Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Pada UU Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 24 dinyatakan bahwaTenaga


kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional. Oleh karena itu, Apoteker, yang merupakan bagian dari tenaga
keehatan, wa!ib memenuhi ketentuan kode etik, tandar pro"ei, hak pengguna pelayanan
keehatan, tandar pelayanan, dan tandar proedur operaional.
#erdaarkan PP No.51 tahun 2009, yang dimakud dengan tandar pro"ei adalah
pedoman untuk men!alankan praktik pro"ei ke"armaian e$ara baik. %tandar proedur
operaional adalah proedur tertuli berupa petun!uk operaional tentang praktik ke"armaian.
%alah atu peran apoteker adalah dalam proe ditribui ediaan "armai. Proe
ditribui ini telah diatur dalam PP No.51 tahun 2009 Bagian Keempat tentang Pekerjaan
Kearmasian !alam !istri"usi atau Pen#aluran $e%iaan &armasi.
Pasal 14
&' Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus
memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab
(' Apoteker sebagai penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat !"# dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan$atau Tenaga Teknis %efarmasian.
#erdaarkan peraturan ini, maka udah angat !ela bahwa Apoteker memiliki peran penting
dalam proe ditribui ediaan "armai. Apoteker elaku penanggung !awab wa!ib
melakukan tuganya euai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 15
Pekerjaan %efarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal "& harus memenuhi ketentuan 'ara Distribusi yang
(aik yang ditetapkan oleh )enteri
Pasal 16
"# Dalam melakukan Pekerjaan %efarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud dalam
Pasal "& harus menetapkan Standar Prosedur *perasional
2# Standar Prosedur *perasional harus dibuat se+ara tertulis dan diperbaharui se+ara
terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
farmasi dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang,undangan
#erdaarkan paal terebut, dalam proe ditribui, Apoteker haru membuat ebuah %tandar
Proedur Operaional. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan ter!adinya kealahan yang
dapat merugikan. )ewa!iban mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan diamping
ebagai tuntutan etika pro"ei !uga dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan
ke"armaian.
Pasal 1'
Pekerjaan %efarmasian yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran
Sediaan Farmasi pada Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi wajib
di+atat oleh Tenaga %efarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya
)ewa!iban untuk melakukan pen$atatan dimakudkan ebagai alat kontrol dalam rangka
pengawaan ditribui %ediaan *armai yang dieuaikan dengan proedur +ara Ditribui
Obat yang #aik.
Pasal 1(
Tenaga %efarmasian dalam melakukan Pekerjaan %efarmasian dalam Fasilitas Distribusi
atau Penyaluran Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang distribusi atau penyaluran
#erdaarkan Paal &, PP No.51 tahun 2009 dikatakan bahwa Pekerjaan %efarmasian
dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal "& harus memenuhi ketentuan 'ara Distribusi *bat yang (aik yang
ditetapkan oleh )enteri Adapun +ara Ditribui Obat yang #aik -+DO#' menurut #PO.
adalah ebagai berikut.
&. Peronalia
Untuk menun!ang pelakanaan operaional yang baik bagi uatu ditributor
hendaklah dibentuk truktur organiai ehingga etiap karyawan mengetahui tuga dan
tanggung!awabnya. Pemilihan karyawan !uga haru dengan kuali"ikai yang euai agar
peker!aan ber!alan dengan e"iien dan e"ekti". Petuga yang memegang peranan dan
wewenang dalam hal penyimpanan/to$k obat erta penyluran haru mempunyai
kuali"ikai kemampuan erta pengalaman yang men!amin produk terebut diimpan dan
dialurkan dengan baik. %eluruh karyawan yang langung ikut erta dalam penditribuian
obat, hendaklah dilatih mengenai kegiatan +DO# dan dimoti0ai untuk mendukung
tandar +DO#.
(. Dokumentai
%uatu ditributor hendaknya mempunyai %OP yang !ela yang dapat mempengaruhi
kualita produk atau kualita ditribui. Dokumentai dilakanakan dengan tu!uan 1
.en!amin pelakanaan pengadaan dan ditribui euai ketentuan perundang2
undangan
.elakukan dokumentai yang benar dan lengkap erta men$atat emua kegiatan yang
dilakanakan dalam pengelolaan pengadaan dan penyaluran obat.
%item dokumentai hendaklah menggambarkan e$ara !ela dan lengkap aal2uul
etiap !eni produk, erta tu!uan penyaluran ehingga memungkinkan peneluuran kembali
ketika terdapat kekeliruan yang tidak euai peraturan perundang2undangan.
Pengadaan obat meliputi kegiatan pemeanan, penerimaan, dan penyimpanan.
Dalam pemeanan hendaklah dapat di!amin bahwa pemeanan hanya dilakukan dari
umber remi yang dapat dipertanggung!awabkan berdaarkan ketentuan perundang2
undangan.
Dalam penerimaan obat eharunya dilakukan pemerikaan pada waktu obat
diterima untuk mematikan bahwa obat yang diterima dalam keadaan baik, ah, euai
dengan yang dipean. Obat haru dialurkan kepada pemean yang ah dan tepat meliputi
penerimaan peanan, pengeluaran dari gudang, dan pengiriman peren$anaan dan !adwal
pengiriman obat. Hendaklah dapat di!amin bahwa obat dialurkan hanya kepada unit2unit
penerima yang dapat dipertanggung!awabkan berdaarkan ketentuan perundang2undangan.
Dokumentai pelakanaan penyaluran hendaknya dibuat dengan lengkap ehingga
etiap penyerahan obat dapat dipertanggung!awabkan etiap aat dilakukan pemerikaan
dan e0aluai. Dokumentai pelakanaan penyaluran hendaknya dibuat dengan tepat
ehingga data etiap bet obat yang dialurkan elalu lengkap dan aktual erta dapat
diperoleh dengan egera dan mudah diikuti dan diteluuri untuk memudahkan pelakanaan
tindakan penarikan kembali yang e"ekti" dan $epat, apabila diperlukan.
Obat dari pelanggan dikembalikan ke produen karena adanya perintah penarikan
dari intitui yang berwenang atau keluhan, keruakan, daluwara, maalah keabahan atau
ebab lain yang menyangkut kondii obat, wadah atau kemaan ehingga menimbulkan
keraguan akan keamanan, identita, kualita dan kuantita obat yang berangkutan.

Anda mungkin juga menyukai