Anda di halaman 1dari 23

World Health Organization (WHO) merumuskan evaluasi sebagai suatu proses dari pengumpulan dan analisis informasi mengenai

efektivitas dan dampak suatu program dalam tahap tertentu sebagai bagian atau keseluruhan dan juga mengkaji pencapaian program.
Definisi lain dikemukakan oleh Swansburg (1996) yang menyatakan bahwa evaluasi kinerja adalah suatu proses pengendalian dimana kinerja pegawai dievaluasi berdasarkan standar.

Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan data menganalisis informasi tentang efektifitas dan dampak dari suatu tahap atau keseluruhan program . Evaluasi juga termasuk menilai pencapaian program dan mendeteksi serta menyelesaikan masalah dan merencanakan kegiatan yang akan datang(WHO). Evaluasi adalah proses pemberian informasi untuk membantu membuat keputusan tentang objek yang akan dievaluasi

Banyak orang berfikir bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di akhir suatu program/proyek dan itu tidak membutuhkan pikiran yang serius , pendapat ini salah karena evaluasi membutuhkan perencanaan sebelum mengerjakan suatu program /proyek dan termasuk evaluasi formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif dilakukan selama program atau kegiatan berlangsung dan ini dikaitkan dengan proses monitoring. Informasi yang diperoleh dari monitoring memungkinkan membuat dan menetapkan bagaimana program tersebut berjalan atau bagaimana sebaiknya proses untuk mencapai tujuan; artinya bahwa dapat terus menerus mengkaji ulang kemajuan dan mengidentifikasi sesuatu untuk menyakinkan bahwa hal itu realistik dan dapat dicapai dan dimodifikasi atau bila perlu memperbaikinya sementara program masih berjalan.

Menentukan kompetensi pekerjaan. Meningkatkan kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai (perawat). Menghargai pengembangan staf dan memotivasi pegawai kearah pencapaian kualitas yang tinggi. Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer. Memilih perawat berkualitas untuk pengembangan dan peningkatan gaji. Mengidentifikasi ketidakpuasan pegawai.

1. 2.

Mengidentifikasi masalah keperawatan. Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya. Mengukur pencapaian sasaran/target. Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasien/masyarakat yang mendapat pelayanan.

3. 4.

Prinsip-prinsip Evaluasi
Libatkan staf dalam perencanaan dan implementasi,rapat dengan staf untuk memberi kesempatan mengerti konsep dan ide-ide dan keuntungan self evaluation menjadi berguna

Pilih seorang atau dua orang sebagai tim kecil yang bertanggung jawab dan membatasi data dan analisis tetapi tidak membuat rekomendasi.
Pastikan ada konsensus rencana evaluasi walaupun ini kelihatannya membutuhkan waktu dan usaha yang besar

Prinsip-prinsip Evaluasi
Sediakan kepada tim evaluasi sumbersumber pengambilan data dan analisis ini mungkin melibatkan pendapat dari ahli Mendorong evaluator untuk melaporkan kemajuan walaupun mereka tidak pada posisi untuk melapor Gunakan temuan temuan untuk merefleksikan program dibawah pengawasannya, tentukan apa yang akan dirubah, dibuat dan untuk contoh apakah proses implementasi harus dimodifikasi sehingga tujuan dapat dicapai.

Metode Evaluasi Kinerja

Dalam tatanan klinik dapat digunakan metode evaluasi yang bervariasi.

Manajer atau supervisor harus mempertimbangkan tujuan dari evaluasi kinerja klinis, kemampuan bekerja yang akan dievaluasi. Ini berarti harus jelas deskripsi pekerjaan dan kegiatan yang didasarkan pada standar setiap posisi klinis.

Metode Evaluasi Kinerja


Menegakkan indikator evaluasi harus mencerminkan deskripsi pekerjaan yang harus mereka lakukan dan harus sederhana, khusus dan jelas. Penilaian kinerja klinis dapat menggunakan tehnik kualitatif untuk mengukur kompetensi pekerjaan di bagian khusus.

Susunan indikator harus dikembangkan berdasarkan kekhususan fungsi dan tugas dan itu juga digunakan untuk mengukur proses dari outcomes klinis.

Metoda evaluasi kinerja bervariasi seperti:


a. Catatan Anecdotal Catatan Anecdotal adalah catatan individu berdasarkan peristiwa, kegiatan klinik dan hasil serta masalah yang terjadi pada pegawai yang bersangkutan. Setiap pegawai mempunyai catatan/buku anecdotal. Isu yang dicatat akan dibahas antara manajer atau supervisor dengan pegawai/staf yang bersangkutan dan ditandatangani oleh pegawai dan supervisor. Walaupun catatan anecdotal memberi satu arti sistematis untuk pencatatan observasi, mereka tidak dapat menjamin bahwa observasi akan dibuat sistematis atau khusus terhadap perilaku yang relevan diobservasi.

Hal ini memerlukan pertimbangan waktu pencatat observasi. Dokumen anecdotal disimpan oleh manajer, dan menulis laporan rekapitulasi serta mengirim laporan anecdotal kepada seksi keperawatan di rumah sakit / koordinator di Puskesmas. b. Penilaian Diri Sendiri Penilaian diri sendiri adalah metode lain untuk evaluasi kinerja dan sedikit digunakan di lapangan. Masalah penilaian diri sendiri bagi pelaksana sama dengan penilaian supervisor, dimana membutuhkan suatu pelatihan dalam menilai diri sendiri. Mereka menjadi terbiasa untuk setiap posisi klinik.

c. Check List Check List dapat mengkaji kategori kehadiran atau absen, atau karakteristik yang diharapkan atau perilaku. Check list harus digunakan untuk variabel nyata seperti inventaris perlengkapan. Metode ini dapat pula digunakan untuk evaluasi ketrampilan keperawatan klinis dan disarankan untuk mencatat perilaku esensial dalam keberhasilan kinerja.
d. Peer Review Peer Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi dengan kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview praktek sejawatnya dengan menggunakan standar kinerja yang baku. Ini adalah self-regulation dan mendukung prinsip autonomi.

Peer review terdiri dari sejawat yang memeriksa tujuan asuhan langsung dari sejawatnya dengan standar yang khusus, indikator kritis dari asuhan yang ditulis oleh sejawat. Tujuan peer review adalah untuk mengukur akuntabilitas, evaluasi dan meningkatkan pemberian asuhan, identifikasi kekuatan dan kelemahan, mengembangkan policy yang baru atau diubah.

Outcomes Evaluasi

Ada 3 komponen outcomes evaluasi dalam organisasi, yaitu : Clinical outcomes Administrative outcomes Service/delivery outcomes

Clinical outcomes
Clinical outcomes berfokus pada penilaian proses asuhan sebagai perkembangan pasien melalui suatu sistem yang luas dan spesifik. Umumnya penilaian harus memenuhi outcomes yang mungkin dapat diterapkan dalam pelayanan. Contoh indikator clinical outcomes adalah : Angka infeksi. Outcome yang diharapkan harus bermakna seperti penurunan infeksi nasokomial menjadi nol. Pasien jatuh/kecelakaan. Outcome yang diharapkan nol, berarti pasien harus sering diobservasi, terutama pada pasien yang siap ambulansi.

Administrative out comes


Outcomes ini khusus berkaitan dengan organisasi sebagai keseluruhan dan mempengaruhi sistem kepegawaian, staf, dokter dan alur bawah organisasi. Dasar pengukuran indikator dalam sistem pelayanan kesehatan adalah implikasi dari organisasi seperti : Kepuasan pegawai. Ini merupakan indikator kritis dari outcome untuk keberhasilan program dan asuhan pasien. Mengukur kepuasan pegawai harus dikaji atas peraturan yang mendasar. Analisis budaya dan suasana organisasi. Suatu perencanaan yang baik dan efektif dirancang dengan proses kesinambungan. Patokan kasus umum memberi implikasi positif baik terhadap budaya maupun suasana organisasi.

Service/delivery outcomes
Ada satu komponen tetap dari indikator pelayanan dasar yang dapat dievaluasi dan langsung menilai outcomes. Indikator outcomes pelayanan sedikit dan lebih sederhana, antara lain :

Kepuasan pasien. Banyak metode dan alat yang cocok untuk menilai kepuasan pasien yang akurat sebagai indikator kritis. Kegagalan mendengar dan menanggapi persepsi pasien dalam sistem pemberian asuhan akan mengakibatkan ancaman kegagalan dari organisasi.

Data yang berkaitan dengan kepuasan pasien harus disampaikan kepada semua staf secara regular, hanya outcomes terbaik memberikan inovasi lebih jauh untuk meningkatkan kinerja .

Penilaian yang kurang akan memberi dampak kepada organisasi.


Lamanya menunggu, adalah indikator pelayanan yang sempurna untuk menilai efektivitas sistem. Suatu birokrasi yang kompleks, lamban, aturan sistem menghasilkan keterlambatan pemasaran.

Pasien sensitif terhadap keterlambatan dan keterbelakangan yang menimbulkan kesan negatif terhadap organisasi, berdasarkan pengalaman dalam proses sewaktu masuk ke rumah sakit.

Evaluasi data penyimpangan kinerja


Ada dua jenis penyimpangan. Pertama, penyebab umum terjadinya penyimpangan yang erat kaitannya dengan penyimpangan minor yang terjadi dalam satu organisasi pelayanan kesehatan, tanpa memperdulikan sistem yang telah mapan. Kedua, penyebab khusus terjadinya penyimpangan, mungkin termasuk kesalahan pegawai, kurangnya pengetahuan dalam menjabarkan peralatan. Penyebab khusus terjadinya penyimpangan biasanya mudah dikoreksi dari pada penyebab umum terjadinya penyimpangan.

Anda mungkin juga menyukai