka Berfikir dan Pertanyaan Penelitian
1. Kerangka Pikir
Begitu pentingnya media pendidikan pembelajaran agama islam (PAI)
bagi kelangsungan pengajaran di dalam kelas untuk memudahkan
pemahaman siswa dalam menangkap dan menerima pelajaran. Guru
29

pendidikan agama islam berupaya dan berusaha semaksimal mungkin untuk
mengembangkan media pembelajaran tersebut agar membuat siswa lebih
mudah menerima dan bersemangat serta aktif dalam belajar.
Sebagaimana yang telah di jelaskan terdahulu bahwa Guru merupakan
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak
bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk
menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang
guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan
mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu
dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Jadi sangat jelas bahwa
tugas seorang guru harus bisa menempatkan dan mengembangkan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran tentang Dzikir dan Doa
yaitu dengan media Audio Visual Aids (AVA) yang akan disampaikan
dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa dalam menerima dan
menangkap penjelasan guru di depan kelas.

2. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Merencanakan Media Pembelajaran
1) Apakah guru menulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) media pembelajaran yang akan digunakan?
2) Kalau ada berapa media yang ditulis dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)?
30

3) Apakah media tersebut hasil dari membeli atau memanfaatkan
media yang sudah ada?
b. Memilih Media Pembelajaran
1) Media apa yang tepat digunakan pada materi yang akan
diajarkan?
2) Berapa media yang akan dipakai oleh guru?
3) Adakah sarana untuk menunjang media tersebut?
c. Menggunakan Media Pembelajaran
1) Mengobservasi bagaimana guru menggunakan media : Papan
tulis, karton, media grafis, LCD, kaset, video dll.













31

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif
Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry menurut Bogdan dan
Guba dalam buku yang ditulis oleh Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd dalam
bukunya Metode Penelitian (Kuantitatif, kualitatif, dan Tindakan 2012)
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang
dapat diamati.
26

Hal ini digunakan karena ingin memperoleh data dengan menangkap
gejala-gejala atau permasalahan yang dipancarkan oleh objek dan subjek yang
diteliti dilokasi attau dilapangan penelitian.
Peneliti mengkaji setiap peristiwa yang terjadi dengan maksud agar
peneliti dapat mengetahui dan mdapat menggambarkan secara jelas sesuai
dengan data dan fakta yang terjadi dilapangan yang berkaitan dengan jenis
Media Pembelajaran PAI yang tersedia di SDN-3 Sebamban Mentaya Hilir
Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur dan bagaimana pemanfaatan media
dalam pembelajaran oleh guru PAI, serta berusaha menganalisa aspek-aspek
lain yang ada hubungannya dengan permasalahan



26
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan tindakan,
Bandung; PT Refika Aditama, 2012, h. 181
32

B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Alokasi waktu penelitian kurang lebih 6 bulan. 2 bulan proposal seminar, 2
bulan penelitian lapangan dan 2 bulan pengolahan data. Karena dalam
waktu tersebut telah cukup untuk mengumpulkan data yang diperlukan
peneliti.
2. Tempat Penelitian
Penelitian yang dilakukan berlokasi di Desa Sei-Ijum Raya tepatnya di SD
Negeri 3 Sebamban Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten
Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah.

C. Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu ada beberapa jenis data yang
diperlukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Sumber Tertulis
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari
sumber tertulis dapat dibagi menjadi atas sumber buku. Dalam penelitian
ini buku yang diperlukan adalah buku paket Pendidikan Agama Islam
untuk Sekolah Dasar Kelas IV.


33

2. Foto
Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering
digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya secara induktif.
Dalam penelitian ini maka foto yang diperlukan adalah;
a) Foto sekolah tempat penelitian
b) Foto pada saat wawancara
c) Foto guru yang sedang memanfaatkan media pembelajaran pada saat
mengajar.
d) Foto siswa-siswi dalam mengikuti proses pembelajaran. dll

D. Instrument Penelitian
1. Pengertian Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah
alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai
instruen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi
terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhada bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara
34

akademik mapun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti
sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode
kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Berdasarkan pernyatan-pernyataan diatas dapat dipahami bahwa,
dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas
dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi
setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan
suatu instrumen.
27


E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini di SDN-3 Sebamban Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan ada beberapa teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Adapun data yang akan di gali dalam teknik ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana guru dalam merencanakan media pembelajaran PAI

27
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Alfabeta, 2012, h. 305-307.
35

b. Bagaimana guru dalam memilih media pembelajaran PAI
c. Bagaimana guru dalam memanfaatkan media pembelajaran PAI
d. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAI
2. Wawancara
Adapun data yang akan di gali dalam teknik ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya guru PAI kelas IV SDN-3 Sebamban dalam
memanfaatkan dan menggunakan media pembelajaran
3. Dokumentasi
Data yang dikumpulkan dari dokumentasi ini adalah :
a. Gambaran umum lokasi SDN 3 Sebamban Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur;
b. Gambaran subjek penelitian yang terdiri dari nama atau inisial, status.

F. Teknik Pengabsahan Data
Keabsahan data di gunakan untuk menunjukan bahwa semua data
yang telah diperoleh dan di teliti relevan dengan apa yang sesungguhnya. Hal
ini di lakukan untuk menjamin bahwa data dan informasi yang di himpun dan
dikumpulkan itu benar adanya. Untuk memperoleh keabasahan data, peneliti
berpedoman pada pendapat Qodir.
28
Yang menyatakan bahwa data yang di
olah mesti bersifat absah (valid) atau menunjukan derajat ketepatan antara
data yang di terjadi pada objek dengan data yang di kumpulkan oleh peneliti
yaitu dengan Trianggulasi.

28
Abdul Qodir, Metode Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan Penelitian
Kancah, h. 40
36

Menurut Moleong dalam Bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif
menyatakan bahwa trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
29

Adapun langkah-langkah yang ditempuh malalui teknik trianggulasi
sumber adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan secara langsung terhadap subjek
penelitian dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang di katakannnya secara pribadi.
3. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
30


G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, ada beberapa data yang di tempuh dengan
berpedoman kepada pendapat Miles dan Huberman sebagaimana yang di
kutip oleh Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan yang
menjelaskan bahwa teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukuan
melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Data Collection atau pengumpulan data ialah peneliti mengumpulkan data
dari sumber sebanyak mungkin untuk dapat diproses menjadi bahasan

29
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 178.
30
Ibid, hal. 178.
37

dalam penelitian tentunya dengan hal yang berhubungan dengan
Pemanfaatan media pembelajaran PAI.
2. Data Reduction atau pengurangan data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.
3. Data Display atau penyajian data ialah data yang didapat dari penelitian
dipaparkan secara ilmiah oleh peneliti dengan tidak menutup-nutupi
kekurangannya.
4. Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan), yaitu paparan
yang dilakukan dengan melihat kembali kepada reduksi data (pengurangan
data) sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang
diperoleh. Ini dilakukan agar hasil penelitian dapat dipahami sesuai dengan
keadaan yang terjadi dilapangan.
31

Sesuai dengan deskriptif kualitatif, maka teknik yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan tahapan pertama analisis kalitatif yang
menganalisis hasil wawancara dan observasi dengan membuat kesimpulan
dari subjek penelitian.






31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 337-345.
38

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qodir, Metode Riset Kualitatif Panduan Dasar Melakukan Penelitian
Kancah., Palangka Raya, 1999.
Asnawir & Usman Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Pers,
2002
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2011
http://blogkatte.blogspot.com/2009/12/menentukan-instrumen-penelitian.html
Jennah Rodhatul, Media Pembelajaran, Banjarmasin :Antasari Press, 2009
Kementerian Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Jakarta, 1971
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuualitatif, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2002
Marimba Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Bandung : al-Maarif,
1989
Nata Abuddin, IlmuPendidikan Islam Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2009
Noer Hery Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam Jakarta Utara: Friska
Agung Insani, 2003
Sadiman S. Arief dkk, Media Pendidikan,Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,
2010
Sanjaya Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran Jakarta :
Prenada Media Group, 2008
Shalahudin Mahfudh, Media Pendidikan Agama, Surabaya : PT. Bina Ilmu,
1986
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,Bandung : Alfabeta, 2012
Suharsaputra Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan tindakan,
Bandung; PT Refika Aditama, 2012
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2007
Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung : Pustaka Setia, 1997
Wilkinson L Gene, Media dalam Pembelajaran, Jakarta; CV Rajawali, 1984

Anda mungkin juga menyukai