Anda di halaman 1dari 17

1 | P a g e

LAPORAN SKIL LAB KONSERVASI GIGI





Blok Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan
Genap 2013-2014










Oleh:
Syamsul Bachri (121610101063)








FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2013-1014


2 | P a g e

PEMBAHASAN KARTU STATUS PASIEN KLINIK KONSERVASI GIGI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Rasolofomanana
Pekerjaan : Mahasiswa Unej
Alamat : Jalan Kalimantan 18 - V, Jember
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 Tahun
Telp. : 083820473248

Pembahasan :
Sebelum melakukan pemeriksaan data identitas pasien kita harus terlebih
dahulu mendaftarkan pasien ke bagian reka medik. Hal tersebut sangat
penting untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lain serta penting
untuk mencatat riwayat kasus atau perawatan pasien untuk kepentingan
kedepannya.
Setelah mendaftarkan pasien ke bagian reka medik, dapat dilakuka
pemeriksaan pada pasien dimulai dengan identitas pasien lalu pemeriksaan
subjektif dengan melakukan anamnesa pada pasien. Data identitas pasien ini
sangat penting, karena data tersebut sering berkaitan dengan masalah klinik
maupun gangguan sistem atau organ tertentu. Misalnya penyakit tertentu,
berkaitan dengan umur, jenis pekerjaan, jenis kelamin dan suku bangsa
tertentu. Dari data identitas pasien, kita juga mendapatkan kesan mengenai
keadaan sosial ekonomi, budaya dan lingkungan. Dengan informasi tersebut,
kita dapat merencanakan pengelolaan pasien, baik untuk diagnostik maupun
pengobatan yang lebih cepat, optimal dan sesuai dengan kondisi pasien
secara menyeluruh. Dari hasil wawancara didapatkan data seperti diatas.





3 | P a g e


II. RIWAYAT KASUS
Riwayat kasus pasien didapatkan dari hasil anamnesa operator dengan
pasien. Anamnesa merupakan percakapan antara operator dengan pasien yang
nantinya digunakan untuk menegakkan sebuah diagnosa. Saat anamnesa,
operator membuat keadaan dimana pasien bisa menyampaikan keluhan serta
kronologi penyakit yang diderita. Yang harus diperiksa saat anamnesa
meliputi:
1. Keluhan Penderita
Keluhan utama merupakan alasan yang membuat pasien datang ke dokter
gigi atau masalah utama yang ingin di konsultasikan dengan dokter gigi. Pada
keluhan utama juga ditanyakan kronologi tentang penyakit pasien seperti
sejak kapan mulai timbul rasa sakit, dimana, kenapa, dsb. Keluhan utama
pasien yang didapatkan dari hasil anamnesa sebagai berikut Pasien merasa
malu karena gigi depannya yang banyak yang berlubang. Pasien ingin
menambalkan gigi depan kiri bawah yang berlubang sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien juga mengeluh sakit saat minum atau makan yang panas dan dingin.
Pasien juga tidak perna merasa sakit secara tiba-tiba, keaadaan sekarang tidak
sakit.
.
2. Perawatan yang dilakukan pada gigi tersebut
Apakah ada Perawatan yang pernah dilakukan pada gigi tersebut, ini
penting sekali untuk diketahui oleh dokter gigi karena tidak menutup
kemungkinan pasien pernah mengalami kegagalan dalam perawatan. Hal
tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk perawatan pasien selanjutnya.
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pasien belum pernah melakukan
perawatan pada gigi tsb.

4 | P a g e

3. Keadaan Umum Penderita (Riwayat Medis)
Berdasarkan pemeriksaan keadaan umum (Anamnesa) yang telah
dilakukan pada penderita, diketahui pasien tidak dicurigai memiliki penyakit
sistemik yang sedang diderita, dan juga tidak pernah menderita penyakit
sistemik sebelumnya. Pemeriksaan kelainan sistemik ini penting karena
berhubungan dengan rencana perawatan serta prognosis pasien.
4. Alergi
Riwayat alergi ini penting sekali untuk diketahui oleh dokter gigi,
terutamanya pada pasien yang alergi terhadap obat obatan tertentu atau
bahan anastesi, karena terkadang dalam proses perawatan perlu dilakukan
prosedur anastesi terlebih dahulu.

III. GEJALA SUBYEKTIF (sebelum diperiksa)
Sakit
Dingin (+)
Panas (-)
Manis (+)
Asam (+)
Tajam (-)
Linu (+)
Cekot-cekot (-)
Berulang (-)
Kemeng (-)
Mengunyah/Tekanan (-)
Spontan (-)
Setempat (+)
Menjalar ke (-)
Pemeriksaan gejala subjektif yang dirasakan pasien ini sangat penting
dilakukan. Dari hasil pemeriksaan ini kita dapat memperkirakan tingkat
keparahan penyakit pasien. Pada pemeriksaan gejala subyektif ini pasien
mengeluhkan sakit saat terdapat rangsangan yang bersifat dingin, manis dan
5 | P a g e

asam. Kemudian jenis rasa sakit yang dirasakan oleh pasien yaitu linu ketika
terkena rangsangan. Pasien tidak merasakan nyeri saat mengunyah serta tidak
pernah mengalami rasa sakit spontan. Dari hasil tersebut dapat diperkirakan
bahwa pasien kemungkinan diagnosa pulpitis reversible.

IV. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
- Pembengkakan ekstraoral (-)
Pembengkakan kelenjar submandibula (-)
Pembengkakan kelenjar submental (-)
Pemeriksaan pembengkakan ekstraoral ini dilakukan dengan cara
visualisasi pada daerah wajah dan leher, dilihat dari depan dan diperhatikan
apakah terdapat pembengkakan (tonjolan) yang asimetris dengan bagian
sebelahnya. Sedangkan untuk pemeriksaan pembengkakan kelenjar submandibula
dan submental dapat dilakukan dengan cara palpasi. Posisi operator berada di
belakang pasien lalu pasien diintruksikan untuk sedikit menunduk sedangkan
tangan operator melakukan palpasi (meraba) di daerah sub mandibula dan sub
mental apakah apa pembengkakan. Jika ada pembengkakan akan terasa ada
benjolan lunak, dan bila ditekan biasanya pasien akan merasa sakit. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yang sudah menyebar
sampai kelenjar submandibula dan submental. Pada hasil pemeriksaan tidak
ditemukan adanya pembengkakan pada pasien.

- Pembengkakan intraoral (-)
Pemeriksaan pembengkakan intraooral, dilakukan dengan cara visualisasi
dengan bantuan istrumen kaca mulut, sehingga memudahkan operator untuk
mengamati keadaan rongga mulut pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan pada
pasien ini, tidak ditemukan adanya pembengkakan intraoral.





6 | P a g e

- Fistula (-)
Fistula erupakan jalan keluar dari pus (nanah) yang gambaran klinisnya
berupa bercak putih berbatas tegas, untuk pemeriksaannya dapat dilakukan
dengan cara visualisasi secara langsung pada gingiva gigi yang berlubang atau
pada gingiva gigi yang telah direstorasi. Adanya fistula, memberikan informasi
bahwa terdapat suatu abses pada jaringan periapikal dari gigi tersebut. Setelah
dilakukan pemeriksaan pada pasien ini, tidak ditemukan suatu fistula.

- Gigi Karies (+)
Superficialis (-)
Media (+)
Trauma/Abrasi/Fraktur (-)
Profunda (-)
Pemeriksaan gigi karies dilakukan secara visual maupun dengan bantuan
alat. Pertama tama dilakukan pengamatan secara visual untuk melihat
kedalaman karies lalu untuk mengukur kedalamannya dilakukan dengan
menggunakan alat probe WHO, dari hasil pengamatan diketahui kedalaman karies
pasien adalah mendekati 3 mm. Jarak normal rata-rata antara insisal sampai
tanduk pulpa untuk ras deutro melayu adalah 4,5 mm. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa karies yang dialami pasien merupakan karies media.

- Perforasi (0)
Karena karies (0)
Karena alat kedokteran gigi (0)
Karena trauma (0)
Pemeriksaan ini dilakukan apabila karies yang dialami pasien sudah
profunda. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah karies tersebut
sudah mencapai pulpa atau tidak. Pada percobaan tidak dilakukan pemeriksaan
karena karies yang dialami pasien masih media.



7 | P a g e

- Tes Tekanan, Perkusi dan Palpasi (-)
Pemeriksaan tekanan pada gigi pasien dilakukan dengan cara memberikan
tekanan langsung pada pasien atau menginstruksikan pasien untuk menggigit
handle alat. Pemeriksaan perkusi dilakukan dengan cara mengetuk gigi dari lima
sisi bukal/labial, lingual/palatal, mesial, distal dan permukaan oklusal/insisal
dengan handle instrument. Pemeriksaan Palpasi dilakukan dengan cara meraba
gingiva sekitar gigi yang mengalami karies, dilihat apakah terdapat tanda-tanda
keabnormalan (konsistensinya padat/lunak, apakah terdapat fluktuasi) dan apakah
saat dilakukan palpasi pasien merasakan rasa sakit. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat suatu keradangan pada jaringan periodontal
pasien ataupun kelainan yang terjadi pada jaringan periodontal pasien.
Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien tidak mengeluhkan rasa sakit serta
tidak ditemukan kelainan pada saat palpasi pada daerah gingiva sehingga diduga
bahwa jaringan periodontal pasien tidak mengalami keradangan atau kelainan.

- Gigi Berubah Warna
Perubahan pada gigi merupakan tanda utama jika gigi telah mati, dan pada
pemeriksaan visual tidak didapatkan perubahan warna pada gigi, perubahan warna
hanya terdapat pada daerah disekitar karies gigi tidak terjadi pada seluruh gigi.

8 | P a g e

- Kegoyangan Gigi (-)
Dilakukan dengan menempatkan jari telunjuk pada aspek lingual dan
mengaplikasikan tekanan dengan pegangan kaca mulut pada aspek fasial (Walton
dan Torabinejad,2008). Dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan kegoyangan gigi
pada gigi 33.




Gambar Tes kegoyangan gigi

- Derajat Goyang (0)
Pemeriksaan derajat kegoyangan gigi, tidak dilakukan pada pasien, karena
pada tes kegoyangan tidak didapatkan kegoyangan pada gigi 33. Kegoyangan gigi
dalam buku Carranza edisi 9 tahun 2002 dibagi menjadi 4 :
1. Mobilitas yang normal
2. Kelas 1 / 1: Sedikit lebih dari biasanya.
3. Kelas II / 2 : Cukup lebih dari normal. Mobilitas sedang fasiolingual.
4. Kelas III / 3 : mobilitas parah faciolingually dan / atau mesiodistal,
dikombinasikan dengan perpindahan vertikal
9 | P a g e


- Fraktur Mahkota (-)
Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya fraktur pada mahkota gigi 33.

- Lokasi Fraktur (-)
Tidak ditemukan adanya fraktur pada gigi 33 setelah dilakukan
pemeriksaan.

- Gingival Sekitar Gigi
Normal (+)
Hiperemis (-)
Retraksi (-)
Pemeriksaan gingival sekitar gigi ini dapat dilakukan dengan cara
visualisasi untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda keabnormalan pada gingiva
sekitar gigi seperti; bagaimana konturnya, membulat/lancip (seperti mata pisau),
apakah terdapat stipling, apakah terdapat resesi gingiva dan tanda kelainan
lainnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan, gingival sekitar gigi dalam keadaan
normal
- Polip
Pulpa (0)
Gingival (0)
Tidak dilakukan pemeriksaan polip pada pasien karena karies pasien masih
karies media belum perforasi dan tidak melibatkan servikal jadi tidak perlu
dilakukan pemeriksaan polip..

V . TES VITALITAS (EPT)
Pada pemeriksaan tes vitalitas ini dilakukan tes sesuai dengan kondisi
gigi pasien. Apabila pasien kondisi giginya karies profunda maka tidak perlu
dilakukan tes thermal atau listrik, tetapi dapat langsung dilakukan tes jarum
miller. Sebaliknya jika pada tes vitalitas ini pada tes thermal atau tes listrik (EPT)
hasilnya positif maka tidak perlu dilakukan tes lanjutan seperti tes kavitas dan
10 | P a g e

jarum miller. Tes vitalitas bertujuan untuk mnegetahui kondisi pulpa gigi apakah
masih vital atau sudah mati. Berikut ini berbagai macam tes vitalitas
- Vitalitester (0)
Vitalitester merupakan pemeriksaan vitalitas pulpa dengan menggunakan
listrik. Tes vitalitas pulpa yang tidak menggunakan tester listrik bergantung pada
sirkulasi darah intrapulpa, akan tetapi berbeda dengan tes vitalitas pulpa dengan
mengunakan tester listrik dimana pengujian terhadap pulpa menggunakan
stimulasi saraf, tujuannya adalah untuk merangsang respon pulpa dengan
menggunakan arus listrik yang makin meningkat pada gigi. Suatu respon positif
merupakan indikasi vitalitas dan membantu dalam menentukan normalitas atau
abnormalitas pulpa tersebut. Tidak adanya respon merupakan indikasi adanya
nekrosis pulpa. Pemeriksaan dengan vitalitester ini tidak dapat selalu dilakukan,
misalnya pada gigi dengan tambalan logam tes ini tidak dapat dilakukan. Jika
sudah melakukan tes ini maka tidak perlu dilakukan tes termal yang konvensional.
Pemeriksaan vitalitester tidak dilakukan pada pasien karena dalam klinik
konservasi gigi FKG UJ, tes vitalitas pulpa yang dilakukan hanya tes
panas/dingin, tes kavitas dan tes jarum miller. Berikut gambar macam-macam alat
vitalitester;

Gambar 1. Alat-alat vitalitester
11 | P a g e


Gambar 2. Cara menguji pulpa denga vitalitester

- Tes Thermal (+)
Panas (-)
Dingin (+)
Tes termal untuk menguji vitalitas pulpa bisa dilakukan dengan 2 cara ;
panas dan dingin. Tes panas yang biasa digunakan dalam klinik konservasi gigi
FKG UJ adalah dengan menggunakan gutta percha yang dipanaskan yang
kemudian diletakkan pada bagian sepertiga servikal. Bila timbul suatu respon,
maka gutta percha harus segara diangkat. Dan juga harus dijaga untuk tidak
menggunakan panas yang berlebihan atau memperpanjang aplikasi panas pada
gigi karena dikhawatirkan dapat memicu terjadinya fase dilatasi pembuluh darah
pada pulpa sehingga memperparah keradangan.
Tes dingin yang biasa digunakan dalam klinik konservasi gigi FKG UJ
adalah dengan menggunakan chlor ethyl yang disemprotkan pada cotton palate
sampai timbul suatu bunga es dan kemudian cotton palate tersebut diaplikasikan
pada bagian sepertiga servikal gigi sampai timbul suatu respon.


12 | P a g e

Hasil pemeriksaan vitalitas pulpa dengan tes termal menunjukan hasil (+)
pada tes dingin dan (-) pada tes panas. Dari hasil tersebut dan berdasarkan
pemeriksaan sebelumnya (anamnesa pasien) dapat disimpulkan bahwa gigi pasien
masih vital.

- Tes Kavitas (0)
Tes kavitas juga merupakan salah satu tes vitalitas pulpa. Tes ini dilakukan
dengan cara mengebur melalui pertemuan email-dentin gigi tanpa dianastesi.
Pengeburan harus dilakukan dengan kecepatan rendah dan tanpa air pendingin.
Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan oleh pasien merupakan suatu petunjuk
vitalitas pulpa.
Tes kavitas pada pasien tidak dilakukan, karena karies gigi pasien masih
vital berdasarkan tes termal yang menunjukan hasil (+).

- Tes Jarum Miller (0)
Tes jarum miller dilakukan apabila pada pemeriksaan vitalitas sebelumnya
yaitu vitalitester, tes thermal, tes kavitas gigi tidak memberikan respon nyeri. Tes
ini dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller dalam pulpa sampai pasien
merasakan nyeri,. Apabila pasien belum merasakan nyeri, jarum miller terus
dimasukkan sampai panjang rata-rata gigi.
Tes jarum miller tidak dilakukan pada pasien karena pada tes termal
menunjukan hasil positif dan gigi pasien masih vital.










13 | P a g e

VI . GAMBARAN RADIOGRAFIK

Pemeriksaan Radiografi diperlukan untuk memeriksa :
1. Melihat kedalaman karies jika tidak dapat dilihat secara klinis
2. Melihat apakah ada kelainan di sekitar akar gigi, dan jaringan periodontal
3. untuk kepentingan rencana perawatan ( mengetahui jumlah akar, bentuk, serta
ukuran kamar pulpa, dan sebagainya).








- Ruang Pulpa/Saluran Akar (+)
Normal (+)
Atropi (-)
Ramifikasi (-)
Obliterasi (-)
Kalsifikasi (-)
Ruang pulpa pada gambaran radiografi diatas menunjukkan suatu
gambaran yang normal, tidak ada percabangan (ramifikasi), tidak ada atropi, tidak
ada pengerasan (kalsifikasi), dan juga tidak ada obliterasi.
- Akar
Normal (+)
Bengkok (-)
Fraktur (-)
Lokasi (-)
Akar pada gambar radiografi gigi diatas menunjukkan gambaran normal
disertai apeks yang masih belum menutup sempurna, dan tidak didapati tanda-
tanda keabnormalan seperti; bengkok dan fraktur.
14 | P a g e

- Hipersementosis
Pada gambar radiografi gigi diatas, tidak ditemukan gambaran
hipersementosis pada akar gigi yang karies .

- Resorpsi Eksternal (-)
Pada gambaran radiografi gigi diatas, tidak terlihat atau tidak didapati
suatu resorpsi eksternal pada jaringan sekitar gigi (tulang alveolar)

- Resorpsi Internal (-)
Pada gambaran radiografi gigi diatas, tidak terlihat atau tidak didapati
suatu resorpsi internal pada gigi itu sendiri.

- Lamina Dura
Normal (+)
Terputus (-)
Menebal (-)
Pada gambaran radiografi gigi diatas, didapati bahwa lamina dura normal
tidak terjadi penebalan maupun terputus -putus.

- Daerah periapikal
Radiopak (-)
Radiolusensi (-)
Diffuse (-)
Berbatas (-)
Berbatas jelas (-)

Pada gambaran radiografi gigi diatas tidak ditemukan kelainan pada
daerah periapikal.




15 | P a g e

VII. DIAGNOSA KLINIK
Setelah melakukan pemeriksaan subyektif, obyektif dan radiografi pada
pasien, diagnosa klinik yang didapat adalah Pulpitis Reversible pada gigi 33.
Pulpitis reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang
yang disebabkan oleh suatu etiologi, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan
tidak teinflamasi setelah etilogi ditiadakan. Pasien dapat didiagnosis pulpitis
reversible karena :
- Pemeriksaan subyektif
Pasien merasa ngilu saat makan dan minum yang dingin, manis dan
asam dan rasa ngilu tersebut segera hilang jika rangsangan
dihilangkan. Pasien juga tidk pernh mengalami keluhan spontan.
- Pemeriksaan obyektif
Pada pemeriksaan visual dan kedalaman karies diketahui bahwa
karies belum mencapai pulpa. Hasil dari tes vitalitas (tes termal)
gigi juga menunjukan hasil (+) yang berarti gigi masih vital.
- Pemeriksaan radiografis
Dari pemeriksaan penunjang berupa foto rotgen diketahui bahwa
karies kedalamanya sudah mencapai dentin tetapi belum mencapai
pulpa.

VIII. RENCANA PERAWATAN
Dari diagnosa yang didapatkan yaitu pulpitis raversible pada gigi 33,
dengan mempertimbangkan posisi gigi yang berada di anterior yanbg berarti
memerlukan estetik yang tinggi. Karies gigi yang termasuk kelas III ( tidak
sampai insisal gigi) sehingga tumpatan tidak mendapat beban kunyah yang besar
maka rencana perawatan gigi 33 yaitu Restorasi Tetap dengan bahan Gelas
Ionomer. Selain faktor faktor diatas tumpatan gelas ionomer juga memiliki daya
retensi yang kuat karena perlekatan GI secara fisiko-kimia.

16 | P a g e


IX. PROGNOSIS
Prognosis pada pasien diperkirakan baik dengan alasan sebagai berikut :
a. Pasien diduga tidak memiliki kelainan sistemik
b. Dari hasil pemeriksaan diketahui tidak ada kelainan periapikal, struktur
jaringan periodontal masih normal, pulpa gigi masih vital dan karies masih belum
perforasi.
c. Usia pasien masih muda (20 tahun) yang berarti regenerasi jaringan masih baik
d. OH pasien dapat diperbaiki setelah dilakukan DHE pada pasien yang
merupakan mahasiswa sehingga DHE akan lebih mudah dimengerti.
e. Pasien kooperative



17 | P a g e



DAFTAR PUSTAKA

Walton, Richard E. 2008. Prinsip & Praktek Ilmu Endodonsia Ed. 3. Jakarta:
EGC.
Tarigan, Rasinta. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Medan:Widya Medika

Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik Dalam praktek (Endodontic
Practice) Ed. 11. Jakarta: EGC.
Harty, F.J. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Birnbaum, Warren. 2009. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai