Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

TINEA CAPITIS
Fieka Soraya, S.Ked
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Raden Mattaher Jambi
Fakultas Kedokteran Universitas Jambi

1. PENDAHULUAN

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Tinea Kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofita. Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia,
dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis lebih berat yang disebut kerion. Didalam klinik tinea
kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas (RIPPON, 1970 dan CONANT dkk.,1971), yaitu
Grey Patch Ringworm, Kerion dan Black Dot Ringworm.1
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii,
M. canis, M. ferrugineum.1,2
Insiden pada tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak anak berumur
antara 4 dan 14 tahun.1,3 Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans
menjadi penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan Inggris. Kasus kasus di
perkotaan biasanya didapatkan dari teman teman atau anggota keluarga. Kepadatan penduduk,
hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini.
Kasus kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak
anjing dan anak kucing sehingga pada anggota keluarga lain juga bisa terinfeksi.3

Tinea kapitis juga memiliki bermacam bentuk dengan penyebab dan gambaran klinis
yang berbeda pula.1,2 Grey patch ringworm yaitu tinea kapitis yang disebabkan oleh genus
Microsporum. Penyakit yang dimulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini
melebar dan berbentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa
gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas
dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Dan kerion adalah reaksi
peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakkan yang menyerupai sarang lebah
dengan sebukan sel randang yang padat di sekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum canis dan
Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila
penyebabnya Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila penyebabnya adalah Trichophyton
violaceum. Sedangkan, Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans
dan Trichophyton violaceum pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan
yang disebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara
folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam
didalam folikel rambut ini member gambaran khas, yaitu black dot.1,2
Pemeriksaan KOH mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri dari
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan, pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan
histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan. Pada pemeriksaan KOH
mikologik untuk didapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit,
rambut, dan kuku. Untuk kelainan pada kulit kepala berambut harus dibedakan dengan tinea
kapitis. Pada umumnya pemeriksaan dengan lampu Wood pada kasus-kasus tertentu dan
pemeriksaan langsung bahan klinis dapat menentukan diagnosis. Untuk diagnosis bandingnya
yaitu alopesia arenata, dermatitis seboroika, dan psoriasis.1,4
Untuk terapi diperlukan pengobatan baik secara topical dengan shampoo disinfektan
antimikotik seperti larutan asam salisilat, asam benzoate, dan sulfur presipitatum. Obat derivate
imidazol 1-2% dalam krim atau larutan dapat menyembuhkan, demikian pula ketokonazol krim
atau larutan 2%. Sedangkan untuk pengobatan sistemik dapat dengan pemberian griseofulvin
0,5-1 g untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kgBB. Jika
penyembuhan telah dicapai dan faktor-faktor infeksi dapat dihindari, prognosis umumnya
baik.1,2,3

2. KASUS

Identifikasi
Nama

: Bp. Sibawaihi

Jenis Kelamin : Laki-laki


Umur

: 35 Tahun

Pekerjaan

: Pekerja Lapangan di Pabrik Kayu

Alamat

: Jln. Sarang Burung

Status

: Menikah

Suku Bangsa : Jambi (Sumatera)


Tgl. Berobat : 20 Maret 2013

Autoanamnesis (Tanggal 20 Maret 2013)

Keluhan Utama

: Timbul bintil-bintil merah kecil dan bersisik di kepala dan bintil-bintil


merah di pinggir wajah kanan dan kiri disertai rasa gatal sejak 1 bulan
lalu.

Keluhan Tambahan : Timbul sisik halus di kedua wajah kanan dan kiri sejak 1 minggu lalu
dan rambut rontok sejak 2 minggu yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak 1 bulan yang lalu pasien merasakan gatal yang hebat berawal disekitar pinggir
wajah kanan dan kiri. Dan lama-kelamaan Os juga merasakan sangat gatal dibagian kepalanya
dan juga timbul bintil-bintil merah disekitar kulit kepala dan dipinggir kanan dan kiri wajah Os.

Os juga mengaku, teman-teman kerja sesama di pabrik kayu tempat Os bekerja juga ada
mengeluh hal yang serupa. Os merasa apabila, saat terkena panas sinar matahari, gatal-gatal
semakin hebat terutama dikepala sehingga Os sering menggaruk-garuk kepala hingga banyak
timbul ketombe.
3

Kisaran 2 minggu kemudian (Tanggal 21 Februari 2013) Os berobat ke RSUD. Raden


Mattaher dan diberi obat makan dan salep. Os merasa gatal-gatal hilang namun setelah obat dan
salep habis Os merasakan gatal-gatal yang hebat kembali terasa. Os sudah mencoba
menggunakan shampo clear juga tetap tidak menghilangkan rasa gatal dikepala.

Akhirnya Os memutuskan ke puskesmas dan Os disuntik dibagian pantat, Os merasa rasa


gatal juga hilang kembali namun setelah 1 minggu Os merasa gatal lagi lalu timbul kembali
bintil-bintil merah dikulit kepala dan sekitar pinggir wajah kanan-kiri Os. Dan akhir-akhir ini Os
juga merasa rambut kepala yang terasa gatal juga rontok dan seperti botak dibagian tersebut
sehingga Os memotong pendek semua rambut kepalanya. Dan akhirnya Os pergi ke RSUD.
Raden Mattaher kembali pada tanggal 20 maret 2013.

Riwayat Penyakit Dahulu

Os belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa maupun gejala seperti Os.

Pemeriksaan Fisik

(Tanggal 20 Maret 2013)

Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos Mentis (CM)

Vital Sign
TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 21x/menit

Suhu : 36,5C (Afebris)

Keadaan Spesifik

Kepala : Lihat status lokalisata


Mata Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung Tidak ada kelainan
4

Telinga Tidak ada kelainan


Mulut Tidak ada kelainan
Ruam (-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), Ruam (-)

Thoraks

: Simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi, Ruam (-)


- Paru = Vesikuler (Normal) pada kedua lapangan paru, ronkhi (-),
wheezing (-)
- Jantung = BJ I-II Reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Supel, BU (+), Hepar dan Lien tidak teraba, Nyeri tekan (-), Ruam (-)

Ekstremitas Superior : Akral hangat, edema (-/-), Ruam (-), Tidak ada kelaianan

Ekstremitas Inferior : Akral hangat, edema (-/-), Ruam (-), Tidak ada kelaianan

Genitalia

: Ruam (-), Tidak ada kelainan

Status Dermatologis

Gambar 1. Regio temporalis

Gambar 2. Regio parietalis

Regio temporalis dan regio parietalis: Papul - papul eritema, miliar, multiple, teratur
regional, skuama pitiriasiformis.

Gambar 3. Regio Ocipitalis


Regio ocipitalis: Papul - papul eritema, miliar, multiple, teratur regional, skuama pitiriasiformis.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 4 dan 5. Regio Zigomatikus: Papul papul eritema miliar, multiple, teratur,
regional

Pemeriksaan Penunjang
-

Pemeriksaan KOH (Kalium Hidroksida) 10 %

Cara : Ambil kerokan kulit kepala dan muka dengan pisau tumpul steril, dan sediaan
diletakkan diatas object glass, kemudian ditambahkan larutan KOH 10% ditunggu 15-20
menit lalu dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop dengan pembesaran 10x10 lalu 10x45.
7

Hasil pemeriksaan KOH Os: Ditemukan jamur (+) pada mikroskop.

Pemeriksaan lain: Lampu Wood Fluoresensi hijau kekuning-kuningan pada rambut


batas Grey patch. Namun dalam kasus ini pemeriksaan lampu Wood tidak dilakukan.

Resume

Seorang laki-laki berusia 35 tahun bertempat tinggal dijalan Sarang Burung sebagai
pekerja pabrik kayu lapangan dengan keluhan timbul bintil-bintil merah kecil dan bersisik
dikepala dan di pinggir wajah kanan dan kiri, disertai rasa gatal sejak 1 bulan yang lalu. Sejak
1 bulan yang lalu pasien merasakan gatal yang hebat berawal disekitar pinggir wajah kanan
dan kiri. Dan lama-kelamaan Os juga merasakan sangat gatal dibagian kepalanya dan juga timbul
bintil-bintil merah disekitar kulit kepala dan dipinggir kanan dan kiri wajah Os.

Os juga mengaku, teman-teman kerja sesama di pabrik kayu tempat Os bekerja juga ada
mengeluh hal yang serupa. Os merasa apabila, saat terkena panas sinar matahari, gatal-gatal
semakin hebat terutama dikepala sehingga Os sering menggaruk-garuk kepala hingga banyak
timbul ketombe.

Kisaran 2 minggu kemudian (Tanggal 21 Februari 2013) Os berobat ke RSUD. Raden


Mattaher dan diberi obat makan dan salep. Os merasa gatal-gatal hilang namun setelah obat dan
salep habis Os merasakan gatal-gatan yang hebat kembali terasa. Os sudah mencoba
menggunakan shampo clear juga tetap tidak menghilangkan rasa gatal dikepala.

Akhirnya Os memutuskan ke puskesmas dan Os disuntik dibagian pantat, Os merasa rasa


gatal juga hilang kembali mamun setelah 1 minggu Os merasa gatal lagi lalu timbul kembali
bintil-bintil merah dikulit kepala dan sekitar pinggir wajah kanan-kiri Os. Dan akhir-akhir ini Os
juga merasa rambut kepala yang terasa gatal juga rontok dan seperti botak dibagian tersebut
sehingga Os memotong pendek semua rambut kepalanya. Dan akhirnya Os pergi ke RSUD.
Raden Mattaher kembali pada tanggal 20 maret 2013.

Pada riwayat penyakit dahulu Os belum pernah mengalami penyakit seperti sekarang. Os
juga tidak pernah alergi obat ataupun makanan. Dan os mengaku tidak memiliki riwayat penyakit
asma.
Pada pemeriksaan fisik status generalis os dalam batas normal. Status dermatologikus:
tampak papul-papul eritema, miliar, multiple, teratur regional, skuama pitiriasiformis pada regio
parietallis, temporalis dan occipitalis. Sedangkan pada regio zigomatikus juga terdapat papulpapul eritema miliar, multiple, teratur regional.

Differential Diagnosis

Tinea Capitis Grey patch ringworm

Alopesia Areata

Psoriasis vulgaris

Dermatitis Seboroika

Diagnosis Kerja

Tinea Capitis Grey patch ringworm

Penatalaksanaan
-

Umum :
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksaannya
2. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan yang buruk dan menghindari kontak
langsung dengan binatang peliharaan seperti, anjing atau kucing
3. Mencegah terjadi infeksi sekunder dengan menghindari lingkungan kotor dan
panas, serta udara yang lembab

Khusus :
Sistemik : Griseofulvin 1x500 mg/ hari selama 4 minggu
Topikal : Shampoo Selenium sulfide dan providone iodine shampoo di gunakan 2 kali
seminggu.

Prognosa

Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad functionam

: Bonam

Quo ad sanationam

: Bonam

10

3. PEMBAHASAN

Pada kasus Bpk. Sibawaihi usia 35 tahun ini ditegakkan dengan diagnosis
tinea kapitis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
spesies dermatofita.1 Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis lebih berat yang disebut kerion.
Didalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas (RIPPON, 1970
dan CONANT dkk.,1971), yaitu Grey Patch Ringworm, Kerion dan Black Dot
Ringworm.1,2 Pada kasus ini keluhan pasien ditandai juga dengan lesi bersisik,
kemerahan pada kulit dan rambut kepala disertai rasa gatal.

Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan
Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans,
M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.1,2,3 Pada kasus ini ditemukan sejenis jamur
yang merupakan penyebab pada tinea kapitis pada pemeriksaan mikroskopis.
Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak anak berumur antara
4 dan 14 tahun. Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton
tonsurans menjadi penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United
Kingdom. Kasus kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman teman atau
anggota keluarga. Kepadatan penduduk, higiene yang buruk dan malnutrisi protein
memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus kasus yang disebabkan
oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak
kucing.2,6,5 Dalam kasus ini pasien yang bekerja dilapangan sebagai pekerja pabrik
kayu, kemungkinan paparan hygiene yang buruk sangat sering terpapar dan pasien
mengaku bahwa teman-temannya juga ada menderita gejala serupa yang bisa menjadi
faktor penularan.

Bentuk-bentuk dan Gambaran Klinis dari tinea kapitis yaitu; Grey patch
ringworm, tinea kapitis yang disebabkan oleh genus Microsporum.1 Penyakit yang
11

dimulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan
berbentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa
gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah
dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri.
Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
alopesia setempat. Tempat-tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey Patch yang
dilihat dalam klinik tidak menunjukkan batas-batas daerah sakit dengan pasti. Pada
pemeriksaan dengan lampu Wood dapat dilihat fluorensensi hijau kekuning-kuningan
pada rambut yang sakit melampaui batas-batas grey patch tersebut. Tinea capitis yang
disebabkan oleh Microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan ringan,
hanya sekali-sekali dapat terbentuk kerion.1,2,7 Yang kedua, kerion adalah reaksi
peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakkan yang menyerupai
sarang lebah dengan sebukan sel randang yang padat di sekitarnya. Bila penyebabnya
Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering
dilihat, agak kurang bila penyebabnya Trichophyton tonsurans, dan sedikit sekali bila
penyebabnya adalah Trichophyton violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan
jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol
kadang-kadang berbentuk.1,2,7 Bentuk lain yaitu Black dot ringworm, terutama
disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. pada
permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh
genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel,
dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam
didalam folikel rambut ini member gambaran khas, yaitu black dot. Ujung rambut
yang patah, kalau tumbuh kadang-kadang masuk ke bawah permukaan kulit. Dalam
hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapat bahan biakan jamur
(RIPPON,1974). Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih
berat, bila disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton
verrucosum, yang keduanya bersifat zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang
menyebabbkan tinea kapitis. Walaupun demikia bentuk klinis granuloma, kerion,
alopesia, dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah ditulis (PRICE
dkkk., 1963).1,2,7 Sedang tinea favosa adalah dermatofitosis yang terutama disebabkan
12

Trichophyton schoenleini: secara klinis biasanya dengan bintik-bintik berwarna


merah kuning ditutupi oleh krusta yang berbentuk cawan (skutula), berbau busuk
seperti tikus (mausy odor), rambut di atasnya putus-putus dan mudah dicabut.1,7,8
Pada kasus ini bahwa pasien mengalami tinea kapitis grey patch ringworm yang
dimulai dengan papul merah yang kecil disekitar rambut, dan papulnya membentuk
bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Dan pasien juga merasa gatal serta rambut
juga mudah patah / dicabut.

Untuk diagnosis bandingnya yaitu alopesia arenata, dermatitis seboroika, dan


psoriasis vulgaris.1,9 Pada alopesia arenata rambut dibagian pinggir kelainan mulamula mudah dicabut dari folikel, akan tetapi pangkal yang patah tidak nampak. Pada
kelainan ini juga tidak terdapat skuama, kulit lebih licin dan berwarna coklat. Bercakbercak seboroika pada kulit kepala yang berambut kadang-kadang membingungkan.
Biasanya lesi dermatitis seboroika pada kulit kepala lebih merata. Adanya lesi-lesi
seboroika pada tempat-tempat predileksi lain dan blefaritis dapat membantu
menentukan diagnosis. Dermatitik seboroika mempunyai lesi-lesi kulit yang simetris
distribusinya. Pada rambut biasanya tampak berminyak, kulit kepala ditutupi skuama
yang berminyak. Psoriasis vulgaris, merupakan tipe plak karena lesi-lesinya
umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya pada scalp, perbatasan daerah
tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan
daerah lumbosakral. Pada kulit kepala berambut biasanya disertai dengan kelainan
tempat lain yang memberi pengarahan diagnosis baik. Dengan psoriasis bentuk tinea
favosa, sisik (skuama) tebal, berwarna putih mengkilat dan bersifat kronik residif. 1,2,9
Pada pasien ini didiagnosis tinea capitis grey patch ringworm karena kulit kepala
rambut yang rontok permukaannya tidak licin dan warna rambut tidak mengkilat lagi,
rambutnya juga kering tidak berminyak, dan lesi-lesi tidak berbentuk jelas seperti
plak melainkan skuama dengan rasa gatal dan rambut mudah dicabut.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan


lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH.1,2 Pada
pemeriksaan mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di dalam
13

rambut ( endotriks ). Diagnosis laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada


pemeriksaan dan kultur dari kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan
kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan. Lesi dapat dilepaskan dengan forsep
tanpa disertai dengan trauma atau dikumpulkan dengan potongan potongan yang
halus dengan ayakan halus atau sikat gigi. Sampel rambut terpilih di kultur atau
dilembutkan dalam 10 20 % potassium hydroxide ( KOH ) sebelum pemeriksaan di
bawah mikroskop. Pemeriksaan dengan preparat KOH ( KOH mount ) selalu
menghasilkan diagnosa yang tepat adanya infeksi tinea.1,10 Pada kasus ini, hanya
dilakukan pemeriksaan KOH dimana dalam pemeriksaan tersebut ditemukan jenis
jamur (+) dalam penglihatan melalui mikroskop.

Untuk terapi diperlukan pengobatan baik secara topical mencuci kepala dan
rambut dengan sampo disinfektan antimikotik seperti larutan asam salisilat, asam
benzoate, dan sulfur presipitatum. Obat derivate imidazol 1-2% dalam krim atau
larutan dapat menyembuhkan, demikian pula ketokonazol krim atau larutan 2%.2
Sedangkan untuk pengobatan sistemik dapat dengan pemberian griseofulvin 0,5-1 g
untuk orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kgBB.
Ketokonazole 5-10 mg/kg BB atau untuk dewasa 200 mg/ hari selama 7-14 hari.1,2
Pada penatalaksaan yang diberikan pada pasien kasus ini yaitu Griseofulvin
1x500mg/hari, griseofulvin yang merupakan suatu antifungi dengan aktivitas
fungistatik. Mekanisme kerja griseofulvin bertujuan untuk menghambat mitosis sel
fungi, sehingga menghambat perkembangan fungi.4,11 Organisme yang peka sebagai
berikut

Trichophyton

rubrum,

Trichophyton

tonsurans,

Trichophyton

mentagrophytes, Trichophyton verrucosum, Microsporum audouninii, Microsporum


canis. Griseofulvin ditimbun di sel-sel terbawah dari epidermis, sehingga keratin
yang baru terbentuk akan tetap dilindungi terhadap infeksi jamur. Lamanya
pengobatan bervariasi berkisar 4 hingga 6 minggu pengobatan.4,11 Selain itu pasien
juga diberikan shampoo selenium untuk mencuci kepala dan rambutnya yang
merupakan shampoo disinfektan antimikotik Selenium sulfide dan providone iodine
shampoo di gunakan 2 kali seminggu, dapat mengurangi spora dan diasumsikan dapat
mengurangi infektivitas penyebaran spora dan hifa. Selain itu diperlukan pengobatan
14

edukasi kepada pasien juga sangat penting, menjelaskan tentang penyakit yang
sedang dialami, menjelaskan cara pengobatan dan lamnya pengobatan, menganjurkan
untuk menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan, rajin mencuci rambut dengan

shampo untuk menjaga kebersihan kulit kepala, apabila punya hewan peliharaan
seperti anjing dan kucing rawatlah dengan baik. Jagalah kebersihan hewan peliharaan
tersebut dengan memandikannya secara teratur untuk menghindari terjadinya infeksi
sekunder.

Prognosis tinea kapitis baik, jika penyembuhan telah dicapai dan faktor-faktor
infeksi dihindari, maka prognosis umumnya baik.

15

KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus tinea capitis tipe grey patch ringworm pada seorang
laki-laki berusia 35 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pasien dirawat jalan dan diberi terapi griseofulvin oral selama 4-6 minggu, shampoo
selenium sulfide dan providone iodine shampoo di gunakan 2 kali seminggu.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi dkk. Mikosis. dalam: Hamzah Mochtar dkk, editor. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009. hal. 95-99.
2. Siregar R. S Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.
hal. 13-15.
3. Siregar R.S. Penyakit Jamur Kulit. Edisi kedua. Jakarta: EGC; 2004. hal. 23-26.
4. Oliver, dkk. Tinea Capitis: Diagnostic Criteria and Treatment Options; 2009.
Available from URL http://www.medscape.com/viewarticle/707621
5. Greenbergs, Michael I et al. Text-Atlas Of Emergency Medicine. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2005. page. 421.
6. Brown, Robin Graham dkk. Lectures Note: Dermatologi. Edisi kedelapan.
Jakarta: Erlangga Medical Series; 2005. hal. 35-37.
7. Corwin, Elizabeth, J. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009.
8. Kurt, J. Isselbacher dkk. dalam Asdie H. Ahmad, editor. Harrison Prinsip-prinsip
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 1. Jakarta: EGC; 1999. hal. 319-320.
9. Silverberg, Nanette B, et al. Tinea capitis: Focus on African American. Journal of
the American Academy of Dermatology. Volume 46. 2002. Available from URL
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0190962202672639
10. Abdo, Hamed Mohammed et al. KOH mount versus culture in the diagnosis of
tinea capitis. The Gulf Journal of Dermatology and Venereology. 2011. Available
from URL http://www.gulfdermajournal.com/pdf/2011-04/4.pdf
11. Higgins, E.M et al. Guidelines for the management of tinea capitis. British Journal
of Dermatology. 2000. Available from URL .
http://bad.org.uk/Portals/_Bad/Guidelines/Clinical%20Guidelines/Tinea%20Capit
is.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai