TINEA CAPITIS
Fieka Soraya, S.Ked
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Raden Mattaher Jambi
Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
1. PENDAHULUAN
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Tinea Kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofita. Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia,
dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis lebih berat yang disebut kerion. Didalam klinik tinea
kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas (RIPPON, 1970 dan CONANT dkk.,1971), yaitu
Grey Patch Ringworm, Kerion dan Black Dot Ringworm.1
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii,
M. canis, M. ferrugineum.1,2
Insiden pada tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak anak berumur
antara 4 dan 14 tahun.1,3 Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans
menjadi penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan Inggris. Kasus kasus di
perkotaan biasanya didapatkan dari teman teman atau anggota keluarga. Kepadatan penduduk,
hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini.
Kasus kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak
anjing dan anak kucing sehingga pada anggota keluarga lain juga bisa terinfeksi.3
Tinea kapitis juga memiliki bermacam bentuk dengan penyebab dan gambaran klinis
yang berbeda pula.1,2 Grey patch ringworm yaitu tinea kapitis yang disebabkan oleh genus
Microsporum. Penyakit yang dimulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini
melebar dan berbentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa
gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas
dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Dan kerion adalah reaksi
peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakkan yang menyerupai sarang lebah
dengan sebukan sel randang yang padat di sekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan
Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila
penyebabnya Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton
violaceum. Sedangkan, Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans
dan Trichophyton violaceum pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan
yang disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara
folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam
didalam folikel rambut ini member gambaran khas, yaitu black dot.1,2
Pemeriksaan KOH mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri dari
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan, pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan
histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan. Pada pemeriksaan KOH
mikologik untuk didapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit,
rambut, dan kuku. Untuk kelainan pada kulit kepala berambut harus dibedakan dengan tinea
kapitis. Pada umumnya pemeriksaan dengan lampu Wood pada kasus-kasus tertentu dan
pemeriksaan langsung bahan klinis dapat menentukan diagnosis. Untuk diagnosis bandingnya
yaitu alopesia arenata, dermatitis seboroika, dan psoriasis.1,4
Untuk terapi diperlukan pengobatan baik secara topical dengan shampoo disinfektan
antimikotik seperti larutan asam salisilat, asam benzoate, dan sulfur presipitatum. Obat derivate
imidazol 1-2% dalam krim atau larutan dapat menyembuhkan, demikian pula ketokonazol krim
atau larutan 2%. Sedangkan untuk pengobatan sistemik dapat dengan pemberian griseofulvin
0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kgBB. Jika
penyembuhan telah dicapai dan faktor-faktor infeksi dapat dihindari, prognosis umumnya
baik.1,2,3
2. KASUS
Identifikasi
Nama
: Bp. Sibawaihi
: 35 Tahun
Pekerjaan
Alamat
Status
: Menikah
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan : Timbul sisik halus di kedua wajah kanan dan kiri sejak 1 minggu lalu
dan rambut rontok sejak 2 minggu yang lalu.
Sejak 1 bulan yang lalu pasien merasakan gatal yang hebat berawal disekitar pinggir
wajah kanan dan kiri. Dan lama-kelamaan Os juga merasakan sangat gatal dibagian kepalanya
dan juga timbul bintil-bintil merah disekitar kulit kepala dan dipinggir kanan dan kiri wajah Os.
Os juga mengaku, teman-teman kerja sesama di pabrik kayu tempat Os bekerja juga ada
mengeluh hal yang serupa. Os merasa apabila, saat terkena panas sinar matahari, gatal-gatal
semakin hebat terutama dikepala sehingga Os sering menggaruk-garuk kepala hingga banyak
timbul ketombe.
3
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 21x/menit
Keadaan Spesifik
Leher
Thoraks
Abdomen
: Supel, BU (+), Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan (-), Ruam (-)
Ekstremitas Superior : Akral hangat, edema (-/-), Ruam (-), Tidak ada kelaianan
Ekstremitas Inferior : Akral hangat, edema (-/-), Ruam (-), Tidak ada kelaianan
Genitalia
Status Dermatologis
Regio temporalis dan regio parietalis: Papul - papul eritema, miliar, multiple, teratur
regional, skuama pitiriasiformis.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 4 dan 5. Regio Zigomatikus: Papul papul eritema miliar, multiple, teratur,
regional
Pemeriksaan Penunjang
-
Cara : Ambil kerokan kulit kepala dan muka dengan pisau tumpul steril, dan sediaan
diletakkan diatas object glass, kemudian ditambahkan larutan KOH 10% ditunggu 15-20
menit lalu dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop dengan pembesaran 10x10 lalu 10x45.
7
Resume
Seorang laki-laki berusia 35 tahun bertempat tinggal dijalan Sarang Burung sebagai
pekerja pabrik kayu lapangan dengan keluhan timbul bintil-bintil merah kecil dan bersisik
dikepala dan di pinggir wajah kanan dan kiri, disertai rasa gatal sejak 1 bulan yang lalu. Sejak
1 bulan yang lalu pasien merasakan gatal yang hebat berawal disekitar pinggir wajah kanan
dan kiri. Dan lama-kelamaan Os juga merasakan sangat gatal dibagian kepalanya dan juga timbul
bintil-bintil merah disekitar kulit kepala dan dipinggir kanan dan kiri wajah Os.
Os juga mengaku, teman-teman kerja sesama di pabrik kayu tempat Os bekerja juga ada
mengeluh hal yang serupa. Os merasa apabila, saat terkena panas sinar matahari, gatal-gatal
semakin hebat terutama dikepala sehingga Os sering menggaruk-garuk kepala hingga banyak
timbul ketombe.
Pada riwayat penyakit dahulu Os belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang. Os
juga tidak pernah alergi obat ataupun makanan. Dan os mengaku tidak memiliki riwayat penyakit
asma.
Pada pemeriksaan fisik status generalis os dalam batas normal. Status dermatologikus:
tampak papul-papul eritema, miliar, multiple, teratur regional, skuama pitiriasiformis pada regio
parietallis, temporalis dan occipitalis. Sedangkan pada regio zigomatikus juga terdapat papulpapul eritema miliar, multiple, teratur regional.
Differential Diagnosis
Alopesia Areata
Psoriasis vulgaris
Dermatitis Seboroika
Diagnosis Kerja
Penatalaksanaan
-
Umum :
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksaannya
2. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan yang buruk dan menghindari kontak
langsung dengan binatang peliharaan seperti, anjing atau kucing
3. Mencegah terjadi infeksi sekunder dengan menghindari lingkungan kotor dan
panas, serta udara yang lembab
Khusus :
Sistemik : Griseofulvin 1x500 mg/ hari selama 4 minggu
Topikal : Shampoo Selenium sulfide dan providone iodine shampoo di gunakan 2 kali
seminggu.
Prognosa
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam
: Bonam
Quo ad sanationam
: Bonam
10
3. PEMBAHASAN
Pada kasus Bpk. Sibawaihi usia 35 tahun ini ditegakkan dengan diagnosis
tinea kapitis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofita.1 Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis lebih berat yang disebut kerion.
Didalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas (RIPPON, 1970
dan CONANT dkk.,1971), yaitu Grey Patch Ringworm, Kerion dan Black Dot
Ringworm.1,2 Pada kasus ini keluhan pasien ditandai juga dengan lesi bersisik,
kemerahan pada kulit dan rambut kepala disertai rasa gatal.
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans,
M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.1,2,3 Pada kasus ini ditemukan sejenis jamur
yang merupakan penyebab pada tinea kapitis pada pemeriksaan mikroskopis.
Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak anak berumur antara
4 dan 14 tahun. Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton
tonsurans menjadi penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United
Kingdom. Kasus kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman teman atau
anggota keluarga. Kepadatan penduduk, higiene yang buruk dan malnutrisi protein
memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus kasus yang disebabkan
oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak
kucing.2,6,5 Dalam kasus ini pasien yang bekerja dilapangan sebagai pekerja pabrik
kayu, kemungkinan paparan hygiene yang buruk sangat sering terpapar dan pasien
mengaku bahwa teman-temannya juga ada menderita gejala serupa yang bisa menjadi
faktor penularan.
Bentuk-bentuk dan Gambaran Klinis dari tinea kapitis yaitu; Grey patch
ringworm, tinea kapitis yang disebabkan oleh genus Microsporum.1 Penyakit yang
11
dimulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
berbentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa
gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah
dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri.
Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey Patch yang
dilihat dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada
pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluorensensi hijau kekuning-kuningan
pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut. Tinea capitis yang
disebabkan oleh Microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan,
hanya sekali-sekali dapat terbentuk kerion.1,2,7 Yang kedua, kerion adalah reaksi
peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakkan yang menyerupai
sarang lebah dengan sebukan sel randang yang padat di sekitarnya. Bila penyebabnya
Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering
dilihat, agak kurang bila penyebabnya Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila
penyebabnya adalah Trichophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan
jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol
kadang-kadang berbentuk.1,2,7 Bentuk lain yaitu Black dot ringworm, terutama
disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. pada
permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh
genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel,
dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam
didalam folikel rambut ini member gambaran khas, yaitu black dot. Ujung rambut
yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam
hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan biakan jamur
(RIPPON,1974). Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih
berat, bila disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton
verrucosum, yang keduanya bersifat zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang
menyebabbkan tinea kapitis. Walaupun demikia bentuk klinis granuloma, kerion,
alopesia, dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah ditulis (PRICE
dkkk., 1963).1,2,7 Sedang tinea favosa adalah dermatofitosis yang terutama disebabkan
12
Untuk terapi diperlukan pengobatan baik secara topical mencuci kepala dan
rambut dengan sampo disinfektan antimikotik seperti larutan asam salisilat, asam
benzoate, dan sulfur presipitatum. Obat derivate imidazol 1-2% dalam krim atau
larutan dapat menyembuhkan, demikian pula ketokonazol krim atau larutan 2%.2
Sedangkan untuk pengobatan sistemik dapat dengan pemberian griseofulvin 0,5-1 g
untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kgBB.
Ketokonazole 5-10 mg/kg BB atau untuk dewasa 200 mg/ hari selama 7-14 hari.1,2
Pada penatalaksaan yang diberikan pada pasien kasus ini yaitu Griseofulvin
1x500mg/hari, griseofulvin yang merupakan suatu antifungi dengan aktivitas
fungistatik. Mekanisme kerja griseofulvin bertujuan untuk menghambat mitosis sel
fungi, sehingga menghambat perkembangan fungi.4,11 Organisme yang peka sebagai
berikut
Trichophyton
rubrum,
Trichophyton
tonsurans,
Trichophyton
edukasi kepada pasien juga sangat penting, menjelaskan tentang penyakit yang
sedang dialami, menjelaskan cara pengobatan dan lamnya pengobatan, menganjurkan
untuk menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan, rajin mencuci rambut dengan
shampo untuk menjaga kebersihan kulit kepala, apabila punya hewan peliharaan
seperti anjing dan kucing rawatlah dengan baik. Jagalah kebersihan hewan peliharaan
tersebut dengan memandikannya secara teratur untuk menghindari terjadinya infeksi
sekunder.
Prognosis tinea kapitis baik, jika penyembuhan telah dicapai dan faktor-faktor
infeksi dihindari, maka prognosis umumnya baik.
15
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus tinea capitis tipe grey patch ringworm pada seorang
laki-laki berusia 35 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pasien dirawat jalan dan diberi terapi griseofulvin oral selama 4-6 minggu, shampoo
selenium sulfide dan providone iodine shampoo di gunakan 2 kali seminggu.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi dkk. Mikosis. dalam: Hamzah Mochtar dkk, editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009. hal. 95-99.
2. Siregar R. S Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.
hal. 13-15.
3. Siregar R.S. Penyakit Jamur Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC; 2004. hal. 23-26.
4. Oliver, dkk. Tinea Capitis: Diagnostic Criteria and Treatment Options; 2009.
Available from URL http://www.medscape.com/viewarticle/707621
5. Greenbergs, Michael I et al. Text-Atlas Of Emergency Medicine. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2005. page. 421.
6. Brown, Robin Graham dkk. Lectures Note: Dermatologi. Edisi kedelapan.
Jakarta: Erlangga Medical Series; 2005. hal. 35-37.
7. Corwin, Elizabeth, J. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009.
8. Kurt, J. Isselbacher dkk. dalam Asdie H. Ahmad, editor. Harrison Prinsip-prinsip
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 1. Jakarta: EGC; 1999. hal. 319-320.
9. Silverberg, Nanette B, et al. Tinea capitis: Focus on African American. Journal of
the American Academy of Dermatology. Volume 46. 2002. Available from URL
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0190962202672639
10. Abdo, Hamed Mohammed et al. KOH mount versus culture in the diagnosis of
tinea capitis. The Gulf Journal of Dermatology and Venereology. 2011. Available
from URL http://www.gulfdermajournal.com/pdf/2011-04/4.pdf
11. Higgins, E.M et al. Guidelines for the management of tinea capitis. British Journal
of Dermatology. 2000. Available from URL .
http://bad.org.uk/Portals/_Bad/Guidelines/Clinical%20Guidelines/Tinea%20Capit
is.pdf
17