Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

QUIS II
Masalah Pembangunan wilayah dan Kota
Rini Ratna Widya Nirmala
3609100058

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


1. Arahdan Kebijaksanaan Umum Kota a. Proses Penyusunan Arah dan Kebijaksanaan Umum Berdasarkan Keputusan Mendagri Nomor 29 Tahun 2002 pada Pasal 17, dalam penyusunan Arah dan Kebujaksanaan Umum akan bekerja sama antara pemerintah daerah dengan DPRD. Penyusunannya diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat, berpedoman pada Rencana Strategis Daerah dan/atau dokumen perencanaan daerah lainnya yang ditetapkan Daerah, serta pokok pokok kebijakan nasional di bidang keuangan daerah oleh Menteri Dalam Negeri. Arah dan Kebijakasanaan Umum juga disusun dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah juga meninjau dari kinerja pelayanan yang telah dicapai pada tahun anggaran sebelumnya. Arah dan Kebijakan Umum di tetapkan oleh Kepala Daerah. b. Posisi RTR dalam Proses Perencanaan AKU Kedudukan RTR dalam Penyusunan Arah dan Kebijaksanaan Umum adalah sebagai pedoman. Rencana tata ruang yang dimaksud disini adalah Rencana strategis daerah maupun dokumen rencana lainnya yang ditetapkan oleh daerah. Pada renstrada merupakan suatu rencana strategik dan bertahap dari Pemerintah daerah dan pedoman bagi pembangunan setiap tahunnya. Secara umum kebijakan umum APBD ini memuat arah kebijakan, sasaran dan komitmen dari Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan secara luas dan APBD secara lebih khusus. Oleh sebab itu, Pentingnya Arah dan Kebijaksanaan Umum berpedoman pada RTR dikarenakan pentingnya mensinkronasikan rencana pembangunan dengan rencana pembiayaan demi terrealisaskan rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh daerah. c. Menurut saya, Rencana Tata ruang mampu memberikan warna pada substansi Arah dan Kebijaksanaan Umum. Sumbangsih dari RTR terhadap konten Arah dan Kebijaksanaan Umum adalah pada poin visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan pada renstra. Tanpa Berpedoman pada RTR, Arah dan Kebijaksanaan Umum APBD akan tidak selaras dengan rencana pembangunan yang telah ditetapkan sehingga berbuntuk pada pembiayaan pembangunan yang kurang efektif dan efisien.

2. Arahan Penyusunan Rencana Kerja Sama Pemerintah a. RPJMD Berdasarkan UU No 25 Tahun 2004 tentang SPPN, RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJMD Kota memiliki jangka waktu 5 (lima) tahun. RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Isi dari RPJMD adalah Sebagai berikut : 1) Strategi Pemb. Daerah 2) Kebijakan Umum 3) Arah Kebijakan Keuangan Daerah 4) Program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan, lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam: a. Kerangka Regulasi b. Kerangka Anggaran Berikut diagram penyusunan RPJMD dibagi ke dalam beberapa tahap, yakni : 1. Tahap Pertama : Penyiapan Rancangan Awal RPJM-Daerah 2. Tahap Kedua : Penyiapan Rancangan Renstra SKPD 3. Tahap Ketiga : Penyusunan Rancangan RPJM-Daerah 4. Tahap Keempat : Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Menengah 5. Tahap Kelima : Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Daerah 6. Tahap Keenam : Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJM-Daerah

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


b. RKPD Kota Masih berlandaskan pada UU No 25 Tahun 2004, RKPD merupakan Dokumen perencanaan untuk periode 1 tahun. RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Secara sistematis, isi RKPD adalah sebagai berikut : 1) Prioritas Pembangunan Daerah 2) Rancangan Kerangka Ekonomi Makro Daerah 3) Arah Kebijakan Keuangan Daerah 4) Program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan, dan lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam: a. Kerangka Regulasi b. Kerangka Anggaran Tahapan penyusunan RKPD ditunjukan pada skema disamping ini:

c. Renstra SKPD Renstra SKPD yang merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Renstra-SKPD ditetapkan dengan peraturan pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah Isi dari Renstra SKPD adalah sebagai berikut : 1. Visi-Misi 2. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan 3. Program-program 4. Kegiatan Indikatif d. Renja SKPD Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD ) dapat pula di kenal sebagai Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut, adalah dokumen perencanaan

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 Kota (satu) tahun. Renja-SKPD disusun dengan erpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKP, memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Isi dari Renja-SKPD adalah : Isi: 1. Kebijakan SKPD 2. Program dan Kegiatan Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah Mendorong Partisipasi Masyarakat 6. Musrenbang a. Kegiatan Musrenbang merupakan kegiatan yang cukup representatif dalam menggali aspirasi masyarakat hingga pada skala terkecil. Pada pelaksanaan musrenbang dapat dikumpulkan seluruh aspirasi masyarakat terkait pembangunan kedepannya. Usulan pembangunan dari masyarakat akan menjadi literatur khusus bagi pemerintah dalam menetapkan kegiatan-kegiatan pembangunan apasajakah yang akan dibiayai pada tahun tersebut. b. Susahnya merealisasikan usulan program pembangunan tingkat kelurahan dikarenakan beberapa hal yakni sebagai berikut : Adanya batasan kemampuan dari pemerintah, dalam membiayai pembangunan dalam setiap tahunnya. Sehingga seluruh usulan yang masuk perlu di pilih dan dirioritaskan untuk direalisasikan. Realisasi usulan program pembangunan juga harus mengacu pada dokumen perencanaan yang telah ditetapkan. Sebisa mungkin yang dikabulkan usulannya adalah, usulan yang sesuai dengan fokusan rencana pembangunan pada tahun itu. Masih kurangnya informasi terkait dokumen perencanaan yang dapat diakses oleh masyarakat, sehingga terkadang usulan programmnya kurang sinergis dengan rencana pembangunan yang telah ditetapkan. Pemilihan usulan program pembangunan yang akan terealisasikan adalah usulan yang memenuhi 3 kriteria yakni : (a) lokasi kegiatan berada dalam Kelurahan, (b) biaya penyelenggaraan mampu ditanggung Kelurahan dan (c) secara teknis Kelurahan mampu melaksanakan kegiatan tersebut. c. Dalam menyeleksi usulan program pembangunan, terdapat 3 kriteria seleksi yaitu:

(a) lokasi kegiatan berada dalam Kelurahan, Lokasi usulan program harus dapat dipastikan berada dalam batas administrasi kelurahan. (b) biaya penyelenggaraan mampu ditanggung Kelurahan dan

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


Dalam kriteria ini, diharapkan seluruh biaya pembangunan tidak Kota dibenbankan pada pemerintah daerah maupun pusat, akan tetapi pihak kelurahan juga turut mengupayakan pembiayaan penyelenggaraannya. (c) secara teknis Kelurahan mampu melaksanakan kegiatan tersebut. Yang dimaksud dalam kriteria ini adalah setelah pembiayaan pembangunan itu disetujui, pihak kelurahan harus memiliki kompetensi untuk merealisasikannya, agar dana tidak mubasir. Oleh karena itu, kemampuan pihak kelurahan untuk dapat merealisasikan pembangunan juga diperhitungkan dalam menyeleksi usulan program pembangunan.
d. Distorsi antara hasil seleksi usulan program dengan RTRW ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yakni : a) Terbatasnya kapasitas SDM di tingkat desa untuk memfasilitasi Musrenbang desa. Seringkali, aparat desa Pertama mempersiapkan agenda, target, serta penyiapan materi Musrenbangdes secara matang. Ada juga yang menjadikan proses Musrenbangdes sebagai forum sosialisasi usulan desa oleh aparat desa b) Terbatasnya kapasitas SDM masyarakat dalam merumuskan program/kegiatan prioritas dan melakukan penyesuaian usulan kegiatannya dengan dokumen perencanaan yang ada. c) informasi pelaksanaan Musrenbangdes tidak disosialisasikan secara luas. d) masih berlakunya tradisi pelaksanaan Musrenbangdes yang formalistik. Aparat yang bertugas sebagai panitia pelaksana Musrenbangdes, hanya meneruskan tradisiyang ada. Yang terpenting bagi mereka adalah adanya dokumen hasil Musrenbangdes. 7. Mekanisme Pengendalian Rencana Tata Ruang a. Instansi yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang : Instansi Pelaksana Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengendalian pemanfaatan ruang di daerah harus dilakukan secara terpadu. Oleh sebab itu, dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang harus dilakukan oleh berbagai lembaga/instansi yang berwenang sesuai dengan otorisasinya. Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang sebaiknya dilakukan berdasarkan pada skala perencanaan yang menjadi pedoman proses perijinan pemanfaatan ruang. Adapun skala perencanaan yang menjadi pedoman perijinan pemanfaatan ruang adalah: a. Rencana Struktur dan Pola Ruang b. Rencana Blok Peruntukan c. Rencana Tapak Kawasan d. Rencana Perpetakan Masing-masing skala perencanaan memberi pedoman perijinan pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh masing-masing instansi yang berwenang. Untuk skala perencanaan yang bersifat global dan memuat kebijakan, maka instansi yang

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


berwenang adalah Bappeda, sedangkan skala Kota perencanaan yang bersifat mikro dan memuat hal yang bersifat teknis, maka instansi yang berwenang adalah Dinas Teknis yang mengurusi tata ruang. Tabel 2 Pengaturan Pembagian Tugas Pengendalian Antar Instansi Di Kabupaten/Kota Skala Perencanaan Pola & Ruang Ijin yang dikeluarkan Instansi Struktur Ijin Prinsip/fatwa tata Bappeda ruang Dinas Tata Ruang Ijin Site Plan/Rencana Rencana Blok dengan persetujuan Tapak Bappeda Dinas Tata Bangunan Ijin Mendirikan(jika dinas ini belum Rencana Perpetakan Bangunan ada, diserahkan pada Dinas Tata Ruang Instansi Pelaksana Pengawasan Dan Penertiban Pemanfaatan Ruang Instansi Pelaksana Pengawasan Pemanfaatan Ruang Kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dengan rencana tata ruang. Kegiatan pengawasan dimaksud untuk mengikuti dan mendata perkembangan pelaksanaan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh semua pihak sehingga apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan pemanfaatan ruang dari rencana yang telah ditetapkan dapat diketahui dan dilakukan upaya penyelesaiannya.

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


Kota

Catatan: Apabila pemerintah kabupaten/kota telah membentuk Dinas Tata Bangunan, maka urusan perpetakan dan IMB diserahkan penanganannya kepada Dinas Tata Bangunan.
Instansi Pelaksana Penertiban Pemanfaatan Ruang Kegiatan penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Tindakan penertiban ini dilakukan melalui pemeriksaan dan penyidikan atas semua pelanggaran yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, kegiatan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Selain PPNS, ada beberapa Instansi/lembaga yang dapat melaksanakan penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yaitu:

Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD); Instansi penerbit izin; Instansi/lembaga lain yang bertugas dalam penertiban.

Adapun instansi atau lembaga yang bertugas dalam menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran adalah lembaga peradilan yang membentuk berdasarkan peraturan

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


perundangan yang berlaku. Selanjutnya, guna mengefektifkan daya penertiban, Kota Bupati/Walikota membentuk Tim Khusus yang bertugas menangani pembongkaran bangunan-bangunan yang melanggar tata ruang. Tim ini terdiri dari unsur Bappeda, Bawasda, Penyidik PNS, kejaksaan, dinas teknis terkait, camat, dan sebagainya.

b. Indikator output adalah indikator yang lebih bersifat fisik. Dalam pengendalian tata ruang, indikator output adalah sebagai berikut : Tersedianya dokumen monitoring evaluasi pelanggaran Jumlah penyerapan dana yang dianggarkan dan sanksi terhadap setiap

Indikator outcome adalah indikator kinerja yang lebih bersifak kualitas. Dalam pengendalian tata ruang, indikator outcome adalah Meningkatnya kinerja lembaga penataan ruang terhadap pengendalian pemanfaatan ruang. c. Pada pasal 35 UU 26 tahun 2007 berbunyi : Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang yang telah tercantum diatas adalah telah tepat adanya dan merupakan instrumen pengandalian implementasi yang kompeten. Yang menyebabkan kerap kali terjadinya penyimpangan adalah pada penerapan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang. Masih banyaknya ketidakjujuran dan tidak adanya transparansi dalam proses perijinan pembangunan. 8. Pengendalian Tanah Untuk Kepentingan Umum a. Berdasarkan Perpers RI No 65 Tahun 2006, Jenis Kegiatan Pembangunan untuk kepentingan Umum meliputi : jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi; waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan lainnya; pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal; fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana; tempat pembuangan sampah; cagar alam dan cagar budaya; pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Program Studi Perencanaan Wilayah dan


b. Kebijakan yang menaungi permasalah ini adalah Peraturan Presiden Republik Kota Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 yang merubah peraturan serupa sebelemunya, yakni Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 berisi tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Proses penyerahan hak atas tanah dapat dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan. C. Kegiatan pengadaan lahan ini dikukan oleh panitia pengadaan lahan yang dibentuk oleh Bupati/Walikota. Tugas panitia pengadaan lahan adalah mengawal proses pembebasan lahan seperti tampak gambar dibawah ini.
Mengadakan inventarisasi atas tanah Meneliti status hukum tanah Menetapkan Besar Ganti Rugi Melakukan pendekatan dengan masyarakat
Mengadakan Musyawarah penetapan besar ganti rugi penetapan

Membuat berita acara penyerahan hak atas tanah

Menyaksikan serah terima ganti rugi

Gambar Skema tugas panitia pengadaan lahan Sumber: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006

Quiz I Masalah Pengembangan Wilayah dan Kota

Anda mungkin juga menyukai