Anda di halaman 1dari 66

METODE FARMAKOLOGI

By
SURIANI, S.FARM

LITERATUR PENDUKUNG MATAKULIAH


METODE FARMAKOLOGI:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Farmakologi Ulasan Bergambar


Farmakologi Umum
Catatan Kuliah Farmakologi Edisi I, II, III
Farmakope Indonesia (FI)
Farmakologi Dan Terapi
Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di
Laboraturium
Penapisan Farmakologi, Pengujian
Fitokimia Dan Pengujian Klinik

METODE FARMAKOLOGI
MEMPELAJARI:
1.
2.

3.
4.
5.
6.

Pengetahuan Tentang Obat


Bagaimana Obat Itu Memberikan Efek
Terhadap Hewan Coba / Hewan Uji
(Probandus)
Bagaimana Cara Memelihara Hewan Uji
Bagaimana Cara Pemilihan Hewan Uji
Bagaimana Penanganan Hewan uji
Bagaimana Cara Pemberian Obat Pada
Hewan Uji

TUJUAN MEMPELAJARI METODE


FARMAKOLOGI:
1.
2.

3.

Dapat
dimanfaatkan untuk persiapan
percobaan dan penelitian.
Bermanfaat bagi pengembangan ilmu
farmasi, khususnya penelitian khasiat,
kadar dan toksisitas obat atau bahan alam
yang belum diteliti yang tidak dapat
diberikan langsung pada manusia.
Bermanfaat
dalam
memilih
cara
pemberian yang sesuai sehingga aman bila
digunakan pada manusia.

OBAT

Dalam Farmakologi yang dimaksud dengan obat adalah


bahan kimia yang mempengaruhi protoplasma hidup atau
sistem biologik dan terutama digunakan untuk
penyembuhan dan pencegahan penyakit.

Obat berperan penting dalam pelayanan kesehatan.

Penanganan dan penggunaan obat untuk pencegahan


berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan
terapi dari obat.

pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan


pertimbangan pertimbangan yang cermat dalam memilih
obat untuk suatu penyakit

MACAM-MACAM OBAT

Obat esensial adalah obat yang digunakan untuk


pelayanan kesehatan bagi masyarakat terbanyak,
mencakup upaya diagnosa profilaksis , terapi dan
rehabilitasi yang harus diusahakan selalu tersedia pada
unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan
tingkatnya.
Obat generik adalah obat jadi terdaftar yang
menggunakan nama generik, nama generik obat
tunggal diambil dari INN (International Nonproprietary
Names ) yang ditetapkan oleh WHO, obat kombinasi
diambil dari daftar obat esensial sedangkan nama
generik beberapa obat adalah nama lazim yang
digunakan di Indonesia, jika dibandingkan dengan obat
paten, obat generik umumnya harganya lebih murah.

Obat paten adalah obat dengan nama dagang dan


menggunakan nama yang bermacam macam, tergantung
dari pabrik yang memproduksi, walaupun zat yang
berkhasiat atau jenis obat yang terkandung didalamnya
sama. Untuk menarik pembeli, dibuat kemasan yang
mewah dan tiap pabrik mempromosikannya

JENIS-JENIS HEWAN PERCOBAAN

Pengalaman mengajarkan bahwa hewan


yang lebih mendekati manusia karena
mempunyai
metabolisme
yang
serupa,misalny: kuda atau babi.
Diantara jenis-jenis hewan, ada yang
sangat peka ada yang tidak peka terhadap
suatu obat :misalnya : kelinci tidak peka
terhadap alkaloida belladona karena
mempunyai enzim antropinase.

1. MARMUT (CAVIA PARCELLUS)

a. Karakteristik Hewan Uji Marmut


Marmut sangat peka terhadap histamine (terjadi kontraksi urat daging lisin sekitar bronchus
yang sangat mematikan) dan terhadap akibat fatal dan pertumbuhan bakteri dalam
coecum
sebagai akibat stress atau pemberian antibiotik.
Marmut terus beranak selama 18 bulan sampai 4 tahun dalam masa hidupnya yang
diketahui
bisa mencapai 8 tahun dengan rata-rata sampai 5 tahun. Nilai fisiologis dari
marmut : Berat
badan dewasa jantan 900 1200 g, betina 700 900 g, berat lahir 60
100 g, luas
permukaan tubuh 564720 cm 2, temperatur tubuh 37,239,5 oC,
harapan hidup 45 tahun,
konsumsi makanan 6 g/100 g/hari,konsumsi air minum 10 ml/100
g/hari, mulai dikawinkan
jantan : 600700 g (34 bulan), betina : 350450 g (23 bulan),
lama siklus 1517 hari, lama
kebuntingan 59 72 hari, jumlah anak perkelahiran 2 5
ekor, jumlah pernapasan 42 104
per menit penggunaan oksigen

b. Klasifikasi Hewan Uji Marmut


Dunia :
Animalia
Divisi
:
Chordata
Anak divisi :
Vertebrata
Kelas
:
Mamalia
Bangsa :
Rodentia
Suku
:
Muridae
Marga :
Cavia
Jenis
: Cavia parcellus

2. MENCIT (MUS MUSCULUS)

a. Klasifikasi Mencit (Mus musculus)


Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class
: Mamalia
Subclass : Theria
Ordo: Rodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Mus
Spesies : Mus musculus (Malole, 1989)

b. Karakteristik Mencit
Masa tumbuh : 6 bulan
Lama hidup : 2 sampai 3 tahun
Tekanan darah normal : 147/106 mmHg
Suhu tubuh normal : 37,50 C 39,50 C
Laju respirasi : 136 217/s
Volume darah :7,3 % berat badan
Masa puberitas : 35 hari
Masa hamil : 19 sampai 20 hari
Masa laktasi : 21 hari
Jumlah 1 kali hamil: 4 sampai 12 ekor
Frekuensi hamil : 4 kali tiap tahun
Masa beranak : Sepanjang tahun
Berat badan : 13,47 gram
Denyut jantung : 136 kali per mencit (Malole, 1989)

c. Morfologi

Merupakan hewan pengerat yang berkembang biak dengan cepat, mudah


dipelihara dalam jumlah banyak, hidup diberbagai iklim, baik di kandang
maupun secara bebas, bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul
dengan sesamanya, sembunyi dan aktif pada malam hari. (Malole, 1989)

3. KELINCI (ORYCTOLAGUS CUNICULUS).

a. Klasifikasi Hewan Uji Kelinci


Dunia
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub-Filum : Vertebrata
Kelas
: Mamalia
Sub Kelas
: Theria
Bangsa
: Lagomorpha
Suku
: Leporidae
Marga
: Oryctolagus
Jenis
: Oryctolagus cuniculus

b. Karakteristik Hewan Uji Kelinci


Sifat khas ekstrenal, telinga luas lebar, mata besar, bibir
lembek, dan fleksibel.
Disekitar mulut ada rambut-rambut panjang, vibrasi kaki depan
lebih kecil, dari kaki belakang, kaki depan panjang, kuat
meloncat, kaki depan 5 jari, kaki belakang 4 jari, ekor pendek,
ada kelenjar yang mengeluarkan bau didekat anus.
Kelenjar air susu jumlahnya 4 atau 5 puting tampak jelas dari
luar.
Masa puberitas 4 bulan, masa beranak mei sampai september,
lama hamil 28 36 hari,
Jumlah sekali lahir 5 6 ekor, lama hidup 8 tahun, masa
tumbuh 4 6 bulan,
frekuensi kelahiran 3 4 kali pertahun, volume darah 7,2 - 9,5
% BB. Jumlah Trombosit
250 270 x 10 3/mm3.

4.TIKUS PUTIH
a. Jenis tikus

Ada beberapa jenis tikus yang


ada di Negara Indonesia dan
beberapa diantaranya
dipergunakan untuk penelitian,
seperti : Tikus wirok (Baricoto
Indica Bechstein), tikus sawah
(Rattus novergicus), tikus
belukar (Tio manicus Miller),
mencit sawah (Mus caroh), tikus
polensia (Rattus exulan Peale),
tikus duri kecil (Rattus ardiardi), mencit rumah (Mus
musculus), tikus riul (Rattus
novergicus Berkenhout), dan
tikus rumah besar (Rattus rattus
diadri Jentink).

Di Indonesia hewan percobaan ini


sering dinamakan, tikus besar.
Tikus putih merupakan hewan
pengerat, tikus putih sering
digunakan sebagai hewan
percobaan atau digunakan untuk
penelitian, dikarenakan tikus
merupakan hewan yang mewakili
dari keles mamalia, yang mana
manusia juga merupakan dari
golongan mamalia sehingga
kelengkapan organ, kebutuhan
nutrisi, metabolisme bio-kimianya,
sistem reproduksi, pernapasan
peredaran darah, serta ekskresi
menyerupai manusia

b. Dan tikus putih juga memiliki


beberapa sifat menguntungkan
seperti : cepat berkembangbiak,
mudah dipelihara dalam jumlah
banyak, lebih tenang dan
ukurannya lebih besar dari pada
mencit. Tikus putih juga memiliki
ciri-ciri : Albino, kepala kecil,
dan ekor yang lebih panjang
dibandingkan badannya,
pertumbuhan cepat,
tempramennya baik, kemampuan
laktasi tinggi, dan tahan
terhadap arsen tiroksid.

c. Nama lain

Minangkabau : Mencit

Sunda

: Beurit

Jawa

: Tikus

D. DATA BIOLOGIS TIKUS PUTIH

Lama hidup

: 2 3 tahun, dapat smpai 4 tahun

Lama bunting : 20 22 hari

Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam.

Umur disapih : 21 hari

Umur dewasa : 40 60 hari.

Umur dikawinkan

Siklus kelamin : Poliestrus.

Siklus estrus (birahi)

Lama estrus

: 9 20 jam.

Perkawinan

: Pada waktu estrus.

Jumlah anak

: Rata-rata 9 20.

Putting susu
pasang dierah perut.

Susu : Air 73%, lemak 14 16 %, protein 9 10%, gula 2 3%.

Perkawinan kelompok

: 10 minggu (jantan dan betina)


: 4 5 hari

: 12 putting, 3 pasang didaerah dada dan 3

: 3 betina dengan 1 jantan. (Anonim, 2008).

5. HAMSTER

Hamster adalah binatang kecil yang


termasuk dalam ordo Rodentia.
Artinya, hamster termasuk dalam
kelompok binatang pengerat seperti
halnya kelinci, marmut, dan tikus.
Walau demikian, orang, terutama di
Indonesia, sering salah menyebut
hamster sebagai tikus atau marmut.
Tentu saja ini salah, karena mereka
jelas berbeda. Dibandingkan tikus,
hamster memiliki bentuk tubuh yang
lebih bulat, berbulu (tikus nyaris
tidak berbulu), memiliki aneka
warna bulu, serta ekor pendek,
tertutup bulu dan tidak jorok.
Dibandingkan marmut, jelas
hamster memiliki ukuran tubuh yang
jauh lebih kecil.

a. Morfologi

Kerajaan : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Rodentia
Sub-Ordo : Myomorpha
Superfamili
: Muroidea
Famili
: Cricetidae
Subfamili : Cricetinae
Fischer de Waldheim, 1817

b. Klasifikasi

KANDANG PEMELIHARAAN

PENDAHULUAN
1. Percobaan atau hewan uji atau hewan
laboraturium adalah hewan yang sengaja
dipelihara dan diternakan untuk di pakai
sebagai hewan model guna mempelajari dan
mengembangkan berbagai macam bidang
ilmu
dalam
skala
penelitian
atau
pengamatan laboraturium.
2. Pemanfaatan hewan percobaan pada
laboraturium Biofarmasi sangatlah penting,
karena laboratorium Biofarmasi tanpa hewan
percobaan
tidak
dapat
menjalankan
fungsinya.

3. Penggunaan hewan percobaan untuk penelitian


banyak dilakukan di bidang fisiologi, farmakologi,
biokimia, patologi, zoologi dalam arti yang luas.
Di bidang ilmu kedokteran selain untuk penelitian,
hewan percobaan juga sering digunakan untuk
keperluan diagnostik.
Sedangkan dibidang pendidikan dan psychologi, hewan
uji digunakan untuk pengamatan tingkah laku hewan
misalnya: ditingkat pendidikan dasar, menengah dan
menengah atas serta pendidikan tinggi.

4. Pada umumnya untuk melihat aktivitas biologik


(efek, khasiat, guna) toksisitas suatu bahan obat
atau obat baru haruslah dilakukan pada hewan
percobaan lebih dahulu sebelum diberikan atau
dicoba kepada manusia.
Uji farmakologi dibagi atas dua:
1. Uji praklinik.
2. Uji klinik

1. Uji praklinik
a. Uji farmakologi menggunakan hewan uji
misalnya: untuk melihat suatu bahan obat.
b. Efek farmakologi
c. Blind screening : Skrining buta (Penapisan dan
penyaringan.
d. Blind screening (Didapat melalui informasi,
majalah dan literatur).
e. LD50 yaitu dosis yang dapat memberikan efek
pada 50% hewan uji.

Dalam penelitian :
Kelompok kontrol :hewan hanya di beri
larutan pembawa atau
pensuspensi,misalnya:
Air bila infus
Larutan CMC bila Ekstrak yang tidak larut
air.

Perlakuan : Hewan uji diberi sediaan.


- 5%, 10%, 15%, 20%.
- 5%, 10%, 20%, 40%.
Kelompok pembanding
Hewan uji diberi obat yang sudah standar /
bahan baku dan banyak digunakan (sudah
teruji khasiatnya).

Toksisitas terbagi atas 2 yaitu:


Umum; terdiri dari toksisitas akut, toksisitas
sub akut/sub kronik, toksisitas kronik.
Khususnya : terdiri dari uji potensiasi, uji
karsinogenik, uji teratogenik, uji reproduksi.
Uji toksisitas akut :setelah diberi perlakuan
diamati 24 jam s/d7-14 hari.
Uji toksisitas sub akut yaitu selama 3 bulan.
Uji toksisitas kronik yaitu selama 6 bulan >.

LD50 : Dosis yang menyebabkan 50 % hewan


uji mati.
Gunanya:
o Sebagai alat ukur toksisitas akut suatu obat.
o Sebagai tolak ukur batas keamanan suatu
obat atau indeks terapi.
o Sebagai perkiraan perhitungan dosis terapi &
dosis awal penelitian suatu obat.

2.

Uji Klinik : Analisa kembali setelah efek


farmakologi & toksisitas diketahui.
- Uji farmakologi yang dilakukan pada
manusia.
- Ada dua fase pada percobaan klinik
percobaan klinik:

a) Fase I : - Probandus yang sehat.


- Untuk mengetahui kesamaan
pengaruh/khasiatnya
dengan
hasil
percobaan praklinik.
b) Fase II: - Penderita dengan jumlah terbatas.
- Efek terhadap penyakit.
- Efek samping, toksisitas dst.
c) Fase III : Penderita dengan jumlah yang lebih
banyak.
d) Fase IV : Keadaan yang sesungguhnya dalam
klinik termasuk : anak2, orang
lanjut usia
dll.

Hewan percobaan yang digunakan di


laboraturium tak ternilai jasanya dalam
penilaian efek toksisitas dan efek samping
serta ke ambang dari senyawa bioaktif.
Hewan percobaan merupakan kunci di dalam
pengembangan senyawa bioaktif dan usahausaha kesehatan.

Karena itu, penanganan hewan percobaan


hendaklah dilakukan dengan penuh rasa
kemanusiaan.
Didalam menilai efek farmakologis suatu
senyawa bioaktif dengan hewan percobaan
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
sebagai berikut:

Peraturan2 tentang hewan percobaan yang


berlaku di Indonesia tidak jelas atau belum
ada ketentuan khusus yang berlaku untuk
hewan percobaan seperti halnya diluar
negeri yang penting tujuan akhirnya adalah
untuk keselamatan manusia.

PEMILIHAN HEWAN
PERCOBAAN:

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


Mengenal dengan seksama kebiasaan2
hewan, tentang makanan dan penyakit.
Mengenal anatomi &fisiologi hewan yang
dipilih.
Memilih hewan yang mudah diperlakukan
(mis:mencit, tikus putih, kelinci dst).

Memilih ukuran badan hewan yaitu yang kecil


sehingga mudah pemeliharaannya.
Penggunaan dari hewan itu secara luas.

I.

JENIS-JENIS HEWAN
PERCOBAAN
Pengalaman mengajarkan bahwa hewan
yang lebih mendekati manusia karena
mempunyai
metabolisme
yang
serupa,misalny: kuda atau babi.
Diantara jenis-jenis hewan, ada yang
sangat peka ada yang tidak peka terhadap
suatu obat :misalnya : kelinci tidak peka
terhadap alkaloida belladona karena
mempunyai enzim antropinase.

Tikus kurang peka terhadap histamin, marmut


sangat peka terhadap penisilin dan anjing
terhadap efek hipotensi dari poli etilen glikol.
Meskipun terdapat perbedaan metabolisme
pemilihan hewan percobaan terbatas &
tergantung kepada ukuran besar tubuh
hewan,
jumlah
hewan
berkelompok,
banyaknya obat & harganya maka kita selalu
akan memilih hewan berukuran kecil seperti:
mencit, tikus putih, marmut, pengecualian
kelinci dan kucing.

II.STRAIN, GALUR, ASAL HEWAN


PERCOBAAN
Setelah

memilih hewan percobaan, kita


memilih/menetapkan strain /asalnya.
Dalam
membandingkan hasil penelitian
misalnya : hasil uji toksisitas yang diperoleh
dengan yang dimuat dipustaka tidak selalu
sama, karena strain hewan yang digunakan
berbeda kepekaan.
Contohnya : LD50 pada tikus yang diberi
morfin (Narkotika) pada kelompok strain:
Long evans 2400 mg/kg BB.
Sparague-dawley 650 mg/kg BB.

Untuk

Memperoleh hasil yang homogen maka


sebaiknya digunakan hewan yang berasal dari
1 strain saja.
Contohnya: Hewan yang berasal dari satu
keturunannya.

III.JENIS KELAMIN
Selain perbedaan,kepekaan jenis hewan
percobaan, strain dari satu jenis, maka
perbedaan jenis kelamin juga harus
dipertimbangkan dalam memilih hewan uji.
Contoh: waktu tidur (sleeping time) setelah
penyuntikan heksobarbital menyebabkan
waktu tidur hewan betina 4 x lebih lama dari
pada hewan jantan.

Ditinjau dari segi fisiologi,hal ini disebabkan


oleh perbedaan siklus hormon pada hewan
jantan (strainnya sama) diduga bahwa
hormon kelamin mempengaruhi aktivitas
enzim,
yang
oleh
hormon
jantan
distimulir(Rgs), sedangkan hormon betina
dihambat.

PENANGANAN HEWAN UJI


1. Cara bekerja dengan hewan uji.
Setiap orang, baik pratikan maupun peneliti
yang bekerja dirancangan laboraturium
yang menggunakan hewan percobaan
hendaknya membaca:
o
Petunjuk memelihara dan menggunakan
hewan percobaan.
o
Dasar-dasar pemeliharaan hewan uji.

2. Perlakuan hewan percobaan dengan kasih


sayang dan jangan sekali-kali menyakitinya.
3. Cara memperlakukan hewan percobaan:
Kelinci dan marmut
Jangan sekali-kali memegang telinga karena
saraf dan pembuluh darah dapat terganggu.

Tikus dan mencit


Peganglah pada ekornya, tetapi hati-hati
jangan sampai hewan tersebut membalikan
tubuhnya dan menggigit anda. Karena itu
selain ekornya, pegang juga bagian leher
belakang (kulit tengkuk) dengan ibu jari
telunjuk.

4. Menggunakan kembali hewan yang telah


digunakan.
Untuk
menghemat biaya,bila mungkin
diperbolehkan
menggunakan
hewan
percobaan lebih dari sekali. Walaupun
demikian, jika hewan tersebut telah
digunakan dalam satu periode dan obat yang
digunakan percobaan masih berada didalam
tubuh hewan, kemungkinan hasil percobaan
berikutnya akan memberikan data yang tidak
benar.

Hal ini terutama terjadi pada kasus


pemberian barbiturat yang menyebabkan
induksi enzim. Dengan demikian
maka
hewan percobaan tersebut baru boleh
digunakan untuk percobaan berikutnya
setelah selang waktu 14 hari.

B. Memberi kode hewan percobaan.


Seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi
hewan yang terdapat dalam satu kelompok
atau kandang, sehingga hewan2 percobaan
perlu sekali diberi kode.
Gunakan larutan 10 % asam pikrat dalam air
dan sebuah sikat atau kuas.

Punggung

hewan dibagi menjadi 3 bagian:


Bagian kanan menunjukan angka satuan.
Bagian tengah menunjukan angka puluhan.
Bagian kiri menunjukan angka ratusan.

C. Memberi makanan hewan percobaan.


1. Hewan percobaan biasanya memberikan
hasil dengan deviasi yang lebih besar
dibandingkan dengan percobaan in vitro
karena adanya variasi biologis.
Maka perlu untuk menjaga agar variasi
tersebut minimal, hewan2 yang mempunyai
strain yang sama dan berjenis kelamin
sama, dipelihara dengan kondisi yang sama
pula.

2.Hewan percobaan harus diberi makanan


sesuai dengan makanan standar untuknya
dan diberi minuman yang sesuai.
3. Untuk mengurangi variasi biologis, hewan
harus dipuasakan semalaman sebelum
percobaan dimulai. Dalam periode ini hewan
hanya diperbolehkan minum air saja.

D. Luka gigitan hewan.


Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang
yang berhubungan dengan hewan percobaan .
Luka yang bersifat abrasit atau luka agak
dalam karena gigitan hewan atau alat-alat
yang telah digunakan untuk percobaan hewan
harus diobati secepatnya.
Apabila
korban gigitan belum pernah
mendapatkan kekebalan terhadap tetanus,ia
harus
mendapatkan
imunisasi
sebagai
profilaksi.

E. Memusnakan hewan percobaan.


1. Cara terbaik untuk membunuh hewan
adalah dengan memberikan suatu anastetik
over dosis.
Injeksi barbiturat (Natrium penobarbital
300 mg/ml) secara intra vena untuk kelinci
dan anjing, secara intraperitonial untuk
marmut, tikus, dan mencit, atau dengan
inhalasi
menggunakan
kloroforom,
karbondioksida, nitrogen dll. Dalam wadah
tertutup untuk semua hewan.

2.Hewan disembeli, kemudian dimasukkan


kedalam kantong plastik dan dibungkus lagi
dengan kertas diletakkan didalam tas
plastik,ditutup dan disimpan dalam lemari
pendingan atau langsung diabukan.

F.PEMBERIAN OBAT PADA


HEWAN PERCOBAAN
I.
.

Alat Suntik
Tabung dan alat suntik harus steril jika
akan digunakan pada kelinci, marmut,
tetapi tidak perlu steril melainkan sangat
bersih untuk tikus atau mencit.
Setelah penyuntikan, cuci tangan dan
jarum suntik tersebut, semprotkan cairan
kedalam gelas piala dan jarum suntik
dipegang erat-erat. Ulangi cara ini 3 kali.

II.
.

Heparinisasi
Untuk heparinisasi (mencegah darah
menggumpal) dipakai 10 unit heparin 1 ml
darah.
Untuk mencegah penggumpalan darah,
sebelum dipakai, tabung dan jarum suntik
dicuci dengan larutan jenuh natrium
oksalat steril.

III.
.
.
.

Pemberian Obat
Pemberian per oral
Kelinci dan marmut
Cairan diberikan dengan bantuan kateter yang
dilengkapi dengan mouth block, yaitu pipa
kayu berbentuk silinder dengan panjang
sekitar 12 cm, diameter luar 3 cm, dan
diameter dalam 7 mm.
Mouth block dipasang ketika hewan dalam
posisi duduk. Pada saat memasangnya, tekan
rahang hewan dengan ibu jari dan telunjuk.

Celupkan kateter ke dalam osefagus melalui lubang


mouth block. Kateter dimasukkan sekitar 20-25 cm
(kateter ditandai pada 25 cm).
Untuk memeriksakan apakah kateter masuk esofagus
dan bukan pada trachea, celupkan ujung luar kateter
kedalam air.
Jika timbul gelembung udara,berarti kateter tidak
masuk ke esofagus.
Bentuk obat padat (tablet, puyer, atau kapsul)
diberikan pada hewan pada posisi duduk dengan
bantuan pipa plastik dan alat pendorong.

Pipa tersebut dimasukkan kedalam farinks


dan obat didorong masuk.
Tikus atau mencit
Pemberian obat dalam bentuk suspensi,
larutan atau emulsi dilakukan dengan
bantuan jarum suntik yang ujungnya tumpul
atau berbentuk bola (spoit oral).

Pemberian Intravena
Cohnya pada kelnci:
Bulu-bulu telinga disekitar pembuluh darah vena dicabut
lalu diolesi dengan alkohol, xylol atau dipanasi sedikit
dengan api.
Tekan pembuluh darah tersebut dipangkal telinga (dekat
kepala). Jarum suntik bersama obatnya dimasukkan
pelan-pelan searah dengan letak pembuluh vena.
Gunakan jarum yang panjangnya 0,5 inci, setelah
penyuntikan, bekas suntikan ditekan dengan kapas
bersih.

VOLUME MAKSIMUM LARUTAN OBAT


YANG DIBERIKAN PADA HEWAN
Jenis
hewan dan
BB

Cara pemb

Larutan

Obat yang

diberikan

Pada hewan

i.v

i.m

i.p

s.c

p.o

Mencit (2030g)

0,5

0,05

1,0

0,5-1,0

1,0

Tikus (100
g)

1,0

0,1

2,0-5,0

2,0-5,0

5,0

Hamster (50
g)

0,1

1,0-5,0

2,5

2,5

Marmut
(250 g)

0,25

2,0-5,0

5,0

10,0

Kelinci (2,5
kg)

5,0-10,0

0,5

10,0-20,0

5,0-10,0

20,0

METODE PENGUJIAN EFEK ANALGETIK

Definisi dan cara kerja analgetik (Mutschler, 1991)


Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah obat-obat yang
mengurangi atau melenyapkan rasa sakit tanpa menghilangkan
kesadaran.

Penggologan analgetik (Tjay, 2002)


Atas dasar kerja farmakologinya, analgetik dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu :
1. Analgetik perifer (non-narkotik), terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik
dan tidak bekerja sentral. Umunya bekerja dengan menghambat
prostaglandin
membentuk asam arachidonat. Secara kimiawi, analgetik perifer dapat dibagi dalam
beberapa kelompok, yakni :

Parasetamol,
salisilat, asetosal, salisilamid dan benorilat.
Penghambat prostaglandin (NSAIDs), ibuprofen dll.
Derivat-derivat antranilat, mefenaminat, asam niflumat, glafening, floktafenin.
Derivat-derivat pirazolinon; aminefenazon, metamizol, isopropilfenazon
Lainnya ; benzidamin

2. Analgetik narkotik, kini disebut juga opioid (mirip opiat),


khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat.
Bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP sehingga
presepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri
berubah (dikurangi). Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini
dapat dibagi dalam 3 kelompok, yakni :
a.
Agonis opiat, yang dibagi dalam alkaloid candu
(morfin, kodein, dan heroin) dan zat-zat sintesis
(metadon, tramadol).
b.
Antagonis opiat ; nalokson, nalorfin, pentazosin,
buprenorfin, dan nalbufin. Dan kombinasi.

Metode Penelitian Analgetik


1. Metode induksi kimia

a. Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau

menghilangkan rasa nyeri yang di induksi secara kimia dengan


pemberian asam asetat secara intraperitonial pada mencit.
b. Rasa nyeri pada mencit diperlihatkan dalam bentuk respon
geliatan. Gejala sakit disebabkan adanya kontraksi dinding perut,
hingga kepala dan kaki ditarik ke belakang dan abdomen
menyentuh dasar ruang kandang, gejala ini dinamakan geliatan
dan dapat dihilangkan dengan obat analgetik.
c. Adanya aktivitas analgetik dinyatakan dengan sedikit terjadi
jumlah geliatan nyeri pada mencit sebesar 50% dari kelompok
kontrol

2. Metode induksi nyeri cara panas

Hewan percobaan ini ditempatkan diatas plat panas


dengan suhu plat sebagai stimulus nyeri akan
memberikan respon dengan bentuk menggerakgerakkan atau menjilat telapak kaki atau meloncat.
Selang waktu antara pemberian stimulan nyeri dan
terjadinya respon rasa sakit, disebut waktu reaksi yang
dapat diperpanjang oleh obat-obat analgetik.
Perpanjangan waktu reaksi ini selanjutnya dapat
dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas
analgetik.
Respon analgetik dinyatakan positif jika waktu reaksi
setelah pemberian obat memperlihatkan waktu reaksi
1 dengan atau lebih besar 3 kali waktu normal
(sebelum pemberian obat uji atau kelompok kontrol).

ALAT PLAT PANAS

Contoh pengujian efek analgetik dar parasetamol terhadap


hewan Uji.
1. Sebelum diperlakukan mencit dipuasakan selama 8 jam,

kemudian ditimbang bobot badan awal


2. Diberi larutan tablet parasetamol.
3. 15 menit kemudian, disuntikan asam asetat 3% b/v
sebanyak 0,9 ml/30 g BB Mencit secara intraperitonial
sebagai perangsang rasa sakit, kemudian mencit
dikembalikan dalam kandang pengamatan.
4. Pada menit ke-10 setelah pemberian asam asetat,
diamati respon geliat mencit yang ditandai dengan
kedua pasang kaki ditarik ke depan dan belakang, serta
perut menyentuh lantai kandang. Jumlah geliat dihitung
setiap 10 menit selama 1 jam.

Pembuatan Suspensi Parasetamol 0,2% b/v.

Suspensi Parasetamol dibuat dengan menggerus tablet


sebanyak 500 mg yang setara dengan 200 mg Parasetamol
kemudian disuspensikan dengan air suling sedikit demi
sedikit sambil diaduk dicukupkan volumenya 100 ml.
Lampiran 1. Perhitungan Dosis
Parasetamol
Dosis untuk manusia
= 500 mg
Dosis untuk mencit 20 g
= 0,0026 x 500 mg
= 1,3 mg/ 20 g BB
Dosis untuk mencit 30 g
= 30/ 20 x 1,3 mg
= 1,95 mg
= 0,00195 g
Dibuat sediaan % b/v
= 100 ml / 1 ml x 0,00195 g
= 0,195 % b/v
= 0,2 % b/v
Pembuatan suspensi Parasetamol 0,2 % b/v sebanyak 100 ml dari tablet
parasetamol 500 mg
Parasetamol tablet setara dengan 200 mg
= 200 mg / 500 mg x berat rata-rata
= 0,4 mg x berat rata-rata tablet
Hasil ini dilarutkan dengan Na. CMC hingga 100 ml

Anda mungkin juga menyukai