Anda di halaman 1dari 25

1

BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk
menjelaskan suatu negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah.
1

Tingkat pembangunan bisa saja bervariasi di dalam negara berkembang
tersebut. Sejumlah negara berkembang memiliki standar hidup rata-rata
yang tinggi.
2
Indonesia adalah negara yang dikategorikan sebagai negara
berkembang. Sejak merdeka pada tahun 1945 Indonesia bertahap
melakukan pembangunan nasional dan memperluas kerjasama dengan
pihak asing dalam berbagai bidang untuk kemajuan negara.
Berdasarkan pendapatan perkapitanya, ada 4 macam negara, yaitu
sebagai berikut.
3

1. Negara berpendapatan rendah, yakni negara yang memiliki
pendapatan per kapita kurang dari US$ 675.
2. Negara berpendapatan menengah bawah, yakni negara yang
memiliki pendapatan perkapita antara US$ 675 2.695.
3. Negara berpendapatan menengah ke atas, yakni negara yang
memiliki pendapatan perkapita antara US$ 2.696 8.335.

1
Statistics | Human Development Reports (HDR) | United Nations Development
Programme (UNDP), http://hdr.undp.org/en/data diakses tanggal 4 Mei 2014.
2
Sullivan, Arthur; Steven M. Sheffrin (2003). Economics: Principles in Action. Upper
Saddle River, New Jersey 07458: Pearson Prentice Hall. hlm. 471. ISBN 0-13-063085-
3.
3
"How We Classify Countries", http://data.worldbank.org/about/country-classifications
diakses tangga; 4 Mei 2014.
2

4. Negara berpendapatan tinggi, yakni negara yang memiliki
pendapatan perkapita lebih dari US$ 8.336.
Secara umum,yang dimaksud negara berkembang ialah negara yang
bidang perekonomian dan tingkat kehidupan masyarakatnya masih
berada dalam tahap perkembangan. Indonesia yang digolongkan dalam
kategori negara berkembang tentunya berupaya semaksimal mungkin
untuk meningkatkan pembangunan negara dalam berbagai sektor. Salah
satunya adalah peningkatan pembangunan di bidang industrialisasi yang
nantinya juga akan menyerap banyak tenaga kerja.
Dalam melaksanakan pembangunan diperlukan beberapa faktor yang
menunjang seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor
tersebut merupakan hal yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya. Dari ketiga faktor tersebut, faktor tenaga kerja
merupakan peranan yang tidak kalah pentingnya dibanding faktor
penunjang lainnya. Hal ini didukung oleh jumlah penduduk yang sangat
besar, merupakan salah satu modal yang sangat penting. Mengingat
faktor tenaga kerja dalam proses pembangunan ini harus diperhatikan,
oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk membina, mengarahkan
serta perlindungan bagi tenaga kerja untuk menciptakan kesejahteraan
yang berkaitan dengan yang dilakukannya.
Pada dasarnya kekuatan yang ada dalam suatu perusahaan terletak
pada orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Apabila tenaga
3

kerja diperlakukan secara tepat dan sesuai dengan harkat dan
martabatnya, perusahaan akan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan
yang diinginkan oleh perusahaan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa
faktor sumber daya manusia memegang peranan yang paling penting
dan utama dalam proses produksi, karena alat produksi tidak akan
berjalan tanpa dukungan dan keberadaan sumber daya manusia.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa :
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
Yang dimaksud dengan pekerjaan dan penghidupan yang layak
adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja
berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Pekerja mungkin saja mendapat kecelakaan atau
penyakit yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang dilakukannya baik
dalam proses bekerja ataupun merupakan efek dari proses bekerja.
International labour Organization (ILO) pada tahun 1981 memutuskan
konvensi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja yang isinya
menetapkan bagi negara-negara peserta untuk membuat kebijakan
nasional berupa undang-undang atau aturan hukum lain yang dapat
mengikat perusahaan untuk menerapkan aturan yang mencegah
kecelakaan dan cedera pada kesehatan yang timbul dari, terkait dengan
atau terjadi pada saat bekerja, dengan meminimalkan penyebab potensi
4

bahaya yang melekat dalam lingkungan kerja, sejauh hal tersebut layak
diterapkan.
4
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang
penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja
tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Terdapat beberapa pengertian tentang
keselamatan dan kesehatan kerja yang didefinisikan oleh beberapa ahli,
dan pada dasarnya definisi tersebut mengarah pada interaksi pekerja
dengan mesin atau peralatan yang digunakan, interaksi pekerja dengan
lingkungan kerja, dan interaksi pekerja dengan mesin dan lingkungan
kerja. Tingginya tingkat kecelakaan kerja tidak hanya akan berakibat
pada pribadi pekerja namun juga pada peruhaan yang memperkerjakan,
tentunya hal semacam ini perlu menjadi perhatian tidak hanya bagi
pemerintah tetapi juga masyarakat untuk membela hak para pekerja
tersebut. Secara global pada tahun 2011 ILO memperkirakan sekitar 337
juta kecelakaan kerja terjadi tiap tahunnya yang mengakibatkan sekitar
2,3 juta pekerja kehilangan nyawa. Sementara itu data PT Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) memperlihatkan bahwa sekitar 0,7
persen pekerja Indonesia mengalami kecelakaan kerja yang
mengakibatkan kerugian nasional mencapai Rp 50 triliun.
5
Kondisi

4
Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
http://www.ilo.org/safework/info/standards-and-instruments/WCMS_172714/lang--
en/index.htm diakses tanggal 8 Mei 2014.
5
Hari Keselamatan dan Kesehatan se-Dunia : Mencegah Kecelakaan Kerja Melalui
Manajemen Risiko K3 ,http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_155174/lang-
-en/index.htm diakses tanggal 8 Mei 2014.
5

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia,
Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya
saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.
Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang
rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah
juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat manusiawi
atau bermartabat.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa angka kecelakaan kerja
masih sangat tinggi. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia melalui
mandat regulasinya mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja. Namun, untuk mewujudkan
manajemen keselamatan kerja ini diperlukan aturam hukum
pelaksananya yaitu PERMENAKER No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dari penjelasan di atas
dapat dilihat bahwasanya kecelakaan/ insiden dalam pekerjaan dapat
terjadi sewaktu-waktu. Akibat dari kecelakaan tersebut dapat
menyebabkan cedera/luka, gangguan proses pekerjaan akibat tingkat
6

absensi yang menurunkan produktivitas sehingga menurunnya kinerja
karyawan.
Dari Latar Belakang Tersebut, Penulis Tertarik Untuk Melakukan
Penelitian Dengan Judul Penerapan Norma-Norma Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Dalam Upaya Mencegah Kecelakaan Kerja
Dan Penyakit Akibat Kerja, Di Hubungkan Dengan Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Junto
Permenaker No.5 Tahun 1996 Tentang Manajemen K-3.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah keefektivitasan penerapan sistem manajemen K3
dikawasan industri Kota Bandung khususnya PT. Sanbe Farma
Indonesia?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum pekerja yang mendapatkan
kecelakaan kerja atau akibat lain yang ditimbulkan dalam proses
bekerja?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan manajemen k3 sesuai
dengan UU No.1 tahun 1970 jo. PERMENAKER No. 5 Tahun 1996
diterapkan dalam perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah
sekitar Bandung.
7

2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat perlindungan hukum
ketenagakerjaan terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan kerja
ataupun lerugian lain yang ditimbulkan akibat bekerja.

D. Manfaat Penelitian
Peniliti berharap penelitian ini memiliki manfaat praktis maupun
manfaat akademis bagi segenap civitas academica maupun masyarakat
umum yang berminat terhadap masalah-masalah ketenagakerjaan
khususnya di bidang penerapan sistem manajemen keselematan dan
kesehatan kerja para pekerja :
1. Manfaat Teoritis
a. Agar menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang
penguasaaan tentang hukum ketenagakerjaan dan ilmu perdata.
b. Agar mengetahui bagaimana klasifikasi manajerial keselamatan
dan kesehatan kerja yang baik dalam sebuah perusahaan.
c. Agar mengetahui bagaimana hukum ketenagakerjaan yang
berlaku di Indonesia mengatur tentang hak dan kewajiban dari
perusahaan terhadap pekerjanya.
d. Agar dapat menerapkan pengetahuan tentang hukum perdata dan
ketenagakerjaan yang diperoleh selama masa perkuliahan.
1. Manfaat Praktis
8

a. Diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum
perdata dan ketenagakerjaan di Indonesia.
b. Dapat menjadi informasi bagi perusahaan untuk menerapkan
sistem jaminan dan managerial keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia.
c. Menjadi bahan referensi bagi pembaca, baik mahasiswa, maupun
dosen ataupun masyarakat umum sehubungan dengan hukum
ketenagakerjaan.
E. Kerangka Pemikiran
Hukum perburuhan atau ketenagakerjaan (Labour Law) adalah
bagian dari hukum berkenaan dengan pengaturan hubungan perburuhan
baik bersifat perseorangan maupun kolektif. Secara tradisional, hukum
perburuhan terfokus pada mereka (buruh) yang melakukan pekerjaan
dalam suatu hubungan subordinatif (dengan pengusaha/majikan).
Disiplin hukum ini mencakup persoalan-persoalan seperti pengaturan
hukum atau kesepakatan kerja, hak dan kewajiban bertimbal-balik dari
buruh/pekerja dan majikan, penetapan upah, jaminan kerja, kesehatan
dan keamanan kerja dalam lingkungan kerja, non-diskriminasi,
kesepakatan kerja bersama/kolektif, peran-serta pekerja, hak mogok,
9

jaminan pendapatan/penghasilan dan penyelenggaraan jaminan
kesejahteraan bagi pekerja dan keluarga mereka.
6

Hukum ketenagakerjaan merupakan istilah yang sulit untuk ditemui
kesepakatan mengenai definisinya. Ada berbagai pendapat yang masing-
masingnya memiliki pandangan berbeda mengenai apa itu hukum
ketenagakerjaan. Definisi Hukum ketenagakerjaan menurut para ahli,
antara lain :
7

1. Menurut Moleenar, bahwa Hukum Ketenagakerjaan adalah
sebagian dari hukum yang berlaku pada pokoknya mengatur
hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha.
2. Menurut Mr. G. Lavenbach, bahwa Hukum Ketenagakerjaan
adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, dimana
pekerjaan itu, dilakukan dibawah pimpinan dan dengan keadaan
penghidupan yang langsung bersangkut paut dengan hubungan
kerja itu.
3. Menurut Mr. N.E.H. Van Esveld, bahwa Hukum
Ketenagakerjaan adalah tidak hanya meliputi hubungan kerja
dimana pekerjaan itu dibawah pimpinan, tetapi meliputi pula
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang melakukan
pekerjaan atas tanggungjawab resiko sendiri.

6
Agusmidah,dkk, Bab-Bab tentang Hukum Perburuhan Indonesia, Pustakan Larasan,
Jakarta, 2012, hlm 1.
7
Sedjun H. Manulang, Pokok-Pokok Ketenagakerjaan Indonesia, Penebit Rineka Cipta,
Jakarta, 1987, hlm 2.
10

4. Menurut Mr. Mok, bahwa Hukum Ketenagakerjaan adalah
hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan
dibawah pimpinan orang lain dan dengan penghidupan yang
layak langsung bergantung pada pekerjaan itu.
Sedangkan pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003, Tenaga Kerja adalah Tiap orang yang
mampu melaksanakan pekerjaannya baik didalam maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
mengetahui kebutuhan masyarakat. Sebelum menjadi pekerja
tentunya harus ada kesepakatan antara pihak perusahaan yang
memperkerjakan dengan pekerja baik mengenai upah, tanggung
jawab pekerjaan, dll dan kesepakatan itu dibuat dalam suatu kontrak
perjanjian kerja. Hukum positif Indonesia mengatur tentang perlunya
kontrak kerja untuk menjamin hak-hak dan kewajiban-kewajiban
baik perusahaan maupun pekerja. Definisi perjanjian kerja menurut
Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) adalah perjanjian antara
pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerja harus dipatuhi
dan dilaksanakan oleh para pihak yang membuatnya. Namun,
perjanjian kerja pun dapat diakhiri bilamana:
11

1. Pekerja meninggal dunia;
2. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
3. Adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
4. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
Berakhirnya perjanjian kerja sebagaimana tersebut di atas
diatur dalam Pasal 61 ayat (1) UU Ketenagakerjaan.
Prof. Iman Soepomo dalam bukunya Pengantar Hukum
Perburuhan membagi hukum perburuhan menjadi lima bidang
sebagai berikut.
a. Bidang pengerahan dan penempatan tenaga kerja.
b. Bidang hubungan kerja.
c. Bidang kesehatan kerja.
d. Bidang keselamatan/keamanan kerja.
e. Bidang jaminan sosial.
12

Kelima bidang yang dikenal sebagai sistematika pancawarna
tersebut didasarkan pada pembagian materi perundang-undangan
yang mengatur mengenai perburuhan.
8

Seorang tenaga kerja tidak hanya memiliki kewajiban yang
menjadi tugasnya pada perusahaan melainkan juga mendapatkan
haknya. Selain upah yang dijanjikan dalam kontrak, pekerja juga
berhak mendapatkan jaminan sosial keselamatan dan kesehatan
kerja. Jaminan bahwa jika terjadi sesuatu hal di luar keinginan baik
perusahaan maupun pekerja yang terjadi dalam proses bekerja
ataupun akibat dari hal tersebut yang mengakibatkan kerugian pada
tubuh ataupun psikis pekerja.
Ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor yang dapat
menunjang keberhasilan pembangunan. Tenaga Kerja merupakan
salah satu subyek pembangunan yang mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses produksi barang dan jasa, disamping itu
juga merupakan pihak yang ikut menikmati hasil pembangunan.
Pembangunan nasional yang terus berlangsung selama ini telah
memperluas kesempatan kerja dan memberikan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan hidup bagi tenaga kerja. Namun
kemampuanbekerja dan penghasilan tersebut dapat berkurang atau

8
Helena Poerwanto dan Syaifullah, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta,
2005, hal. 18.
13

hilang karena berbagai resiko yang dialami oleh tenaga kerja, yaitu
kecelakaan, cacat, sakit, hari tua dan meninggal dunia.
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata safety dan
biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang
dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi
pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan
maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya
mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil
resiko terjadinya kecelakaan.
9
Keselamatan dan kesehatan kerja
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan
pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi
meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula

9
Syaaf, 2007, Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
http://syaaf.wordpress.com/2007/03/27/k3-kesehatan-keselamatan-kerja. diakses tanggal
8 Mei 2014.
14

meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Keselamatan
kerja merupakan sarana untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
10
Keselamatan kerja erat
bersangkutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas.
Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan
produktivitas atas dasar : Dengan tingkat keselamatan kerja yang
tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan
kematian dapat ditekan sekecil-kecilnya. Tingkat keselamatan yang
tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja
dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian dengan tingkat
produksi dan produktivitas yang tinggi.
11

Untuk menjamin terlaksananya program sistem managerial K3
ini diperlukan adanya pengawasan lagsung dari pihak yang
berwenang dan perlindungan hukum terhadap pekerja. Perlindungan
hukum menurut Harsono mempunyai makna sebagai perlindungan
dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang
diberikan oleh hukum, ditujukan kepada perlindungan terhadap
kepentingan- kepentingan tertentu yaitu dengan cara menjadikan

10
Sumamur, Keselamatan Kerja dan Pencegah Kecelakaan,CV Haji
Masagung,Jakarta,1993,hlm 1.
11
Ibid, hlm 4.
15

kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam sebuah hak
hukum.
12

Program Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
dasarnya menuju pencapaian keselamatan optimal yang
memungkinkan meminimalkan terjadinya kecelakaan. Menurut
Muljono bahwa tujuan dan sasaran manajemen K3 adalah
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
13
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) membutuhkan satu asas
tersendiri sebagaimana digambarkan dibawah ini:
14




Gambar 2. Kaitan antara K3 dengan Kinerja Karyawan.

12
Harjono, Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta ,
2008, hlm 85.
13
J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi Revisi. Prenada Media, 2004,
Jakarta, hlm 26.
14
Uber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Jakarta, 2009, hlm 29.
Kebijakan
Manajemen
Operasional Prestasi Kerja
Kondisi Kerja
Prestasi kerja
Kondisi kerja
Perbuatan yg
tidak selamat
Kondisi yg
tidak selamat
Kecelakaan :
Fatal
Luka-luka
16

Berdasarkan penjelasan dan gambar diatas dapat di katakan
bahwasanya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak hanya
bertujuan mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja tapi juga
memiliki visi dan misi jauh ke depan yang bertujuan mewujudkan
tenaga kerja yang sehat, selamat, produktif, serta sejahtera dan
memiliki kinerja yang optimal.
Penyebab kecelakaan kerja ada empat faktor diantaranya:
faktor nasib dari para karyawan, Faktor lingkungan fisik pada
karyawan, seperti mesin, gedung, ruangan, peralatan. Faktor
kelalaian manusia dan faktor ketidakserasian kombinasi faktor-faktor
produksi yang dikelola dalam perusahaan.
Berkaitan dengan implementasi Kesehatan dan keselamatn
Kerja (K3) dalam lingkungan perusahaan, upaya yang dilakukan
pihak pemerintah sebagai pembentuk regulasi adalah mewujudkan
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Kepesertaan program
Jamsostek bagi pekerja/buruh bersifat wajib sekaligus merupakan
hak yang harus dipenuhi oleh pemberi kerja bagi para pekerjanya.
Komponen yang termasuk dalam program ini terdiri dari Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua
(JHT), serta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
Pembiayaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja ditanggung oleh
perusahaan dan tenaga kerja sesuai dengan jumlah yang tidak
17

memberatkan beban keuangan kedua belah pihak. Pembiayaan
jaminan kecelakaan kerja ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan,
karena kecelakaan dan penyakit yang timbul dalam hubungan kerja
merupakan tanggung jawab penuh dari pemberi kerja. Pembiayaan
Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan juga
menjadi tanggung jawab pengusaha yang harus bertanggung jawab
atas kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Sedangkan
pembiayaan Jaminan Hari Tua ditanggung bersama oleh pengusaha
dan tenaga kerja karena merupakan penghargaan dari perusahaan
kepada tenaga kerjanya yang telah bertahun-tahun bekerja dan
sekaligus merupakan tanggung jawab tenaga kerja untuk hari tuanya
sendiri.

F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Dalam penulisan karya tulis ini akan digunakan pendekatan
Yuridis Normatif, atau penelitian hukum kepustakaan yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder belaka.
15
Penelitian hukum normatif
atau kepustakaan tersebut mencakup:
16


15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm. 13-14
16
Ibid, hal. 14
18

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.
b. Penelitian terhadap sistematika hukum.
c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan
horizontal.
d. Perbandingan hukum.
e. Sejarah hukum.
2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis
penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang
merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek
pada saat sekarang berdasarkan fakta yang nampak.

3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Sanbe Farma Indonesia, Kota
Bandung, hal ini dilatar belakangi karena perusahaan ini
merupakan suatu perusahaan yang cukup besar, dan memiliki
resiko kerja yang tinggi sehingga tentunya masalah-masalah
yang dihadapi cukup banyak. Dalam hal ini peneliti melakukan
penelitian dibatasi hanya meneliti mengenai pengaruh kesehatan
dan keselamatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan.

19

4. Sumber Data
Data yang diperlukan:
a. Data Primer
Merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh secara
langsung dari lapangan.
b. Data Sekunder
Merupakan data yang mendukung sumber data primer
berupa data dari buku-buku, literatur, peraturan-peraturan
dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan
pengamatan langsung terhadap tempat yang dijadikan
obyek penelitian yaitu PT. Sanbe farma Indonesia, Kota
Bandung.
b. Wawancara
Dalam metode ini penulis mengadakan tanya jawab
langsung dengan responden atau pihakpihak dari PT.
Sanbe Farma Indonesia dan dari Dinas Tenaga Kerja.
c. Studi pustaka
20

Studi pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan
secara studi kepustakaan dan peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan tujuan penelitian.
6. Metode analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah
analisis data secara kualitatif, yaitu Segala sesuatu yang
dinyatakan responden, baik secara tertulis maupun lesan serta
perilaku nyata yang dipelajari dan diteliti sebagai sesuatu yang
utuh.
Pengunaan metode analisis kualitatif dalam penelitian adalah
dengan cara membahas pokok permasalan berdasarkan data
yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun dari hasil
penelitian di lapangan yang kemudian dianalisa secara kualitatif
untuk pemecahan.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini dibagi menjadi beberapa bab,
seperti berikut ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang Latar Belakang Permasalahan
yang menguraikan hal-hal yang menjadi dasar
pertimbangan dibuatnya tulisan ini. Dalam bab ini juga
dapat dibaca Pokok Permasalahan, Tujuan Penelitian dan
21

Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini akan diuraikan pengertian SDM dan fungsi
operasional SDM, Jamsostek, Produktivitas Kerja,
Pengertian program kesehatan, Faktor-faktor yang
mempengaruhi program kesehatan, Usaha-usaha untuk
meningkatkan kesehatan kerja, Penyebab kecelakaan,
Faktor-faktor yang mempengaruhi Program kesehatan
mental, Pengertian keselamatan kerja, Tujuan
keselamatan kerja, Usaha perlindungan keselamatan
kerja, Pengaturan menegnai kesehatan dan keselamatan
kerja (K3), Pengertian produktivitas.
BAB III : PENDATAAN KASUS KECELAKAAN KERJA DI PT
SANBE FARMA INDONESIA
Bab ini akan membahas mengenai Profil PT Sanbe farma
Indonesia yang memuat mengenai Sejarah PT Sanbe
farma Indonesia, Kondisi Perusahaan, produk yang
dihasilkan perusahaan, manajemen pegawai,
perlindungan K3 dalam perusahaan, asuransi untuk
pekerja, kasus yang terjadi berkaitan dengan penerapan
K3, penanganan kasus, ganti rugi perusahaan.
22

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pengujian dan hasil analisis data,
pembuktian hipotesis, pembahasan hasil analisis, jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan dalam
perumusan masalah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Jawaban atas rumusan masalah disertai pendapat penulis
untuk nmewujudkan perubahan yang lebih baik mengenai
kasus keselamatan dan kesehatan kerja bagi perusahaan-
perusahaan lain.











23

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU
Agusmidah,dkk, Bab-Bab tentang Hukum Perburuhan Indonesia,
Pustakan Larasan, Jakarta, 2012.
Harjono, Perlindungan Hukum Ketenagakerjaan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta , 2008.
Helena Poerwanto dan Syaifullah, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia,Jakarta,2005.
J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi Revisi. Prenada
Media, 2004, Jakarta.
Manulang. H Sedjun, Pokok-Pokok Ketenagakerjaan Indonesia, Penebit
Rineka Cipta, Jakarta, 1987.
Silalahi Uber, Metode Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Jakarta,
2009.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.
Sumamur, Keselamatan Kerja dan Pencegah Kecelakaan,CV Haji
Masagung,Jakarta,1993.


24

JURNAL
Sullivan, Arthur; Steven M. Sheffrin (2003). Economics: Principles in
Action. Upper Saddle River, New Jersey 07458: Pearson Prentice Hall.
hlm. 471. ISBN 0-13-063085-3.
PERATURAN HUKUM
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Internasional Konvensi tentang Keselamatan dan Kesehatan 1981
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
PERMENAKER No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

SUMBER-SUMBER LAIN
"How We Classify Countries", http://data.worldbank.org/about/country-
classifications
Hari Keselamatan dan Kesehatan se-Dunia : Mencegah Kecelakaan Kerja
Melalui Manajemen Risiko K3
,http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_155174/lang--
en/index.htm
Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
http://www.ilo.org/safework/info/standards-and-
instruments/WCMS_172714/lang--en/index.htm
25

Statistics | Human Development Reports (HDR) | United Nations
Development Programme (UNDP), http://hdr.undp.org/en/data
Syaaf, 2007, Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
http://syaaf.wordpress.com/2007/03/27/k3-kesehatan-keselamatan-kerja.

Anda mungkin juga menyukai