PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana di Indonesia sudah ada sejak tahun 1957.
Organisasi keluarga berencana pertama di Indonesia yaitu Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) yang diprakarsai oleh Bapak Soeharto, tetapi pemerintah
belum memberikan dukungan sepenuhnya. Pemerintah Indonesia mulai menerima
gagasan KB sejak tahun 1970 dengan membentuk Badan Koordinator Keluarga
Berecana Nasional (BKKBN) yang pada awalnya langsung di prakarsai oleh Presiden
sehingga lebih mantap dalam pelaksanaannya (Manuaba, 2001.hlm.432).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini telah tersedia berbagai
macam metode-metode pengendalian kesuburan, namun tidak ada satu pun metode
kontrasepsi yang benar-benar aman dan efektif. Hal ini disebabkan masing-masing
metode kontrasepsi mempunyai kesesuaian dan kecocokan yang berbeda dari setiap
individu (Saifuddin,et al.2004.hlm.vi).
Ada banyak pilihan kontrasepsi yaitu metode amenorea laktasi (MAL), metode
keluarga berencana alamiah, sanggama terputus, metode barrier, kontrasepsi hormonal,
alat kontrasepsi dalam rahim, dan kontrasepsi mantap (Saifuddin,et al. 2004.hlm.xx).
Di Indonesia seperti yang dikemukakan kepala BKKBN Sumaryati Arjoso,
bahwa saat ini sekitar 70% peserta Keluarga Berencana di Indonesia menggunakan
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi hormonal, dimana menurut data yang ada tahun 2003 penggunaan
kontrasepsi suntikan 35,2%, pil 28,1%, dan implant 14,2%
(Arjoso, 2004, diperoleh tanggal 10 November 2008).
Di Indonesia pemakai AKDR sekitar 4.024.273 (22,6%) dari semua pemakai
metode kontrasepsi (Bimantara, 2003,hlm.1). Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara
tahun 2006, menunjukkan hasil pelayanan KB baru kumulatif menurut metode
kontrasepsi medis operatif wanita (MOW) sebanyak 2,84%
(Syarief, 2008, diperoleh tanggal 10 November 2008).
Dari survey pendahuluan pada tanggal 9 September 2008 di Lingkungan II
Kelurahan Martoba Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar, diperoleh informasi 8
dari 20 orang pasangan usia subur belum menggunakan alat kontrasepsi dan di
Lingkungan ini belum pernah diadakan penyuluhan tentang alat kontrasepsi.
Minimnya pengetahuan akseptor mengenai kontrasepsi ini menyebabkan
penggunaan kontrasepsi yang tidak teratur. Hal ini secara tidak langsung akan
berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil, bersalin, angka kehamilan
yang tidak diinginkan, dan gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi.
Pencapaian peserta KB 50% PUS merupakan masa transisi, sedangkan bila mencapai
70-75% baru akan berarti dalam upaya pengaturan kelahiran dan jumlah yang dapat
diatasi oleh pertumbuhan ekonomi (Manuaba, 2001.hlm.719)
Untuk dapat meningkatkan penerimaan metode keluarga berencana maka dalam
memberikan pelayanan KB terlebih dahulu diadakan konseling yang akan memudahkan
calon akseptor KB dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul Pengaruh Konseling Terhadap Pengetahuan dan Pemilihan Alat
Kontrasepsi Oleh Akseptor KB.
B. Perumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian
bagaimana pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat kontrasepsi
oleh akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba
Pematangsiantar tahun 2008.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh konseling terhadap pengetahuan dan pemilihan alat
kontrasepsi oleh akseptor KB di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya
Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik PUS tentang pemilihan alat kontrasepsi
di Lingkungan Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba
Pematangsiantar Tahun 2008.
b. Mengidentifikasi pengetahuan PUS sebelum dan sesudah diberikan konseling
di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba
Pematangsiantar Tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk mengidentifikasi jenis alat kontrasepsi yang dipilih oleh PUS sebelum
dan sesudah diberikan konseling di Lingkungan II Kelurahan Sumber Jaya
Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun 2008.
d. Mengidentifikasi pengaruh konseling terhadap pengetahuan PUS tentang alat
kontrasepsi sebelum dan sesudah diberikan konseling di Lingkungan II
Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Siantar Martoba Pematangsiantar Tahun
2008.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kebidanan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pelayanan kebidanan dalam
memberikan konseling kepada calon akseptor KB dalam pemilihan alat
kontrasepsi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang akan
melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.
Universitas Sumatera Utara