Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)

Oleh : Ir. Ruch !" De#$ D%!&!'er(!#!) M.E#* D$re&"ur Pe#!"!!# Ru!#* N!+$,#!l

Me$ -../

DIREKTUR 0ENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH YANG BERBASIS RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL1
Oleh : Ir. Ruch !" De#$ D%!&!'er(!#!) M.E#*

I.

L!"!r Bel!&!#*

Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan perdesaan. telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan kawasan Meskipun demikian, pendekatan pengembangan

perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 19 !". Kondisi tersebut diatas, ditunjukkan dengan tingginya laju urbanisasi. Data #ur$ey %enduduk &ntarsensus (#'%&#" menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tingkat urbanisasi di (ndonesia dari )*,+, (tahun 199+" menjadi -.,+, (tahun 199 ". %roses urbanisasi yang terjadi seringkali mendesak sektor pertanian ditandai dengan kon$ersi lahan kawasan pertanian menjadi kawasan perkotaan, dimana di pantai utara /awa men0apai kurang lebih 1. ,. Konsekuensi logis dari kondisi ini adalah menurunnya produkti2itas pertanian.

Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah

Kondisi ini mengakibatkan (ndonesia harus mengimpor produk-produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. 3er0atat, (ndonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 1.1**.! + ton pada tahun 1... dengan nilai nominal sebesar '#4 1*+ juta. %ada tahun yang sama, (ndonesia mengimpor sayur-sayuran senilai '#4 !1 juta dan buah-buahan senilai '#4 !+ juta (#iswono 5udohusodo, 1..1". 6erdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan menjadi tidak penting, akan tetapi harus di0ari solusi untuk mengurangi urban bias. %engembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternati2 solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor" ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan. Meskipun demikian, pengembangan kawasan agropolitan sebagai bagian dari pengembangan wilayah nasional tidak bisa terlepas dari 7en0ana 3ata 7uang 8ilayah 9asional (73789" yang merupakan matra spasial yang menjadi kesepakatan bersama. 73789 penting untuk dijadikan alat untuk mengarahkan pengembangan kawasan agropolitan sehingga pengembangan ruang nasional yang terpadu dan sistematis dapat dilaksanakan. #osialisasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan tentang hal ini mutlak diperlukan, sehingga mun0ul pemahaman bersama tentang pentingnya proses ini untuk mewujudkan pembangunan yang serasi, seimbang, dan terintegrasi.

II.

I++ue 2!# Per(!+!l!h!# Pe#*e(3!#*!# K!4!+!# Per2e+!!#.

1.

Menurut '' 9o. 1-: 1991 tentang %enataan 7uang disebutkan bahwa ;%enataan ruang berdasarkan 2ungsi kawasan dan aspek kegiatan meliputi &!4!+!# 'er2e+!!#, kawasan perkotaan, dan kawasan tertentu<. 6erdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya penegasan terhadap ;kedudukan< kawasan perdesaan yang berarti penegasan terhadap 2ungsi dan peran kawasan perdesaan. #elanjutnya, 2ungsi dan peran kawasan perdesaan ini seharusnya dijabarkan dalam ren0ana tata ruang wilayah yang akan menjadi a0uan pengembangan kawasan perdesaan.

1. dimana alat

#elama ini ukuran keberhasilan pembangunan hanya dilihat dari ter0iptanya laju pertumbuhan perekonomian yang tinggi yang dipergunakannya adalah dengan mendorong industrialisasi di kawasan-kawasan perkotaan. Kondisi ini bila ditinjau dari pemerataan pembangunan telah memun0ulkan kesenjangan antara kawasan perdesaan dan perkotaan karena sektor strategis yang didoroing dalam proses industrialisasi hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat (#onarno, 1..)".

).

#eiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di (ndonesia yang diperkirakan pada tahun 1.)+ akan bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlah saat ini atau menjadi -.. juta jiwa, telah memun0ulkan kerisauan akan terjadinya keadaan ;rawan pangan< di masa yang akan datang. #elain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi perkapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya dalam waktu )+ tahun yang akan datang (ndonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan yang lebih dari 1 kali lipat jumlah kebutuhan saat ini (#iswono 5udohusodo, 1..1".

-.

=emahnya

dukungan

makro

ekonomi

terhadap

pengembangan produk pertanian dapat menjadi hambatan dalam pengembangan kawasan agropolitan. %erlu adanya perlindungan yang serius terhadap kegiatan pertanian melalui stabilisasi harga produk pertanian pada le$el yang wajar. =emahnya dukungan kebijakan 2iskal dan moneter seperti bebas masuknya produk pertanian impor dengan harga murah dan mahalnya suku bunga kredit pertanian merupakan 2aktor-2aktor yang dapat menghambat pengembangan perdesaan. %ada akhirnya, kondisi ini menjadi disinsenti2 terhadap usaha pertanian. +. %ada tingkat mikro, masih rendahnya produkti2itas dan pemasaran, pertanian, kelembagaan yang tidak kondusi2, dan lingkungan permukiman yang masih rendah merupakan permasalahan-permasalahan yang seringkali menjadi hambatan dalam pengembangan perdesaan. !. tersebut Kondisi budaya petani lokal yang 0enderung subsisten perlu mendapatkan perhatian yang serius apabila ingin merubah budaya menjadi dan budaya agribisnis. 3anpa akan adanya sulit peningkatan meningkatkan pemahaman kemampuan petani,

produkti2itas pertanian untuk mendukung pengembangan agroindustri.

III.

K,#+e' Pe#*e(3!#*!# K!4!+!# A*r,',l$"!#

6erdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi, pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternati2 solusi untuk pengembangan wilayah (perdesaan". Kawasan agropolitan disini diartikan sebagai sistem 2ungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya membetuk K!4!+!# A*r,',l$"!#.

Disamping itu, Kawasan agropolitan ini juga di0irikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatankegiatan pembangunan pertanian (agribisnis" di wilayah sekitarnya (lihat gambar 1". Dalam pengembangannya, kawasan tersebut tidak bisa terlepas dari

pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional (73789" dan sistem pusat kegiatan pada tingkat %ropinsi (7378 %ropinsi" dan Kabupaten (7378 Kabupaten". Hal ini disebabkan, ren0ana tata ruang wilayah merupakan kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. 3erkait dengan 7en0ana 3ata 7uang 9asional (73789", maka pengembangan kawasan agropolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan demikian tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan. Disamping itu, pentingnya pengembangan kawasan agropolitan di (ndonesia diindikasikan oleh ketersediaan lahan pertanian dan tenaga kerja yang murah, telah terbentuknya kemampuan (skills" dan pengetahuan (knowledge" di sebagian besar petani, jaringan ( network" terhadap sektor hulu dan hilir yang sudah terjadi, dan kesiapan pranata (institusi". Kondisi ini menjadikan suatu keuntungan kompetiti2 (competitive advantage" (ndonesia dibandingkan dengan negara lain karena kondisi ini sangat sulit untuk ditiru ( coping" (%orter, 199 ". =ebih jauh lagi, mengingat pengembangan kawasan agropolitan ini menggunakan potensi lokal, maka konsep ini sangat mendukung perlindungan dan pengembangan budaya sosial lo0al (local social culture". Keterangan> %enghasil 6ahan 6aku %engumpul 6ahan 6aku #entra %roduksi Kota Ke0il:%usat 7egional Kota #edang:6esar (outlet" /alan ? Dukungan #apras 6atas Kws =indung, budidaya, dll 6atas Kws &gropolitan G!(3!r 1 K,#+e'+$ Pe#*e(3!#*!# K!4!+!# A*r,',l$"!#

PASAR/GLOBAL
7

#e0ara lebih luas, pengembangan kawasan agropolitan diharapkan dapat mendukung terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal, dan manusia. Melalui dukungan sistem in2rastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan agropolitan dan pasar dapat dilaksanakan. Dengan demikian, perkembangan kota yang serasi, seimbang, dan terintegrasi dapat terwujud (lihat gambar 1". G!(3!r K,#+e' Pe#*e(3!#*!# K!4!+!# A*r,',l$"!# 2!l!( K,#"e&+ Re#c!#! T!"! Ru!#* W$l! !h N!+$,#!l (RTRWN)
Jalan Nasional Jalan Nasional

Jalan Propinsi

Jalan Propinsi

Jalan Propinsi

Jalan Kabupaten

Jalan Kabupaten

Jalan Kabupaten

Jalan Lokal

Jalan Lokal

Jalan Lokal

Keterangan >
: %usat Kegiatan 9asional (%K9" > %usat Kegiatan 8ilayah (%K8" : %usat Kegiatan =okal(%K=" > Desa #entra %roduksi pertanian > Kawasan &gropolitan

Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan se0ara terintegrasi, perlu disusun Master %lan %engembangan Kawasan &gropolitan yang akan menjadi a0uan penyusunan program pengembangan. &dapun muatan yang terkandung didalamnya adalah > 1. Pe#e"!'!# 'u+!" !*r,',l$"!# !#* 3er5u#*+$ +e3!*!$ (Douglas, 19 !" : a. %usat perdagangan dan transportasi pertanian ( agricultural trade/ transport center". b. %enyedia jasa pendukung pertanian (agricultural support services". 0. %asar konsumen produk non-pertanian (non agricultural consumers market". d. %usat industri pertanian (agro-based industry". e. %enyedia pekerjaan non pertanian (non-agricultural employment ". 2. %usat agropolitan dan hinterlannya terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten (7378 %ropinsi: Kabupaten". 1. Pe#e"!'!# u#$"6u#$" &!4!+! 'e#*e(3!#*!# (Douglas, 19 !" : a. %usat produksi pertanian (agricultural production". b. (ntensi2ikasi pertanian (agricultural intensification". 0. %usat pendapatan perdesaan dan permintaan untuk barang-barang dan jasa non pertanian (rural income and demand for non-agricultural goods and services". d. %roduksi tanaman siap jual dan di$ersi2ikasi pertanian ( cash crop production and agricultural diversification". /. Pe#e"!'!# +e&",r u#**ul!#: a. Merupakan sektor unggulan yang sudah berkembang dan didukung oleh sektor hilirnya. b. Kegiatan agribisnis yang banyak melibatkan pelaku dan masyarakat yang paling besar (sesuai dengan keari2an lokal". 0. Mempunyai skala ekonomi yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan orientasi ekspor. !#* 3er5u#*+$ +e3!*!$

7. Du&u#*!# +$+"e( $#5r!+"ru&"ur Dukungan in2rastruktur yang membentuk struktur ruang yang mendukung pengembangan kawasan agropolitan diantaranya > jaringan jalan, irigasi, sumber-sumber air, dan jaringan utilitas (listrik dan telekomunikasi". 8. Du&u#*!# +$+"e( &ele(3!*!!#. a. Dukungan kelembagaan pengelola pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan bagian dari %emerintah Daerah dengan 2asilitasi %emerintah %usat. b. %engembangan sistem kelembagaan insenti2 dan disinsenti2 pengembangan kawasan agropolitan. Melalui keterkaitan tersebut, pusat agropolitan dan kawasan produksi pertanian berinteraksi satu sama lain se0ara menguntungkan. Dengan adanya pola interaksi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ( value added" produksi kawasan agropolitan sehingga pembangunan perdesaan dapat dipa0u dan migrasi desa-kota yang terjadi dapat dikendalikan.

I9. A*r,',l$"!#.

Ke3$%!&!# 2!# S"r!"e*$ Pe#*e(3!#*!#

1. Ke3$%!&!# Pe#*e(3!#*!# a. Kebijakan pengembangan kawasan agropolitan berorientasi pada kekuatan pasar (market driven", melalui pemberdayaan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya pengembangan usaha budidaya ( on-farm" tetapi juga meliputi pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian" dan agribisnis hilir (processing dan pemasaran" dan jasa-jasa pendukungnya. b. Memberikan kemudahan melalui penyediaan prasarana dan sarana yang dapat mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya ( on-farm", subsistem agribisnis hulu, hilir, dan jasa penunjang.

10

0. &gar terjadi sinergi daya pengembangan tenaga kerja, komoditi yang akan dikembangkan hendaknya yang bersi2at export base bukan row base, dengan demikian hendaknya konsep pengembangan kawasan agropolitan men0akup agrobisnis, agropro0essing dan agroindustri. d. Diarahkan pada consumer oriented melalui sistem keterkaitan desa dan kota (urban-rural linkage). -. S"r!"e*$ Pe#*e(3!#*!# a. Pe# u+u#!# (!+"er 'l!# 'e#*e(3!#*!# &!4!+!# !*r,',l$"!# !#* !&!# (e#%!2$ !cu!# (!+$#*6(!+$#* 4$l! !h: 'r,'$#+$. %enyusunan dilakukan oleh %emerintah Daerah dan masyarakat sehingga program yang disusun lebih akomodati2. Disusun dalam jangka panjang (1. tahun", jangka menengah (+ tahun" dan jangka pendek (1-) tahun" yang bersi2at rintisan dan dan stimultans. Dalam progran jangka pendek setidaknya terdapat out line plan, metriks kegiatan lintas sektor, penanggung jawab kegiatan dan ren0ana pembiayaan. b. Pe#e"!'!# L,&!+$ A*r,',l$"!#; kegiatannya dimulai dari usulan penetapan Kabupaten oleh %emerintah %ropinsi, untuk selanjutnya oleh %emerintah Kabupaten mengusulkan kawasan agropolitan dengan terlebih dahulu melakukan (denti2ikasi %otensi dan Masalah untuk mengetahui kondisi dan potensi lokasi (komoditas unggulan", antara lain> %otensi #D&, #DM, Kelembagaan, (klim 'saha, kondisi %#D, dan sebagainya, serta terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten. c. S,+$!l$+!+$ Pr,*r!( A*r,',l$"!#; dilakukan kepada seluruh stakeholder yang terkait dengan pengembangan program agropolitan baik di %usat maupun di Daerah, sehingga pengembangan program agropolitan dapat lebih terpadu dan terintegrasi.

9.

Pr,*r!( Pe#*e(3!#*!# K!4!+!# A*r,',l$"!#

!. Pe# $!'!# M!+"er Pl!# K!4!+!# A*r,',l$"!# termasuk didalamnya ren0ana-ren0ana prasarana dan sarana. 3. Du&u&u#*!# 'r!+!r!#! 2!# +!r!#! K$('r!+4$l (PSK) , dengan tahapan > 11

%ada tahun 1 (pertama" dukungan %#K diarahkan pada kawasankawasan sentra produksi, terutama pemenuhan kebutuhan air baku, jalan usaha tani, dan pergudangan.

%ada tahun ke 1 (kedua" dukungan %#K diprioritaskan untuk meningkatkan nilai tambah dan pemasaran termasuk sarana untuk menjaga kualitas serta pemasaran ke luar kawasan agropolitan.

%ada tahun ke ) (ketiga" dukungan %#K diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman.

c. Pe#2!('$#*!# Pel!&+!#!!# Pr,*r!(; dalam pelaksanaan program agropolitan, masyarakat harus ditempatkan sebagai pelaku utama sedangkan pemerintah berperan memberikan 2asilitasi dan pendampingan sehingga mendapatkan keberhasilan yang lebih optimal. d. Pe(3$! !!# Pr,*r!( A*r,',l$"!#; pada prinsipnya pembiayaan program agropolitan dilakukan oleh masyarakat, baik petani, pelaku penyedia agroinput, pelaku pengolah hasil, pelaku pemasaran dan pelaku penyedia jasa. @asilitasi pemerintah melalui dana stimultans untuk mendorong %emda dan masyarakat diarahkan untuk membiayai prasarana dan sarana yang bersi2at publik dan strategis.

9I.

Du&u#*!# De'!r"e(e# Per(u&$(!# 2!# Pr!+!r!#! W$l! !h

&. T!hu# A#**!r!# -..1. 6antuan teknik %enyusunan 7en0ana 3eknis dan DAD * kawasan di * %ropinsi sebagai a0uan pengembangan kawasan agropolitan. 1. %enyediaan dana stimulan untuk pengembangan prasarana dan sarana yang dapat memper0epat pertumbuhan ekonomi di kawasan agropolitan. ). %enyelenggaraan sosialisasi program-program pengembangan kawasan agropolitan mulai dari tingkat kawasan dan tingkat kabupaten (* %ropinsi 7intisan", dan sosialisasi program pengembangan kawasan agropolitan di 3ingkat 9asional (19 %ropinsi" bekerjasama dengan Departemen %ertanian.

12

-. 6antuan teknik (denti2ikasi dan %enyusunan %rogram %engembangan Kawasan &gropolitan di 19 %ropinsi, sebagai a0uan di dalam pengembangan program pengembangan agropolitan 3ahun &nggaran 1..). 6. T!hu# A#**!r!# -../ 1. %enyiapan %edoman %enyusunan Master %lan %engembangan Kawasan &gropolitan. Mengingat pelaksanaannya penyusunan Master %lan akan dilaksanakan oleh %emerintah Daerah, untuk mem2asilitasi kegiatan tersebut diperlukan adanya satu pedoman. 1. #esuai dengan kesepakatan antara Departemen %ertanian dengan Dep. Kimpraswil, maka dihimbau untuk dapat mengembangkan %rogram %engembangan Kawasan &gropolitan minimal 1 kawasan di setiap %ropinsi. ). %enyiapan dukungan sarana dan prasarana wilayah untuk kawasan agropolitan.

9II.

Pel!%!r!#

(Lesson

Learned) Pe#*e(3!#*!# K!4!+!#

A*r,',l$"!# P!ce") C$!#%ur


Dalam tahun anggaran 1..1, berdasarkan Kriteria =okasi Kawasan &gropolitan yang ditetapkan dalam %edoman 'mum %engembangan Kawasan &gropolitan dan Hasil Kaji 3indak (denti2ikasi %otensi dan Masalah, maka Departemen %ertanian dan Departemen %ermukiman dan %rasarana 8ilayah bersama instansi terkait lainnya di tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten, menetapkan salah satu kawasan agropolitan yang dikembangkan yaitu kawasan agropolitan %a0et, Bianjur. 6erdasarkan pengembangan kawasan agropolitan ini, terdapat beberapa hal yang 0ukup menarik untuk di0ermati dan menjadi tantangan untuk pengembangan kawasan agropolitan berikutnya, yaitu>

13

1. 6erkembangnya proses pen0aloan: ijon, telah mengakibatkan produk pertanian dikuasai oleh pengijon dan dijual langsung ke pasar yang lebih luas tanpa melalui pusat kawasan agropolitan. 6ila praktek ini terus terjadi, maka proses pengembangan kawasan agropolitan sebagai satu kesatuan kawasan antara pusat agropolitan dan pusat produksi akan sulit diwujudkan dan nilai tambah yang diharapkan tidak akan terjadi di kawasan. 1. 3ingkat produkti2itas petani yang 0enderung subsisten dan sulit untuk meningkatkan produkti2itasnya akan sangat berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri yang membutuhkan dukungan sediaan produk pertanian dalam jumlah besar dan konstan. %erlu adanya pelatihan yang terus menerus sehingga budaya yang bersi2at subsisten tersebut dapat dirubah. ). Meskipun ruas-ruas jalan yang ada di kawasan agropolitan %a0et-Bianjur telah mampu menghubungkan antar desa-desa di kawasan agropolitan maupun ke pusat kawasan agropolitan di Bipanas, akan tetapi kondisinya masih banyak yang rusak terutama pada jalan poros desa dan jalan antar desa (lihat gambar -". -. @asilitas ekonomi seperti pasar setempat, pasar kaget, dan pasar induk harian (di Bipanas" belum memadai dan men0ukupi untuk kebutuhan pemasaran hasil panen (lihat gambar +". +. Dibutuhkan penjadwalan waktu dan kelembagaan yang terintegrasi. 6aik jadwal pemrograman, DAD, penyiapan masyarakat, implementasi 2isik lapangan, dan kelembagaan wewenang dan penanggung jawab mulai dari institusi pusat sampai dengan desa serta men0akup stakeholder yang terkait baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

14

Gambar 4 Jalan Poros Desa yang rusak berat

Gambar 5 Fasilitas pasar yang masih terbatas

9III. Pe#u"u'
%embangunan kawasan perdesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal yang mutlak dibutuhkan. Hal ini didasari bukan hanya karena terdapatnya ketimpangan antara kawasan perdesaan dengan perkotaan akan tetapi juga mengingat tingginya potensi di kawasan perdesaan yang sangat potensial untuk diman2aatkan sebagai alat untuk mendorong pembangunan. %engembangan kawasan agropolitan menjadi sangat penting dalam kontek pengembangan wilayah mengingat > 1. Kawasan dan sektor yang dikembangkan sesuai dengan keunikan lokal. 1. %engembangan kawasan agropolitan dapat meningkatkan pemerataan mengingat sektor yang dipilih merupakan basis akti2itas masyarakat. ). Keberlanjutan dari pengembangan kawasan dan sektor menjadi lebih pasti mengingat sektor yang dipilih mempunyai keunggulan kompetiti2 dan komparati2 dibandingkan dengan sektor lainnya.

15

Hal yang perlu digaris bawahi adalah pengembangan kawasan agropolitan tidak bisa terlepas dari 7en0ana 3ata 7uang 8ilayah 9asional (73789" sebagai matra spasial nasional yang disepakati bersama. 6erdasarkan hal tersebut, pengembangan kawasan agropolitan tetap harus menga0u kepada pengembangan kawasan andalan: terkait dengan pengembangan kawasan andalan. Dengan adanya sinkronisasi tersebut, pembangunan nasional yang serasi, seimbang dan terpadu dapat diwujudkan.

Keteran gan: Peng Re5ere#+$ 1. Douglas, Mi0hael, Re*$,#!l Ne"4,r&+ De<el,'(e#", '9HB#-6appenas, 19 ! 1. Departemen %ermukiman dan %rasarana 8ilayah, Pr,5$l K!4!+!# DPP 2!# A*r,',l$"!#, 1..1. ). Direktorat /enderal %erkotaan dan %erdesaan, B!#"u!# "e&#$& Pe# u+u#!# Re#c!#! Te&#$+ 2!# DED = &!4!+!# 2$ = Pr,'$#+$ , 1..1 -. %orter, Mi0hael, The C,('e"$"$<e A2<!#"!*e ,5 N!"$,#+, Bambridge, 199 . +. #oenarno, Pe#*e(3!#*!# K!4!+!# A*r,',l$"!# D!l!( R!#*&! Pe#*e(3!#*!# W$l! !h, 1..). !. UU NO -7 T!hu# 1>>- "e#"!#* Pe#!"!!# Ru!#* N!+$,#!l , 6adan Koordinasi 3ata 7uang 9asional (6K379", 1991. *. 5udhohusodo, #iswono, L!',r!# H$('u#!# Keru&u#!# T!#$ I#2,#e+$! , 1..1.

16

Anda mungkin juga menyukai