Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang


Cedera minor selama masa hamil merupakan hal yang umum. Kebanyakan trauma ( lebih dari 50% ),
terjadi selama trisemester ketiga. Perubahan pusat gravitasi tubuh wanita dan perubahan perubahan
lain, dapat menyebabkan sinkop, kehilangan keseimbangan dan menimbulkan rasa kikuk.
Ketidaknyamanan akibat uterus yang berkontraksi atau gerakan janin yang sangat aktif dapat
menggangu wanita saat ia bekerja atau mengemudi. Adalah hal yang menarik bahwa penyebab utama
kematian pada wanita hamil usia reproduksi ialah taruma dan bukan neoplasma atau komplikasi
obstetri.
Gangguan medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia
khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam folat, penyakit atau galur sel sabit (
sickell cell trait ) dan talasemia. Gangguan antoimun, pulmoner, saluran cerna, integumen, dan
neurologi juga dapat ditemukan.
Trauma selama kehamilan dan adanya berbagai gangguan medis selama masa hamil ( misalnya
Gangguan gastrointestinal dan ganggaun integumen ), menjadi hal penting dalam memperhatikan
kondisi kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana Trauma selama kehamilan dapat terjadi ?
2. Bagaimana Gangguan pada Gastrointestinal dapat terjadi dalam masa kehamilan ?
3. Bagaimana ganggaun Integumen dapat terjadi dalam masa kehamilan ?
4. Bagaimana Penatalaksanaan Perawatan trauma selama kehamilan ?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makah ini adalah :
Mengetahui bagaiman Trauma selama kehamilan dapat terjadi
Mengetahui bagaimana gangguan Gastrointestinal dapat terjadi dalam masa kehamilan
Mengetahui bagaimana gangguan Integumen dapat terjadi dalam masa kehamilan
Mengetahui Penatalaksanaan Perawatan trauma selama kehamilan.





BAB II
PEMBAHASAN

Adalah hal yang umum bahwa seorang wanita, yang memiliki masalah medis, menjadi hamil.
Akan tetapi, kahamila tidak membuat waniata terhindar dari masalah medis atau cedera. Pembahasan
ini terkait dengan trauma selama kehamilan dan adanya gangguan medis pada ibu selama
kehamilannya, yang meliputi gangguan gastrointestinal dan gangguan Integumen secara menyeluruh.
Dalam hal ini, peran dari perawatan maternitas adalah memberikan perawatan yang baik dan efektif
untuk memenuhi kebutuhan unik ibu dan janin yang muncul akibat kondisi-kondisi medis. Sasaran
utama asuhan keperawatan ialah mengarahkan dan mendukung wanita dan keluarganya dalam
mencapai hasil akhir kehamilan yang optimal, baik untuk wanita hamil maupun janinnya. Perawat
berperan sebagai guru, konselor dan pendukung wanita dan keluarganya dalam mencapai hasil akhir
yang paling baik dan menangani masalah dan kekecewaan yang mungkin timbul
Pembahasn kali ini berfokus pada trauma selama kehamilan, dan gangguan pada sistem
Gastrointestinal dan gangguan pada sistem Integumen yang terjadi selama kehamilan.

I. TRAUMA DALAM KEHAMILAN

2.1 Trauma Selama Kehamilan
A. Pengertian
Trauma menjadi komplikasi kira kira 1 dalam 12 kehamian. Trauma adalah penyebab utama
kematian meternal dalam usia reproduksi dan mengambil bagian 20% dari kematian meternal
nonobstetrik. Penyebab kematian yang paling sering bagi janin dalam trauma besar adalah kematian
ibunya, jadi usaha menstabilkan keadaan ibu harus menjadi lebih didahulukan daripada keadaan
janinnya. Penilaian cepat terhadap ibu termasuk penilaian tingkat kesadarn, status pernapasa, dan
status kardiovaskular sementara pasien ditempatkan dalam posisi miring ke kiri agar uterus tidak
menekan vena cava.
Diperlukan oksigen dengan kejenuhan lebih dari 90%, dan biasanya lebih disukai satu pulse
oximeter dari pada gas darah arteri. Keadaan fetus harus dimonitor dini dalam penanganan trauma,
ketena lebih dahulu terjadi hipoperfusi kedalam rahim sebelum ibu menjadi syok. Namun begitu, tidak
ada pertimbangan intervensi atas indikasi janin jika secara hemodinamik jeadaan ibu belum stabil.

B. Jenis Trauma dalam Kehamilan
1. Trauma Abdomen
Trauma Abdomen yang menyebabkan perdarahan dalam perut mungkin adalah yang paling
sering terjadi dalam kehamilan. Trauma ini termasuk terjatuh, kecelakaan lalu lintas, atau penganiayaan
oleh suami. Solusio plasenta terjadi dini jika hal ini penyebabnya. Pada sebuah penelitian, solisio tidak
terjadi jika frekuensi his kurang dari satu kali tiap 10 menit dalam masa observasi 4 jam. Sebaliknyam
terjadi solusio pada 20% kasus jika frekuensi his nya lebih sering dalam jangka waktu yang sama. Anjuran
terakhir dari Komite Pengobatan Ibu Janin Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Amerika Serikat
adalah memonitor selama 2-6 jika dalam observasi tidak ada his, perdarahan atau nyeri rahim. Dengan
pemeriksaan ultrasonografi langsung dapat melihat keadaan jantung janin dan segera dapat
menetapkan usia kehamilan. Plasenta yang trelihat normal pada pemeriksaan ultrasonografi tidak
menyingkirkan solusio plesenta.

2. Trauma Tembus Abdomen
Trauma tembus abdomen umumnya disebabkan oleh luka tembak atau luka tusuk. Peluru yang
cukup kuat dapat menyebabkan luka berbentuk kerucut sepadan dengan diameter peluru. Sebuah
peluru yang menembus rahim biasanya tertinggal disana jika peluru itu bertenaga rendah seperti pistol
atau senapan renfire berkaliber kecil. Pada dua pertiga jumkah kasus janin biasanya mati atau cedera
jika rahim tertembus. Luka tusuk, terbatas pada seluas dan sebesar benda penusuk. Jika jelas
ditunjukkan tidak ada penembusan ke dalam rongga peritoneum atau ke ruang retroperitoneum,
membersihakan dan menutup luka mungkin sudah mencukupi. Luka pada perut bagian atas biasanya
menembus usus yang terdorong keatas oleh uterus yang besar. Kerusakan pada hati dan Limpa lebih
sering terjadi pada wanita hamil dari pada wanita yang tidak hamil.

3. Trauma Kepala
Trauma kepala terdapat pada pembunuhan atau kecelakaan lalu lintas. Pada kerusakan minor
tidak terdapat riwayat terbanting, kehilangan sadar, atau fraktur tulang tengkorak. Pada keadaan yang
demikian peralakuan terhadap laserasi atau abrasi sudah tercukupi. Pemeriksaan neurologis harus
dikerjakan setiap 2 jam untuk menilai tingkat kesadaran dan reaksi pupil. Jika terduga ada kerusakan
berat, langkah pertama setelah stabilisasi pasien adalah memberitahu dinas bedah syaraf.

C. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan sekunder yang teliti harus dilakukan terhadap penderita untuk mencari tanda tanda
tambahan dari trauma seperti laserasi atau kontusio. Pemeriksaan pelvis, menolong menemukan farktur
tulang panggul. Resusitas dan monitoring pasien tidak boleh terputus jika pasien di bawa kebagian
radiologi. Berikan tetanus toksoid bila dalam masa terakhir ( dalam batas waktu 10 tahun ) pasien tidak
menerima vakasinasi atau tidak diketahui. Irigasi peritoneum ( satu liter larutan ringer laktat hangat )
terbukti aman dan merupakan metoda yang peka untuk mendiagnosisi perdarahan inttraabdominal jika
terdapat tanda tanada yang mencurigakan terhadap perdarahan intraabdominal, sensorium yang
terganggu, syok yang tidak jelas sebabnya, kerusakan yang besra pada dada, atau kerusakan ortopedik
yang banyak. Jika iigasi positif ( cairan berdarah, hitung butir darah merah lebih dari 100.000sel/mm,
hitung sel darah putih lebih dari 175sel/mm, kadar amilase lebih dari 175 unit/mL ) maka perlu
dilakukan laparatomi. Jika irigasi negatif ( hitung darah merah kurang dari 50.000sel/mm , hitung butir
darah putih kurang dari 100sel/mm , amilase kurang dari 75 unit/mL , pasien boleh diobservasi saja.
Jika hasil irigasi meragukan, ulang irigasi atau pertimbnagan laparatomi.
2. Tes labaoratorium dan pemeriksaan diagnostik ditentukan oleh tipe cidera. Pemeriksaan darah
yang tepat meliputi tes serum amilase dan gas gas darah, profil perdarahan dasar, dan hitung sel darah
lengkap, golongan darah, dan cocok silang ( cross matching ). Pada kehamilan normal, jumlah sel
darah putih 18.000 / mm selama trisemester terakhir dan 25.000 / mm selama persalinan adalah hal
yang biasa. Namun, ilai nilai yang sama inu juga mengindikasikan hemoragi intaabdomen. DIC dapat
menyerupai trauma berat, abrupsio plasenta, dan sepsis.

D. Penatalaksanaan Perawatan
Kondisi waniat merupakan perhatian utama. Cedera yang diadapat menentukan tipe dan luas
pengkajian yang akan dilakuakn. Perhatian pertama difokuskan pada ABC dasar : jalan napas,
pernapasan, dan sirkulasi. Abdomen wanita dikaji untuk melihat adanya ruptur uterus dan aktivitas
uterus. Janin kemudian dikaji untuk diketahui denyut jantung dan aktivitasnya. Pengkajian kesehatan
secara individual dilakukan dengan catatan prenatal wanita ditinjau kembali, jika tersedia.
Temuan akibat cedera harus dibedakan dari perubahan fisiologis normal selama masa hamil.
Tanda ruptur organ yang umum, misalnya, guarding, nyeri tekan yang kuat, dan kekakuan ( rigiditas ),
mungkin hany amerupakan respon terhadap peregangan dinding abdomen. Apabila wanita diperiksa
dalam posisi supine, ia akan mengalami hipotensi dan nilai sistoliknya 80 mm Hg. Mengubah posisi
wanita ke posisi lateral atau mengubah posisi janin meningkatkan nilai sistolik sampai lebih dari 100 mg
Hg. Abdomen yang tenang, suatu tanda trauma usus, dapar merupaka temuan normal akibat penurunan
motilitas yang terjadi selama hamil. Waktu pengosongan lambung yang tertunda selama masa hamil.
Waktu pengosongan lambung, yang tertunda selama masa hamil, merupakan ancaman terjadinya
vomitus dan kemungkinan aspirasi, jika wanita baru makan dalam beberapa jam terakhir.
Selama hamil, wanita dapat mengalami kehilangan darah yang signifikan ( penurunan volume
darah sirkulasi sekitar 30% ) tanpa disertai tanda dan gejala hipovalemia yang biasa. Ukuran pembuluh
darah pelvis ( arteri retroperitonel dan parametrial ) menungkat selama masa hamil, sehingga pembuluh
darah tersebut lebih mudah mengalami kerusakan dan berpotensi mengalami ruptur. Uterus yang besar
dapat menyekat dan menyembunyikan hemoragi yang berasal dari hati dan limpa. Denyut yang cepat
hanya mencerminkan peningkatan yang biasa, yakni 10 sampai 15 kali / menit atau hal itu dapat
merupakan tanda hipovolemia.
Penatalaksanaan dalam Perawatan adalah sebagai berikut :
Kateter kandung kemih yang dipasang untuk darinase memfasilitasi penatalaksanaan terapi cairan dan
membantu menegakkan diagnosa. Misalnya, kesulitan dalam memasukkan kateter menunjukkan disturb
uretra dan hematuriamenunjukkan ruptur kandung kemih. Kateter juga memungkinkan akses untuk
pemeriksaan sinr X sistogram retrograde.
Hemoragi intraperitoneal harus dideteksi. Radiologi, ultrasound waktu-nyata ( real time ), dan
pemindai computed tomography merupakan modalitas diagnostik yang bermanfaat. Dokter memasang
kateter lavage peritoneal untuk mendeteksi hemoragi intraperotonel. Prosedur dilakukan melalui insisi
kecil ke dalam peritoneum, sementara wanita di bawah pengaruh anastesi lokal. Hasil tes positif untuk
perdarahan, jika aspirasi yang dihasilkan melebihi 10 ml darah bukan bekuan atau jika, setelah insisi 1
liter larutan Ringer laktat, cairan yang mengandung darah kembali pulih. Pemeriksaan radiografi
diprlukan untuk mengarahkan penatalaksanaan.
Selang nasogastrik diinseris jika diindikasikan karen awaktu pengososngan lambung yang tertunda dan
peningkatan waktu transit usus halus meningkatkan resiko vomitus dan aspirasi. Perawatan mulut dan
tindakan untuk menenagkan klien dilakukan untuk mengatasi setiap iritasi yang dibabkan oleh selang.
Cairan dan penggantian elektrolit dilakukan dan dipantau. Kebutuhan oksigen dipenuhi.

E. Pencegahan
Banyak kasus trauma dapat dicegah. Pasien dinasehati mempergunakan penahan pangkuan bahu ( lap
shoulder restraints ) karena lebih dapat melindungi janin daripada penahan pangkuan ( lap
restraints ) saja. Fleksi tubuh yang ekstrim yang terjadi dengan pemakaian sabuk pengaman pangkuan (
lap seat belt ) pada penurunan kecepatan dengan tiba-tiba menaikkan kejadian solusio plasenta.
Identifiksi pasien yang beresiko mengalami penganiayaan oleh suami bisa mencegah kasus traum pada
ibu dengan menawarkan konsultasi, perlindungan, atau intervensi hukum. Penganiayaan oleh suami
harus diduga bila ada tanda tanda kerusakan tersembunyi di bawah pakaian atau kerusakan pada
wajah dan kepala disertai oleh bekas bekas kerusakan mempertahankan diri yang baru atau yang
lama pada lengan bawah atau tangan.
Intervensi di mulai dengan upaya pencegahan. Wanita hamil di beri konseling untuk menghentikan
aktivitas yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi, untuk menggunakan restrein tempat duduk
di mobil dengan benar, untuk, untuk mengenali gejala dini yang yang merugikan, dan ubtuk mencari
terapi segera. Apabila waniat di hospitaliisasi hanya untuk diobservasi, ia akan dilibatkan dalam
pengkajian tanda dan gejal komplikasi.
Pada kasus trauma minor, wanita di rawat dirumah sakit dan dievaluasi untuk melihat hal hal berikut :
Perdarahan pervaginam, iritabilitas uterus, nyeri tekan abdomen, nyeri atau kram abdomen, bukti
hipovalemia, perubahan frekuensi denyut jantung janin, aktivitas janin, kebocoran cairan amnion, dan
keberadaan sel sel janin dalam sirkulasi matenal.
Perwatan trauma segera dilakukan dengan memberi perhatian utama pada ABC. Sementara hipoksia
dan hipovalemia dikoreksi, waniat harus ditransfer ke pusat trauma disertai tindakan antisipasi untuk
neonatus dan obstetri jika memungkinkan. Selama transfer, instruktur persalinan harus mewaspadai
terjadinya sindron autokaval ( hipotensi supine ). Wanita harus ditempatkan pada possisi miring atau
uterus harus digeser kesamping dengan alat penggeser uterus atau dengan menggunakan sebuah bantal
yang ditempatkan dibawah pinggul kanan wanita. Hipotensi harus dihindari untuk mencegah gangguan
curah jantung, yang kemudian diikuti penurunan aliran darah ke uterus.

F. Uterus Pascatraumatic dan Surveilen Janin
Apabila kondisi ibu telah stabil, perhatian difokuskan pada upaya memantau janin dan memantau
persalinan prematur dan abrupsio plasenta. Biasanya jika terjadi, komplikasi ini terjadi dalam 24 sampai
48 jam setelah kecelakaa ( Smith, Phelan, 1991 ). Ruptur uteus dapat terjadi pada tempat jaringa parut
terdahulu atau pada tempat implantasi, yang dilemahkan oleh peningkatan vaskularisasi di tempat
tersebut. Dorongan isi uterus ke dalam kavum abdomen dapat terjadi dan biasanya diikuti oleh
hemoragi masif.


II. GANGGUAN GASTROINTESTINAL

2.2 Gangguan Cerna ( Gastrointestinal )
Gangguan fungsi saluran cerna selama masa hamil tampak jelas pada semua wanita hamil.
Perubahan fisiologis yang jelas, seperti pembesaran uterus yang mencolok, dan perubahan yang tidak
terlalu terlihat, seperti perbedaan hormonal dan hipiklorhidria ( defisiensi asam hidroklorida dalam
asam lambung ), membutuhkan suatu pemahaman diagnosis dan terapi yang benar. Penyakit kandung
empedu dan penyakit radang usus merupakan dua gangguan saluran cerna yang dapat terjadi selama
masa hamil.
Kehamilan, sedikit atau banyak, berpengaruh terhadap fungsi saluran pencernaan. Telah
diterangkan gejala gejala hamil muda, di mana keluhan ibu lebih banyak melibatkan saluran makanan.
Banyak dokter menyangka ibu hamil muda menderita sakit lambung ; yang sebenarnya adalah gejala
dan tanda hamil muda.

A. MULUT
Hipersalivasi ( ptialismus )
Pada saat meludah, air liur keluar lebih banyak dari biasa. Sering disertai mual dan muntah. Setelah
trisemester I biasanya akan hilang dengan sendirinya. Tidak membahayakan kehamilan.
Gingivitis dan epulis
Gusi lunak, membengkak dan hiperemesis, karena gusi itu mudah berdarah, terutama sewaktu
menggosok gigi. Bila kebersihan mulut tidak dijaga, dapat terjadi peradangan mulut. Pencegahannya
dengan memelihara kebersihan mulut dan menggunakan obat kumur kumur.
Karies gigi
Gigi yang rusak pada waktu hamil akan memburuk karena nafsu makan berkurang, mual dan muntah,
sehingga kalisium menjadi berkurang. Hal ini segera dikonsultasikan ke dokter gigi.

B. ESOFAGUS DAN LAMBUNG
Pirosis ( heartburn )
Wanita mengeluh sakit dan pedih di ulu hati dan nyeri dad. Hal ini disebabkan regurgitasi isi lambung
yang asam ke bagian bawah esofagus. Keluhan ini akan hilang secara berangsur angsur dengan
kehamilan yang bertambah tua. Penanganan dilakukan dengan tidak makan sekaligus banyak, dalam
porsi kecil tetap lebih sering. Tidak dengan posisi setengah duduk. Penderita diberi obat-obatan
antasida.
Esofagitis erosif
Wanita hamil sering mual dan muntah sehingga terjadi erosif pada lambung. Gejalanya pedih dan nyeri
sewaktu menelan ( difagia ), ppirosis, dan kadang kadang denagn hematemesis. Terapi yang dilakukan
sama dengan pirosisi. Bila ada hematemesis, penanganan dengan diet bubur dan minum es.
Varises esofagus
Variese esifagus dijumpai pada sirosis hepatitis dan pada kehamilan menjadi lebih berat, Bahkan bisa
pecah dan terjadi perdarahan karena hipervolemia dan hipertensi portal.
Hernia hiatus
Rahim yang membesar menyebabkan tekanan intra abdominal bertambah sehingga bagian atas
lambung dapat masuk ke dalam hiatus esofagus disebut hernia hiatus. Menurut Siegel dan kawan-
kawan, frekuensi hernia hiatus kira kira 17% dari seluruh kehamilan. Multipara usia lanjut sering dari
primipara. Gejalanya pirosis, mual, muntah, dan bisa hematemesis. Diagnosa dengan menggunakan
fotorontgen. Pengobatan yang dilakukan bersifat sisitomatik. Tindakan operatif hanya bila terjadi
strangulasi.
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum jarang dijumpai dalam kehamilan. Biala ada muntah-muntah akan mmepersulit
penderita dalam kehamilan.
Gastritis
Keluhan hamil muda sering disangka gastritis karena memang gejalanya hampir sama yaitu nyeri ulu
hati, mual, muntah, anoreksia, dan menjadi kurus.

C. PENYAKIT USUS HALUS DAN USUS BESAR
Penyakit radang usus ( kolitis ulseratif )
- Penyakit radang usus dapat akut atau kronis. Penyakit radang usus yang kronis dapat
diklasifikasikan sebagai enteritis regional ( penyakit Crohn ) atau kolitis ulseratif
- Penyakit radang usus kronis cenderung mengalami periode aksaserbasi dan remisi. Penyebab
tidak diketahui. Manifestasi klinis gangguan yang kronis ini adalah diare cairan, urgensi untuk defekasi,
dan nyeri pada abdomen bawah yang kram. Darah, lendir, dan nanah dapat terlihat di dalam tinja.
- Efek dari penyakit radang usus pada kehamilan minimal, kecuali jika terdapat kelemahan yang
nyata, yang dapat menyebabkan aborsi spontan, kematian janin, atau kelahiran prematur.
- Jika kehamilan terjadi bersama dengan kolitis ulseratif aktif, kebanyakan wanita akan mengalami
ekserbasi penyakit yang berat. Apabila kehamilan terjadi selama gangguan tersebut tidak aktif, gejolak
penyakit kemungkinan tidak terjadi.
Ileus
- Ileus bisa di jumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, terutama pada partus lama dan
terlantar ; setelah bedah kebidanan dan sebagainya. Ileus parelitikus lebih sering dijumpai di bandingkan
ileus obstruktif. Gejala : muntah, perut gembung ( meteorismus ), obstipasi, dan bising usus diam (
paralitis )dan bising usus bunyi logam ( obstruktif ). Diagnosa lebih jelas dilakukan dengan foto rontgen.
Konsultasi dengan ahli bedah sangat dianjurkan.
- Penanganan :
Ileus obstruktif : segera tindakan operatif
Ileus paralisis : terapi konservatif dengan pemberian cairan dan elektrolit yang cukup. Pasang pipa
hidung lambung dan pipa rektum. Diberikan pula obat-obatan dekompresi untuk perut yang gembung.
Vulvulus usus
Usus terputar pada pangkalnya sehingga terjadi strangulasi. Hasil ini dapat dijumpai pada kehamilan dan
setelah persalinan. Keadaan ini sangat gawat ( abdomen kaku ) sehingga memerlukan tindakan operatif
segera dan harus bekerjasama dengan ahli bedah.
Hernia
Bermacam macam hernia yang timbul bersama dengan kehamilan : hernia ingunalis, umbilikalis,
femoralis dan sikatrika. Pada Kalla II persalinan, pembesaran rahim biasanya tidak memperberat hernia.
Apabila tidak terjadi inkarserasi, penanganan dilakukan secara konservatif. Bila terjadi hernia segera
dilakukan tindakan operatif.
Apendisitis ( radang usu buntu )
Walaupun apendisitis akut jarang terjadi dalam kehamilan dan gejalanya dapat membingungkan dengan
gejala abdomen akut obstetrik ( KET, solusio plesenta , dll ). Dalam kehamilan, diagnosis lebih sulit
karena usus usus terdorong ke atas oleh rahim yang membesar. Penanganna apendisitis kronik dalam
kehamilan diobati dengan cara konservatif dengan obat obat yang cukup. Apabila terjadi apendisitsi
akut, segera dioperasi. Umumnya prognosis ibu dan janin baik.
Hemoroid ( Wasir )
Pemekaran pembulu-pembuluh darah direktum disebut hemorod. Wasir yang sudah ada dapat menjadi
lebih besar karena kehamilan. Pada waktu defekasi terasa nyeri dan luka serta mengeluarkan darah.
Keadaan akan lebih berat jika ada komplikasi infeksi atau trombosit. Prolaps hemoroid terjadi pada
waktu defekasi dan pada kalla II persalinan ( mengedan . Penangan dengan memberikan obat-obat nati
wasir berupa anusol atau salep. Wsair tidak mengganggu kehamilan dan persalinan.
Penyakit-penyakit lain
Penyakit-penyakit lain yang jarang dijumpai dalam kehamilan adalah :
- Tumor ganas usus besar
- Megakolon
- Pruritus ani
- Fisura ani
D. PENGOBATAN
Antasida biasanya berhasil mengurani rasa panas dalam perut sekalipun tidak akan dapat
menyembuhkannya dengan sempurna. Walaupun ada sedikit data tentang pengaruhnya terhadap janin,
pemberian antasida dalam dosis yang tidak melebihi yang dianjurkan olah pabrinya dipandang aman
dalam masa kehamilan. Tidak ada antasida yang jelas-jelas lebih disenangi walaupun pada umumnya
para dokter spesialis kebidanan lebih menyukai antasida yang mengandung kalsium. Bentuk tablet kebih
menyenangkan dari pada natasida dalam bentuk cairan dan bisa lebih efektif, karena pengeluaran air
ludah diperlukan pasa waktu mengunyah.
Simetidin ( Tagamet ) adalah antagonis resptor histamin2 pertama yang dikenal sebagai obat antisekresi
untuk penyakit tukak lambung dan refluks gastroesofagus. Karena kemungkinan ada efek anti-
androgenik pada simetidin ranitidin ( Zantac ) atau famotadin ( Pepcid ) lebih disukai dari pada simetidin.
Semua obat ini melewati plasenta pada manusia secara difusi yang relatif lebih lambat dari pada obat-
obat lain. Terdapat beberapa laporan tentang epmakaian antagonis dalam kehamilan dini, tetapi belum
ada pengaruh yang tidak baik terhadap janin yang pernah terlihat.
Sulfasalazin sering dipergunakan sendiri atau komboinasi dengan kortikosteroid untuk mengobati
penyakit radang usus. Obat ini dipecah oleh bakteri untuk membentuk 5-aminosalisilat dan
sulfapiridin.Sulfasalazin menghalangi penyerapan asam folat di dalam usus kecil, dengan demikian
diperlukan mensuplai asam folat dalam bentuk vitamin prenatal dalam kehamilan. Sulfasalazin juga
dikeluarkan kedalam air susu ibu, dengan konsentrasi mendekati 30% dari dari yang terdapat di dalam
serum ibu pada saat yang sama.
Kepada pasien yang gagal dengan pengobatan diatas , biasanya diebrikan kortikosteroid. Obat ini
memberiakn faedah dengan membanjiri jaringan usus yang meradang dan dan mengerahkan pengaruh
inhibisinya terhadap respon radang yang bergantung kepada dosis. Kortikosteroid dapat diberikan baik
per os maupun supositoria pada kolitis di bagian distal. Sebagai permulaan dapat diberikan dosis 40mg.
Dosis tunggal lebih disukai, dan umumya pasien mengalami perbaikan dalam masa 1-2 minggu. Setelah
itu dosis umumnya diturunkan untuk membutuhkan terapi total berlangsung selama 4-8 minggu.

III. GANGGUAN INTEGUMEN

2.3 Gangguan Integumen
Ganguan dermatologis yang diinduksi kehamilann meliputi malasma ( kloasma ), gestationis herpes,
pruritus bukan radang pada masa hamil, vascular spider, palmar erythema, dan granuloma kehamilan (
termasuk epulides ). Masalah-masalah kulit, yang umumnya diperburuk oleh kehamilan, ialah akne
vulgaris ( akne ) ( pada treisemester pertama ), multiforme eritema, dermatitis herpetiform ( fever
blister dan herpes genital ) , granuloma inguinalis ( badan Donovan ), kondilomata akuminata, ( kutil
pada genital ), neurofibromatosis ( penyakit von Recklinghausen ), dan pemfigus. Gangguan dermatologi
yang biasanya meningkat akibat kehamilan, mencakup akne vulgaris ( pada trisemester ketiga ),
dermatitis seborea ( ketombe ), psoriasis. Dermatitis stopik, lupus eritematosus, dan herpes simpleks
yang tidak diduga dapat terjadi selama masa hamil.
Aborsi elektik atau kelahiran dini dapat dilakukan untuk beberapa kondisis dermatologi. Kondisi
kondisi ini meliputi diseminasi eritematosus lupus, neurofibromatosis, dan herpes gestationis. Herpes
gestationis ( bukan gangguan yang didinduksi oleh virus ) merupakan penyakit kulit dalam bentuk
lepuhan kulit yang jarang terjadi pada masa hamil. Prednison biasany dapat menyembuhkannya dengan
segera dan menghambat pembentukan lesi-lesi baru. Proses tersebut dapat terjadi lagi pada kehamilan
berikutnya ( Cunningham,dkk.,1993 ).
Isotretinoin ( Accutane ), yang umumnya diprogramkan untuk akne kistik, sangat bersifat
teratogenik. Terdapat resiko malformasi kraniofasial, malformasi jantung, dan malformasi SSP pada
janin yang terkena .
Penjelasan, upaya untuk meyakinkan, dan tindakan umum lain harus dilakukan, jika terjadi
perubahan kulit yang normal. Sebaliknya, proses penyakit selama dan segera setelah kehamilan secara
ekstrem sulit didiagnosis dan diobati.

A. PENYAKIT KOLAGEN DALAM KEHAMILAN
Penyebab penyakit kolagen tidak diketahui. Penyakit ini menyerang jaringan ikat atas dasar
autoimun dan reaksi alergik terhadap antigen dari luar. Diantara penyakit kolagen yang dapat dijumpai
dalam kehamilan dan memberikan pengaruh timbal balik akan dibicarakan di bawah ini.
Gejala klinik hampir sama, yaitu : degenerasi fibrionoid, vaskulitis, dan proliferasi pada jaringan
ikat kolagen. Maka manifestasinya berupa : artritis dan kelainan-kelainan pada beberapa organ tubuh.
Lupus Eritematosus Diseminatus
Ada 2 jenis dari sudut klinis :
a. Jenis Diskoid : tidak berbahaya, hanya terbatas berbahaya pada kulit dan tidak berpenngaruh
timbal balik terhadap kehamilan.
b. Jenis Sistemik : selain pada kulit dapat tersebar luas pada organ organ tubuh lainnya. Berbahaya
karena berpengaruh timbal balik terhadap kahamilan.
Pengaruh terhadap kehamilan :
Abortus, partus prematurus, kelahiran mati, dan pre-eklampsia. Prognosis ibu dapat jelek karena
itu dapat dipertimbangkan untuk abortus buatan.
Pengobatan dilakukan dengan memberikan kortiko-steroid per suntikan dan per oral. Kadang-
kadang diperlukan dosisi tinggi.

Artritis Rematik
Menurut Hench, kira-kira 70% penderita artritis rematik akan mengalami perbaikan bila menjadi hamil,
mungkin karena kadar kortikosteroid meningkat.
Sebaliknya, jalan penyakit dapat memburuk selama kehamilan. Penyakit ini dapat timbul pertama kali
bila waniat hamil.
Bila artritis, yang telah lama diderita, mengenai panggul ; dapat menimbulkan distosia waktu persalinan.

Dermatomiositis
Dermatomiositis adalah peradangan kulit dan otot dengan sebab yang tidak jelas. Jalan penyakit bisa :
akut, sub akut, dan kronis, dan dapat pula menjadi sistemik. Menurt beberapa penelitian, kira kira
20% dermatomiositis disertai tumor ganas, misalnya pada paru-paru, payudara, lambung, uterus,
serviks, dan ovarium. Operasi pada tumor tumor tersebut kadang kala dapat menyembuhkan
dermatomisitis secara menetap. Pengaruh timbal balik terhadap kehamilan belum begitu diketahui.


Skleroderma
Skleroderma adalah kelainan penebalan dan pengerasan pada kulit lokal atau bisa genera. Penyakit nin
biasanya dijumpai pada wanita dalam umur reproduktif dabn sering menyebabkan kemandulan.
Skleroderma tidak berpengaruh timbal balik terhadap kehamilan. Bila penyakit meluas, mungkin karena
keadaan umum ibu yang mundur, dapat timbul partus prematurus dan abortus.

B. PENYAKIT KULIT
Penyakit kulit di bawah ini berhubungan erat dengan kahamilan yang mungkin timbul dalam
kehamilan.

Priritus Kehamilan
Penyebab tidak diketahui, mungkin oleh toksik, endokrin, neurologik, atau gangguan faal hati dalam
kehamilan.
Keluhan rasa gatal bisa lokal pada perut, genitalia, dan perineum atau dapat pula diseluruh badan.
Keluhann baru berkurang pada akhir kehamilan dan sesuda nifas serta dapat timbul kembali pada
kehamilan berikutnya.
Penanganan :
a. Diet tinggi kalori, rendah lemak, dan tinggi protein.
b. Diberi Vitamin
c. Untuk gatal-gatal, diberikan obat-obat : antihistamin, sedatif, dan kalsium.

Herpes Gestationis
Penyebab herpes gestasionis tidak jelas, beberapa teori yang dikemukakan :
a. reaksi hiper-imun antara jaringan janin dan ibu ;
b. Kerusakan syaraf vasomotor oleh toksin atau enzim yang dihasilkan oleh janin ;
c. Tekanan ( stres ) kehamilan ;
d. Gangguan faal ginjal oleh keracunan ;
e. Reaksi lokal karena tingginya kadar HCG.

Jalannya penyakit :
a. Dapat timbul setiap saat dalam kehamilan
b. Paling sering pada triwulan II kehamilan ;
c. Hilang 4-16 minggu setelah persalinan ;
d. Dapat timbul kembali pada kehamilan berikutnya.

Gejala-gejala : Eritemia, vesikula berkelompok, rasa panas, dan gatal ; dapat timbul beberapa pustula
dan bula. Tempat yang disukai adalah : perut, dada, muka, punggung, lengan bawah, dan tungkai daerah
ekstensor.

Pengaruh terhadap janin :
a. Angjka kejadian cacat bawaan agak tinggi ;
b. Abortus, kelahiran mati, dan monstrum.

Penanganan :
a. Diet;
b. Kortikosteroid dan ACTH dosis tinggi ;
c. Anti gatal : lokal krem atau lotion dan makanan obat antihistamin, analgetik, dan sedatif.

Nevus Pigmentosus dan Melanona
Walaupun jarang, nevus pigmentosus dapat timbul dalam kehamilan. Bila penyakit ini telah ada sebelum
kehamilan, dapat bertambah besar dan warnanay bertambah gelap serta dapat berubah kearah (
melanoma ). Penyebabnya karena pengaruh hormon-hormon kehamilan. Melanoma merupakan tumor
ganas karena cacat bermetastasis.
Penanganan :
a. Nevus Pigmentousus selama kehamilan harus diobservasi
b. Dianjurkan diangkat ( eksis ) bila, :
Lokasinya pada daerah mudah iritasi ;
Lokalisasinya di genetalia atau kaki ;
Permukaan rata, warna biru, atau coklat tua ;
Cepat besar, warna tambah gelap, ulserasi, mudah berdarah, dan nyeri.
Melanima dan Kehamilan :
a. Operasi radikal ( eksis radikal ) harus dilakukan baik diluar kehamilan apalagi dalam kehamilan.
b. Prognosis untuk ibu dan janin buruk ;
c. Melanoma merupakan tumor yang paling sering bermetastasi ke plasenta dan janin.

Botak Hamil atau ( Alopesia )
Karena pengaruh hormon-hormon dalam kehamilan beberapa wanita hamil dapat menjadi botak, baik
alopesia areata ( beberapa tumpukan ) atau alopesia totalis ( botak total ). Pengobatan sulit, mungkin
pendekatan psikologik dan memakai rambut palsu dianjurkan. Kadang-kadang pertumbuhan rambut
kembali terjadi beberapa lama setelah melahirkan, namun tidak dapat dipastikan.

Molluskum Fibrosum Gravidarum
Molluskum fibrosun Gravidarum adalah pertumbuhan bertangkai dengan ukuran bervariasi dari sebesar
ujung jarum sampai kacang, berwarna sama dengan kulit atau sedikit lebih gelap. Lokalisasi penyakit ini
pada leher, payudara,dada, dan ketiak. Penyebabnya salah satu hoemon gonadotropin yang
merangsang kulit. Penyakit ini timbul umumnya pada bualn terakhir kehamilan dan akan hilang setelah
beberapa lama kelahiran. Penanganan dilakukan dengan eksisi atau elektrokoterisasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Trauma adalah penyebab utama kematian meternal dalam usia reproduksi dan mengambil bagian
20% dari kematian meternal nonobstetri. Penyebab kematian yang paling sering bagi janin dalam
trauma besar adalah kematian ibunya, jadi usaha menstabilkan keadaan ibu harus menjadi lebih
didahulukan daripada keadaan janinnya.
2. Jenis Trauma dalam Kehamilan : Trauma Abdomen,Trauma Tembus Abdomen , Trauma Kepala
3. Gangguan fungsi saluran cerna selama masa hamil tampak jelas pada semua wanita hamil.
Perubahan fisiologis yang jelas, seperti pembesaran uterus yang mencolok, dan perubahan yang tidak
terlalu terlihat, seperti perbedaan hormonal dan hipiklorhidria ( defisiensi asam hidroklorida dalam
asam lambung ), membutuhkan suatu pemahaman diagnosis dan terapi yang benar. Penyakit kandung
empedu dan penyakit radang usus merupakan dua gangguan saluran cerna yang dapat terjadi selama
masa hamil.
4. Gangguan fungsi saluran cerna ; MULUT ( Karies gigi, Gingivitis dan epulis, Hipersalivasi ( ptialismus ),
ESOFAGUS (Pirosis , Esofagitis erosif Varises esofagus, Hernia hiatus, Gastritis, Ulkus peptikum ),
PENYAKIT USUS HALUS DAN USUS BESAR (Penyakit radang usus , Ileus ,Vulvulus usus, Hernia,
Apendisitis, Penyakit-penyakit lain , Hemoroid )
5. Ganguan dermatologis yang diinduksi kehamilann meliputi malasma ( kloasma ), gestationis herpes,
pruritus bukan radang pada masa hamil, vascular spider, palmar erythema, dan granuloma kehamilan (
termasuk epulides ). Masalah-masalah kulit, yang umumnya diperburuk oleh kehamilan, ialah akne
vulgaris ( akne ) ( pada treisemester pertama ), multiforme eritema, dermatitis herpetiform ( fever
blister dan herpes genital ) , granuloma inguinalis ( badan Donovan ), kondilomata akuminata, ( kutil
pada genital ), neurofibromatosis ( penyakit von Recklinghausen ), dan pemfigus. Gangguan dermatologi
yang biasanya meningkat akibat kehamilan, mencakup akne vulgaris ( pada trisemester ketiga ),
dermatitis seborea ( ketombe ), psoriasis. Dermatitis stopik, lupus eritematosus, dan herpes simpleks
yang tidak diduga dapat terjadi selama masa hamil.
3.2 Saran
Trauma kehamilan merupakan hal yang berbahaya bagi Ibu hamil dan Calon bayi, karena dapat
mengalami kematian pada ibu ataupun janin yang di kandung jika penanganannya tidak tepat. Selain itu
perlu adanya pengetahuan Ibu terkait dengan trauma selama kehamilan sehingga dapat meminimalkan
adanya trauma yang berbahaya. Gangguan gangguan yang dialami Ibu selama masa kehamilan
merupakan hal yang normal jika gangguan yang dialami tidak berlebihan atau sampai mengganggu
kesehatan terhadap Ibu dan Janin yang dikandung.
Peran perawat disini adalah memberikan tindakan perawatan yang tepat, sebagai pemberi
informasi dan sebagai kolaboratif dalam menangani permasalahan pada Ibu hamil, khususnya Trauma
selama kehamilan, dan gangguan gangguan pada Gastrointestinal, dan Integumen. Perhatian tentang
adanya gangguan masalah Endokrin dan gangguan lainnya juga harus diperhatikan dengan teliti.

Anda mungkin juga menyukai