Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL BLOK STOMATOGNASI 1

Skenario 1
Disusun Oleh : Fahmi Hamjah Siregar I Gede Mahendra P Diah Andryantini Cut Gusti
Ayu Hoesin Wardatul Jannah Nirmala Maulida K Ardian Pradana Ade Ivin d Dinar Pr
afita Sari D Elliza Wardhani Vivi Felicia (101610101026) (101610101027) (1016101
01028) (101610101036) (101610101037) (101610101038) (101610101064) (101610101065
) (1016101010) (101610101066) (101610101069)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER TAHUN 2011
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di muka bumi ini dimulai dari embrio. Masa
embrio adalah dasar dari seluruh sistem organ manusia nantinya. Apakah nornal at
au abnormal, semuanya ditentukan saat pertumbuhan dan perkembangan masa embrio.
Dalam bidang kedokteran gigi, bagian embrio yang diutamakan pengamatan pertumbuh
an dan perkembangannya adalah bagian kraniofasial. Bagian kraniofasial ini melip
uti pembentukan calvaria dan basii kranial, pembentukan wajah dan palatum. Krani
ofasial mulai terbentuk pada saat minggu kedua setelah ovulasi, pada saat masih
berupa embrio. Terbentuk dari lapisan ektoderm sewaktu sel blastula menjadi lapi
san trilaminar (endoderm, mesoderm, ektoderm). Penyatuan tonjolan tonjolan pada
wajah kemudian akan membentuk wajah seutuhnya, sehingga kelainan pada masa ini a
kan menyebabkan kelainan wajah saat lahir. Kelainan ini sebagian besar akan meng
ganggu fungsi pengunyahan, penelanan, dan bahkan kelainan pada pembentukan calva
ria merupakan salah satu ciri pernderita syndrom tertentu. Pembentukan kraniofas
ial saat embrio dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Hormon da
ri ibu dan gen yang dibawa ibu. Hormon yang dihasilkan ibu saaat mengandung dapa
t berpengaruh pada janin. Hormon tersebut ada untuk mempertahankan keberadaan da
n kelangsungan hidup janin. Faktor ekstenalnya adalah nutrisi dari makanan yang
dikonsumsi ibu. Protein, vitamin, lemak, mineral yang ada dalam makanan yang dik
onsumsi ibu dapat mempercepat dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan kraniof
asial. Pertumbuhan yang normal akan semakin bagus bila ditunjang dengan nutrisi
yang tepat. Karenanya, pada ibu hamil, dokter sering menyarankan untuk lebih ban
yak mengkonsumsi makanan bergizi.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin? 2. Bagaimana tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan janin?
3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan wajah pada masa prenatal? 4. Bagaiman
a pertumbuhan dan perkembangan wajah pada masa postnatal?
5. Apa saja gangguan dan kelainan yag terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan
bayi?
1.3 Tujuan Permasalahan 1 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin? 2 Mengetahui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan j
anin? 3 Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan wajah pada masa prenatal? 4 Meng
etahui pertumbuhan dan perkembangan wajah pada masa postnatal? 5 Mengetahui gang
guan dan kelainan yag terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan bayi?
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Pertumbu
han dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada saat in
i diperkirakan bahwa 10% dari semua kelainan pada manusia yang diketahui sebabny
a oleh faktor genetic dan kromosom sedangkan sisanya yang 80% diduga mempengaruh
i dalam hubungan yang sangat rumit. Disini dapat dikelompokkan faktor-faktor yan
g mempengaruhi tersebut. 1. Faktor lingkungan seperti : a. infeksi b. radiasi c.
obat-obatan atau zat kimia 2. Faktor kesehatan seperti : a. ibu kurang gizi b.
penyakit tertentu pada ibu c. Diabetes malitus d. Hipertensi / Hipotensi e. Deko
mpensatio kordis f. Penyakit paru kronis g. Penyakit ginjal h. Umur ibu / parita
s i. ibu yang perokok 3. Faktor keturunan seperti : a. trisomi 21 b. trisomi 13-
15 2.1.1 Infeksi Infeksi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perke
mbangan janin terutama infeksi oleh golongan Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalo
virus, dan Herpes simplek (TORCH) dan Sifillis. Infeksi Toksoplasmosis pada manu
sia diperoleh melalui makanan yang mengandung kista parasit, transfuse darah, tr
ansplantasi organ atau melalui tangan yang terkontaminasi. Infeksi congenital pa
da bayi biasanya ditandai dengan trias : hidrosefalus, koreoretinitis, dan klasi
fikasi intracranial. Erat hubungannya antara saat terjadinya infeksi dengan bera
tnya infeksi janin. Infeksi toksoplasmosis yang paling hebat pada janin terjadi
pada trimester I.
Infeksi Rubella, merupakan virus yang dapat menyebabkan kelainan. Kelainan yang
ditimbulkan ditentukan oleh tingkat perkembangan mudigah pada saat infeksi terja
di misalnya, katarak timbul akibat infeksi pada kehamilan minggu keenam dan ketu
lian pada kehamilan minggu kesembilan, kelainan jantung terjadi setelah infeksi
pada minggu kelima hingga kesepuluh dan kelainan gigi antara minggu keenam kesem
bilan dan kelainan saraf terjadi setelah infeksi pada trimester kedua. Infeksi s
itomegalovirus menimbulkan suatu sindroma yang mencakup berat badan lahir rendah
, mikrosefalus, kalsifikasi intracranial, korioretinitis, retardasi mental serta
motorik, gangguan sensori neural, hepatosplenomegali, ikterus, anemia hemolitik
dan purpura trombositopenik. Infeksi herpes simplek biasanya dipindahkan menjel
ang saat kelahiran dan kelainankelainan yang dilaporkan adalah mikrosefali, mikr
oftalmus, displasia retina,
pembengkakan hati dan limpa dan keterbelakangan jiwa. Infeksi oleh treponema pal
ida dapat menyebabkan tuli bawaan dan keterbelakangan jiwa, selain itu banyak or
gan-organ lain seperti paru-paru dan hati ditandai oleh fibrosis yang merata ser
ta osteokondritis. 2.1.2 Radiasi Efek yang berbahaya dari radiasi dapat terjadi
secara langsung dan tidak langsung yang mana ada 3 prinsip efek biologisnya yait
u : 1. Kematian sel yang mempengaruhi embryogenesis. 2. Karsinogenesis. 3. Efek
terhadap generasi selanjutnya dan mutasi sel germinal. 2.1.3 Obat-obatan / zat-z
at kimia. Peranan zat-zat kimiawi dan obat-obatan farmasi dalam pembentukan kela
inan pada manusia sulit ditafsirkan karena sebagian besar penelitian adalah retr
ospektif dan sejumlah besar obat-obatan farmasi digunakan oleh wanita hamil. Foo
d and drug administration (FDA) membuat 5 katagori untuk yang mungkin mempengaru
hi terhadap janin. 1. Katagori A Obat-obatan yang tidak memperhatikan resiko ter
hadap janin seperti vitamin. 2. Katagori B Obat-obat yang dalam penelitian binat
ang atau manusia tidak memperlihatkan resiko yang berarti. Kategori ini mencakup
obat-obat yang dalam penelitian binatang tak
memperlihatkan resiko terhadap janin binatang tersebut, namun penelitian pada ma
nusia tidak dilakukan. 3. Kategori C Obat-obat yang belum diteliti secara memada
i atau obat-obat yang dalam penelitian binatang menunjukkan efek berbahaya terha
dap janinnya tetapi data-data pemakaiannya pada manusia tidak tersedia. 4. Kateg
ori D Obat-obat yang terbukti membawa resiko bagi janin namun khasiatnya melebih
i resiko tersebut. 5. Kategori X Obat-obatan yang terbukti membawa resiko bagi j
anin dan jelas resikonya melebihi setiap manfaat yang diberikan. 2.1.4 Gizi 1. K
arbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori dapat d
iperoleh dari serealia, umbi-umbian. 2. Protein sebagai sumber zat pembangun dap
at diperoleh dari daging, ikan, telur dan kacang-kacangan. 3. Mineral sebagai za
t pengatur dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur sayuran. 4. Vitamin B komp
leks berguna untuk menjaga sistem saraf, otot dan jantung agar berfungsi secara
normal. Dapat dijumpai pada serealia, biji bijian, kacang-kacangan, sayuran hija
u, ragi, telur dan produk susu. 5. Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembe
ntukan tulang bayi Anda. Sumbernya terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur
dan susu. 6. Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat. Maka
nlah lembaga biji-bijian terutama gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayu
ran hijau. 7. Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf dan sel darah,
banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol dan
brokoli. Pada buah-buahan, asam folat terdapat dalam jeruk, pisang, wortel dan
tomat. Kebutuhan asam folat selama hamil adalah 800 mcg per hari, terutama pada
12 minggu pertama kehamilan. Kekurangan asam folat dapat mengganggu pembentukan
otak, sampai cacat bawaan pada susunan saraf pusat maupun otak janin.
8. Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar terhindar dari anemia, banyak terdapa
t pada sayuran hijau (seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya), dagi
ng dan hati. 9. Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, ser
ta melindungi ibu hamil dari osteoporosis Jika kebutuhan kalsium ibu hamil tidak
tercukupi, maka kekurangan kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium
yang lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan. Saat ini kalsium paling bai
k diperoleh dari susu serta produk olahannya. Susu juga mengandung banyak vitami
n, seperti vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.
2.2 Tahap pertumbuhan dan perkembangan janin Janin atau embryo adalah makhluk ya
ng sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh
induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentu
k sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa. Proses pembentukan
janin dimulai dengan fertilisasi. Fertilisasi merupakan proses peleburan dua mac
am gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetik yang berasa
l dari kedua parentalnya. Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan e
nzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dap
at menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radia
ta dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja. Badan
dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Segera
setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum mengal
ami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma, sehingga terb
entuk kromosom
diploid (2n). Ga Perkembangan Janin di Rahim melalui beberapa tahap : 1. Pembela
han Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara holobastik t
idak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tida
k serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kem
udian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6
sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk balstomer yang terdiri da
ri 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula. Pembelahan atau segmen
tasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dar
i berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluru
h bagian, bias pula hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mi
tosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis
terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang
pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan latitudinal. 2. Blastulasi dan
Nidasi Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbe
ntuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embr
io yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses p
embentukan blastula disebut blastulasi. Pembelahan hingga terbentuk blastula ini
terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan meng
alir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mulamula blastosis terapung-apung
di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengad
akan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya
. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi
atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yati
m, 1990: 136)
3. Gastrulasi Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutk
an dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula
ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi ter
jadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan
bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel ya
ng semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan inte
rkasi yang bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastru
lasi ini menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam,
mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar. Dalam proses gastrulasi
disamping terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi pula ber
bagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentu
k dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan. 4. Tubulasi Tubulas
i adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga deng
an pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ecto
derm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Ya
ng tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses
tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis b
enih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk defi
nitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi aw
al pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak)
dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada b
umbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan
belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan ot
ot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka d
an alat urogenitalia. 5. Organogenesis Organogenesis atau morfogenesis adalah em
bryo bentuk primitive yang berubah menjadi bentuk yang lebih definitive dan memm
iliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi dimulai a
khir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organog
enesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang sel
anjutnya embryo disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan diferensi
asi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk def
initif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spes
ies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive
sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo mengalami penyele
saian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah y
ang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung: 1. Bumbung
epidermis 1. Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan
kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji. 2. Kelenjar-kelenjar kuli
t: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenj
ar air mata. 3. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba. 4. S
tomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenj
ar ludah dan indra pengecap. 5. Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya
yang menghasilkan bau tajam. 6. Lapisan enamel gigi. 2. Bumbung endoderm 1. Lap
isan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum. 2. Kelenjar-k
elenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandu
ng enzim dlam esophagus, gaster dan intestium. 3. Lapisan epitel paru atau insan
g. 4. Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (re
ctum), dan kelamin (ductus genitalis). 5. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika
urinaria dan kelenjar-kelenjarnya. 3.Bumbung neural (saraf) 1. Otak dan sumsum t
ulang belakang. 2. Saraf tepi otak dan punggung. 3. Bagian persyarafan indra, se
perti mata, hidung dan kulit. 4. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang be
rpigment.
4. Bumbung mesoderm 1. Otot:lurik, polos dan jantung. 2. Mesenkim yang dapat ber
differensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan. 3. Gonad, saluran serta k
elenjar-kelenjarnya. 4. Ginjal dan ureter. 5. Lapisan otot dan jaringan pengikat
(tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berba
gai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembul
uh darah. 6. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, peri
cardium, peritoneum dan mesenterium. 7. Jaringan ikat dalam alat-alat seperti ha
ti, pancreas, kelenjar buntu. 8. Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi,
bersama pulpanya. Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak ber
kembang sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 emb
rio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai lu
rus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm, jari tan
gan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus, genetalia eksterna
belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir min
ggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
2.3 Pertutumbuhan dan perkembangan wajah prenatal 2.3.1 Kepala Mesenkim untuk pe
mbentukan daerah kepala berasal dari mesoderm paraksial dan lateral, Krista neur
alis dan daerah ectoderm yang menebal yang disebut plakoda ectoderm. Mesoderm pa
raksial (somit dan somitomer) membentuk lantai tengkorak dan sebagian kecil daer
ah oksipital, semua otot volunteer yang ada didaerah kraniofasial, dermis dan ja
ringan penyambung didaerah dorsal kepala dan selaput otak disebelah kaudal prose
ncefalon.mesoderm lempeng lateral membentuk kartilagokartilago laring (aritenoid
dan cricoid) dan jaringan penyambung didaerah ini. 2.3.2 Segmen antar maksila
Akibat pertumbuhan tonjol-tonjol maksila kearah medial, kedua tonjol hidung medi
al tidak hanya bersatu pada permukaan, tetapi bersatu pula pada tingkat yang leb
ih dalam. Bangunan yang dibentuk oleh penyatuan kedua tonjol ini disebut dengan
segmen antar maksila. Segmen ini terdiri dari : a. Sebuah unsure bibir, yang mem
bentuk filtrum bibir atas b. Sebuah unsure rahang atas , yang membawa empat gigi
seri c. Sebuah unsure langit-langit mulut (palatum), membentuk palatum primer y
ang berbentuk segitiga. Disebelah cranial, segmen antarmaksila bersambung dengan
bagian rostral septum nasi, yang dibentuk oleh prominensia frontalis. 2.3.3 Ron
gga hidung Selama minggu ke-6, lubang hidung makin bertambah dalam, sebagian kar
ena tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada di sekitarnya dan sebagian lagi kare
na lubang ini menembus ke dalam mesenkim di bawahnya. Mul-mula, membrana oronosa
lis memisahkan kedua lubang hidung tadi dari rongga mulut primitif, mlalui foram
ina yang baru terentuk, yakni koana primitif. Koana ini terletak di sisi kanan d
an kiri garis tengah dan tepat di belakang palatum primer. Sinus-sinus udara par
anasalis berkembang sebagai diventrikula dinding lateral hidung dan meluas ke da
lam maksila, tulang edmoid frontalis, dan tulang sfenoid. 2.3.4 Palatum Sekunder
Bagian palatum dibentuk oleh dua pertumbuhan keluar dari tonjol maksila yang me
nyerupai temeng. Kedua tonjolan ini, yaitu lempeng palatina yang tampak pada per
kembangan minggu ke-6 dan mengarah miring ke bawah pada sisi kanan dan kiri lida
h. Akan tetapi dalam minggu ke-7, lempeng-lempeng palatina ini bergerak naik hin
gga mencapai kedudukan horisontal di atas lidah dan saling bersatu satu sama lai
n, sehingga membentuk palatum sekunder. De sebelah anterior, lempeng-lempeng pal
atina ini bersatu dengan palatum primer yang berbentuk segitiga, dan foramen inc
isivum dapat dianggap sebagai tanda batas di tengah-tengah antara palatum primer
dan sekunder. 2.3.5 Wajah dan Palatum. Penggabungan tonjolan nasal medial dan m
aksila membentuk hubungan dengan rahan atas dan bibir serta memisahkan celah nas
al dari stomodeum. Penyatuan garis tengah tonjolan nasal medial membentuk tuberk
ulum medial dan philtrum bibir atas, ujung hidung dan palatum primer. Segmen int
ermaksilaris (premaksila), untuk tempat
perkembangan ke 4 gigi insisivus, berasal dari bagian tengah palatum primer, yan
g insisivus, pada mulanya berupa pasangan pembengkakan dari penyatuan tonjolan n
asal medial yang terpisah jauh. Rahang bawah dan bibir terbentuk oleh penyatuan
di garis tengah dari sepasang tonjolan mandibula dan bagian pertama wajah akan t
erbentuk. bagian Penyatuan lateral dari tonjolan maksila dan mandibula membentuk
comisura (sudut) mulut.
Ada tiga elemen yang membentuk elemen sekunder dua lereng palatum rahan atas lat
eral dan palatim primer dari tonjolan fronto frontonasal yang mula mula-mula ter
pisah
jauh. Karena orientasi vertikal dari lereng lateral pada setiap sisi lidah. Sela
ma minggu ke 8, terjadi perubahan letak lereng lateral, dari vertikal ke horizon
tal, sebagai permulaan dari penggabungan dan pemisahan ruang oronasal. Tonjolan
yang telah menjadi horizontal ini kemudian saling mendekat satu sama lain. Diawa
li dari daerah depan (palatum keras) kemudian berlanjut ke belakang (palatum lun
ak). Epithelium yang menutupi tepi-tepi lereng palatal, menebal dan menggabung.
Kegagalan penggabungan epithelium ini dapat menyebabkan cacat celah palatum keti
ka lahir. Pada perkembangan selanjutnya, palatum depan mengalami ossifikasi menj
adi keras, sedangkan bagian belakang tidak, sehingga tetap lunak.
2.3.6 Tahap Perkembangan Kraniofasial Tahap gastrulasi
Hari pertama pasca-pembuahan, zygot berkembang dari satu sel menjadi 16 sel yang
disebut morula. Sel ini sendiri tidak lebih besar daripada ovum semula. Blastom
er totipotensi awal ini dapat berkembang menjadi jaringan, tetapi nantinya akan
berdiferensiasi membentuk 100 sel blastosit yang terisi cairan,
sebagai hasil dari penyerapan cairan sel morula yang padat. Bagian luar sel memb
entuk tropoblast dan massa sel dalam membentuk embrio. Selama periode ini, hasil
pembuahan berjalan sepanjang saluran uterus, masuk ke uterus, serta tertanam da
lam endometrium uterin, pada hari ketujuh pasca pembuahan. Tropoblast berubah me
njadi korion dengan mengeluarkan vili. Penanaman korionik menghasilkan plasenta,
organ perpindahan nutrisi dan pembuangan produk sisa fetomaternal.
hari ke 8 sel embrioblas bilaminar germ disc
1. selapis outer columnar epithelium (embryonic ectoderm) (ektoderm) (hypoblast)
2. selapis inner cuboidal epithelium (embryonic endoderm) (endoderm) (epiblast)
minggu ke 3 membentuk trilaminar
penebalan ektoderm di garis tengah pada ujung caudal yang menghadap amnion (prim
itive streak) bermigrasi di sepanjang embrional disc ke arah garis primitive dan
berinvaginasi. menyebar ke muka dan kesamping di antara lapisan ektoderm dan en
doderm yang membentuk lapisan baru
intraembryonic mesoderm (mesoderm)
hari ke 8 sel embrioblas bilaminar germ disc
1. selapis outer columnar epithelium (embryonic ectoderm) (ektoderm) (hypoblast)
2. selapis inner cuboidal epithelium (embryonic endoderm) (endoderm) (epiblast)
minggu ke 3 membentuk trilaminar
penebalan ektoderm di garis tengah pada ujung caudal yang menghadap amnion (prim
itive streak) bermigrasi di sepanjang embrional disc ke arah garis primitive dan
berinvaginasi. menyebar ke muka dan kesamping di antara lapisan ektoderm dan en
doderm yang membentuk lapisan baru
intraembryonic mesoderm (mesoderm)

Tahap Neurolasi Cangkram benih embrionik primodial terdiri dari dua lapisan beni
h
primer; ektodermal, yang membentuk dasar rongga amniotik dan endodermal, yang me
mbentuk atap kantung telur. Ini adalah garis batas awal padahari ke-14, dari kut
ub anterior cakram yang mulanya oval; penebalan endodermal, bidang prakordal mun
cul pada bakal midsephalik. Bidang prakordal mendahului perkembangan daerah orof
asial, mengeluarkan lapisan endodermal dari membran orofaringeal; peranan membra
n ini akan dibicarakan lebih lanjut dalam hubungannya dengan perkembangan mulut.
Lapisan benih primer ketiga, mesodermal, muncul pada awal minggau ketiga, sebag
ai hasil proliferasi sel ektodermal dan diferensiasi pada daerah kaudal cakram e
mbrionik. Tonjolan yang terbentutk di cakram memiliki groove kraniokaudal, yang
disebut garis primitif. Dari garis primitif terbentuk jaringan yang berprolifera
si dengan cepat serta disebut mesensim, yang membentuk mesodermal intraembrionik
, yang bergerak ke segala arah antara ektodermal dan endodermal, kecuali pada da
erah membran orofaringeal di depan dan membran kloakal di belakang. Munculnya me
sodermal akan mengubah cakram bilaminar menjadi trilaminar. Sumbu garis tengah t
erlihat dengan pembentukkan notokord dari proliferasi dan diferensiasi ujung kra
nial garis primitif. Notokord berakhir di depan pada bidang prakordal pada bakal
kelenjar pituitari. Notokord berfungsi sebagai sumbu rangka embrio, dan
merangsang pembentukkan bidang neural pada ektodermal di atasnya (ektodermal neu
ral) dan mesodermal lateral merangsang perkembangan epidermal (ektodermal kutane
us). Ketiga lapisan benih primer berfungsi atas dasar diferensiasi jaringan dan
organ serta berasal dari masing-masing lapisan. Perkembangan ektodermal menjadi
bagian kutaneus dan saraf dimulai pada hari ke-20, dengan terbukanya lipatan ekt
odermal bidang saraf sepanjang garis tengah, membentuk lipatan neural; membentuk
groove neural. Pada hari ke22, lipatan neural bergabung pada daerah somit ketig
a sampai kelima, daerah bakal osipital. Penutupan awal meluas ke sephalik dan ka
udal, membentuk neural tube, yang terbenam di bawah lapisan superfisial dari ekt
odermal kutaneus. Jaringan ektomesensimal ini disebut neural crest dari daerah a
salnya, keluar dari crest lipatan neural dimana pengaruh netralisasi dan epiderm
isasi terjadi. Sel-sel neural crest membentuk jaringan terpisah yang dalam hubun
gannya dengan lapisan benih primer, pluripotensial. Ektomesensim neural crest me
miiliki daya pergerakkan yang besar, mengikuti bidang pencungkilan alami antara
mesodermal, ektodermal dan endodermal, serta mengarah intramesodermal. Populasi
ini tergeser baik melalui translokasi aktif yang berasal dari pergeseran jaringa
n atau perpindahan sel aktif. Translokasi sel neural crest pada saat mencapai ti
tik akhir yang sudah ditentukan, mengalami sitodeferensiasi menjadi berbagai tip
e sel yang sebagian di antaranya membelah ketika bergerak, membentuk populasi ya
ng lebih besar pada titik akhir daripada awal. Sel-sel ini membentuk sumber utam
a dari komponen jaringan ikat, termasuk tulang rfawan, tulang, dan ligamen daera
h wajah dan mulut, serta ikut berperan membentuk daerah otot dan arteri.
Akhir minggu ke 3, lapisan mesoderm dan notochord memisahkan lapisan ektoderm da
n endoderm
Agregasi sel mesodermal di kedua sisi notochord disebut dengan paraxial mesoderm
,
Menjadi somit yang berpasangan. Pembentukan somit menunjukan tanda pertama terja
dinya segmentasi embrio.
Neural crest bermigrasi jauh dari neuroektoderm ke lokasi yang dituju berdiferen
siasi
sel-sel ganglia spinalis dan otot otonom, sel-sel shcwann, sel pigmen, medula ad
renalis, selaput otak dan mesensim (jaringan ikat embrio) di daerah muka dan leh
er
Mesensim yang berasal dari neural crest (ektomesensim) tulang rawan, lengkung br
ankial, tulang, jaringan ikat sejati, jaringan gigi (pulpa, dentin, sementum, li
gament periodontal)
Tahap neurulasi
Notochord menginduksi ektodermal yang terletak di atasnya Proliferasi menjadi le
mpeng syaraf (neural plate)
Menyebabkan neural plate melipat yang disebut lipatan saraf (neural fold) yang n
antinya menjadi alur saraf (neural groove) Neural fold terus menerus berprolifer
asi, akhirnya tepitepinya menjadi tinggi dan menyatu di sepanjang garis tengah s
ehingga terbentuk tabung syaraf (neural tube)
Pada saat terbentuknya neural tube terjadi pembentikan krista yang dikenal denga
n neural crest. Setelah neural crest terbentuk, neural crest meninggalkan neuroe
ktoderm ke tempat-tempat tertentu. Setelah sampi ke tempat-tempat yang dituju ne
ural crest berdiiferensiasi menjadi sel otak,, pigmen, sel schwan, medula adrena
l, dan mesensim. Setelah itu mesenchim akan berdiferensiasi menjadi jaringan ika
t sejati, jaringan tulang dan jaringan gigi.
1. Future prosencephalon 2. Notochord 3. Neural tube
4. Pericardial cavity 5. Cardiac tube 6. Pharyngeal membrane (dahulu prechordal
plate) 7. Extraembryonic mesoderm 8. Throat 9. Septum transversum
2.4 Pertumbuhan dan perkembangan wajah postnatal Lebar wajah ketika bayi lahir a
dalah duapertiga besar wajah dewasa , tinggi wajah adalah setengahnya dan kedala
man wajah adalah sepertiga kedalaman dewasa. Bagian rangka wajah yang terletak d
i bawah bidang Frankfort adalah kira-kira seperdelapan besar cranium ketika bayi
lahir. Pada saat dewasa besarnya meningkat menjadi sepertiga besar cranium. Ata
u dengan kata lain, region infraorbitalis atau bagian rangka wajah yang berhubun
gan mastikasi, tumbuh lebih besar setelah bayi lahir daripada cranium, regio olf
actoris dan regio orbitalis dari wajah. Kecepatan pertumbuhan dari lahir hingga
dewasa Sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubu
h. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Ole
h karena itu antara lahir sampai maturitas, tubuh tentunya tumbuh lebih pesat ba
ik pada proporsi maupun ukuran, dibandingkan kepala. Pada waktu lahir, lengan te
rlihat sepertiga dari panjang badan, namun setelah dewasa hampir setengahnya. Te
rlihat ada pertumbuhan yang lebih pada tungkai bawah daripada yang atas selama k
ehidupan postnatal. Perubahan ini merupakan pola pertumbuhan normal, yang menunj
ukkan pertumbuhan sefalokaudal. Pada wajah dan kepala, tingkat pertumbuhan sefal
okaudal sangat mempengaruhi proporsi dan menyebabkan perubahan proporsi melalui
pertumbuhan. Proffit dan Fields (1993, 2007) membagi kraniofasial menjadi empat
daerah pertumbuhan karena cara pertumbuhan masing-masing daerah berbeda yaitu :
1. Kranial vault 2. Basis cranium 3. Maksila 4. Mandibula
2.4.1 Pertumbuhan Kranium Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat pada tahun pe
rtama dan kedua stulangh lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya. Pada a
nak usia 4-5 tahun, besar kranium sudah mencapai 90% kranium dewasa. Kranium ter
bagi dua yaitu : 1. Ruang kranial (kranial vault) Ruang kranial adalah bagian kr
anium yang membentuk tutup kepala atau menutupi otak terdiri dari sejumlah tulan
g pipih yang terbentuk langsung melalui pembentukan tulang intramembranus, tanpa
didahului pembentukan cartilago (Proffit dan Fields, 2007). Fungsi utama ruang
kranial adalah melindungi otak. Pertumbuhan kranial vault akan sejalan dan seiri
ng dengan pertumbuhan otak itu sendiri. Kebanyakan pertumbuhan pada daerah ini s
udah selesai seluruhnya pada usia 7 tahun. 2. Basis cranium Merupakan dasar kran
ium terletak dibawah otak dan merupakan batas antara kranium dan wajah. Fungsiny
a selain mendukung dan melindungi otak dan tulang spinal, juga berguna untuk men
egakan tubuh, melindungi persendian tengkorak, kolumna vertebra, mandibula dan s
ebagian maksila. Fungsi terpenting lainya adalah sebagai daerah penyangga dianta
ra otak, wajah dan regio faringeal, dimana pertumbuhan berjalan dengan cara berl
ainan (Moyers,1988). Pertumbuhan basis kranium dipengaruhi oleh suatu keseimbang
an yang kompleks antara
pertumbuhan sutura, perpanjangan sinkondariosis, pergerakan kortikal yang luas s
erta remodeling. Basis kranium terbagi dua yaitu : a. Basis kranium anterior b.
Basis kranium posterior Basis kranium anterior dimulai dari sela tursika sampai
nasion, sedangkan basis kranial posterior dimulai dari basis osipital sampai sel
a tursika (Ranly, 1980). Pertumbuhan basis kranium anterior lebih cepat selesei
dibandingkan basis cranium posterior. Basis kranium posterior akan terus meluas
karena adanya spenoosipital sinkondariosis. Spenoosipital sinkondariosis adalah
suatu kartilago yang menghubungkan tulang spenoid dengan tulang
osipital. Pertumbuhan basis kranial ke arah antero-posterior terjadi dengan adan
ya pertumbuhan endokondarial pada speno-osipital sinkondariosis,
pertumbuhan sutura spheno ethmoidalis dan sutura fronto ethmoidalis.
Pertumbuhan basis cranium mempunyai efek langsung terhadap pertumbuhan muka bagi
an tengah dan mandibula. Kranium, yang tumbuh dengan cepat sebelum lahir, akan t
erus tumbuh dengan cepat sampai usia 1 tahun, utk tempat otak. Setelah itu laju
pertumbuhan menurun dan pada usia 7 tahun, cranium sudah mencapai 90% . Sejak us
ia ini, kranium akan membesar dengan perlahan sampai maturitas. Wajah berkembang
ke arah depan dan bawah dalam kaitanya dengan kranium. Bertambah lebarnya rangk
a wajah postnatal terutama dipengaruhi oleh deposisi permukaan dan resorpsi inte
rnal pada cavitas orbitalis, cavum nasi, cavitas paranasalis dan cavum oris.
2.4.2 Pertumbuhan Maksilla Terbentuk pada pertengahan masa kehamilan akan menunj
ukan semua elemen dewasa, berbeda dalam berbagai aspek dengan tulang dewasa. Per
bedaan utama terletak pada ukuran procesuss alveolaris yang kecil, kurangnya ked
alaman sinus maksilaris. Procesuss alveolaris mandibula dan maksila berkembang d
i sekitar benih gigi yang sedang tumbuh semasa fetus. Bila pembentukan gigi terg
anggu dan gigi gagal bererupsi, procesussessus alveolaris tidak dapat berkembang
. Bersama dengan erupsi gigi geligi, alveolus dan cryptus tempat berkembangnya g
igi di dalam procesussessus alveolaris akan digantikan dengan socket . Perubahan
tinggi vertikal mandibula, maksila dan tinggi wajah secara keseluruhan terutama
disebabkan karena pertumbuhan procesuss alveolaris yang berlangsung setelah usi
a 3 tahun dan hampir seluruhnya merupakan hasil dari proses tsb setelah dekade p
ertama kehidupan. Pertumbuhan selanjutnya dari cavum oris umumnya disebabkan dep
osisi tulang disepanjang regio alveolaris, pada permukaan bawah palatum dan pada
fasies facialis mandibula serta maksila. Fasies lingualis procesuss alveolaris
umumnya teresorpsi dlm batasan tertentu tetapi penambahan lebar palatum biasanya
diakibatkan karena pertumbuhan procesuss alveolaris ke arah bawah dan keluar. S
etelah bayi lahir procesuss alveolaris dan rangka wajah pendukung akan tumbuh de
ngan cepat dan pada saat gigi geligi susu sudah tumbuh sempurna, lingua tentunya
sudah mempunyai ruangan yang cukup di dalam arcus dentalis. Gigi geligi dan gin
giva Gigi geligi atas dan bawah, didukung oleh procesuss alveolaris tempat terle
taknya soket gigi, umumnya membentuk arcus yang sesuai dengan bentuk lengkung. T
iap gigi terbentuk dari jaringan kalsifikasi , enamel, dentin, cementum dan cavu
m pulpa yang terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah, dan saraf. Tiap gigi me
lekat pada procesuss alveolaris melalui ligamentum periodontal.
Pertumbuhan
postnatal
maksila
seluruhnya
terjadi
dengan
osifikasi
intramembran karena tidak terdapat cartilago. Pertumbuhan maksila terjadi melalu
i 2 cara yaitu aposisi sutura-sutura yang menghubungkan maksila dengan kranium d
an basis kranial serta remodeling tulang. Sementara maksila tumbuh ke bawah dan
depan, permukaan anteriornya mengalami remodeling. Hampir seluruh permukaan ante
rior maksila mengalami resorpsi, kecuali daerah kecil disekitar spina nasalis an
terior. Sementara terjadi pertumbuhan maksila ke bawah dan depan , ruangan antar
a sutura yang terbuka diisi oleh proliferasi tulang. Aposisi terjadi pada kedua
sisi sutura sehingga tulang - tulang tempat perlekatan maksila bertambah besar.
Tepi posterior maksila yang merupakan daerah tuberositas mengalami aposisi shg m
enambah ruangan untuk tempat erupsi gigi molar tetap. Panjang maksila bertambah
setelah umur dua tahun yang terjadi akibat dari tuberositas maksila dan dengan p
ertumbuhan sutura sepanjang tulang palatal. Aposisi permukaan terjadi sebelah an
terior lengkung tulang maksila.
2.4.3 Pertumbuhan Mandibula Mandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat
mobil dan merupakan tulang yang sangat penting karena terlibat dlm fungsi fungsi
vital antara lain : pengunyahan, pemeliharaan jalan udara, berbicara dan ekspre
si wajah (Moyers, 1988). Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekani
sme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondarial dan aposisi periosteal (o
sifikasi intramembranous ) dan padanya melekat otot-otot dan gigi. Menurut Proff
it dan Fields (2007), pertumbuhan mandibula ada dua macam : 1. Pola pertama, bag
ian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara dagu bergerak ke bawa
h dan depan. 2. Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit seme
ntara pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid dan
kondilus mandibula. Gerakan pertumbuhan mandibula pada umumnya dipengaruhi
oleh perubahan-perubahan yang terjadi di maksila. Dagu bergerak ke bawah dan dep
an hanya sebagai akibat pertumbuhan kondilus dan tepi posterior ramus mandibula.
Korpus mandibula bertambah panjang melalui aposisi tepi posteriornya, sementara
ramus bertambah tinggi melalui osifikasi endokondarial pada kondilus dan remode
ling tulang. Selain tumbuh ke bawah dan ke depan, mandibula juga tumbuh ke later
al melalui aposisi permukaan lateral korpus, ramus dan alveolaris mandibula. Unt
uk mengimbangi aposisi lateral, terjadi resorpsi pada permukaan
lingualnya. Procesuss alveolaris pembentukannya dikontrol oleh erupsi gigi dan d
iresorpsi bila gigi tanggal dan diekstraksi. Gigi pada kedua lengkung tidak menj
adi protrusif ketika maksila dan mandibula tumbuh dan berpindah tempat, karena a
danya relasi intercuspal gigi. Pertumbuhan procesuss alveolaris sangat aktif sel
ama erupsi dan berperan sangat penting selama erupsi dan awal hubungan antar bon
jol dan terus memelihara hubungan oklusal selama pertumbuhan vertikal maksila da
n mandibula.
2.4.4 Pertumbuhan Dan Perkembangan Cavum Oris Postnatal Labium oris Menurut pene
litian dari Frazer, labium oris terbentuk seluruhnya dari procesuss maksilaris.
Mesoderma maksilaris tampak meluas ke bagian bawah procesuss frontonasalis sampa
i kedua perluasan dari setiap sisi saling bertemu pada garis median. Pipi terben
tuk dari jaringan yang berasal baik dari procesuss mandibularis maupun procesuss
maksilaris. Pada kedua sisi cavum oris pada regio pipi terlihat adanya kantung
kecil dari cavum oris yang meluas keluar, terletak tidak terlalu jauh antara pro
cesuss maksilaris di bagian atas dan procesuss mandibularis di bagian bawah. Bat
as luar dari kantung tsb terletak pada epitelium cavum oris, meluas dari procesu
ss maksilaris ke procesuss mandibularis dan mengelilingi permukaan dalam pipi.
Lingua Lingua yang terlihat pada cavum oris adalah permukaan atas atau dorsum li
ngua, terutama bagian duapertiga anterior dan facies ventral atau inferior. Sela
ma masa kehidupan fetus dan tahun pertama kelahiran, lingua umumnya relatif besa
r dalam cavum oris dan sering meluas di antara gingiva, terutama di bagian depan
sehingga berkontak dengan labium oris dan pipi. Lingua berperan penting dalam p
roses pengunyahan, menelan, mengisap dan bicara. Pada keadaan istirahat dan keti
ka cavum oris tertutup, lingua akan mengisi cavum oris, terletak bersandar terha
dap permukaan lingual gigi geligi di balik permukaan inferior palatum molle dan
palatum durum. Ujung lingua biasanya berkontak dengan palatum durum di balik inc
isivus atas.
Membentuk regio membrana mukosa cavum oris dan pada tepi bebasnya membentuk peng
gabungan antara epitel cavum oris dengan epitel yang menutupi sebagian enamel gi
gi yang tidak terlihat dalam cavum oris. Gingiva melekat erat pada leher masing
masing gigi. Perlekatan gusi ini mempunyai sifat ganda : Epithelial attachment,
terdiri dari penggabungan epitelium gingiva dan epitelium enamel dari mahkota gi
gi. Berperan penting dalam proses pembentukan penyakit penyakit gingiva. Subepit
helial attachment, di bawah epitelium gingiva terdapat serabut kolagen yang meli
ntas dari cementum gigi didekat pertemuan enamel cementum dan dari procesuss alv
eolaris ke gusi , membentuk mucoperiosteum yang melekat erat di sekitar leher gi
gi.
2.5 Gangguan dan kelainan perkembangan pada janin Kelainan bawaan menyebabkan ga
ngguan fisik atau mental atau bisa berakibat fatal. Terdapat lebih dari 4.000 je
nis kelainan bawaan, mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun ban
yak diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi kelainan bawaan te
tap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun pertama kehidupan bayi. Be
berapa kelainan bawaan yang sering ditemukan:

Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing) Terjadi jika selama masa perkemba
ngan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana mestinya. Bibi
r sumbing adalah suatu celah diantara bibir bagian atas dengan hidung. Langit-la
ngit sumbing adalah suatu celah diantara langitlangit mulut dengan rongga hidung
.

Defek tabung saraf Terjadi pada awal kehamilan, yaitu pada saat terbentuknya bak
al otak dan korda spinalis. Dalam keadaan normal, struktur tersebut melipat memb
entuk tabung pada hari ke 29 setelah pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara
sempurna, maka akan terjadi defek tabung saraf. Bayi yang memiliki kelainan ini
banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera setelah lahir. 2
macam defek tabung saraf yang paling sering ditemukan: - Spina bifida, terjadi
jika kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis
. - Anensefalus, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk.

Kelainan jantung Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding
yang meimsahkan jantung kiri dan kanan) - Patent ductus arteriosus (terjadi jik
a pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam
rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya) - Stenosis katup
aorta atau pulmonalis - Koartasio aorta (penyempitan aorta)- Transposisi arteri
besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis) - Sindroma hipoplasia jantung
kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk sempur
na) Tetralogi Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventr
ikel, transposisi arteri besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadin
ya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan ob
at kemoterapi). Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes
selama hamil.

Cerebral palsy
Biasanya baru diketahui beberapa minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir,
tergantung kepada beratnya kelainan.

Clubfoot Istilah clubfoot digunakan untuk menggambarkan sekumpulan kelainan stru


ktur pada kaki dan pergelangan kaki, dimana terjadi kelainan pada pembentukan tu
lang, sendi, otot dan pembuluh darah.

Dislokasi panggul bawaan Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam
kantung panggul.

Hipotiroidisme congenital Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau
jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna.

Fibrosis kistik Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pe
ncernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ se
hingga terbentuk lendir yang kental dan lengket.

Defek saluran pencernaan Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung,


usus halus dan usus besar, rektum serta anus.. Diantaranya adalah: - Atresia eso
fagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna) - Hernia diafragmatika - Stenosis
pylorus - Penyakit Hirschsprung - Gastroskisis dan omfalokel - Atresia anus - At
resia bilier

Sindroma Down Merupakan sekumpulan kelainan yang terjadi pada anak-anak yang dil
ahirkan dengan kelebihan kromosom nomor 21 pada sel-selnya.
Mereka mengalami keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik la
innya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan jantung.

Fenilketonuria Merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pengolahan protein ole


h tubuh dan bisa menyebabkan keterbelakangan mental. Bayi yang terlahir dengan f
enilketonuria
tampak normal, tetapi jika tidak diobati mereka akan mengalami gangguan perkemba
ngan yang baru terlihat ketika usianya mencapai 1 tahun.

Sindroma X yang rapuh Sindroma ini ditandai dengan gangguan mental, mulai dari k
etidakmampuan belajar sampai keterbelakangan mental, perilaku autis dan gangguan
pemusatan perhatian serta hiperaktivitas.
Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar
dan persendiannya

sangat
lentur
(terutama
sendi
pada
jari
tangan).
Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Distrofi otot Distrofi
otot adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40 macam
penyakit otot yang berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan kem
unduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.

Anemia sel sabit Merupakan suatu kelainan sel darah merah yang memiliki bentuk a
bnormal (seperti bulan sabit), yang menyebabkan anemia kronis, serangan nyeri da
n gangguan kesehatan lainnya.

Penyakit Tay-Sachs Penyakit ini menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan keb
utaan, demensia, kelumpuhan, kejang dan ketulian.

Sindroma alkohol pada janin Sindroma in ditandai dengan keterlambatan pertumbuha


n, keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan kelainan pada sistem saraf pu
sat. Pemakaian alkohol oleh ibu hamil
Pemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin da
n obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebakan kelainan b
awaan. Penyakit Rh, terjadi jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang berbeda
BAB 3. KESIMPULAN
1. Pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dimulai sejak embrio berada dalam k
andungan. 2. Pembentukan embrio dimulai peleburan sel sperma dan sel telur yang
bersatu kemudian menjadi zigot, kemudian berkembang menjadi morula, blastula, ke
mudian menempel pada dinding uterus dan berkembang menjadi embrio. 3. Pembentuka
n embrio berasal dari neural crest yang berkembang membentuk tonjolan dan ekor.
4. Pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial dipengaruhi oleh faktor internal da
n faktor eksternal. Faktor internal adalah hormon dari ibu dan penuruna sifat (g
en). Faktor eksternal adalah nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu. 5. Kegagalan pada
pembentukan kraniofasial dapat menyebabkan cacat ketika lahir yang mempengaruhi
kelainan fungsi. 6. Cacat yang parah seringkali menyebabkan letal.
BAB 4. DAFTAR PUSTAKA
Corebima, AD. 1997. Genetika Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press Hamil
ton, W.J dkk. 1957. Human Embryology. Cambridge: W. Heffer % Sans Limited. Sudar
wati, Sri.dkk. 1990. Dasar-Dasar Struktur dan Perkembangan Hewan. Bandung: Pener
bit ITB Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito Penerbit buk
u

Anda mungkin juga menyukai