Anda di halaman 1dari 18

Referat

KOREKSI KELAINAN REFRAKSI DENGAN LASIK (LASER-ASSISTED


IN SITU KERATOMILEUSIS)
Oleh :
AULIA JANER S. Ked
RAHMAWATI S. Ked
R. NATALIA DEDETUWITRI S.Ked
WAHONO S. Ked
WIDYA PUSPASARI S. Ked
PEMBIMBING :
d. NOFRI SURIADI! S".M
d. EFHANDI NUKMAN! S".M
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNI#ERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN A$HMAD PEKANBARU
%&'%
1
KOREKSI KELAINAN REFRAKSI DENGAN LASIK
(LASER-ASSISTED IN SITU KERATOMILEUSIS)
Pe(d)h*l*)(
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada
retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu
titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Jenis kelainan refraksi diantaranya miopia, hipermetropia, presbiop dan
astigmatisma.
1
Koreksi terhadap kelainan refraksi dapat dilakukan dengan penggunaan
kacamata, lensa kontak dan pada keadaan tertentu kelainan refraksi dapat diatasi
dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi
fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).
1
Lasik adalah salah satu operasi refraksi untuk memperbaiki kelainan
refraksi pada mata seperti miopia, hipermetropia dan astigmatisma. Lasik
merupakan jenis yang paling sering digunakan dan paling terkenal dibandingkan
operasi dengan bantuan laser (laserassisted) lainnya, seperti !"K (photorefracti#e
keratectomy) atau yang lebih dikenal dengan Lasek (laserassisted subephitelial
keratectomy). Jenis ini umumnya tergolong aman dan menghasilkan penanganan
yang lebih efektif untuk jenis kelainan pengelihatan yang lebih besar. Secara
spesifik, L$S%K melibatkan fungsi dan kemampuan dari laser untuk merubah
bentuk kornea secara permanen. L$S%K telah memperbaiki secara total kelainan
pada mata dan mengurangi ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak
(contact lenses).
&
'erdasarkan halhal di atas penulis tertarik untuk membahas mengenai
koreksi kelainan refraksi dengan penggunaan Lasik (laserassisted in situ
keratomileusis).
&
TINJAUAN PUSTAKA
'. Kel)+()( Re,)-.+ P)d) M)/)
Secara umum, cara kerja mata persis seperti cara kerja kamera. !ada
kamera, cahaya masuk mele(ati sistem lensa menuju film atau sensor ))* pada
kamera digital. !ada mata, kornea dan lensa mata berada pada bagian depan mata
(anterior chamber) dan fungsinya sama seperti lensa pada kamera. "etina berada
di bagian belakang mata (posterior chamber) dan fungsinya sama seperti film atau
sensor ))* pada kamera. !ada mata normal, berkas cahaya masuk mele(ati
kornea dan lensa mata dan langsung difokuskan pada retina untuk menghasilkan
bayangan yang jelas. !ada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem
penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak
dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak
terletak pada satu titik fokus.
1
0 M+1"+)
+ambar. 1 ,iopia
&
,iopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi
dapat melihat dekat dengan lebih baik. !ada penderita miopia, berkas cahaya yang
mele(ati kornea dan lensa mata tidak terfokus pada retina mata, melainkan jatuh
di depan retina, sehingga menghasilkan bayangan yang jelas pada objek yang
dekat, namun bayangan menjadi kabur sama sekali ketika pasien melihat benda
yang jauh letaknya. ,iopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
-
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus
sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
1,-,.
0 H+"e2e/1"+)
+ambar &. /ipermetrop
&
/ipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan
bayangan di belakang retina. !ada penderita hipermetropia, berkas cahaya yang
mele(ati kornea dan lensa mata terfokus bukan pada retina, melainkan pada
bagian belakang retina, sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada objek
yang dekat, namun bayangan menjadi jelas ketika melihat objek yang jauh.
/ipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan
kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di
belakang retina. /al ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata
(hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan ba(aan tertentu, atau penurunan
indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).
1,-
0 A./+32)/+.2)
+ambar -. $stigmatisma
&
!ada astigmatisma, berkas cahaya yang diterima oleh retina tidak
terkumpul menjadi satu titik, melainkan menyebar, membentuk garisgaris
#ertikal, sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. $stigmatisma terjadi jika
kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga tidak
memberikan satu fokus titik api. 0ariasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar
.
terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina
sedang sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. $kibatnya penglihatan akan
terganggu.
1,-
%. $)) Ke4) LASIK
L$S%K merubah secara permanen bentuk dari bagian sentral anterior pada
kornea dengan memanfaatkan laser jenis e1cimer untuk mengablate (mengikis
suatu bagian dari jaringan hidup dengan penguapan) sebagian kecil dari lapisan
jaringan stroma kornea yang berada di bagian depan mata, tepat diba(ah lapisan
jaringan epitelium kornea. $gar tidak terjadi kesalahan operasi dan untuk
menambah ketelitian hingga satuan mikrometer, saat operasi sedang berlangsung,
sistem komputer melacak pergerakan mata pasien 23 hingga .333 kali perdetik,
tergantung dari sistem yang digunakan, kemudian menepatkan posisi laser pada
peletakan yang presisi. Sistem modern saat ini bahkan secara otomatis langsung
memfokuskan berkas laser tepat pada posisi #isual a1is pada mata pasien, dan
akan berhenti dengan sendirinya apabila pergerakan mata diluar jangkauan
kemampuan sistem, dan akan lanjut dengan sendirinya apabila mata pasien telah
berada di posisi yang tepat.
&
'agian lapisan luar dari kornea atau epitelium, merupakan jaringan yang
lunak, hidup, terus memperbarui diri (regenerasi), dan dapat pulih secara
sempurna apabila terjadi iritasi atau disayat untuk keperluan operasi mata tanpa
kehilangan kejernihannya dari keadaan semula. 'agian lapisan yang lebih dalam
disebut stroma kornea, terbentuk sebelum epitelium, dan memiliki kemampuan
regenerasi jauh lebih lambat dan terbatas dibanding lapisan epitelium. 'agian ini,
merupakan bagian yang diubah pada tindakan operasi mata dengan L$S%K
maupun !"K4L$S5K. $pabila bagian ini dibentuk ulang oleh tindakan diatas
menggunakan laser atau mikrokeratome (sayatan halus), maka bagian ini akan
mempertahankan bentuk tersebut tanpa terjadi perubahan bentuk semula.
.
5. Te-(1l13+ d)l)2 6+d)(3 LASIK
). E78+2e L).e
Laser e1cimer memberikan hasil yang lebih akurat untuk operasi kornea
dan koreksi pengelihatan dari teknologi sebelumnya. Sebuah pulse dari laser
6
e1cimer dapat mengambil 3,&6 mikron dari jaringan. Sebagai perbandingan,
sebuah rambut manusia memiliki ketebalan 73 mikron.
6,2
*ua jenis laser e1cimer tersedia untuk prosedur operasi refraksi8 broad
beam laser dan scanning laser. Scanning laser dapat dibagi menjadi dua
kelompok8 silt scanning dan spot scanning. Setiap jenis laser memiliki kelebihan
dan kekurangan, diantaranya8
6,2
9 B1)d Be)2 L).e
Sebuah broad beam laser menggunakan laser berdiameter yang relatif
besar (2,39,3 mm) yang dapat dimanipulasi untuk mengikis kornea. !enggunaan
laser jenis ini dapat menghasilkan (aktu operasi tercepat dibandingkan laser
lainnnya, yang mengurangi kemungkinan o#ercorrection dan decentration
komplikasi yang disebabkan oleh pergerakan pupil. Kerugiannya adalah
kemungkinan peningkatan komplikasi yang terkait dengan pengikisan kornea
6,2
9 Sl+/ S8)((+(3 L).e
Sebuah silt scanning laser menggunakan laser berukuran relatif kecil, yang
kemudian dihubungkan ke perangkat rotasi dengan celah yang dapat berubah.
Selama operasi, sinar laser yang mele(ati celah ini dapat berubah secara bertahap
meningkatkan :ona pengikisan kornea. Laser sinar seragam dan pengikisan
kornea yang lebih halus merupakan ciri dari digunakannya laser jenis ini. Laser
ini memiliki kekurangan, yaitu kecenderungan sedikit lebih tinggi untuk
decentration dan o#ercorrection.
6,2
9 S"1/ S8)((+(3 L).e
Sistem laser ini memiliki potensi untuk menghasilkan pengikisan kornea
yang halus dan menggunakan teknologi radar untuk melacak gerakan mata.
Sistem ini juga memiliki kemampuan untuk mengobati silindris tidak teratur dari
acuan topografi. Laser ini harus dihubungkan dengan sistem eyetracking untuk
memastikan peletakan laser yang akurat.
6,2
2
6. W):e,1(/ Se(.+(3 D+)3(1./+- (W):e,1(/-3*+ded LASIK)
+ambar .. ;a#efront Sensing *iagnostik
;a#efront sensing adalah sebuah alat diagnostik untuk mengukur
kesalahan refraksi mata. ,etode refraksi kon#ensional terbatas untuk mengukur
refraksi speris dan silinder yang dapat dijangkau oleh mata (miopia atau
hyperopia dan silindris biasa). <amun, metode (a#efront sensing memungkinkan
dokter untuk mengukur kondisi dalam kornea yang mempengaruhi pengelihatan
pasien. ,engacu dari hasil tersebut, dokter dapat menyimpulkan sebagai
penyimpangan pengelihatan (higher order abberation) . Secara tradisional
penyimpangan pengelihatan digambarkan sebagai silindris tidak teratur, dan
dianggap pembatasan untuk pengelihatan terbaik dengan refraksi. <amun saat ini,
dengan memahami dan karakterisasi komponen higher order abberation, dokter
memiliki kemampuan diagnostik lebih atas silindris tidak teratur, dan kemampuan
untuk mengukur tingkat alami atau pembedahan induksi abberasi. $lat diagnostik
dari (a#efront sensing dapat dilihat dalam #erifikasi spherocylindrical refraksi,
diagnosis kondisi kompleks atau keadaan rapuh dari kornea, seperti keratoconus,
mata kering dan katarak, dan besarnya penyimpangan prosedur diinduksi setelah
koreksi penglihatan dengan L$S%K. Secara garis besar, (a#efront sensing
memiliki nilai lebih dalam upaya untuk memperbaiki penyimpangan
pengelihatan.
2
!ada dasarnya, (a#efront sensing menggunakan teknik sederhana. !asien
diminta untuk memandang ke depan, dan fokus pada suatu objek, sementara itu
dokter memberikan sebuah proyeksi cahaya menuju mata. 'erkas cahaya ini
masuk ke dalam mata, dan memantul kembali keluar mata. Kemudian komputer
menganalisa berkas sinar, yang selanjutnya menganalisa data berkaitan tentang
7
keadaan mata. 'eberapa sistem dengan cara ini dapat menganalisa lebih dari &333
poin data keadaan mata.
2
;. P1.ed* LASIK
). P)-1"e).+
&,2
!emeriksaan komprehensif mata yang meliputi8
= !enentuan pengelihatan sebelum dan sesudah dikoreksi dengan kacamata
atau lensa kontak.
= !enentuan besarnya kesalahan pengelihatan dalam setiap mata untuk
menetapkan jumlah koreksi bedah yang diperlukan dan mengembangkan
strategi operasi yang tepat.
= !enilaian permukaan kornea dengan topografi (kur#atur kornea atau
bentuk), untuk mengkorelasikan bentuk kesalahan dalam fokus (berkorelasi
bentuk kornea untuk astigmatisme refraksi), untuk menemukan
penyimpangan, dan untuk mengetahui penyakit yang dapat memburuk jika
dilakukan pembedahan dengan L$S%K.
= !engukuran ukuran pupil dalam cahaya redup dan ruang. >kuran pupil
merupakan faktor penting dalam pengukuran pengelihatan malam dan
penentuan tindakan koreksi oleh L$S%K yang tepat.
= !emeriksaan pada kelopak mata untuk melihat apakah kelopak berbalik ke
dalam (mungkin bergesekan dengan kornea) atau ke luar dan mengarahkan
aliran air mata terbuang dari mata yang mengakibatkan mata kering, dan
kondisi lain.
= !emeriksaan kornea untuk menentukan apakah ada kelainan yang dapat
mempengaruhi hasil pembedahan.
= !emeriksaan dari lensa kristal untuk menentukan apakah terdapat kekaburan
(katarak) atau kelainan lainnya yang ada.
= !engukuran ketebalan kornea (dengan pachymetry). Jumlah koreksi L$S%K
dapat ditentukan sebagian oleh ketebalan kornea.
= !engukuran tekanan intraokular untuk mendeteksi kondisi glaukoma atau
preglaukoma. +laukoma adalah kehilangan penglihatan yang disebabkan
9
oleh kerusakan pada saraf optik yang diakibatkan tekanan yang terlalu
tinggi di mata.
= !enilaian bagian belakang (segmen posterior) mata8 !emeriksaan
pembesaran fundus digunakan untuk menilai kesehatan dari permukaan ke
dalam mata (retina), dengan pupil terbuka penuh. Juga pemeriksaan retina,
saraf optik, dan pembuluh darah untuk mengetahui sejumlah gangguan
mata dan gangguan sistemik.
6. O"e).+
%!<
Selama operasi berlangsung, pasien dalam keadaan sadar dan dapat
bergerak. <amun, pasien biasanya diberikan sedatif lemah (seperti 0alium) dan
tetes mata anestetik. L$S%K dilakukan dalam - langkah. Langkah pertama adalah
membuat sayatan lapisan dari jaringan kornea. Langkah kedua adalah remodelling
kornea diba(ah sayatan sebelumnya dengan menggunakan laser. *an langkah
ketiga adalah reposisi dari sayatan.
'. Pe26*)/)( S)=)/)( (Fl)")
+ambar 6. !rosedur ?lap
Sebuah ring penahan dan pembentuk kornea dipasang pada mata, menahan
posisi mata agar tidak bergerak. !rosedur ini terkadang, pada beberapa kasus
menyebabkan perdarahan minor pada pembuluh darah halus pada mata, yang akan
sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari setelah operasi. Setelah mata
tertahan pada posisinya, maka sayatan epitellium akan dibentuk. !roses
pembuatan sayatan menggunakan mikrokeratome, sebuah pisau bedah halus
berketebalan beberapa mikrometer, atau menggunakan femtosecond laser. Setelah
@
sayatan terbentuk, lapisan sayatan diangkat, meninggalkan lapisan diba(ahnya,
yaitu stroma, lapisan tengah dari kornea.
%. L).e Re21dell+(3
%!<
+ambar 2. !enggunaan e1imer laser
&
Langkah kedua ialah menggunakan e1imer laser, yang memiliki panjang
gelombang sebesar 1@6 nm untuk merubah bentuk dari stroma kornea. Laser
menguapkan (#apori:ed) jaringan stroma yang ingin dibentuk ulang (remodelling)
dengan ketelitian yang amat tinggi tanpa membahayakan jaringan lain
disekitarnya. Aidak ada pemanasan dan pembakaran, maupun pemotongan nyata
yang terjadi pada stroma yang dibentuk ulang, sehingga tidak ada rasa sakit sama
sekali pada saat operasi. 'eberapa pasien hanya mengeluhkan rasa tak nyaman.
Lapisan yang diambil saat penguapan jaringan hanya beberapa mikrometer
ketebalannya. !erlakuan penguapan jaringan dalam kornea (stroma) pada L$S%K
menghasilkan kecepatan dalam operasi, hasil yang maksimal dan sedikit atau
bahkan tak ada rasa sakit yang dihasilkan.
&,2
Selama proses kedua ini, pengelihatan pasien akan menjadi sangat kabur
setelah lapisan sayatan diangkat. !asien hanya dapat melihat cahaya putih
mengelilingi cahaya orange dari laser.
Saat ini, manufaktur laser e1cimer menggunakan pelacak posisi mata yang
mengikuti gerakan mata sebanyak .333 kali perdetik, kemudian memusatkan
gelombang laser dengan akurat pada daerah yang akan di remodelling.
+elombang laser yang digunakan berkisar antara 1 milijoule (mJ) selama 13
sampai &3 nanodetik.
&,6
13
5. Re"1.+.+ Fl)"

+ambar 7. "eposisi ?lap
&,2
Setelah laser meremodelling lapisan jaringan stroma, lapisan epiltelium
yang diangkat perlahanlahan dikembalikan ke tempatnya semula, yaitu diatas
lapisan stroma yang telah di bentuk ulang, kemudian dicek ulang terdapatnya
gelembung udara, debris (kotoran halus), dan memastikan bah(a lapisan
epitellium telah terpasang secara tepat. Lapisan tersebut akan menempel dengan
sendirinya, dan akan menyatu dengan lapisan stroma (sembuh) sampai (aktu
panyembuhan telah usai.
&,2,7
8. Pe)>)/)( ").8)-1"e).+
!asien umumnya diberikan tetes mata antibiotik dan anti inflamatory
(radang) selama beberapa minggu pasca operasi. !asien juga disarankan untuk
tidur lebih lama dan lebih sering dan juga diberikan sepasang pelindung mata dari
cahaya yang berlebihan dan pelindung mata dari gosokan ketika tidur dan
mengurangi mata kering.
9,@
?. K)(d+d)/ Ide)l P).+e( LASIK
,eskipun banyak indi#idu dianggap memiliki kriteria yang baik untuk
L$S%K, namun terdapat beberapa yang tidak memenuhi kriteria medis umum
yang diterima untuk memastikan prosedur L$S%K sukses. 'erdasarkan berbagai
kondisi dan keadaan, semua kandidat L$S%K akan terpilih ke dalam salah satu
dari tiga kategori besar berikut8
&,2
11
'. K)(d+d)/ Ide)l:
%!<
= 'erumur minimal 19 tahun dan telah memiliki kacamata atau resep lensa
kontak yang stabil setidaknya selama dua tahun.
= ,emiliki ketebalan kornea cukup
= !asien memiliki salah satu atau lebih dari tiga kelainan pengelihatan, seperti
miopia (rabun jauh), astigmatism (penglihatan kabur yang disebabkan oleh
kornea berbentuk tidak teratur), hyperopia (rabun jauh), atau kombinasi
keduanya (misalnya, miopia dengan silindris).
= Aidak menderita penyakit pengelihatan atau yang lainnya, yang dapat
mengurangi efekti#itas operasi atau kemampuan pasien untuk sembuh
dengan baik dan cepat.
%. K*)(3 Ide)l
%!<
Kategori ini meliputi mereka yang8
= ,emiliki ri(ayat mata kering, yang mungkin akan memburuk setelah
operasi dilakukan.
= !asien yang dira(at dengan obatobatan seperti steroid atau
imunosupresan, yang dapat mencegah penyembuhan, atau menderita penyakit
yang melambatkan penyembuhan, seperti gangguan autoimun
= ,emiliki jaringan parut kornea.
= 'erumur di ba(ah usia 19.
= ,emiliki pengelihatan yang tidak stabil,
= Sedang hamil atau menyusui.
= ,emiliki sejarah herpes okular dalam satu tahun sebelum operasi.
= Kesalahan refraksi terlalu berat untuk pengobatan dengan teknologi saat
ini.
,eskipun laser disetujui ?*$ tersedia untuk memperlakukan salah satu
dari tiga jenis utama kesalahan refraksi miopia, hyperopia dan silindris.
%ndikasi yang disetujui ?*$ menetapkan pasien yang tepat untuk penanganan
dengan miopia sampai dengan 1& *, astigmatisme sampai dengan 2* dan
hyperopia hingga 2 *.
5. K)(d+d)/ (1(-LASIK
%!<
1&
'eberapa kondisi dan keadaan indi#idu sepenuhnya yang tidak cocok untuk
mendapatkan penanganan L$S%K diantaranya8
= ,emiliki penyakit seperti katarak, glaukoma maju, penyakit kornea, gangguan
penipisan kornea (degenerasi marjinal keratoconus atau bening), atau beberapa
penyakit mata lainnya yang sudah ada terlebih dahulu dan mempengaruhi atau
mengancam penglihatan.
<. K1(/)+(d+-).+ L).+-
Kontraindikasi dari lasik diantaranya 8
Kornea yang tidak normal (terlalu tipis), penyakit kolagen #askuler
(lupus4rheumatoid arthritis), penyakit pembuluh darah ,ambliopia
penggunaan antihistamin, penyakit autoimun (rheumatoid arthritis4sjBgrenCs
syndrome4systemic lupus erythematosus4fms), blepharitis, menyusui, katarak
(katarak yang sedang berkembang4sebelum operasi katarak, jaringan parut pada
kornea, diabetes mellitus, mata kering, ketidakseimbangan otot mata, ptosis,
glaucoma, herpes :oster pada mata, ri(ayat abrasi kornea 4 erosi
berulang4epithelial dystrophy, gangguan penutupan kelopak mata (misalnya pada
pasien tiroid dengan e1opthalmus), pupil yang lebar, kehamilan, abnormalitas
kelengkungan kornea (lebih dari .7k4kurang dari -9.1k), abnormalitas retina,
u#eitis.
&,.,2
@. P1/e(.+ K12"l+-).+
%!;!<
Komplikasi yang paling sering terjadi pasca operasi refraksi adalah Dmata
keringE. ,enurut jurnal $merican Journal of Fphtalmology, pada maret &339,
tingkat kejadian Dmata keringE pasca operasi L$S%K selama 2 bulan masa
pemulihan mencapai -2G. Aingginya tingkat Dmata keringE pasca operasi
memerlukan e#aluasi baru dalam penanganan praoperasi dan pascaoperasi, serta
pera(atan bagiEmata keringE. Aerdapat beberapa metode yang sukses dipasaran
seperti air mata buatan, dsb. $pabila Dmata keringE dibiarkan tanpa mendapatkan
tindakan yang sesuai, akan menyebabkan gangguan pengelihatan dan hasil yang
buruk pada L$S%K maupun !"K. !ada beberapa kasus yang parah, Dmata kering
1-
parahE dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan kerusakan permanen jaringan
mata.
"esiko pasien dalam menderita gangguan pengelihatan seperti halos,
pengelihatan ganda, kehilangan kontras pengelihatan, dan kesilauan setelah
operasi L$S%K bergantung pada tingkat ametropia sebelum operasi dan faktor
lain. 'erikut ini adalah beberapa komplikasi yang sering dilaporkan pasien
diantaranya8
9
= Dmata keringE pasca operasi
= F#ercorrection dan undercorrection
= Sensiti#itas berlebihan terhadap cahaya
= !engelihatan tidak stabil
= /alos
= !engelihatan ganda (berbayang)
= !engikisan (ablasi) berlebihan
= Kotoran renik (debris) dalam sayatan
= 5rosi epitelium
= ,acular hole.
A. Pe6ed))( PRKBLASEK d)( LASIK.
!ada !"K4L$S5K, lapisan epitelium pada kornea diambil dan dibuang
sebelum laser ditembakkan ke mata. Karena !"K tidak membutuhkan sayatan
permanen pada lapisan epitelium, namun lapisan epitelium dibuang dan dibiarkan
tumbuh dengan sendirinya, maka struktur kornea lebih stabil dibandingkan
L$S%K. !rosedur ini berbeda dengan L$S%K, dimana bagian epitelium kornea
dibuat suatu sayatan4flap dengan menggunakan mikrokeratome (pisau bedah
halus), untuk menghasilkan sayatan4flap pada kornea setebal 133 hingga 193
micrometer sebelum laser ditembakkan ke mata, yang nantinya sayatan akan
ditutup dan menyatu kembali dengan sendirinya oleh lapisan yang diambil
sebelumnya. >ntuk rasa sakit yang ditimbulkan, !"K menimbulkan rasa nyeri
yang lebih dibandingkan L$S%K, dikarenakan pengambilan lapisan epitelium
dilakukan secara keseluruhan.
&,2
1.
C. O"e).+ L).+- ")d) h+"e2e/1"
'&!'%
L$S%K dapat digunakan untuk mengobati hipermetrop derajat rendah
sampai tinggi dengan hasil yang memuaskan. ?*$ merekomendasikan L$S%K
untuk koreksi hipermetrop sampai H2.33*.
/ipermetrop L$S%K (/L$S%K) dilakukan dengan bentuk ablasi annular
di daerah perifer kornea untuk meninggikan daerah sentral kornea dan
mendapatkan efek kekuatan refraksi yang diinginkan. ,asalah a(al dari terapi
hipermetrop meliputi menurunnya stabilitas dan prediktabilitas dibandingkan
dengan terapi untuk miop seperti hilangnya #isus setelah koreksi terbaik. <amun
dengan bertambahnya :ona optikal dan :ona perifer, seperti peningkatan sentrasi
dengan bantuan alat, penelitian L$S%K hipermetrop jangka panjang menunjukkan
dampak yang lebih baik.
*alam penelitian 1-@ mata yang dilakukan oleh Jin + (dengan refraksi
sferis H3,2-* H6,1-*) didapatkan 71G mata emmetrop dengan 3,63*, dan @1G
mata dengan 1,33* pada 12 bulan follo( up. 0isus sebelum koreksi adalah
kriteria utama untuk menilai keefektifan suatu prosedur refraksi, dan Jin
mendapatkan #isus sebelum koreksi post operasi &34&3 pada .&G, &34&6 pada
2-G dan &34.3 pada @-G mata.
!ada penelitian klinik ?*$ untuk L$S%K hipermetrop yang sampai H2*,
.@6@G mata memperoleh #isus sebelum koreksi &34&3 post operasi, @-@23
mencapai &34.3, 9297G mencapai emmetrop dengan l*. *an -,6G mata
kehilangan & atau lebih garis dari #isus setelah koreksi terbaik. Secara
keseluruhan, penelitian dengan :ona ablasi yang lebih besar memperlihatkan hasil
yang baik untuk kelainan refraksi sampai H. s4d H6*, namun prediktabilitas dan
stabilitasnya menurun untuk terapi hipermetrop diatas le#el ini.
+ulani yang melakukan penelitian pada .@ mata, @3G mata mendapatkan
#isus &34.3 post operasi, sedangkan 63G mencapai &34&3. /asil yang sama
dilaporkan oleh Iadok yang melakukan /L$S%K sampai H6* pada 7& mata
mendapatkan prediktabilitas yang baik sampai H-* yaitu 9@G mata emmetropia
dengan plus minus 1* dan prediktabilitas menurun pada le#el lebih dari H-*
(6&G mata emmetrop dengan plus minus 1*)
16
/asil dari L$S%K hipermetrop cukup baik dan relatif stabil dalam 2 bulan
post operasi. Stabilitas refraksi terjadi pada l& minggu post operasi dan tetap
stabil dalam 2 bulan. Jin + juga melaporkan stabilitas #isus sebelum koreksi
didapat setelah 2 bulan.
Komplikasi dari L$S%K antara lain adalah instabilitas kornea, kornea
kabur, penurunan #isus dan dry eye. !ada penelitian +ulani, tidak didapatkan
kekaburan kornea yang signifikan, desentrasi, astigmat iregular, atau inflamasi.
5pitelial ingro(th dijumpai pada - kasus, tapi ringan dan terbatas di perifer.
Sedangkan Jin + tidak mendapatkan komplikasi intra operasi yang serius, abrasi
epitel pada @G, epithelial ingro(th yang memerlukan operasi terdapat pada dua
mata (1,.G)
'&. O"e).+ L).+- ")d) M+1"
''!'%
*engan menggunakan sinar cahaya laser juga dapat membentuk kembali
kornea dan seterusnya dapat membaiki miopia. Keratectomy photorefractive
(!"K) dan laser keratomileusis in situ (L$S%K) merupakan dua prosedur yang
umum dilakukan.
Lapisan tipis jaringan dari permukaan kornea dihilangkan dengan
menggunakan laser dalam prosedur !"K bertujuan untuk mengubah bentuk
jaringan tipis dari kornea dan memfokuskan cahaya yang masuk ke dalam mata.
,eskipun begitu jumlah pembuangan jaringan tipis ini terdapat batas amannya.
$pabila sebagian jaringan kornea ini dibuang, maka sejumlah kasus miopia dapat
diatasi.
!"K membuang lapisan tipis dari permukaan kornea sedangkan L$S%K
tidak. L$S%K membuang sebagian lapisan jaringan dari lapisan dalamnya. >ntuk
melakukan hal ini, bagian dari permukaan luar kornea dipotong dan dilipat agar
jaringan lapisan dalam terdedah. Kemudian sebagian jaringan lapisan dalam yang
diperlukan untuk membentuk kembali kornea dibuang pada jumlah yang tepat
dengan menggunakan laser, dan kemudian jaringan luar ditutup dan ditempatkan
semula dalam posisi untuk menyembuhkan. Jumlah miopia yang dapat dikoreksi
L$S%K dibatasi oleh jumlah jaringan kornea yang dapat dihapus dengan cara yang
12
aman. !ada masa ini, orang yang sangat rabun dekat atau korneanya terlalu tipis
sehingga tidak memungkinkan penggunaan prosedur laser sudah memiliki pilihan
lain selain untuk memperbaiki rabun jauhnya. *engan melakukan prosedur
penanaman lensa kecil di dalam mata mereka, rabun jauh yang mereka miliki
mungkin dapat dikoreksi. Lensa intraokular ini dapat memberikan koreksi optik
yang diperlukan secara langsung di dalam mata dan lensa intraokular ini terlihat
seperti lensa kontak kecil.
''. Ke*(/*(3)( d)( Ke*3+)( LASIK
%!<
a. Keuntungan 8
,inimal atau tidak ada rasa nyeri setelah operasi
Kembalinya penglihatan lebih cepat dibandingkan !"K
Aidak ada risiko perforasi saat operasi dan rupture bola mata
karena trauma setelah operasi
Aidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel
b. Kerugian 8
L$S%K jauh lebih mahal
,embutuhkan skill operasi para ahli mata
*apat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti
flap putus saat operasi, dislokasi flap post operasi, astigmat
irreguler
17
D),/) P*./)-)
1. Sidarta %lyas. !enuntun %lmu !enyakit ,ata 5disi Ketiga. Jakarta8 ?akultas
Kedokteran >i#ersitas %ndonesia. &336
&. "einstein *I, $rcher AJ, +obbe ,. Ahe history of L$S%K. Journal of
"efracti#e Surgery. &31&J &9(.)8 &@1@9
-. 0augan *+, $sbury A, 5#a !. Fftalmologi >mum, 5disi 1.. Jakarta8
!enerbit ;idya ,edika. &333J -
.. 'inder !S, Lindstrom "L, Stulting "* ,et al. Keratoconus and )orneal
5ctasia $fter L$S%K. Journal of "efracti#e Surgery .&336J &18 7.@76-
6. ,atillon K. )orrection of refracti#e disorders by e1cimer laser8
photorefracti#e keratectomy and L$S%K. Ahe national agency ?or
accreditation and e#aluation %n health (anaes).&333
2. +ulani $. /yperopiaL Lasik. %n8 e,edicine $rticle. &332J 19.
7. ;ang ,. 5pithelial ingro(th after laser in situ keratomileusis. $m J
Fphthalmol. &331J1&@(2)87.2761.
9. Auru L, $le1andrescu ), Stana *, Audosescu, et al. *ry 5ye *isease $fter
L$S%K. Journal of medicine and life. &311
@. /ammond S, !uri $, $mbati '. Muality of #ision and patient satisfaction
after L$S%K. )urrent Fpinion in Fphthalmology. &33.J16(.)8-&9--&.
13. Jin +J), Lyle $. Laser %n situ keratomileusis for primary hyperopia. %n 8 J
)ataract "efracti#e Surgery. &336 J-1 877279..
11. /elgesen $, /jortdal J, 5hlers <. !upil si:e and night #ision disturbances
after L$S%K for myopia. $cta Fphthalmologica Scandina#ica.
&33.J9&(.)8.6..23
1&. 5pstein *. L$S%K Futcomes ln ,yopia and /yperopia. Smolin $nd
AhoftNs Ahe )omea. .th 5d. Lippincott ;illiams O ;ilkins, &336J 1&&@
1&-1.
19

Anda mungkin juga menyukai