Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran di sekolah.

Upaya dalam proses pembelajaran yang bertumpu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebagai pembangun pengetahuan dan subjek transformasi belajar (Depdiknas, 2003). Kenyataannya, pembelajaran Biologi di sekolah lebih banyak mengajarkan siswa menghafal fakta-fakta dengan sedikit penekanan pada proses berpikir untuk membangun pengetahuan. Pembelajaran yang digunakan lebih banyak pada pemberian konsep yang sudah tertulis di buku dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), sehingga lebih menekankan pada hafalan daripada mencari dan membangun konsep sendiri (PPG, 2013). Pembelajaran seperti ini

mengakibatkan siswa menjadi kurang memahami konsep yang dipelajari, karena tidak dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang dimilikinya. Melatih kemampuan kognitif dibutuhkan kesadaran pada diri sendiri untuk menilai kemampuan berpikir, yakni mengontrol proses kognitif yang dikenal sebagai kemampuan metakognitif. Menurut Flavell (1976), metakognitif merupakan sistem regulasi yang mencakup pengetahuan, pengalaman, tujuan, dan strategi. Metakognitif penting dikembangkan untuk membantu siswa menentukan bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya kognitif, dengan cara mempertajam kemampuan metakognitifnya. 1

2 Sternberg (2006) berpendapat bahwa seseorang yang memiliki keterampilan metakognitif dapat mencari tahu bagaimana melakukan tugas tertentu atau sejumlah pekerjaan, kemudian memastikan bahwa tugas atau pekerjaan tersebut dapat dilakukannya dengan benar. Hasil wawancara dengan guru Biologi dan siswa, serta pengalaman PPL di salah satu sekolah Surabaya, ternyata pada kegiatan belajar kebanyakan siswa masih sulit memahami konsep-konsep Biologi, khususnya pada kegiatan praktikum materi sistem ekskresi uji urin manusia. Menurut pendapat beberapa siswa, LKS yang digunakan kurang memotivasi, sehingga siswa tidak dapat memunculkan ide-ide dalam menemukan konsep yang tertulis pada LKS. Siswa juga tidak terbiasa menggunakan prosedur berpikir ilmiah, seperti menentukan apa yang harus diamati dan membuat penjelasan lengkap

mengenai objek maupun peristiwa yang terjadi dalam kegiatan praktikumnya. Hal ini membuat siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan

metakognitifnya. Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan metakognitif adalah dengan melatihkan keterampilan proses melalui diagram Vee. Diagram Vee memiliki bentuk V yang terdiri dari beberapa komponen (Novak & Gowin, 1984). Komponen tersebut menempati sisi konseptual (berfikir) di bagian kiri dan sisi metodologi (melakukan) di bagian kanan, di antara kedua sisi terdapat fokus pertanyaan dan peristiwa atau objek yang diamati. Kedua sisi diagram Vee secara aktif saling berinteraksi membantu mengorganisir pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah yang menjadi fokus pertanyaan, dan secara langsung berhubungan dengan peristiwa maupun objek yang diamati.

3 Komponen-komponen diagram Vee dapat mengarahkan siswa untuk

mengembangkan kemampuan metakognitif yang berupa pengetahuan kognitif dan regulasi kognitif. Diagram Vee dapat memperlihatkan keterkaitan antara proses berpikir dengan kegiatan yang dilakukan siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Alvarez dan Risko (2007) mengenai efektivitas penggunaan diagram Vee untuk membantu siswa dalam memahami konsep sains, menunjukkan bahwa diagram Vee merupakan alat yang layak dalam mempelajari struktur pengetahuan dan proses pembentukan pengetahuan yakni kemampuan metakognitif siswa. Komponen dalam diagram Vee dapat membentuk keterkaitan antara pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan baru yang diperoleh siswa. Sebuah diagram Vee, dalam penelitian ini adalah sarana visual terstruktur sebagai desain LKS untuk kegiatan praktikum pada materi sistem ekskresi. Diagram Vee memfasilitasi siswa untuk berfikir kritis dan bisa diterapkan sesudah siswa memahami konsep sistem ekskresi. Materi sistem ekskresi merupakan materi yang mengajarkan tentang konsep pengeluaran sisa metabolisme dalam tubuh oleh organ-organ ekskresi seperti hati, ginjal, kulit, dan paru-paru. Materi ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, namun juga besifat abstrak karena proses ekskresi terjadi secara fisiologis di dalam tubuh, misalnya urin yang diekskresikan oleh ginjal mengandung air dan bahan terlarut seperti NaCl, urea, asam urat, dan kreatinin. Kandungan zat dalam urin dapat diketahui dengan melakukan suatu uji, misalnya mengetahui kandungan glukosa pada urin dengan uji benedict. Siswa perlu memahami proses dalam kegiatan praktikum yang dilakukannya untuk memperoleh konsep tersebut.

4 Jadi, untuk mendapatkan pemahaman mengenai materi sistem ekskresi dibutuhkan suatu desain praktikum yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan metakognitif, sehingga konsep maupun prinsip sistem ekskresi yang diharapkan dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang mengembangkan LKS sistem ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram Vee untuk kegiatan praktikum siswa di SMA. B. Rumusan Masalah Beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah validitas LKS sistem ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram Vee yang dikembangkan? 2. Bagaimanakah kepraktisan LKS sistem ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram Vee yang dikembangkan? 3. Bagaimanakah keefektifan LKS sistem ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram Vee yang dikembangkan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan LKS sistem ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram Vee yang valid, praktis, dan efektif, serta dapat meningkatkan hasil belajar melalui kemampuan metakognititf siswa.

5 D. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lembar Kegiatan Siswa yang digunakan pada materi sistem ekskresi adalah uji urin manusia. 2. Penelitian diujicobakan pada siswa kelas XI-IPA di SMA Negeri 16 Surabaya, dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan tiga kali tatap muka dengan siswa. E. Definisi Istilah Berikut ini beberapa istilah yang dimaksud untuk menghindari kesalahan persepsi dalam penelitian, meliputi: 1. Diagram Vee adalah suatu metode untuk membantu siswa memahami struktur pengetahuan dan proses bagaimana pengetahuan dikonstruksi (Gowin & Novak, 1985). Diagram Vee dalam penelitian ini adalah penyesuaian di antara unsur-unsur dalam pembelajaran keterampilan proses dan keterampilan metakognitif. 2. Belajar kognitif Biologi yang dimaksud pada penelitian ini adalah belajar atau mengelola cara berpikir untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep yang berupa produk, proses dan metakognitif. Belajar kognitif melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu, memperoleh informasi baru, transformasi informasi, menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).

6 F. Asumsi Beberapa asumsi yang mendukung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Siswa sudah mengenal prosedur ilmiah di sekolah. 2. Siswa dapat melakukan prosedur dengan baik dan jujur. G. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memiliki LKS sistem ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram Vee yang layak secara teoritis dan empiris. 2. Penelitian ini juga bermanfaat sebagai salah satu altematif dan referensi untuk kegiatan pembelajaran Biologi di sekolah, bahwa dengan memahami dan mengajarkan cara belajar dengan diagram Vee dapat meningkatkan kemampuan metakognitif.

Anda mungkin juga menyukai