QUIS II
Masalah Pembangunan wilayah dan Kota
Rini Ratna Widya Nirmala
3609100058
2. Arahan Penyusunan Rencana Kerja Sama Pemerintah a. RPJMD Berdasarkan UU No 25 Tahun 2004 tentang SPPN, RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana
c. Renstra SKPD Renstra SKPD yang merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Renstra-SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah Isi dari Renstra SKPD adalah sebagai berikut : 1. Visi-Misi 2. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan 3. Program-program 4. Kegiatan Indikatif d. Renja SKPD Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD ) dapat pula di kenal sebagai Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut, adalah dokumen perencanaan
(a) lokasi kegiatan berada dalam Kelurahan, Lokasi usulan program harus dapat dipastikan berada dalam batas administrasi kelurahan. (b) biaya penyelenggaraan mampu ditanggung Kelurahan dan
Catatan: Apabila pemerintah kabupaten/kota telah membentuk Dinas Tata Bangunan, maka urusan perpetakan dan IMB diserahkan penanganannya kepada Dinas Tata Bangunan.
Instansi Pelaksana Penertiban Pemanfaatan Ruang Kegiatan penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Tindakan penertiban ini dilakukan melalui pemeriksaan dan penyidikan atas semua pelanggaran yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, kegiatan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Selain PPNS, ada beberapa Instansi/lembaga yang dapat melaksanakan penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yaitu:
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD); Instansi penerbit izin; Instansi/lembaga lain yang bertugas dalam penertiban.
Adapun instansi atau lembaga yang bertugas dalam menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran adalah lembaga peradilan yang membentuk berdasarkan peraturan
b. Indikator output adalah indikator yang lebih bersifat fisik. Dalam pengendalian tata ruang, indikator output adalah sebagai berikut : Tersedianya dokumen monitoring evaluasi pelanggaran Jumlah penyerapan dana yang dianggarkan dan sanksi terhadap setiap
Indikator outcome adalah indikator kinerja yang lebih bersifak kualitas. Dalam pengendalian tata ruang, indikator outcome adalah Meningkatnya kinerja lembaga penataan ruang terhadap pengendalian pemanfaatan ruang. c. Pada pasal 35 UU 26 tahun 2007 berbunyi : Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang yang telah tercantum diatas adalah telah tepat adanya dan merupakan instrumen pengandalian implementasi yang kompeten. Yang menyebabkan kerap kali terjadinya penyimpangan adalah pada penerapan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang. Masih banyaknya ketidakjujuran dan tidak adanya transparansi dalam proses perijinan pembangunan. 8. Pengendalian Tanah Untuk Kepentingan Umum a. Berdasarkan Perpers RI No 65 Tahun 2006, Jenis Kegiatan Pembangunan untuk kepentingan Umum meliputi : jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi; waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya; pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal; fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana; tempat pembuangan sampah; cagar alam dan cagar budaya; pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik
Gambar Skema tugas panitia pengadaan lahan Sumber: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006