Anda di halaman 1dari 8

Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Paten duktus arteriosus (Patent Ductus Arteriosus, PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan mengalirnya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini
menyebabkan resirkulasi darah beroksigen yang jumlahnya semakin banyak mengalir ke paru,
sertamenambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif.
Efek jantung kumulatif mengakibatkan peningkatan tekanan vena dan kapiler pulmonal,
yangmenyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini meninmbulkan penurunan difusi
oksigen dan hipoksia, dan terjadi konstriksi arteriol paru yang progresif. Hipertensi pulmonal dan
gagal jantung kanan dapat terjadi jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui penanganan medis atau
bedah. Sebagian besar PDA mengalirkan darah dari kiri ke kanan, tetapi pengaliran duktal
darikanan ke kiri dapat terjadi yang berkaitandengan penyakit paru, lesi obstruktif jantung kiri,
dan koarktasio aorta. Penutupan PDA terutama bergantung pada respons konstriktor dari duktus
tterhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yagn memengaruhi penutupan duktus adalah
kerja prostaglandin, tahanan vaskular pulmonal dan sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi
(prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat
ditoleransi dengan baik oleh bayi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang
baik dan pirau kiri ke kanan itu cenderung lebih besar. (Betz & Sowden, 2009)
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang
berhubungan dengan prematuritas (mis., sindrom gawat pernapasan). Tanda-tanda kelebihan
beban ventrikel tidak terlihat selama 4 sampai 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil
mungkin tidak menunjukkan gejala (asimtomatik). Bayi dengan PDA yang lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF): Pola makan yang buruk; Letih;
Hepatosplenomegali (HSM); Peningkatan berat badan buruk; Iritabilitas; Takipnea (pernapasan
lebih dari 70 kali/menit); Murmur persisten (sistolik kemudian kontinu; paling nyata terdegnar di
tepi sternum kiri atas); Tekikardi (denyut apika lebih dari 170 kali/menit); Nadi menonjol dan
meloncat-loncat; Prekordium hiperaktif (akibat peningkatan isi sekuncup ventrikel kiri); Tekanan
nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg); Peningkatan kebutuhan ventilator (yang berhubungand
engan masalah paru); Asidosis metabolik (mungkin tidak ada). (Muscari, 2005; Betz & Sowden,
2009)
Uji laboratorium dan diagnostik yang dilakukan sebagai enanda PDA yaitu:
1. Foto toraks atrium dan ventrikel kiri menonjol atau membesar (kardiomegali); gambaran
vaskular paru meningkat
2. Ekokardiografi rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup
bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi kurang bulan (disebabkanoleh peningkatan volume
atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) bervariasi sesuai tingkat keparahan; pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas; hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang besar.
5. Kateterisasi jantung hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ekokardiografi
atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lain.



Kasus:
Bayi E berusia 3 minggu dibawa ke RS dengan keluhan tidak kuat menyusu, bila menyusu
hanya sebentar-sebentar. bayi E tampak berkeringat dan tersengal-sengal. tidak lama
kemudianbayi menangis dan meminta menyusu kembali. dari penjelasan ibu tidak tampak
adanya kebiruan pada bayi. -jika ingin menegakkan diagnosis PDA, pemeriksaan diagnostik apa
saja yang diperlukan? -jelaskan WOC dari PDA yang dialami bayi E! -buatlah rencana askep
pada bayi E! -tindakan korektif apa saja yang akan dilakukan untuk bayi E?


Asuhan keperawatan Patent Duktus Arteriosus
Oleh: Nurul Febrian (1206218581)
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
a. Dapatkan dambaran yang jelas tentang gejala-gejala yang mencakup awitan, durasi,
lokasi, dan pencetus. Tanda dan gejala utama: (1) masalah makan, termasuk
keletihan atau diaforesis selama pemberian makan, dan peningkatan berat badan
yang buruk; (2) kesulitan pernapasan, termasuk takipnea, dispnea, sesak napas,
sianosis, dan infeksi pernapasan yang sering; (3) Keletihan kronis atau intolerasi
latihan fisik
b. Gali riwayat pranatal, individu, dan keluarga terhadap faktor-faktor resiko gangguan
kardiovaskular.
(1) Faktor-faktor resiko pranatal antara lain ibu menggunakan obat, tembakau, dan
alkohol; ibu terpajan radiasi; penyakit virus maternal atau usia ibu diatas 40
tahun.
(2) Faktor resiko indvidu antara lain abnormalitas kromosom, prematuritas, infeksi,
gangguan autoimun, obesitas, penggunaan obat-obatan, seperti kortikosteroid,
kontrasepsi oral, dll.
(3) Faktor resiko keluaraga mencakup penyakit jantung konginetal pada remaja atau
orang tua, infark miokard sebelum usia 55 tahun, atau kematian mendadak
dengan penyebab yang tidak diketahui.
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
(1) Pantau tekanan darah terhadap adanya hipertensi dan hipotensi. Seharusnya tidak
terdapat perbedaan besar antara tekanan darah ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah.
(2) Pantau denyit apeks dan perifer terhadap frekuensi, irama, dan kualitas denyut
nasi. Frekuensi irama, dankualitas denyut nadi harus teratur pada setiap denyut.
Perhatikan adanya takikardia atau bradikardia, distirmia, denyut perifer yang
menghilang, denyut yang kuat, dan tekanan denyut yang meluas dan menyempit.
Ketidakteraturan dapat menyatakan adanya gangguan jantung.
(3) Pantau frekuensi dan usaha napas. Frekuensi normal harus sesuai dengan usia
tanpa usaha napas. Takipnea dan dispneadapat menyatakan adanya gagal jantung.
(4) Pantau suhu untuk adanya hipertermia, yang dapat menyatakan adanya infeksi.
(5) Kaji tinggi dan berat badan karena gagal tumbuh dapat terjadi pada penyakit
jantung berat.
b. Inspeksi
(1) Amati kulit untuk adanya sianosis, dan edema periorbital dan perifer
(2) Inspeksi leher untuk adanya vena leher yang membesar
(3) Inspeksi ektremitas terhadap adanya jari tabuh pada jari tangan dan kaki
(4) Inspeksi abdome untuk adanya distensi
c. Palpasi
(1) Palpasi ekstremitas untuk memperlihatkan adanya pitting
(2) Papasi prekordium terhadap titik impuls maksimum PMI, thrill, lifts, dan heave
(3) Palpasi abdomen terhadap kemungkinan hepatomegali dan splenomegali
d. Auskultasi
(1) Auskultasi untuk suara jantung normal dan suara jantung tambahan, termasuk
murmur
(2) Auskultasi terhadap adanya suara paru tambahan
3. Uji diagnostik dan pemeriksaan laboratorium untuk PDA
a. Foto toraks atrium dan ventrikel kiri menonjol atau membesar (kardiomegali);
gambaran vaskular paru meningkat
b. Ekokardiografi rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi
cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi kurang bulan (disebabkanoleh peningkatan
volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna digunakan untuk mengevaluasi aliran darah
dan arahnya.
d. Elektrokardiografi (EKG) bervariasi sesuai tingkat keparahan; pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas; hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang besar.
e. Kateterisasi jantung hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ekokardiografi atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lain.

B. Diagnosis
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan defek struktur jantung
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungand engan kongesti paru
c. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan akumulasi cairan (edema)
d. Intoleranasi aktivitas yang berhubungand enga ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
e. Perubahan proses keluarga yang berhubungand engan anak yang menderita sakit yang
mengancam jiwa

C. Perencanaan
Diagnosis: Penurunan curahjantung yang berhubungan dengan defek struktur
Tujuan: Pasien memperihatkan peningkatan urah jantung
Intervensi keperawatan/rasional Hasil yang diharapkan
Berikan digoksin (lanoxin) sesuai program denanmenggunakan
kewaspadaan yang ditetapkan untuk mencegah toksisitas.

Pastikan dosis dalam batas aman (bayi jarang mendapat lebih dari 1 ml
50 g atau 0,05 mg, dalam satu dosis, dosis yang lebih tinggi adalah
peringatan segera tentang kesalahan dosis)

Pastikan persiapan rute yang benar

Periksa dosis dengan perawat lain untuk memastikan amanan
Hitung denyut apikal selama satumenit penuh sebelum memberikan obat
(tunda obat dan beritahu dokter bila frekuensi nadi kurang dari 90-110
kali/menit (bayi) atau sampai 70-85 kai/menit (anak lebih besar)
bergantung pada hasil nadi pemeriksaan sebelumnya

Kenali tanda toksisitas dogksin (mual, muntah, anoreksia, bradikardia,
disritmia)

Seringkali irama EKG diperiksa untuk mengkaji status jantung sebelum
pemberian

Pastikan asupan kalium adekuat

Observasi tanda hipokalemia (kelemahan otat, hipotensi, distritmia,
takikardia atau bradikardia, iritabilitas, mengantuk) atau hiperkalemia
(kelemahan otot, kedutan, bradikardia, vibrilasi ventrikel, oliguria, apneu)

Pantau kadar kalium serum karena penurunannya meningkatkan toksisitas
digoksin
Denyut jantung kuat,
teratur, dan dalam batas
normal sesuai usia.

Perfusi perifer adekuat.

Berikan obat untuk menurunkan afterload, sesuai program
Periksa tekanan darah (observasi tanda hipotenasi)

Pantau kadar elektrolit

Pasang monitor jantung bila diprogramkan

Diagnosis: Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kongesti paru
Tujuan: Pasien memperlihatkan peningkatan fungsi pernapasan (1)
Intervensi keperawatan/rasional Hasil yang diharapkan
Tempatkan dalam posisi miring 30 sampai 40 derajat untukmemudahkan
ekspansi dada maksimum, tekuk kasur yang menopang inkubator,
tempatkan bayi yang lebih besar di kursi bayi

Hindari setiap pakaianyang ketat atau pengikat disekitar abdomen dan
dada (berikan oksigen yang telah dilembabkan sesuai program)

Kaji frekuensi pernapasan kemudahan pernapasan, kemudahan
pernapasan, warna kulit dan saturasi oksigen yang diukur melalui
oksimetri
Pernapasan tetap dalam
batas normal, warna
kulit baik dan anak
istirahat denga tenang

Tujuan: pasien mengalami penurunan ansietas (2)
Laksanakan jadwal pemberian makanyang fleksibel yang mengurangi
rewel karena lapar

Gendong bayi dengan lembut

Peluk bayi dengan nyaman

Lakukan tindakan kenyamanan yang diketahui efektif untukmasing-
masing anak

Anjurkan keluarga untuk memberikan kenyamanan dan ketenangan
Anak beristirahat
dengan tenang dan
bernapas secara mudah

Diagnosis: kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan akumulasi cairan
(edema)
Tujuan: pasien tidak memperlihatkan edema
Intervensi keperawatan/rasional Hasil yang diharapkan
Berikan diuretik sesuai program

Pertahankan asupan dan haluan yang akurat

Timbang berat badan pada waktu dan timbangan yang sama untuk
mengkaji penambahan atau pengurangan cairan

Kaji adanya peningkatan atau penurunan edema

Pertahankan pembatasan cairan bila diprogramkan

Berikan perawatan kulit untuk anak yang mengalami edema
Bayi memperlihatkan
bukti penurunan cairan
(sering berkemih,
penurunan berat badan)

Ganti posisi dengan sering untukmencegah kerusakan kulit akibat edema
(gunakan kasur yang memiliki tekanan berganti)

Diagnosis: Intoleransi aktivias yang berhubungand engan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan: pasien tidak memperlihatakn stres pernapasan atau stres jantung tambahan
Intervensi keperawatan/rasional Hasil yang diharapkan
Pertahankan suhu lingkungan yang netral karena hipotermia atau
hepertermia meningkatkan kebutuhan oksigen (tempatkan bayi baru lahir
dalaminkubator atau dibawah alat penghangat, jaga kehangatan bayi, atasi
demam dengan segera)

Berikan makanan dalam jumlah sedikit namun sering (setiap 2 hingga 3
jam sekali) dengan menggunakan dot lunak yang lbangnya cukup lebar
karena bayi yang mengalami gagal jantung mudah letih

Implementasikan pemberian makan per sonde jika bayi sudah merasa
lelah sebelum meminum susu dengan jumlah yang memadai

Atur waktu pelaksanaan aktivitas keperawatan agar bayi tidak banyak
terganggu

Implementasikan tindakan untuk mengurangi kecemasan

Segera bereaksi terhadap tangisan atau ekspresi distres yang lain
Anak beristirahat
dengan tenang

Diagnosis: Perubahan proses keluarga yang berhubungandengan anak yang enderita
sakit yang mengancam jiwa
Tujuan: pasien (keluarga) siap melakukan perawatan di rumah
Intervensi keperawatan/rasional Hasil yang diharapkan
Ajarkan keluarga tentang:
Pemberian obat dan efek samping toksisnya
Tanda dan gejala gagal jantung kongestif dan melaporkannya ke dokter
yang merawat pasien
Teknik memberikan makanan/susu dan kebutuhan gizi
Pengaturan posisi tubuh
Kebutuhan istirahat
Masalah tumbuh kembang (pertumbuhan yang lamabat, keterampilan
motorik kasar mungkin lebh terlamabt dibandingkan keterampilan
motorik halus)
Rujuk pasien ke bagian pelayanan rawat jalan dan sumber dalam
masyarakat sebagaimana diperlukan bagi dukungan selanjutnya
Keluarga
memperlihatkan
pemahaman tentang
kondisi anaknya dan
perawatan yang
dibutuhkan dirumah
Keluarga menggunakan
sumber masyarakat
yang tepat.




D. Evaluasi
a. Memantau frekuensi jantung dan kualitasnya, frekuensi dan upaya respirasi dan warna
kulit di samping mengamati perilaku yang mmeberi petunjuk tentang upaya yang
digunakan
b. Mengamati asupan gizi, perilaku menyusus, dan berat badan
c. Memantau asupan dan hauan cairan dan berat badan
d. Menganamnesis dan mengamati perilaku dan anggota keluarga



Referensi:
Betz, Cecily L. & Sowden Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Penerjemah:
Meiliya Eny. Jakarta: EGC
Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik Penerjemah: Alfrina Hany. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. et. Al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Penerjemah: Hartono Andy,
Kurnianingsih Sari, Setiawan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai