Presentasi Group..
OWNER
CONSULTANT PLANNING
CONSULTANT SUPERVISION
MAIN CONTRACTOR
Loading . . .
MENU
Lapisan A-Jack
Solusi
Menu
Lapisan a-jack
Permasalahan Dan Asumsi
A-Jack adalah Unit batu lapis pelindung buatan (artificial armour unit). Produk beton yang diaplikasikan di pesisir sebagai penahan gelombang. A-jack terdiri dari dua potong beton berbentuk T yang membentuk enam kaki. Dan merupakan salah satu dari tipe armour yang diperhitungkan karena bentuknya yang stabil. A-Jack merupakan produk yang dimiliki dan dipatenkan di seluruh dunia oleh Poseidon Alliance Ltd Dalam aplikasinya A-Jacks digunakan sebagai pemecah gelombang , revetments , terumbu buatan , dan pengembangan habitat.
solusi
Close
Dalam aplikasi A-Jack di Konstruksi breakwater, A-Jacks bisa menjadi alternatif yang ekonomis jika dibandingkan dengan batu galian selama proyek konstruksi breakwater berlangsung, jumlah siklus transportasi material breakwater dapat dikurangi secara substansial, karena A-Jacks dapat dikirim dengan truk terbuka sedangkan batu pecah dikirim menggunakan truk yang memiliki bak. Satu buah a-jack memiliki berat lebih dari 1 ton sedangkan jika dibandingkan dengan batu pecah akan memerlukan banyak batu pecah. Walaupun diperkirakan harga material breakwater bila menggunakan AJack ini lebih mahal tapi mendapatkan material tersebut lebih mudah sehingga dapat mempercepat jadwal pekerjaan dikarenakan materialnya lebih mudah didapat. A-Jacks juga dapat mengikat dan menstabilkan satu sama lain. Dapat juga sebagai terumbu buatan dan pengembangan habitat, diantara celah ajack biota biota dapat menemukan daerah turbulensi rendah untuk mendirikan koloni.
Menu
Lapisan a-jack
Permasalahan Dan Asumsi
solusi
Close
PERMASALAHAN PADA PRODUKSI A-JACK, 1. Permasalahan yang muncul pada studi kasus ini adalah munculnya honey comb pada permukaan atas a-jack. Munculnya honey comb pada permukaan atas a-jack relatif seragam pada tiap a-jack yang diproduksi. 2. Lengan-Lengan dari A-Jack mudah patah, apabila susunan atau penempatan A-Jack tidak Stabil. 3. Sambungan antara 4 komponen bekisting pembentuk a-jack, mengakibatkan sisa beton dan retak rambut apabila tidak terpasang dengan benar . 4. Membutuhkan pekerjaan finishing pada permukaan A-Jack yang mengakibatkan biaya yang mahal serta membutuhkan waktu yang lama.
ASUMSI YANG MENYEBABKAN PERMASALAHAN MUNCUL, Dari hasil pengamatan a-jack yang telah diproduksi dilapangan, honey comb muncul pada keempat sisi permukaan dari lengan-lengan a-jack. 1. Dikarenakan adanya gelembung udara yang terperangkap di dalam bekisting, untuk solusinya alat vibrator (penggetaran). Namun alat ini tidak dapat menjangkau secara menyeluruh, hanya vibrator internal. 2. Bekisting pada a-jack memiliki 4 sisi bagian yang terpisah dan sebelum memulai pengecoran harus dilakukan perakitan. Dalam proses perakitan sambungan antar bekisting tidaklah tertutup secara sempurna, dikarenakan banyak factor Antara lain: Tenaga setiap pekerja berbeda-beda Plat bibir antar sambungan bekisting yang penyok-penyok atau melengkung-melengkung, dikarenakan cara meletakan bekisting tidak benar, atau pengetokan menggunakan palu pada saat pelepasan bekisting bawah, dll. Bekisting yang sudah karatan, mempersulit pekerja untuk melakukan perakitan pada saat mengunci tie rod sehingga sambungan bekisting tidak rapat
ASUMSI YANG MENYEBABKAN PERMASALAHAN MUNCUL, Permasalahan pada beton segar: 1. Bleeding adalah pengeluaran air dari adukan beton yang disebabkan oleh pelepasan air dari pasta semen. Sesaat setelah dicetak, air yang terkandung di dalam beton segar cenderung untuk naik ke permukaan. 2. Segregasi adalah Kecenderungan agregat kasar untuk lepas dari campuran beton. Hal ini akan menyebabkan sarang kerikil, yang pada akhirnya akan menyebabkan keropos pada beton.
SOLUSI
TEKNOLOGI BAHAN
Menu
Lapisan a-jack
Permasalahan Dan Asumsi
solusi
Self Compacting Concrete (SCC), Merupakan konsep inovatif untuk menghasilkan beton yang dapat mengalir (flowable) namun tetap kohesif dan bermutu tinggi. Beton dapat dicor dengan mudah dan cepat, tanpa perlu dipadatkan/digetarkan. Beton akan mudah mengalir, bahkan melalui tulangan yang sangat rapat tanpa mengalami segregasi ataupun bleeding. SCC juga mengatasi permasalahan pengecoran untuk posisi yang tinggi karena dapat dipompa dengan mudah menggunakan Concrete Pump. Dan menjangkau bentuk dari bekisting yang sulit dan sempit, karena beton dapat masuk ke celah-celah yang kecil hingga ke ujung-ujung dari bekisting. Selain tingkat kelecakan atau workablilitas yang tinggi pada beton segar, SCC setelah mengeras (hardened concrete) juga memiliki kekuatan yang tinggi disebabkan pengurangan kadar air sehingga porositas menjadi minimum, memiliki kemampuan kedap air yang tinggi, serta deformasi susut yang rendah. Keawetan jangka panjang juga lebih baik.
Material Cement
Proportion (%)
Remarks
442 Indocement
Fly Ash
Water
Suralaya
-
0,03
0,18 0,44
2,10
1,00 2,62
15
78
175
66
1115
Fine Agg. 1 (Sand) Fine Agg. 2 (Dust) Retarder Superplasticizer Total Solid Volume
2,60 2,58
28 6 0 3,5
480 100
1,0
m3
Concrete Density
2394 kg/m3
Kriteria workability dari campuran beton yang baik pada Self Compacting Concrete (SCC) adalah mampu memenuhi kriteria berikut (EFNARC 2002): Fillingability, kemampuan campuran beton untuk mengisi ruangan. Passingability, kemampuan campuran beton untuk melewati struktur ruangan yang rapat. Segregation resistance, ketahanan campuran beton segar terhadap efek segregasi. Material yang digunakan pada beton konvensional dan SCC sama, hanya saja SCC memerlukan bahan tambah berupa admixture. SCC memiliki fluiditas yang tinggi karena penambahan admixture berupa high range water reducing admixture (superplastisizer).
Dasar Mix Design Komposisi agregat kasar pada beton konvensional menempati 70-75 % dari total volume beton. Sedangkan dalam SCC agregat kasar dibatasi jumlahnya sekitar kurang lebih 50 % dari total volume beton. Pembatasan agregat ini bertujuan agar beton bisa mengalir dan memadat sendiri tanpa alat pemadat (Okamura dan Ouchi 2003).
Perbandingan Bahan Campuran Pada SCC dan Beton Konvensional (Okamura dan Ouchi 2003)
Persiapan Bahan Penelitian SCC 1. Pemilihan Semen Semen yang digunakan adalah Semen Indocement Type V. 2. Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan adalah batu pecah ukuran single size 10-20mm 3. Agregat Halus Agregat haslus yang digunakan adalah pasir dari Lampung. 4. Superplasticizer Superplasticizer yang digunakan adalah Viscocrete 10 dan dengan menggunakan pembanding. 5. Air Air yang digunakan adalah air yang berasal dari PDAM Depok.
Mengacu pada standar mix design DoE, dimana material material khusus agregat kasar dan halus berada dalam keadaan saturated surface dry (SSD),dan karena agregat yang dipakai tidak dalam kondisi SSD maka jumlah bahan harus dikoreksi terhadap kadar air sesungguhnya:
Zona 2
48%
Pengujian Khusus SCC 1. Slump Cone Pengujian Slump cone ini digunakan untuk mengetahui flowability dan fillingability campuran beton Self Compacting Concrete (SCC) 2. V Funnel V-funnel flow time adalah waktu yang diperlukan SCC untuk dapat melewati celah yang sempit dan menentukan fillingability dari SCC yang dapat diketahui dari adanya blocking atau segregasi yang terjadi 3. L Box Pengujian L-Box digunakan untuk mengetahui passingability / blockingability beton Self Compacting Concrete (SCC).
Pengujian Beton Kondisi Keras 1. Uji Susut Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan dalam dimensi linear yang diukur searah dengan sumbu memanjang dari benda uji yang terjadi karena sebab pembebebanan dan suhu. 2. Uji Kuat Tekan Pengujian ini lakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur dari silinder beton yang mewakili spesimen beton dalam mix design. Pengujian ini dilakukan pada saat beton berusia 7, 14, dan 28 hari dengan masing-masing sebanyak 3 benda uji. Untuk mengetahui kualitas dari beton yang telah dilakukan tes tekan, perlu dilakukan standart deviasi. Jumlah data yang diambil dari masing-masing pengujian adalah sebanyak 3 buah. 3. Uji Daya Serap Pengujian daya serap dilakukan karena konstruksi a-jack berada pada keadaan terrendam air laut.
Beton Normal
Beton SCC