Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada epidermis yang disebabkan oleh jamur dermatofita.1,4 Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Selain sifat keratolitik, masih banyak sifat yang sama diantara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit. Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton merupakan jamur patogen pada manusia.1 Klasifikasi dermatofitosis dibagi berdasarkan lokasinya, salah satunya adalah tinea korporis. Tinea korporis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (glabrous skin) seperti di daerah muka, leher, badan, lengan, dan gluteal. 1,2,3 Penyebab tersering tinea korporis adalah Trichophyton rubrum dan Trychophyton mentagrophytes. Keluhan gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda

peradangannya daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat bergabung dan membentuk gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas dan memberi gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiansi.1,5,6

BAB II PEMBAHASAN KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Tanggal Kunjungan Poli : Tn.D : 26 tahun : Laki-laki : Islam : Karyawan : Mangunjaya : 1 April 2014

ANAMNESIS (Auto Anamnesis pada tanggal 1 April 2014,pukul 10.00 WIB) Keluhan Utama: Bercak kemerahan disertai sisik yang terasa gatal pada bokong, perut bawah, lipatan lutut kaki kanan sejak 1minggu yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang: Seorang laki-laki usia 26 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan pada bokong, perut bawah, dan lipatan lutut kaki kanan disertai gatal dan timbul sisik halus, gatal hanya malam hari (-), cekungan pada kuku (-), kuku rapuh (-). Awalnya 2 tahun yang lalu pasien berkunjung ke rumah tetangganya yang mempunyai keluhan sama pada bagian paha, beberapa hari kemudian pasien juga mengeluhkan gejala tersebut yaitu timbul bercak kemerahan dibagian punggung, terdapat beruntusberuntus berisi cairan bening, pasien merasa sangat gatal bila berkeringat dan pada saat beruntus tersebut belum pecah, karena sering digaruk kemudian bercak tersebut semakin luas ke bagian bokong kemudian ke bagian bawah perut dan lipatan lutut kaki. Selama 2 tahun ini pasien sudah berobat ke puskesmas, dan diberikan terapi obat minum, hasilnya bercak kemerahan pada bagian punggung berangsur-angsur
2

menghilang namun masih tersisa pada bagian bokong, perut bawah serta lipatan lutut kaki kanan dan bekas garukan serta bercak yang mulai sembuh menjadi berwarna kehitaman yang sampai saat ini dikeluhkan.

Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien mengeluhkan gejala diatas selama 2 tahun terakhir sejak berkunjung ke rumah tetangga yang mengeluhkan gejala sama. Tidak pernah mempunyai gejala yang sama sebelum 2 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat penyakit karena alergi (asma, rinitis alergik, dermatitik atopik).

Riwayat Penyakit Keluarga: Keluarga tidak ada keluhan gejala yang sama dengan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat dermatitis atopik atau penyakit karena alergi lainnya.

Riwayat Pengobatan: Sudah berobat ke puskesmas dan mendapatkan terapi. Setelah berobat keluhan pada punggung berangsur-angsur hilang dan tersisa pada bagian bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan.

Riwayat Alergi: Pasien menyangkal ada riwayat alergi makanan, obat-obatan, hewan piaraan, debu ataupun cuaca, serta kontaminasi bahan kimia pada pasien.

Riwayat Psikososial: Pasien bekerja sebagai karyawan. Pasien biasa menggunakan pakaiannya selama dua hari. Setelah BAB atau BAK pasien jarang mengeringkan bagian tubuhnya yang basah. Kadang-kadang saat mandi pasien tidak menggunakan sabun.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran Tanda-tanda Vittal : Tampak sakit ringan : Composmentis :

Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi Pernapasan Suhu : 85 x/menit : 21 x/menit :36,5C

Status Generalis Kepala Mata Hidung Mulut Leher Thorax Paru Jantung Abdomen Ekstremitas

: : Normochepal : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) : Deviasi septum (-), sekret (-/-) : mukosa bibir kering (-), stomatitis (-) : Pembesaran KGB (-) : : Pergerakan dada simetris, vesikuler (+/+) : Ictus cordis teraba di ICS 5, BJ I dan II normal : Tampak datar, supel, BU normal, organomegali (-) : Akral hangat (+/+), edema (-)

Status Dermatologis Distribusi A/R Lesi Regional Bokong, perut bawah, lipatan lutut kaki kanan Lesi multiple berbentuk bulat, sebagian diskert sebagian konfluens, permukaan sebagian rata sebagian menimbul, sirkumskrip, kering, lesi tepi lebih aktif dibandingkan tengahnya, gambaran polisiklik, ukuran + 1x2 cm untuk lesi kecil dan + 6x7 cm untuk lesi besar. Efloresensi Makula hiperpigmentasi,eritema disertai skuama sebagian terdapat vesikel, ekskoriasi dan krusta.

*Predileksinya pada bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Kerokan kulit dengan larutan KOH 10%, ditemukan hifa.

RESUME Seorang laki-laki usia 26 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan pada bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan yang disertai gatal terutama bila berkeringat dan sebelum pecahnya beruntus-beruntus yang berada pada sekitar lesi kulit tersebut, dirasakan sejak 2 tahun yang lalu sebelum datang ke Poli Kulit RSUD Banjar. Awalnya 2 tahun yang lalu pasien bermain ke tetangganya yang mempunyai keluhan sama pada bagian paha, beberapa hari kemudian pasien juga mengeluhkan gejala tersebut yaitu timbul bercak kemerahan dibagian punggung, terdapat beruntus-beruntus berisi cairan bening, pasien merasa sangat gatal bila berkeringat dan beruntus tersebut belum pecah, karena sering digaruk kemudian bercak tersebut semakin luas ke bagian bokong kemudian ke bagian bawah perut dan lipatan lutut kaki. Selama 2 tahun ini pasien sudah berobat ke puskesmas, dan diberikan terapi obat minum, hasilnya bercak kemerahan pada bagian punggung berangsur-angsur menghilang
5

namun masih tersisa pada bagian bokong, perut bawah serta lipatan lutut kaki kanan dan bekas garukan sertabercak yang mulai sembuh menjadi berwarna kehitaman yang sampai saat ini dikeluhkan. Pasien setiap harinya bekerja sebagai karyawan toko, biasanya pasien menggunakan pakaiannya untuk dua hari, jarang mengeringkan bagian tubuh yang basah setelah BAB atau BAK dan kadang-kadang pasien jarang menggunakan sabun saat mandi. Pada status dermatologis ditemukan lesi regional yaitu di bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan. Lesi multiple berbentuk bulat, sebagian diskert sebagian konfluens, permukaan sebagian rata sebagian menimbul, sirkumskrip, kering, lesi tepi lebih aktif dibandingkan tengahnya, gambaran polisiklik, ukuran + 1x2 cm untuk lesi kecil dan + 6x7 cm untuk lesi besar. Efloresensinya yaitu makula hiperpigmentasi,eritema disertai skuama sebagian terdapat vesikel, ekskoriasi dan krusta.Pada pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10% ditemukan adanya hifa.

DIAGNOSIS BANDING Tinea Korporis Psoriasis Vulgaris

DIAGNOSIS KERJA Tinea Korporis

PENATALAKSANAAN Non-Medikamentosa Menjaga kulit tetap kering. Menggunakan pakaian longgar. Rajin mengganti pakaian, terutama jika pakaian lembab. Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat. Mencegah infeksi sekunder dengan menghindari garukan.

Medikamentosa Sistemik Topikal : Ketokonazole tablet 200 mg 1x1 selama 2-4 minggu. : Ketokonazole krim 2% 2x1

PROGNOSIS Quo Ad Vitam : Ad Bonam

Quo Ad Functionam : Ad Bonam Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

BAB III ANALISA KASUS

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK Dermatofitosis (Tinea) adalah penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit. Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik pada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneum sampai dengan stratum basalis. Tinea Korporis adalah kelainan pada kulit dengan morfologi yang khas yaitu lesi bulat atau lonjong, polimorf dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedangkan bagian tengah tampak tenang, terdiri dari eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi, membentuk gambaran polisiklik karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Gejala ini disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papul-papul atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosif dan bila mengering jadi krusta dan skuama.1,2,7 Berdasarkan Kasus : Seorang laki-laki usia 26 tahun datang dengan keluhan bercak kemerahan pada bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan yang disertai gatal terutama bila berkeringat dan sebelum pecahnya beruntus-beruntus yang berada pada sekitar lesi kulit tersebut, dirasakan sejak 1 minggu yang lalu sebelum datang ke Poli Kulit RSUD Banjar. Awalnya 2 tahun yang lalu pasien bermain ke tetangganya yang mempunyai keluhan sama pada bagian paha, beberapa hari kemudian pasien juga mengeluhkan gejala tersebut yaitu timbul bercak kemerahan dibagian punggung, terdapat beruntus-beruntus berisi cairan bening, pasien merasa sangat gatal bila berkeringat dan beruntus tersebut belum pecah dan, karena sering digaruk kemudian bercak tersebut semakin luas ke bagian bokong kemudian ke bagian bawah perut dan lipatan lutut kaki. Selama 2 tahun ini pasien sudah berobat ke puskesmas, dan diberikan terapi obat minum, hasilnya bercak kemerahan pada bagian punggung berangsur-angsur menghilang namun masih tersisa pada bagian bokong, perut bawah serta lipatan lutut kaki kanan dan

bekas garukan serta bercak yang mulai sembuh menjadi berwarna kehitaman yang sampai saat ini dikeluhkan. Pasien setiap harinya bekerja sebagai karyawan toko, biasanya pasien menggunakan pakaiannya untuk dua hari, jarang mengeringkan bagian tubuh yang basah setelah BAB atau BAK dan kadang-kadang pasien jarang menggunakan sabun saat mandi. Pada status dermatologis ditemukan lesi regional yaitu di bokong, perut bawah dan lipatan lutut kaki kanan. Lesi multiple berbentuk bulat, sebagian diskert sebagian konfluens, permukaan sebagian rata sebagian menimbul, sirkumskrip, kering, lesi tepi lebih aktif dibandingkan tengahnya, gambaran polisiklik, ukuran + 1x2 cm untuk lesi kecil dan + 6x7 cm untuk lesi besar. Efloresensinya yaitu makula hiperpigmentasi,eritema disertai skuama sebagian terdapat vesikel, ekskoriasi dan krusta.

DIAGNOSIS BANDING Tinea Korporis Psoriasis Vulgaris

DIAGNOSIS KERJA Tinea Korporis

PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang kerokan kulit dengan cara mengambil lesi yang aktif yaitu pada bagian tepinya, kemudian berikan larutan KOH 10%, dapat dilihat hifa atau spora jamur dengan mikroskop. Ciri-ciri hifa adalah berupa benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding, berinti, bersegmen, bercabang, dan bersifat kontur ganda. Contoh koloni filamen adalah Trichophyton, Epidermophyton, dan Microsporum.1,4,10

Berdasarkan kasus: Dilakukan pemeriksaan kerokan kukit dengan larutan KOH 10% dan dilihat dengan mikroskop, pada kasus ditemukan hifa.

PENATALAKSANAAN Berdasarkan penatalaksanaan kasus yang sesuai dengan teori, pada terapi topikal direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit yang hidup pada jaringan kulit dan ketokonazol krim digunakan untuk infeksi jamur di kulit tak berambut seperti dermatofita dengan dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, sedangkan pada terapi sistemik dipilih ketokonazol yang merupakan obat antifungi sistemik pertama yang berspektrum luas dan juga merupakan turunan imidazol sintetik yang bersifat lipofilik dan larutan dalam air pada PH asam. Obat ini bekerja dengan cara menghambat C-14 dimetilase (enzim P-450 sitokrom) pembentukan ergosterol membran jamur. Penghambatan ini mengganggu fungsi membrane dan meningkatkan permeabilitas. Ketokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai keratin dalam waktu 2jam melalui kelenjar keringat eccrine. Penghantaran akan menjadi lebih lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam waktu 3-4 minggu. Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai, sekurangnya 10 hari setelah obat dihentikan. Pemakaian ketokonazol belum ditemukan adanya resistensi selama diobservasi sehingga obat ini sangat efektif dalam pengobatan jamur. Efek samping yang sering timbul dalam penggunaan ketokonazol berupa mual dan muntah. Kontraindikasi adalah penderita penyakit hati akut atau kronik, hipersensitif terhadap ketokonazol, dan wanita hamil. Ketokonazol sistemik tersedia dalam sediaan tablet 200 mg. Dosis yang dianjurkan pada dewasa adalah 200-400 mg/hari. Lama pengobatan untuk tinea korporis selama 2-4 minggu. Keunggulan ketokonazol adalah sebagai obat berspektrum luas, tidak resisten, efek samping minimal dan harga yang terjangkau maka obat ini paling banyak digunakan dalam pengobatan antifungi.8

10

PROGNOSIS Quo Ad Vitam : Ad Bonam Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah

pada ancaman kematian. Keadaaan umum, kesadaran dan tanda vital pasien masih dalam batas normal. Quo Ad Functionam : Ad Bonam Tinea menimbulkan lesi kulit yang tidak mengganggu fisiologis kulit secara bermakna. Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam Dengan menghilangkan faktor predisposisi maka penyakit ini dapat diobati secara tuntas dan sembuh.

11

BAB IV KESIMPULAN

Pasien datang ke Poli Kulit RSUD Banjar dengan keluhan bercak kemerahan disertai sisik yang terasa gatal pada bokong, perut bawah dan lipatan paha kaki kanan sejak 2 tahun yang lalu. Diagnosis kerja pasien tersebut adalah tinea korporis, penegakkan diagnosis didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik kulit serta pemeriksaan penunjang dengan cara kerokan kulit menggunakan KOH 10 % pada lesi pasien. Terapi diberikan dengan edukasi untuk meningkatkan higienisitas pasien dan terapi topikal serta sistemik. Ketokonazol digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan tinea korporis karena berspektrum luas tidak resisten, efek samping minimal dan harga yang terjangkau. Selain itu, ketokonazol merupakan salah satu obat antifungi yang efektif dalam pengobatan tinea korporis. Prognosis pada kasus pasien baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat serta memperhatikan faktor predisposisinya seperti kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga. 3,8,9

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Penyakit Kulit: Mikosis. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2010. Hal: 89-105. 2. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penyakit Jamur : Tinea. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC:2005. Hal: 17-31. 3. Goedadi MH,Suwito PS. Tinea Korporis dan Tinea Kruris. Dalam : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta : Balai Penerbit FKUI:2004. Hal: 31-4. 4. Kartowigno S. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit Edisi Kedua. Palembang: Universitas Sriwijaya:2012. Hal:51-4. 5. Patel S, Meixner JA, Smith MB, McGinnis MR. Superficialis Mycoses and Dermatophytes. In:Trying SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical Dermatology. China: Elsenvier inc:2006. P:185-92. 6. Sobera JO, Elewski BE. Fungal Disease. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini RP,editors. Dermatology.Spain:Elsevier Science:2003. P:1174-83. 7. Harahap Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates :2000. Hal:73-87. 8. Kuswadji, Widaty KS. Obat Anti Jamur. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI:2004. Hal:108-16. 9. Nugroho SA. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Dermatomikosis Superfisialis. Dalam: Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Jakarta : Balai Penerbit FKUI: 2004. Hal:99-106. 10. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penyakit Jamur : Pendahuluan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC:2005. Hal:1-6.

13

Anda mungkin juga menyukai