BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI 2013
2
LEMBAR PENGESAHAN
CLINICAL SCIENSE SESSION
PLASENTA PREVIA
Oleh: Wella Dwi Harsey, S.Ked G1A107071
Jambi, Agustus 2013 Pembimbing,
dr. Rudy Gunawan, Sp.OG(K) Onk
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur yang sebesar besarnya penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul Plasenta Previa. Referat ini diajukan sebagai salah satu tugas di Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden Mattaher Fakultas Kedokteran Universitas Jambi. Dalam menyusun referat ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya. Penulis menyadari bahwa referat ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan referat ini. Akhir kata mudah mudahan referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jambi, Agustus 2013
Penulis
4
BAB I PENDAHULUAN Kematian pada ibu hamil akibat perdarahan masih menonjol pada sebagian besar laporan kematian di negara-negara maju, meskipun angka kematian ibu hamil telah berkurang secara drastis dengan tindakan rawat inap bagi ibu yang melahirkan dan tersedianya darah untuk transfusi. 1 Dari hasil analisis Center for Disease Control and Prevention Amerika Serikat didapatkan bahwa terdapat sebanyak 6915 kematian ibu hamil yang tidak terkait dengan abortus dan didapatkan bahwa perdarahan merupakan 50% penyebab langsung dari kasus kematian tersebut. 1 Menurut Bonnar (2000), perdarahan merupakan faktor utama pada kematian ibu hamil di Inggris pada tahun 1985 sampai 1996. 1
Berdasarkan laporan dari Chichaki dan kawan-kawan (1999) disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal terdiri dari solutio plasenta, koagulopati, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri, plasenta previa dan plasenta akreta/inkreta dan perkreta dan atonia uteri. 2 Perdarahan obstetrik yang tidak dengan cepat diatasai dengan transfusi darah atau cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya, prognosisnya akan fatal bagi penderitanya. 2 Perdarahan obstetrik yang terjadi pada trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan berat dan jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mengakibatkan syok yang fatal. 2
salah satau penyebabnya adalah plasenta previa. 2 karena sebab itulah perlu dilakukan antisipasi sedini mungkin selagi perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan bagi ibu dan janinnya. 2 antisipasi pada saat prenatal sangat mungkin karena pada ummunya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan yang tidak tertentu tanpa trauma, sering disertai oleh kelainan letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk ke dalam panggul, tetapi masih mengambang di atas pintu panggul. 2 Perempuan hamil yang diduga menderita plasenta previa harus segera dirujuk dan dibwa
5
kerumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena tindakan tersebut daoat memprovokasi perdarahan dan bisa berlangsung semakin hebat dan cepat. 2
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Plasenta Previa Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir, yang berasal dari kata prae yang berarti di depan dan vias yang berarti jalan. 5 Jadi yang dimaksud plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal yaitu pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. 2,5
2.2. Insidensi Isyu dkk. (1995), dalam suatu analisis terhadap National Hospital Disharge Survey dari tahun 1979-1987, menemukan bahwa plasenta previa menjadi penyulit pada 0.5% (1 dari 200 persalinan). 1 Di indonesia yaitu pada beberapa RSU pemerintah dilaporkan insidensi berkisar 1,7% sampai 2,9%. 2
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia diatas 50 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal. 2 Cacat uterus juga ikut mempertinggi angka kejadian. 2 Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. 7
2.3. Etiologi Penyebab blastookista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui secara pasti. Mungkin kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. 2 Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah
7
vaskularisasi desidua yang tidak memadai mungkin sebagai akibat radang atau atrofi. 2 Paritas tinggi, usia lanjut cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, curettage berulang, miomektomi berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi endometrium yang dapat dipandang sebagai faktor resiko terjadinya plasenta previa. 1,2,5 Cacat bekas operasi sesar berperan menaikan insidensi 2 sampai 5 kali. 2
Pada perempuan perokok dapat meningkatkan resiko plasenta previa 2 kali lipat. 1,2 Hasil pembakaran rokok berupa karbonmonoksida dapat menyebabkan hipoksemia sehingga plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. 1,2 Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. 2
2.4. Klasifikasi 1,2
Terdapat empat klasifikasi plasenta previa : a. Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu plasenta yang menutupi . ostium uteri internum. b. Plasenta previa parsialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum c. Plasenta previa marginalis, yaitu plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum d. Plasenta letak rendah, yaitu plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari tepi ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm di anggap plasenta letak normal.
8
2.5. Patofisiologi 2
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian dari desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian dari tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intersilus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim tersebut maka perdarahan pada plasenta previa berapapun pasti akan terjadi. Perdarahan ditempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah ditempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan terhenti jika terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi yang mengenai sinus yang besar dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim
9
tersebut akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa disertai rasa nyeri. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada saat mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada usia kehamilan dibawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada usia kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang dapat merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah segmen bawah rahim yang berdinding tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus ke buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa. Segmen bawah rahim yang rapuh dan mudah robek karena kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri terlepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik. 2.6. Gambaran klinik 2
- Perdarahan uterus yang keluar dari vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan
10
kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak seperti pada solutio plasenta. Perdarahan diperhebat karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Perdarahan juga bisa bertambah disebabkan seviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. - Pada palpasi abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. 2.7. Diagnosis Diagnosis ditegakan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang USG. 6 tidak di anjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum. 7 Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati dan benar dapat menentukan sumber perdarahan dari kanalis servisis atau sumber lain. 7 USG bisa digunakan untuk menegakan diagnosis plasenta previa, dimana USG mampu menentukan lokasi atau implantasi dari plasenta dan seberapa besar plasenta tersebut menutupi serviks atau jarak tepi plasenta terhadap ostium. 6,7
2.8. Komplikasi - Anemia bahkan syok. Hal ini terjadi karena pembentukan segmen bawah rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi tidak dapat dicegah. - Plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Hal ini terjadi karena implantasi plasenta pada segmen bawah rahim dan segmen ini bersifat tipis dan mudah diterobos oleh jaringan trofoblas karena daya invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium. Paling ringan adalah plasenta inkreta, perlekatannnya kuat tetapi vilinya belum masuk ke dalam miometrium.
11
- Kelainan letak anak. Sehingga perlu dilakukan tindakan operasi dengan segala konsekuensinya. - Kelahiran prematur dan gawat janin. 2.9. Tatalaksana 7
a. Terapi ekspektatif Tujuan terapi ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalu ikanalis sevisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan abik. Syarat-syarat terapi ekspektatif: - Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti - Belum ada tanda-tanda inpartu - Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal) - Janin masih hidup Rawat inap dan tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis Lakukan pemeriksaan USG untnuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin. Berikan tokolitik bila ada kontraksi - MgSO 4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam - Nifedipin 3 x 220 mg/hari - Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (bubble test) dari hasil amniosintesis Bila usia kehamilan sudah di atas 34 minggu plasenta masih berada disekitar ostium uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan
12
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat. Bila perdarahan berhenti dan waktu mencapai 37 minggu masih lama, pasein dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali bila rumah pasein di luar kota atau jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan ulang.
b. Terapi aktif Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera di tatalaksana secara aktif tanpa memandanng maturitas janin. Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan setelah semua persyaratan dipenuhi lakukan PDMO jika: - Infus/transfusi tealah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap - Kehamilan 37 minggu (berat badan 2500 gram) dan in partu atau - Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor ( misal: anensefali) - Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar). Cara menyelesaikan persalinan pada plasenta previa: a. Seksio sesaria Prinsipnya adalah untuk meyelamatkan ibu, jadi walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk hidup tindakan ini tetap dilaksanakan Tujuan yaitu untuk melahirkan janin segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan dan
13
menghindari kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam. Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu Lakukan perawatan lanjut pasca bedah teramsuk pemantauan perdarahan, infeksi dan keseimbangan carian masuk dan cairan keluar.
b. Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta, yang dapat dilakukan dengan cara : Amniotomi dan akselerasi Umumnya dilakukan pada plasenta previa latralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin. Versi braxton hicks Tujuannya adalah untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Tidak dilakukan pada janin yang masih hidup. Traksi dengan cunam willet Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasnya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
14
2.10. Prognosis 8
a. Untuk ibu Dengan penatalaksanaan yang tepat prognosis ibu pada plasenta previa adalah memuaskan. Dengan USG dan terapi konservatif kematian ibu di amerika serikat turun dari > 1% menjadi < 0.2%. b. Untuk bayi Angka kematian perinatal dengan plasenta previa di rumah sakit amerika serikat sebelum terapi konservatif kira-kira 15% atau lebih dari 10 kali dari angka kematian pada kehamilan cukup bulan normal.
15
BAB III KESIMPULAN
1. Plasenta previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir atau plasenta yang implantasinya tidak normal yaitu pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum. 2. Insidensi berkisar 1,7% sampai 2,9%. 2 Lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia diatas 50 tahun. Penatalaksanaan dan perawatan yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. 3. Penyebab belum diketahui secara pasti. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai mungkin sebagai akibat radang atau atrofi. 4. faktor resiko yaitu
Paritas tinggi, usia lanjut cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, curettage berulang, miomektomi 5. Klasifikasi plasenta previa, yaitu Plasenta previa totalis atau komplit, parsialis, marginalis, dan letak rendah. 6. Gambaran Klinik yaitu berupa perdarahan uterus yang keluar dari vagina tanpa rasa nyeri yang terjadi pada akhir trimester kedua ke atas. Pada palpasi abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi di atas simfisis dengan letak janin tidak dalam letak memanjang. 7. Diagnosis ditegakan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang USG. 6
8. Komplikasi dapat berupa anemia bahkan syok. Plasenta inkreta dan plasenta perkreta, kelainan letak anak dan kelahiran prematur serta gawat janin. 9. Tatalaksana berupa terapi ekspektatif dan terapi aktif.
16
DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams Edisi 21. Hal 686. Jakarta: EGC;2005. 2. Chalik TMA. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Hal 493- 503. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. 3. Siswosudarmono R, Emilia O. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UGM; 2010. 4. FK Unpad. Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2. Jakarta: EGC;2010. 5. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. Perdarahan Antepartum dalam Buku Obstetri Patologi. Hal 110-120. Bandung: Elstar Offset; 1984 6. www. Chw.org/display/PPF/DocID/23205/router.asp 7. Prahiwohardjo S. Buku Acuan nsional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. 8. Benson CR, Pernoll ML. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC; 2008.