Skenario 2
Perut Tidak Nyaman
Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke poliklinik umum rumah sakit
dengan keluhan perut tidak nyaman sejak 2 bulan yang lalu, keluhan disertai
penurunan nafsu makan. Pasien mengaku sering memakan steak setengah matang.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tekanan darah 120/80mmHg, denyut
nadi 80x/menit, laju pernafasan 20x/menit, suhu 36,7o C. Pada pemeriksaan fisik
abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan feses ditemukan telur seperti gambar
dibawah. Dokter memberikan pengobatan serta edukasi kepada pasien terkait
penyakit pasien.
STEP 1
1. Feses : Tinja/kotoran yang keluar dari manusia sebagai hasil proses
pencernaan.
STEP 2
1. Bagaimana etiologi pada kasus tersebut ?
2. Bagaimana factor resiko kasus tersebut ?
3. Bagaimana hubungan konsumsi daging setengah matang dengan keluhan yang
timbul ?
4. Hubungan gambar telur pada kasus dengan keluhan yang muncul ?
5. Bagaimana penegekan diagnosis pada kasus ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ?
7. Bagaimana pencegahan dan edukasi pasien pada kasus tersebut ?
STEP 3
1. Taenia saginata, Taenia sollium dan Taenia asiatica
2. -Konsumsi makanan setengah matang
-Kebersihan lingkungan
-Higenitas
-Defekasi sembarangan
2
Mengalir di
Termakan sapi
peredaran darah
6. Praziquantel : 10mg/kgBB
Albendazole : 400mg/kgBB
STEP 4
1. Taenia saginata
Kingdom : Animalia
Filum : Plathyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Cydophylidea
Famili : Taenidae
Genus : Taenia
Spesies : Taenia saginata
Morfologi :
- Bentuk bulat, selubung tebal, memiliki larva
- Tidak memiliki rostelum
- Telur berwarna kuning kecokelatan
Taenia sollium
Morfologi :
- Ukuran dewasa 2 -7 m
- Kepala/Skolex berdiameter 1mm
- Sucker 4 buah
- Mempunyai rostelum
3. Siklus hidup
Pembuluh darah
Otot
Termakan manusia
MIND MAP
Pencegahan
Faktor Resiko
Pendekatan Klinis
Patofisiologi Etiologi
STEP 5
1. Pendekatan klinis pada pasien kecacingan
Nematoda
Soil Transmitted Helmith :
Ascaris Lumbricoides
Ancylostoma duodenale
Necator americanus
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichuira
: Hymenolepsis nana
: Hymenolepsis Diminuta
Trematoda : Faschiolopsis buski dan Trematoda lainnya.
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. NEMATODA
A. Soil Transmitted Helmint
Nematoda usus yang hidupnya membutuhkan tanah untung proses
pematangan. Ditularkan melalui telur cacing bersama dengan feses manusia
yang terinfeksi.1
a. Ascaris Lumbricoides
Definisi Ascariasis
Ascariasis adalah infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing
Ascaris lumbricoides. Ascariasis sendiri termasuk penyakit cacing yang
paling besar prevalensinya diantara penyakit cacing lainnya yang
menginfeksi tubuh manusia. Manusia merupakan satu-satunya hospes
untuk Ascaris lumbricoides. Cacing Ascaris lumbricoides. merupakan
golongan nematoda. Nematoda berasal dari kata nematos yang berarti
benang dan oidos yang berarti bentuk, sehingga cacing ini sering disebut
cacing gilik ataupun cacing gelang. Nematoda itu sendiri dibagi menjadi 2
jenis yakni nematoda usus dan nematoda jaringan. Manusia merupakan
hospes untuk beberapa nematoda usus yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia). Diantara nematoda usus yang ada
terdapat beberapa spesies yang membutuhkan tanah untuk pematangannya
dari bentuk non infektif menjadi bentuk infektif yang disebut Soil
Transmitted Helminths. Cacing yang termasuk golongan STH adalah
7
Epidemiologi
Ascaris lumbricoides merupakan jenis cacing terbanyak yang
menyebabkan infeksi pada manusia. Angka kejadian infeksi
A.lumbricoides ini cukup tinggi di negara berkembang seperti Indonesia
dibandingkan dengan negara maju. Tingginya angka kejadian Ascariasis
ini terutama disebabkan oleh karena banyaknya telur disertai dengan daya
tahan larva cacing pada keadaan tanah kondusif. Parasit ini lebih banyak
ditemukan pada tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu 25°- 30°C
sehingga sangat baik untuk menunjang perkembangan telur cacing
A.lumbricoides tersebut. Telur A. lumbricoides mudah mati pada suhu
diatas 40° C sedangkan dalam suhu dingin tidak mempengaruhinya . Telur
cacing tersebut tahan terhadap desinfektan dan rendaman yang bersifat
sementara pada berbagai bahan kimiawi keras Infeksi A. lumbricoides
dapat terjadi pada semua usia, namun cacing ini terutama menyerang anak
usia 5-9 tahun dengan frekuensi kejadian sama antara laki-laki dan
perempuan. Bayi yang menderita Ascariasis kemungkinan terinfeksi telur
Ascariasis dari tangan ibunya yang telah tercemar oleh larva infektif .
Prevalensi A. lumbricoides ditemukan tinggi di beberapa pulau di
8
Morfologi
Secara umum dapat dilihat bahwa cacing A. lumbricoides berwarna
merah berbentuk silinder. Cacing jantan lebih kecil ukurannya daripada
cacing betina. Pada stadium dewasa, cacing ini akan hidup dan
berkembang didalam rongga usus kecil. Cacing jantan berukuran 15-25
cm x 3 mm disertai ujung posteriornya yang melengkung ke arah ventral
dan diikuti adanya penonjolan spikula yang berukuran sekitar 2 mm.
Selain itu, di bagian ujung posterior cacing juga terdapat banyak papil-
papil kecil. Cacing betina berukuran 25-35 cm x 4 mm dengan ujung
posteriornya yang lurus. Cacing ini memiliki 3 buah bibir, masing-masing
satu dibagian dorsal dan dua lagi dibagian ventrolateral. Cacing dewasa
hidup dalam jangka waktu ±10 – 24 bulan . Cacing dewasa dilindungi oleh
pembungkus keras yang kaya akan kolagen dan lipid serta menghasilkan
enzim protease inhibitor yang berfungsi untuk melindungi cacing agar
tidak tercerna di sistem pencernaan manusia. Cacing ini juga memiliki sel-
sel otot somatik yang besar dan memanjang sehingga mampu
mempertahankan posisinya di dalam usus kecil. Jika otot somatik tersebut
lumpuh oleh obat cacing, maka cacing akan mudah keluar melalui anus
karena gerakan peristaltic di usus. Cacing betina mampu bertahan hidup
selama 1- 2 tahun dan memproduksi 26 juta telur selama hidupnya dengan
100.000 – 200.000 butir telur per hari yang terdiri dari telur yang telah
dibuahi (fertilized), yang tidak dibuahi (unfertilized), maupun telur
dekortikasi. Telur dekortikasi adalah telur A.lumbricoides yang telah
dibuahi tapi kehilangan lapisan albuminoid, Telur yang telah dibuahi
berbentuk bulat atau oval dengan permukaaan tidak teratur, memiliki
lapisan yang tebal, dan berwarna kuning kecoklatan dengan ukuran 60 -
45µm.1
9
Pada telur ini, terdapat lapisan tebal albumin dan lapisan dalamnya
yang terdapat selubung vitelin tipis namun cukup kuat. Kedua lapisan
tersebut berfungsi sebagai pelindung terhadap situasi lingkungan yang
tidak sesuai sehingga telur dapat bertahan hidup di tanah sampai dengan
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Telur yang telah dibuahi ini
berisikan embrio regular yang tidak bersegmen. Dalam lingkungan yang
sesuai yakni di tanah liat, dengan kelembaban tinggi, dan suhu yang
sesuai, dapat terjadi pematangan telur atau larva dari bentuk yang tidak
infektif menjadi infektif. Kedua kutub pada telur ini juga terdapat rongga
yang tampak sebagai daerah yang terang berbentuk bulan sabit. Telur yang
tidak dibuahi adalah telur yang dihasilkan oleh cacing betina yang tidak
subur ataupun terlalu cepat dikeluarkan oleh cacing betina yang subur,
telur tersebut berbentuk memanjang, terkadang segitiga dengan lapisan
yang tipis dan berwarna coklat, lalu berukuran 90–40 πm. Telur yang
berwarna kecoklatan ini akibat pengaruh dari pigmen empedu di saluran
cerna dan tidak terdapatnya rongga udara.1
Siklus Hidup
Cara penularan
Cara penularan Ascariasis terjadi melalui beberapa jalan yakni telur
infektif A.lumbricoides yang masuk ke dalam mulut bersamaan dengan
makanan dan minuman yang terkontaminasi, melalui tangan yang kotor
tercemar terutama pada anak, atau telur infektif yang terhirup udara
bersamaan dengan debu. Pada keadaan telur infektif yang terhirup oleh
pernapasan, telur tersebut akan menetas di mukosa alat pernapasan bagian
atas dan larva akan segera menembus pembuluh darah dan beredar
bersama aliran darah. Cara penularan Ascariasis juga dapat terjadi melalui
sayuran dan buah karena tinja yang dijadikan pupuk untuk tanaman sayur-
mayur maupun buah-buahan.1
Diagnosis
Cara menegakkan diagnosis Ascariasis biasanya melalui pemeriksaan
laboratorium karena gejala klinis dari penyakit ini tidak spesifik. Secara
garis besar Ascariasis dapat ditegakkan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
Ditemukannya telur A. lumbricoides fertilized, unfertilized, maupun
dekortikasi di dalam tinja seseorang.
Ditemukannya larva A. lumbricoides di dalam sputum seseorang.
Ditemukannya cacing dewasa keluar melalui anus ataupun bersama
dengan muntahan.1
Jika terjadi Ascariasis oleh cacing jantan, di tinja tidak ditemukan telur
sehingga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto thorak. Kriteria
tingkat infeksi penderita Ascariasis menurut WHO 2012 adalah:
Pengobatan
Morfologi
Telur Hookworm
1) Telur Hookworm tidak bisa dibedakan antara spesies bahkan dengan
telur Strongyloides stercoralis sekalipun.
2) Bentuknya oval/lonjong.
3) Ukuran 40 x 65 mikron.
Siklus Hidup
Akibat dari anemia itu maka penderita akan tampak pucat, daya tahan
berkurang dan prestasi kerja menurun.2
Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala yang nyata. Anak - anak
dengan infeksi berat mungkin menunjukkan keterbelakangan fisik mental
dan seksual. Pada awal infeksi ada eosinofilia dan leukositosis yang nyata.
Bila infeksi menahun eosinofilia dan leukositosis berkurang tetapi anemia
masih tetap ada. 2
Infeksi cacing tambang umumnya berlangsung secara menahun,
cacing tambang ini sudah dikenal sebagai penghisap darah. Seekor cacing
tambang mampu menghisap darah 0,2 ml per hari. Apabila terjadi infeksi
berat, maka penderita akan kehilangan darah secara perlahan dan dapat
menyebabkan anemia berat Cara menegakkan diagnosa penyakit adalah
dengan pemeriksaan tinja. Parasites Load cacing tambang untuk infeksi
ringan adalah 1-1.999 EPG, untuk infeksi sedang adalah 2.000-3.999
EPG, dan untuk infeksi berat adalah ≥4.000 EPG. 2
Tatalaksana
Farmako :
Mebendazole : menyebabkan kematian cacing dengan selektif dan
menghalangi pengambilan glukosa dan nutrisi lain di usus orang
dewasa yang rentan dimana cacing berada. Tersedia sebagai tablet
kunyah 100 mg yang dapat ditelan utuh, dikunyah, atau
dihancurkan dan dicampur dengan makanan.
Dosis : 100 mg PO setiap 12 jam selama 3 hari berturut-turut; jika
penyembuhan tidak tercapai 3 minggu setelah pengobatan,
pengobatan kedua disarankan.
Albendazole
Dosis : 400 mg PO per hai selama 3 hari. Obat ini memiliki efek
samping terhadap janin karna merupan obat golongan C.2
21
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
memutus rantai lingkaran hidup cacing sehingga dapat mencegah
perkembangannya menjadi larva infektif
mengobati penderita
memperbaiki cara dan sarana pembuangan feses
memakai alas kaki.2
c. Trichuris trichiura
Trichuris trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang
ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminth) yang dapat
meyebabkan penyakit trichuriasis, cacing ini disebut juga Trichocephalus
dispar, Whip worm, Trichocephalus hominis, dan cacing cambuk karena
bentuknya yang menyerupai cambuk.3
Morfologi
Ciri-ciri telur :
Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di sekum (caecum) tapi pada infeksi yang berat
dapat dijumpai dibagian bawah ileum sampai rectum. Telur keluar
bersama tinja, telur mengandung larva / menjadi infektif dalam waktu 2 -
4 minggu. Apabila telur tertelan manusia, telur akan menetas menjadi
larva di istestinum tenue kemudian larva menembus villi-villi usus dan
tinggal didalamnya selama 3 – 10 hari. Setelah larva tumbuh , kemudian
larva turun sampai sekum kemudian menjadi cacing dewasa. Waktu yang
diperlukan sejak tertelannya telur sampai menjadi cacing dewasa yang
siap bertelur kira-kira 90 hari.3
24
Patofisiologi
Trichuris, seperti Ascaris lumbricoides, menyebar melalui transmisi
fecal-oral. Telur disimpan di tanah melalui kotoran manusia. Setelah 10-
14 hari di tanah, telur menjadi infektif. Berbeda dengan parasit lain,
seperti A lumbricoides, tidak ada fase migrasi jaringan yang terjadi pada
organisme Trichuris, yang membatasi infeksi pada saluran pencernaan.
Larva menetas di usus kecil, di mana mereka tumbuh dan meranggas,
akhirnya mengambil tempat tinggal di usus besar. Waktu dari konsumsi
telur ke perkembangan cacing dewasa adalah sekitar 3 bulan. Selama
waktu ini, mungkin tidak ada penumpahan telur dan hanya ada sedikit
bukti infeksi pada sampel tinja. Cacing dapat hidup 1-5 tahun, dan cacing
betina dewasa bertelur sampai 5 tahun, menumpahkan hingga 20.000 telur
per hari.3
Secara imunologis, sitokin seperti interleukin 25 (IL-25) memediasi
kekebalan tipe 2 dan diperlukan untuk pengaturan peradangan di saluran
pencernaan.3
Manifestasi klinis
Penyakit karena infeksi cacing ini disebut dengan trichuriasis atau
trichocephaliasis atau penyakit cacing cambuk. Pada infeksi ringan pada
tempat-tempat perlekatan tidak ada kerusakan mukosa, hanya kadang-
kadang sedikit perdarahan kecil. Pada infeksi berat dapat terjadi gejala :
1) sakit perut diare yang kadang-kadang disertai bercak darah
2) demam ringan
3) sakit kepala
4) berat badan menurun.3
25
Penegakan diagnosis
1) Studi Laboratorium
Studi sering mengungkapkan eosinofilia dari invasi jaringan yang
sedang berlangsung (berbeda dengan semua cacing usus kecuali
Strongyloides stercorali).
Karakteristik telur pada pemeriksaan feses terlihat.3
2) Endoskopi
Endoskopi sering menunjukkan cacing dewasa menempel pada
mukosa usus.3
Tatalaksana
Farmako :
1) Mebendazole
Menyebabkan kematian cacing dengan selektif dan menghalangi
pengambilan glukosa dan nutrisi lain di usus orang dewasa yang
rentan dimana cacing berada. Tersedia sebagai tablet kunyah 100 mg
yang dapat ditelan utuh, dikunyah, atau dihancurkan dan dicampur
dengan makanan.
Dosis : 100 mg PO setiap 12 jam selama 3 hari berturut-turut; jika
penyembuhan tidak tercapai 3 minggu setelah pengobatan,
pengobatan kedua disarankan. Mebendazole Obat cacing untuk anak
yang satu ini digunakan untuk mengobati infeksi cacing gelang, cacing
26
Non Farmako :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan
2) Cuci, kupas atau masak sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan
3) Mengajarkan pada anak-anak jangan bermain ditanah terutama tanah
yang kemungkinan terdapat kotoran manusia.3
d. Strongyloides stercoralis
Etiologi
Strongyloidiasis disebabkan oleh Strongyloides Stercoralis, dengan
nama lain Strongyloides intestinalis, Anguillula intestinalis, Anguillula
stercoralis.4
27
Siklus Hidup
Diagnosis
Ditegakkan dengan menemukan larva Rhabditiform di dalam tinja
segar atau pada cairan duodenum. Telur dapat ditemukan di dalam tinja
setelah pemberian pencahar atau setelah diare berat (pada infeksi berat).4
Cairan duodenum didapatkan dari aspirasi duodenual atau spesimen
biopsi jejunal.. Jika sistem pulmonari sudah terinfeksi, sputum harus
diperiksakan untuk menentukan apakah terdapat larva. Metode kultur agar
plate mungkin dapat mendeteksi secara mikroskopis.. enzime-linked
immunosorbent asssays untuk mendeteksi antibodi dari ekskretori-
sekretori atau antigen somatik sekarang sudah digunakan sebagai referensi
laboratorium.4
33
Pengobatan
Semua pasien yang terinfeksi diharuskan utntuk diobarti untuk
mencegah cacing-cacing tumbuh kembali secara autoinfeksi dan
konsekuensi hiperinfeksi serius. 4
Dapat dipilih salah satu obat berikut ini. Thiabendazole merupakan
obat pilihan (drug of choice) dengan dosis 25 mg/kg berat badan,
diberikan 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Mebendazole dengan
dosis dan cara pengobatan sama dengan pengobatan pada thichuriasis.
Pyrvinium pamoate dengan dosis 3 x 50 mg/kg berat badan perhari,
diberikan selama 7 hari berturut-turut. 4
Pencegahan
Sama dengan pencegahan pada infeksi oleh cacing tambang.
Autoinfeksi dapat dicegah dengan menghindari terjadinya konstipasi serta
4
memperhatikan kebersihan daerah anus.
Etiologi
Enterobius vermicularis merupakan cacing yang berukuran kecil
berbentuk seperti benang berwarna putih, hidup di sekum, apendiks, dan di
daerah yang berbatasan dengan ileum dan kolon asendens. Cacing betina
dewasa berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm dengan ekor yang runcing. Bentuk
jantan berukuran 2-5 mm x 0,1-0,2 mm, ekornya melingkar sehingga
bentuknya seperti tanda tanya. Seekor cacing betina dapat menghasilkan rata-
rata 11.000-15.000 butir telur. Telur E. vermicularis berbentuk ovoid dengan
ukuran 50-60 mm x 20-30 mm, pada salah satu sisinya datar sehingga
berbentuk seperti sampan atau bola tangan. Dalam suhu badan, telur menjadi
infektif dalam 6 jam. Telur dapat kehilangan infektivitasnya setelah 1-2 hari
di bawah panas dan keadaan lingkungan yang kering. Kemampuan telur
untuk bertahan hidup sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban.
Kemampuan telur untuk bertahan hidup lebih besar pada keadaan dengan
temperatur rendah dan kelembaban tinggi. Telur dapat hidup selama < 2
minggu lamanya kemampuan maksimal telur untuk bertahan hidup dilaporkan
sampai 19 minggu. Desinfektan dan fumigan yang biasa digunakan di rumah
tangga tidak dapat membunuh telur.4
Penularan
Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif, kemudian menetas di
sekum dan berkembang menjadi dewasa. Siklus hidup cacing lebih kurang 1
bulan. Larva yang dilepaskan dari telur di saluran gastrointestinal akan
bermigrasi ke jejenum dan ileum, selanjutnya akan tumbuh menjadi cacing
jantan dan betina dewasa. Setelah membuahi cacing betina, cacing jantan
akan mati dan dikeluarkan bersama tinja. Cacing betina yang gravid umumnya
pada malam hari akan turun ke bagian bawah kolon dan keluar melalui anus.
Telur akan diletakkan di perianal dan di kulit perineum, kadang-kadang
cacing betina dapat bermigrasi ke vagina. Diperkirakan setelah meletakkan
telur, cacing betina kembali ke dalam usus. Terdapat 4 cara terjadinya infeksi,
yaitu langsung dari anus ke mulut, melalui tangan yang terkontaminasi oleh
telur cacing. Penularan pada orang yang setempat tidur dengan pasien, infeksi
terjadi melalui telur yang ada di alas tempat tidur, sarung bantal, ataupun pada
benda yang terkontaminasi., melalui udara, telur cacing yang berada di udara
terhirup oleh orang lain (misalnya pada saat membersihkan tempat tidur).4
36
Manifestasi Klinis
Enterobiasis relatif tidak berbahaya dan infeksi yang terjadi pada
umumnya asimtomatik. Pada infeksi yang simtomatik, gejala klinis yang
mencolok disebabkan iritasi di sekitar anus, perineum, dan vagina oleh cacing
betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina. Hal ini
menyebabkan pruritus lokal, anak menggaruk kulit di sekitar anus, berakibat
terjadinya iritasi yang bisa diikuti dengan infeksi bakteria sekunder. apabila
hal ini tidak segera diatasi, akan gangguan pertumbuhan anak. Perasaan gatal
sering terjadi pada malam hari sehingga pasien terganggu tidurnya, anak
menjadi lemah, dan iritabel, (tidur tidak pulas) atau mimpi yang menakutkan
(nightmare), sehingga kelopak mata bawah tampak bayangan kulit gelap.
Cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai
ke lambung, esofagus, dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah
tersebut.4
37
Diagnosis
Enterobius vermicularis tidak seperti nematoda usus lainnya, telur cacing
jarang ditemukan di feses dan hanya dapat mendeteksi telur berkisar 10%-
15% pasien yang terinfeksi pada pemeriksaan feses rutin. Infeksi cacing
sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada
malam hari. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan melihat anus si anak
pada malam hari dan menemukan cacing dewasa yang sedang keluar untuk
bertelur. Anal swab merupakan metode terbaik dalam mendiagnosis
enterobiasis. Telur cacing diambil dengan metode anal swab atau cellophane
swab yang ditempelkan di sekitar anus pada pagi hari sebelum anak buang air
besar. Infeksi cacing Enterobius vermicularis sering terjadi pada beberapa
anggota keluarga, maka sebaiknya seluruh anggota keluarga juga turut
diperiksa. Anal swab adalah prosedur pengambilan spesimen dengan
mempergunakan alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya
diletakkan cellophane tape transparan dengan panjang ± 6 cm. Cellophane
tape ditempelkan di daerah sekitar anus, maka telur cacing akan menempel
pada perekatnya. Kemudian cellophane tape diratakan pada bahan kaca dan
dibubuhi sedikit toluol lalu diperiksa di bawah mikroskop, untuk mencari
telur cacing Enterobius vermicularis. Pemeriksaan ulangan dapat
meningkatkan deteksi telur, satu kali pemeriksaan dapat mendeteksi 50%
infeksi, tiga kali pemeriksaan 90%, dan lima kali pemeriksaan 99%. Hasil
38
pemeriksaan anal swab yang negatif sebanyak enam kali berturut-turut pada
hari yang berbeda dapat menyingkirkan diagnosis.4
Pengobatan
Pengobatan infeksi cacing ini harus dilaksanakan pada seluruh anggota
keluarga oleh karena mudah terjadi penularan. Enterobius vermicularis rentan
terhadap sejumlah obat cacing, dengan keberhasilan pengobatan >90%.
Pirantel pamoate, mebendazole, dan albendazole memiliki efektivitas tinggi
dalam mengobati infeksi cacing Enterobius vermicularis. Albendazole
diberikan dengan dosis 400 mg per oral, tunggal pada anak >2 tahun. Anak
yang berumur <2 tahun diberikan 100 mg. Sedangkan dari mebendazole 100
mg per oral dosis tunggal dan pirantel pamoate dosis 10 mg/kgBB.
Keseluruhan obat jika diperlukan dapat diulangi 2-4 minggu kemudian.
Albendazole adalah obat cacing spektrum luas yang diberikan per oral dan
sudah digunakan sejak 1979. Beberapa bukti menunjukkan bahwa albendazole
tidak hanya membunuh cacing dewasa yang hidup di usus tetapi juga
membunuh telur dan larva. Pada pemberian oral albendazole diserap dengan
cepat oleh usus. Waktu paruh 8-9 jam, metabolit terutama dikeluarkan lewat
urin dan hanya sedikit lewat feses. Cara kerja albendazole memblokir
pengambilan glukosa oleh larva maupun cacing dewasa sehingga persediaan
glikogen menurun dan pembentukan ATP berkurang, mengakibatkan
kematian parasit (cacing). Untuk penggunaan 1-3 hari terbukti aman. Efek
samping berupa nyeri ulu hati, diare, nyeri kepala, mual, lemah, dizziness,
insomnia, terjadi pada sekitar 6% kasus. Pada salah satu penelitian dilaporkan
bahwa kejadian efek samping ini sama untuk golongan plasebo dan golongan
obat lain. Mebendazole mempunyai efektivitas tinggi terhadap infeksi
nematoda usus dan terutama digunakan untuk mengobati infeksi cacing
campuran. Untuk enterobiasis, mebendazole dosis tunggal 100 mg oral cukup
efektif, namun albendazole lebih. Pirantel pamoate merupakan terapi pilihan
selain albendazole dan mebendazole, bekerja dengan cara menghambat
39
b. Trichinella spiralis
Klasifikasi
Kelas : Nematoda
Subkelas : Aphasmidia
Ordo : Enoplida
Superfamili: Trichuroidae
Famili : Trichinellidae
Genus : Trichinella
Spesies : Trichinella spiralis.4
Siklus Hidup
Infeksi pada manusia dimulai dengan memakan daging babi, beruang,
singa laut (walrus) atau daging mamalia lainnya (karnivora dan
omnivora), baik yang mentah atau dimasak secara tidak sempurna. Daging
tersebut mengandung kista berisi larva infektif yang masih hidup. Setelah
kista masuk ke dalam lambung, terjadi ekskistasi dan larva yang keluar
kemudian masuk kedalam mukosa usus menjadi dewasa. Pada hari
42
Morfologi
Cacing jantan dewasa berukuran 1,4 - 1,6 mm x 0,06 mm. Sedangkan
cacing betina berukuran lebih panjang, dapat mencapai 4 mm. Pada ujung
posterior cacing jantan terdapat 2 buah papil yang membedakan bentuknya
dengan cacing betina. Cacing betina tidak bertelur melainkan melahirkan
larva (vivipar). Larva cacing berukuran sampai 100 mikron, namun dalam
otot hospes umumnya larva terdapat dalam bentuk kista.4
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi trichinosis diperkirakan antara 10-14 hari dari setelah
memakan daging yang terinfeksi dan bervariasi antara 5-45 hari. Variasi
masa inkubasi ini berhubungan makanan dengan banyaknya larva yang
dikonsumsi, sebab gejala dan tanda-tanda penyakit baru nampak jelas bila
terjadi infeksi dengan 10 larva per gram daging. 4
Gejala-gejala yang dapat timbul berupa sakit perut, mual, muntah dan
diare. Kemudian penderita mengalami nyeri hebat pada otot-otot gerak,
diikuti gangguan pernapasan, gangguan menelan dan sulit berbicara.
Selain itu dapat terjadi perbesaran kelenjar-kelenjar limfe, edema sekitar
mata, hidung dan tangan. Bila terjadi nekrosis otot jantung, akan terjadi
miokarditis yang dapat menimbulkan kematian penderita. Penderita dapat
juga mengalami radang otak (ensefalitis) dan radang selaput otak
(meningitis), tuli, makan gangguan mata, gejala-gejala neurotoksik
misalnya neuritis, halusinasi, delirium, disorientasi atau mengalami
komplikasi berupa pneumonia, peritonitis dan nefritis.4
Diagnosis
Diagnosis pasti trichinosis dapat ditetapkan apabila dapat ditemukan
cacing dewasa atau larva cacing dewasa atau larva cacing. Cacing dewasa
atau larva cacing mungkin dijumpai pada tinja penderita pada waktu
mengalami diare. Pemeriksaan serologis dilakukan dengan tehnik
44
Pengobatan
Pengobatan trikinosis terutama dilakukan secara simtomatis. Sakit
kepala dan nyeri otot dapat dihilangkan dengan obat analgetik.4
Mebendazole 100 mg dua kali sehari selama beberapa hari mempunyai
efek mematikan terhadap fase invasif dan fase pembentukan kapsul
Trichinella.4
45
3. CESTODA
a. Taenia saginata
Cacing pita ini adalah parasit dalam usus halus manusia, dan sebagai
inang antaranya adalah sapi. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing
pita Taenia saginata dikenal dengan nama Taeniasis. Infeksi terutama terjadi
di Afrika, Timur Tengah, Eropa Barat, Meksiko, dan Amerika Selatan.5
Gejala Klinik
Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). Gejala klinis
dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan
cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung, mual, badan
lemah, berat badan menurun, diare, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air
besar) dan nafsu makan menurun. Secara psikologis penderita dapat merasa
cemas dan gelisah itu disebabkan karena adanya gerakan proglotid dari anus.
Proglotid dapat juga keluar bersama tinja.5
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dengan 2 cara yaitu:
1) Menanyakan riwayat penyakit (anamnesis)
Hal – hal yang perlu ditanyakan antara lain apakah penderita pernah
mengeluarkan proglotid dari cacing pita pada waktu buang air besar .
Apabila memungkinkan bisa juga dengan menunjukkan contoh potongan
cacing yang diawetkan dalam botol transparan.
2) Pemeriksaan tinja Ditemukan cacing pada tinja.
Tinja yang diperiksa adalah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan.
Sebaiknya diperiksa dalam keadaan segar, bila tidak memungkinkan tinja
tersebut diberi formalin 5-10% atau spirtus sebagai pengawet. 5
Pengobatan
Untuk pengobatan pada penderita ini dengan diberikan obat niclosamid
atau prazikuantel per oral. Pengobatan biasanya sangat efektif, tetapi apabila
proglotid mulai tampak lagi dalam tinja atau bergerak dari anus, maka
diperlukan pengobatan ulangan. Tinja diperiksa kembali setelah 3 dan 6 bulan
untuk memastikan bahwa infeksi telah terobati. 5
48
Pencegahan
1) Menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati sumber penderita
2) Pemakaian jamban keluarga, sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh
sapi dan tidak mencemari tanah atau rumput
3) Pemeliharaan sapi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi
dikandangkan sehingga tidak dapat berkeliaran
4) Pemeriksaan daging oleh dokter hewan atau mantra hewan di RPH
(Rumah Pemotongan Hewan), sehingga yang mengandung kista tidak
sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sector dengan dinas
peternakan)
5) Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan.5
b. Taenia solium
Klasifikasi dan Morfologi
Gambar 3.4 Morfologi Taenia solium: skoleks (a); proglotida dewasa dengan
organ kelamin yang berkembang (tanda panah hitam menunjukkan lubang
genital) (b); proglotida gravid yang berisi penuh telur infektif (c); Cysticercus
cellulosae.6
49
Taenia solium merupakan cacing pita (cestoda) yang hidup dalam usus
manusia. Cacing ini dikenal dengan istilah “human pork tapeworm”.
taksonomi dari cacing ini adalah:
Kelas : Eucestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
50
Genus : Taenia
Spesies : Taenia solium.6
Siklus Hidup
Babi merupakan hospes perantara dari Taenia solium dan manusia
bertindak sebagai hospes definitifnya. Namun, anjing dan manusia dapat
menjadi hospes antara dari cacing ini akibat autoinfeksi dan kontaminasi
lingkungan.6
Siklus hidup Taenia solium berawal dari tertelannya telur infektif
cacing ini oleh hospes perantaranya. Telur tersebut selanjutnya akan pecah di
dalam lambung hospes antaranya akibat bereaksi dengan asam lambung.
Onkosfer yang telah menetas selanjutnya melakukan penetrasi ke dalam
pembuluh darah dan ikut mengalir bersama darah ke seluruh organ. Onkosfer
tersebut akan berkembang menjadi sistiserkus setelah mencapai otot, jaringan
subkutan, otak, hati, jantung, dan mata. Siklus hidup Taenia solium akan
berlanjut jika manusia sebagai hospes definitifnya memakan daging babi yang
mengandung sistiserkus tanpa proses pemasakan sempurna yaitu pemanasan
lebih dari 60 °C. Sistiserkus selanjutnya mengadakan invaginasi pada dinding
usus halus manusia dan berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa
ini mulai melepaskan proglotida gravidnya dua bulan setelah infeksi. Telur
infektif yang terkandung dalam penderita taeniasis inilah yang menjadi
pencemar lingkungan.6
52
Gejala Klinis
Gejala penderita taeniasis umumnya yaitu berupa rasa tidak enak pada
perut, gangguan pencernaan, diare, konstipasi, sakit kepala dan
anemia.Pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran peningkatan eosinofil.
Sistiserkosis pada otak (neurosistiserkosis) dengan gejala gangguan motorik,
kelainan saraf sensorik maupun gangguan mental penderita. Sistiserkosis pada
bola mata menyebabkan nyeri bola mata, gangguan pengelihatan dan
kebutaan. Sedangkan pada otot jantung menyebabkan takikardia, sesak napas,
sinkop dan gangguan irama jantung.6
Penegakan diagnosis
Diagnosis taeniasis pada penderita untuk menemukan telur Taenia
solium, menggunakan metode konsentrasi formol-eter. Sampel tinja di
awetkan/fiksasi dalam formalin 10% dan untuk menemukan proglotid
menggunakan saringan kawat tahan karat 40 mesh. Diagnosis juga dapat
dilakukan menggunakan coproantigen test yaitu menggunakan ELISA untuk
mendeteksi antigen taenia di fases dengan capture antibodypoliclonal IgG.6
Pengobatan
Pengobatan taeniasis dan sistiserkosis dapat dilakukan dengan
menggunakan praziquantel. Praziquantel dapat membunuh dan menghacurkan
cacing dewasa Taenia solium di saluran pencernaan usus atau sistisersi pada
jaringan parental. Dosis praziquantel 50 mg/kg BB dosis tunggal atau dosis
terbagi tiga selama 15 hari efektif untuk sistiserkosis. Obat pilihan lain adalah
albendazole 15 mg/kg BB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi tiga selama 7
hari; Mebendazole 2 x 200 mg/hari selama 4 hari.6
53
Pencegahan
Upaya pencegahan penularan penyakit taeniasis dan sistiserkosis dapat di
lakukan dengan cara antara lain:
1) Mengobati penderita (praziquantel, mebendazole, albendazole,
niclosamide dan atabrin) untuk menghilangkan sumber infeksi dan
mencegah terjadinya autoinfeksi dengan larva cacing.
2) Pengawasan terhadap penjualan daging babi agar tidak tercemar oleh larva
cacing (sistiserkus).
3) Memasak daging babi di atas suhu 50˚C selama 30 menit untuk
mematikan larva sistiserkus atau menyimpan daging babi pada suhu 10 ˚C
selama 5 hari.
4) Menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak buang air besar di
sembarang tempat (pemakaian jamban keluarga) agar tidak mencemari
tanah dan rumput.
5) Menjaga higiene personal dengan rajin mandi, mencuci tanggan sebelum
makan atau mengolah makanan.
6) Memberikan vaksin pada hewan ternakbabi (penggunaan crude antigen
yang berasal dari onkosfer, sistisersi, atau cacing dewasa Taenia solium)
7) Memberikan Cestosida (praziquantel, dan oxfendazole) pada hewan
ternak babi. 6
c. Himenolepiasis
Epidemiologi
Hymenolepis nana tidak memerlukan hospes perantara dan
Hymenolepis diminuta. Infeksi kebanyakan terjadi secara langsung dari tangan
ke mulut. Hal ini sering terjadi pada anak kurang dari 15 tahun. Kontaminasi
dengan tinja tikus perlu dapat perhatian. 7
Infeksi pada manusia selalu disebabkan oleh telur yang tertelan dari
benda-benda yang terkena tanah, dari tempat buang air atau langsung dari
anus ke mulut. Kebersihan perorangan harus diutamakan. 7
54
Hymenolepis nana
Penyakit : Himenolepsiasis
Hospes : Manusia, tikus
Morfologi
Cacing dewasa panjangnya 2,5 cm, skoleks kecil, strobila terdiri atas 2000
proglotid dan makin ke posterior makin lebar.
Skoleks memiliki emapat batil isap dan rostelum kecil yang berkait-kait.
Proglotid gravid berbentuk trapezium, mengandung 80-180 telur.
Telur berukuran 47 x 37 mikron, berbentuk bulat atau bujur, memiliki
dinding luar, dinding dalam terdiri atas due kutub, masing-masing dengan
4-8 filamen halus, berisi embrio heksakan.7
Siklus hidup
1) Telur Hymenolepis nana biasanya bersifat infektif ketika dikeluarkan
bersama feses dan tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari di lingkungan
luar. Ketika telur tertelan oleh artropoda (hospes perantara).
2) Mereka berkembang menjadi sistiserkoid, kemungkinana dapat
menginfeksi manusia dan karena tertelan.
3) Dan berkembang menjadi dewasa dalam usus kecil.
4) Ketika tertelan oleh makanan, minuman atau tangan yang terkontaminasi
feses maka telur yang berisi onkosfer menetas. Onkosfer (larva hexacanth)
mempenetrasi vilus usus dan berkembang menjadi larva sistiserkoid.
5) Setelah menghancurkan vili, sistiserkoid kembali ke lumen usus, skoleks
melakukan evaginasi.
6) Yang kemudian akan menyerang mukosa usus dan berkembang menjadi
dewasa kemudian diam dalam bagian ileum usus halus menghasilkan
proglotid gravid.
7) Telur dikeluarkan dalam feses ketika proglotid sudahterpisah saat dalam
usus halus.
8) Dapat terjadi autoinfeksi.7
55
Hymenolepis diminuta
Penyakit : Himenolepsiasis diminuta
Hospes : Manusia, tikus, mencit
Hospes perantara : Pinjal tikus (Xenopsylla cheopsis), Pinjal manusia
(Pulex irritans), Kumbang tepung (Tenebrio).7
56
Morfologi
Cacing dewasa berukuran 50 x 0,3 cm, skoleks kecil, strobila terdiri atas
800-1000 proglotid.
Skoleks berukuran 0,3 mm, berbentuk bulat, memiliki empat batil isap
tanpa kait-kait.
Proglotid gravid berukuran lebar segmennya lebih besar daripada ukuran
panjang segmennya, uterus berbentuk kantung berisi telur, lubang
genitalia di lateral.
Telur berukuran 86 x 58 mikron, dinding luar tebal, dinding dalam
transparan dan tidak terdapat filamen kutub, berisi embrio heksakan.7
atau tanpa diare, kejang-kejang, sukar tidur dan pusing. Eusinofilia sebesar 8-
16%. Sakit perut, diare, obstipasi dan anoreksia merupakan gejala ringan. 7
Penatalaksanaan
Obat yang efektif adalah prazikuantel dan niklosamid, tetapi obat
tersebut sangat sulit ditemukan di Indonesia. Obat efektif lainnya adalah
amodiakuin. Hiperinfeksi sulit diobati, tidak semua cacing dapat dikeluarkan
dan sisteserkoid masih ada di mukosa usus. 7
4. FASCIOLOPSIS BUSKI
Hospes dan nama penyakit. Kecuali manusia dan babi yang dapat
menjadi hospes definitif cacing tersebut, hewan lain seperti anjing dan kelinci
juga dapat dihinggapi. Penyakit yang disebabkan cacing ini disebut
fasiolopsiasis.7
duri tersebut sering rusak karena cairan usus. Batil isap kepala berukuran kira-
kira seperemat ukuran batil isap perut. Saluran pencernaan terdiri dari
prefaring yang pendek, faring yang menggelembung, esofagus yang pendek,
serta sepasang sekum yang tidak bercabang dengan dua indentasi yang khas.
Dua buah testis yang bercabang-cabang letaknya agak tandem di bagian
posterior cacing. Vitelaria letaknya lebih lateral dari sekum, meliputi badan
cacing setinggi batil isap perut sampai ke ujung badan. Ovarium bentuknya
agak bulat. Uterus berangkal pada ootip, berkelok-kelok ke arah anterior
badan cacing, untuk bermuara pada atrium genital, ada sisi anterior batil isap
perut. 7
Telur berbentuk agak lonjong, berdinding tipis transparan, dengan
sebuah operkulum yang nyaris terlihat ada sebuah kutubnya, berukuran
panjang 130-140 mikron dan lebar 80-85 mikron. Setiap ekor cacing dapat
mengeluarkan 15.000-48.000 butir telur sehari. Telur-telur tersebut dalam air
bersuhu 27°-32°C, menetas setelah 3 samai 7 minggu. Mirasidium yang
bersilia keluar dari telur yang menetas, berenang bebas dalam air untuk masuk
ke dalam tubuh hospes perantara I yang sesuai. Biasanya hospes perantara I
tersebut adalah keong air tawar, seperti genus segmentina, heutis dan
Gyraulus. Dalam keong, mirasidium tumbuh menjadi sporokista yang
kemudian berpindah ke arah jantung dan hati keong. Bila sporokista matang,
menjadi koyak dan melepaskan banyak redia induk. Dalam redia induk
dibentuk banyak redia anak, yang ada gilirannya membentuk serkaria.7
Serkaria, seperti mirasidium, dapat berenang bebas dalam air,
berbentuk seperti kecebong, ekornya lurus dan meruncing pada ujungnya,
berukuran kira-kira 500 mikron dengan badan agak bulat berukuran 195
mikron x 145 mikron. Badan serkaria ini mirip cacing dewasa yaitu
memunyai batil ispa kepala dan batil isap perut. Mirasidium atau serkaria
yang dalam batas waktu tertentu belum menemukan hospes, akanp unah
sendiri. Serkaria dapat berenang dengan ekornya, atau merayap dengan
menggunakan batil isap. Serkaria tidak menunjukkan kecenderungan memilih
59
sensitisasi oleh karena metabolit cacing lebih menonjol, seperti edema pada
muka, dinding perut dan tungkai bawah. Kematian dapat terjadi karena
keadaan merana ( exhaustion ) atau intoksikasi.7
Gejala klinis yang dini ada akhir masa inkubasi, adalah diare dan nyeri
ulu hati ( eigastrium ). Diare yang mulanya diselingi konstipasi, kemudian
menjadi persisten. Warna tinja menjadi hijau kuning, berbau busuk, dan berisi
makanan yang tidak dicerna. Ada beberapa pasien, nafsu makan cukup baik
atau berlebihan, walaupun ada yang mengalami mual, muntah, atau tidak
mempunyai selera.7
Diagnosis
Gejala klinis fasciolopsis buski terjadi karena cacing yang melekat
pada mukosa usu halus menimbulkan peradangan, ulserasi dan abses,
sehingga menimbulkan keluhan nyeri epigastrium, mual, dan diare. Infeksi
berat oleh parasite penderita mengalami anemia, edema, asites dan anasarka.
Kadang-kadang dapat terjadi obstruksi usus. Pemeriksaan darah tepi
menunjukkan gambaran eosinophil sampai 35% . pada pemeriksaan tinja di
temukan telur cacing ( berbentuk lonjong berwarna kekuningan dengan
panjang 130-140 mikron dan lenar 80-95 mikron., berdinding tipis tembus
sinar dan mempunyai operculum kecil pada salah satu ujungnya ). Dan cacing
dewasa dapat ditemukan pada muntahan atau di dalam tinja penderita. Warna
tinja hijau kekuningan, berbau busuk dan berisi makanan yang tidak tercerna.7
Pengobatan
Obat yang efektif untuk cacing ini adalah diklorofen, niklosamid dan
prazikuantel.
Prazikuantel 3 kali sehari 25 mg/kgBB selama 1-3 hari
Niklosamid dosis dewasa tunggal 2 gram, sedangkan untuk anak-anak
dengan berat badan > 34 kg 1.5 gram dan anak-anak dengan BB antara 11-
34 kg 1 gram.7