Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Invaginasi ialah suatu keadaan, sebagian usus masuk ke dalam usus berikutnya. Biasanya
bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. Bagian usus yang masuk di-sebut
intussusceptum dan bagian yang menerima intussuscepturn dinamakan intussuscipiens . Oleh
karena itu, invaginasi disebut juga intussusception. Pemberian nama invaginasi bergantung
hubungan antara intussusceptum dan intussuscipiens, misalnya ileo-ileal menunjukkan
invaginasi hanya melibatkan ileum saja. Ileo-colica berarti ileum sebagai intussusceptum dan
colon sebagai intussuscipiens. Kombinasi lain dapat terjadi seperti ileo-ileo colica, colo-colica
dan appendical-colica. Ileo-colica yang paling banyak ditemukan (75%), ileo- ileo colica 15%,
lain-lain 10%, paling jarang tipe appendical Colica.
Invaginasi sering dijumpai pada umur 3 bulan 2 tahun, paling banyak 5 -- 9 bulan,
Prevalensi penyakit diperkirakan 1--2 penderita di antara 1000 kelahiran hidup. Anak lelaki lebih
banyak daripada perempuan, 3 : 1. Pada umur 5--9 bulan sebagian




















II.I Epidemiologi

Insidens penyakit ini tidak diketahui secara pasti, masing masing penulis mengajukan jumlah
penderita yang berbeda beda. Kelainan ini umumnya ditemukan pada anak anak di bawah 1
tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak.Umumnya invaginasi
ditemukan lebih sering pada anak laki laki, dengan perbandingan antara laki laki dan
perempuan tiga banding dua. Insidens pada bulan Maret Juni meninggi dan pada bulan
September Oktober juga meninggi. Hal tersebut mungkin berhubungan dengan musim kemarau
dan musim penghujan dimana pada musim musim tersebut insidens infeksi saluran nafas dan
gastroenteritis meninggi. Sehingga banyak ahliyang menganggap bahwa hypermotilitas usus
merupakan salah satu faktor penyebab.

II.2 Etiologi
Terbagi dua :
1. Idiophatic
2. Kausal
I. Idiophatic
Menurut kepustakaan 90 95 % invaginasi pada anak dibawah umur satu tahun tidak
dijumpai penyebab yang spesifik sehingga digolongkan sebagai infatile idiphatic
intussusceptions.
Pada waktu operasi hanya ditemukan penebalan dari dinding ileum terminal berupa hyperplasia
jaringan follikel submukosa yang diduga sebagai akibat infeksi virus. Penebalan ini merupakan
titik awal (lead point) terjadinya invaginasi.
Kausal
Pada penderita invaginasi yang lebih besar (lebih dua tahun) adanya kelainan usus sebagai
penyebab invaginasi seperti : inverted Meckels diverticulum, polip usus, leiomioma,
leiosarkoma, hemangioma, blue rubber blep nevi, lymphoma, duplikasi usus. Gross mendapatkan
titik awal invaginasi berupa : divertikulum Meckel, polip,duplikasi usus dan lymphoma pada 42
kasus dari 702 kasus invaginasi anak.
Invaginasi dapat juga terjadi setelah laparotomi, yang biasanya timbul setelah dua minggu pasca
bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus, disebabkan manipulasi usus yang kasar
dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.
1.4.Faktor faktor yang dihubungkan dengan terjadinya invaginasi
Penyakit ini sering terjadi pada umur 3 12 bulan, di mana pada saat itu terjadi perubahan diet
makanan dari cair ke padat, perubahan pemberian makanan ini dicurigai sebagai penyebab
terjadi invaginasi. Invaginasi kadang kadang terjadi setelah / selama enteritis akut, sehingga
dicurigai akibat peningkatan peristaltik usus. Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi,
ternyata kuman rota virus adalah agen penyebabnya, pengamatan 30 kasus invaginasi bayi
ditemukan virus ini dalam fesesnya sebanyak 37 %.
Pada beberapa penelitian terakhir ini didapati peninggian insidens adenovirus dalam feses
penderita invaginasi.
II.3 ANATOMI
Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang 6 m. Fungsi usus halus adalah mencerna dan
mengabsorpsi chyme dari lambung. Usus halus memanjang dari pyloric sphincter lambung
sampai sphincter ileocaecal, tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terdiri atas tiga
bagian , yaitu: duodenum, jejunum, ileum.

Organ Pencernaan

Duodenum, bagian terpendek (25cm), yang dimulai dari pyloric sphincter di perut sampai
jejunum. Berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas dan
duodenal papilla, tempat bermuaranya pancreas dan kantung empedu. Empedu berfungsi
mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase. Pankreas menghasilkan amilase yang berfungsi
mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi
asam amino/albumin dan polipeptida. Dinding usus halus mempunyai lapisan mukosa yang
banyak mengandung kelenjar brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum.

Letak Duodenum

Jejunum memiliki panjang antara 1,5 m 1,75 m. Di dalam usus ini, makanan mengalami
pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan dinding usus. Getah usus yang dihasilkan
mengandung lendir dan berbagai macam enzim yang dapat memecah makanan menjadi lebih
sederhana. Di dalam jejunum, makanan menjadi bubur yang lumat yang encer.

Usus penyerapan (ileum), panjangnya antara 0,75m 3,5m terjadi penyerapan sarisari
makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh jonjot-jonjot usus/vili. Adanya jonjot usus
mengakibatkan permukaan ileum menjadi semakin luas sehingga penyerapan makanan dapat
berjalan dengan baik. Dinding jonjot usus halus tertutup sel epithelium yang berfungsi untuk
menyerap zat hara. Terdapat sekitar 1000 mikrovili (gambar 3) dalam tiap sel. Dinding tersebut
juga mengeluarkan mucus. Enzim pada mikrovili menghancurkan makanana menjadi partikel
yang cukup kecil untuk diserap. Di dalam setiap jonjot terdapat pembuluh darah halus dan
saluran limfa yang menyerap zat hara dari permukaan jonjot. Vena porta mengambil glukosa dan
asam amino, sedangkan asam lemak dan gliserol masuk ke sel limfa.

Mikrovili

Lapisan usus halus (gambar 4) terdiri atas 4 lapisan yang sama dengan lambung, yaitu :
1. Lapisan luar adalah membran selulosa, yaitu peritornium yang melapisi usus halus
dengan erat.
2. Lapisan otot polos terdiri atas 2 lapisan serabut, lapisan luar yang memanjang
(longitudinal) dan lapisan dalam yang melingkar (serabut sirkuler). Kontraksi otot polos
dan bentuk peristaltic usus yang turut serta dalam proses pencernaan mekanis,
pencampuran makanan dengan enzim-enzim pencernaan dan pergerakkan makanan
sepanjang saluran pencernaan.. Diantara kedua lapisan serabut berotot terdapat pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan pleksus syaraf.
3. Submukosa terdiri dari jaringan ikat yang mengandung syaraf otonom, yaitu plexus of
meissner yang mengatur kontraksi muskularis mukosa dan sekresi dari mukosa saluran
pencernaan. Submukosa ini terdapat diantara otot sirkuler dan lapisan mukosa. Dinding
submukosa terdiri atas jaringan alveolar dan berisi banyak pembuluh darah, sel limfe,
kelenjar, dan pleksus syaraf yang disebut plexus of meissner. Pada duodenum terdapat
kelenjar blunner yang berfungsi untuk melindungi lapisan duodenum dari pengaruh isi
lambung yang asam. Sistem kerjanya adalah kelenjar blunner akan mengeluarkan sekret
cairan kental alkali.
4. Mukosa dalam terdiri dari epitel selapis kolumner goblet yang mensekresi getah usus
halus (intestinal juice). Intestinal juice merupakan kombinasi cairan yang disekresikan
oleh kelenjar-kelenjar usus (glandula intestinalis) dari duodenum, jejunum, dan ileum.
Produksinya dipengaruhi oleh hormon sekretin dan enterokrinin. Pada lapisan ini terdapat
vili (gambar 3) yang merupakan tonjolan dari plica circularis (lipatan yang terjadi antara
mukosa dengan submukosa). Lipatan ini menambah luasnya permukaan sekresi dan
absorpsi serta memberi kesempatan lebih lama pada getah cerna untuk bekerja pada
makanan. Lapisan mukosa berisi banyak lipatan Lieberkuhn yang bermuara di atas
permukaan, di tengah-tengah villi. Lipatan Lieberkuhn diselaputi oleh epithelium
silinder.

Anatomi dan Fisiologi Usus Besar
Seperti disebutkan sebelumnya, usus besar dimulai dari titik, di mana ujung usus kecil.
Untuk lebih tepat, mulai dari daerah iliaka kanan panggul, yang terletak di bagian
pinggang kanan atau tepat di bawah ini. Dimulai dengan sekum (dimana titik akhir dari
usus kecil membuka ke usus besar) dan perjalanan ke atas, dan kemudian berjalan di
rongga perut, sekali lagi ternyata turun sampai akhir dengan kanal sigmoid, yang diikuti
oleh rektum, anal kanal dan anus. Bagian dari usus besar yang datang setelah sekum dan
berjalan ke atas disebut kolon ascending dan bahwa perjalanan di perut disebut kolon
transversum. Yang usus descending mengikuti usus besar melintang dan berubah
menurun sampai berakhir pada kolon sigmoid, yang diikuti oleh rektum.

Anatomi dan Fisiologi Usus Besar
5. Usus besar hampir seperti sebuah lengkungan yang mengelilingi melingkari usus kecil
dalam rongga perut. Ketika bagian utama dari proses pencernaan dilakukan di usus kecil,
usus besar diserahkan dengan fungsi resapan air dan beberapa vitamin. Hal ini terutama
bertanggung jawab untuk menyimpan kotoran, pemadatan itu dengan menyerap air dan
mengeluarkan dengan bantuan kontraksi berirama (gerakan peristaltik) dari otot-otot
usus.

Sekum: Usus besar dimulai dengan sekum, yang seperti kantong dalam struktur dan
menghubungkan ileum (bagian terakhir dari usus kecil) ke kolon asendens. Hal ini
dipisahkan dari ileum oleh katup ileocecal atau katup Bauhin dan dari kolon asendens
oleh persimpangan cecocolic. Ini adalah sekitar enam sentimeter panjang dan lampiran
berbentuk ulat menggantung dari sekum.

Kolon Ascending : usus Ascending muncul setelah sekum dan melintasi ke atas sampai
mencapai fleksura hepatik atau kanan kolik lentur, yang merupakan pergantian usus dekat
hati. Dengan kata lain, hati fleksura adalah tikungan antara kolon asendens dan kolon
transversum. Tikungan kolon melintang untuk membentuk fleksura hati, yang diikuti oleh
usus besar melintang, yang perjalanan melintasi rongga perut.

Kolon Transverse : usus Yang melintang dimulai dari hepatik kanan dan fleksura
merupakan yang terpanjang dan bagian dapat bergerak dari usus besar. Hal ini sedikit
melengkung ke bawah dengan kenaikan tajam ke atas mendekati akhir, di mana ia
membungkuk ke bawah untuk membentuk fleksura kolik kiri atau lentur lienalis, yang
terletak di dekat limpa. Ini adalah dari ini fleksura kolik kiri, usus descending dimulai.
usus Transversus terhubung ke perut oleh sekelompok jaringan, yang dikenal sebagai
omentum yang lebih besar. sisi usus besar melintang Posterior melekat ke dinding
posterior abdomen oleh peritoneum (selaput yang melapisi rongga perut) dan keterikatan
ini disebut mesokolon transverse.

Kolon Descending dan Kolon Sigmoid : usus descending Yang dimulai dari fleksura
lienalis dan berakhir pada awal kolon sigmoid. Hal ini ditempatkan lebih mendalam,
dibandingkan dengan usus ascending dan memiliki beberapa bagian dari usus kecil di
depannya. Hal ini berakhir dengan kolon sigmoid, yang merupakan bagian terakhir dari
usus besar, yang berakhir pada titik, di mana rektum dimulai. Kolon sigmoid adalah
struktur berbentuk S, yang berisi otot, bahwa kontraksi untuk membuat tekanan dalam
usus besar, untuk mengeluarkan kotoran dan memindahkan kotoran ke rektum.

Fungsi utama usus besar adalah untuk menyerap air, menyimpan limbah, penyerapan
beberapa vitamin (seperti vitamin K), penebalan dan pengeluaran dari tinja. Rumah usus
yang besar sekitar 700 spesies bakteri, yang membantu dalam fermentasi serat dalam
bahan makanan. Bakteri ini juga menghasilkan sejumlah besar vitamin, seperti vitamin K
dan biotin (vitamin B), yang diserap ke dalam darah

II.5 Patofisiologi
invaginasi paling sering adalah ileocolica, diikuti ileoileocolica, colocolica, dan appendical
colica. Bagian atas usus yang disebut intususeptum mengalami invaginasi ke bawah,
intususipiens sambil menarik mesentriumnya bersama-sama memasuki lumen yang
pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu konstriksi mesentrium sehingga menghalangi
aliran balik vena, selanjutnya terjadi pembengkakan invaginasi terjadi akibat edema dan
perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja mengandung darah, kadang-kadang mengandung
mukus
Pada invaginasi dapat berakibat obstruksi strangulasi.Obstruksi yang terjadi secara mendadak ini,
akan menyebabkan bagiian apex invaginasimenjadi oedem dan kaku, jika hal ini telah terjadi
maka tidak mungkin untuk kembali normal secara spontan.Pada sebagian besar kasus invaginasi
keadaan ini terjadi pada daerah ileo caecal.Apabila terjadi obstruksi system llimfatik dan vena
mesenterial, akibat penyakit berjalan progresif dimana ileum dan mesenterium masuk kedalam
caecum dan colon, akan dijumpai mukosaintussusseptum menjadi oedem dan kaku.
Mengakibatkan obstruksi yang pada akhirnya akan dijumpai keadaan strangulasi dan perforasi
usus.



GEJALA
Manifestasi penyakit mulai tampak dalam waktu 324 jam setelah terjadi invaginasi. Gejala-
gejala sebagai tanda-tanda obstruksi usus yaitu nyeri perut, muntah dan perdarahan. Nyeri perut
bersifat serangan setiap 15-30 menit, lamanya 1--2 menit.. Di antara 2 serangan, bayi kelihatan
sehat. Perut berbentuk Scaphoid
Serangan nyeri sudah dapat ditemukan pada anak kurang 1 tahun (60,7%), 81,8% pada
umur 1--2 tahun dan 91% pada umur lebih 2 tahun. Pada anak besar lebih 2 tahun, nyeri perut
merupakan gejala yang menyolok. biasanya nyeri disusul oleh muntah. Pada bayi kecil muntah
malahan dapat sebagai gejala pertama.
Muntah mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung, kemudian berisi
empedu. Sebanyak 95,5% gejala muntah terjadi pada anak berumur kurang dari 2 tahun.
Timbulnya muntah dapat tejadi 3 jam pertama setelah berlangsungnya penyakit, masing-masing
73% pada umur kurang 2 tahun dan 52% pada umur lebih 2 tahun. Gejala muntah lebih sering
pada invaginasi usus halus bagian atas jejunum dan ileum daripada ileo-colica.
Setelah serangan kolik yang petama, tinja masih normal, kemudian disusul oleh defekasi
darah bercampur lendir (currant jelly stool). Yang berasal dari intususeptum yang terbendung,
tertekan atau seudah mengalami strangulasi. Bila invaginasi disertai strangulasi harus di ingat
kemungkinan terjadinya peritonitis setelah perforasi. Pada 59% penderita, perdarahan terjadi
dalam waktu 12 jam
Darah lendir berwarna segar pada awal penyakit, kemudian berangsur-angsur bercampur
jaringan nekrosis, disebut terry stool oleh karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah.


DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis invaginasi dapat dilakukan anamnese, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan rontgen, dan reposisi enema barium (Jong, 2004) dan (Pickering, 2000) :
1. Anamnese
Anamnese dengan keluarga dapat diketahui gejala-gejala yang timbul dari riwayat pasien
sebelum timbulnya gejala, misalnya sebelum sakit, anak ada riwayat dipijat, diberi makanan
padat padahal umur anak dibawah 4 bulan.
2. Pemeriksaan fisik
- inspeksi sukar sekali membedakan prolapsus rektum dari invaginasi. Invaginasi didapatkan
invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara sirkuler dengan
dinding anus.
- palpasi teraba sausage shape, suatu massa yang posisinya mengikuti garis usus colon ascendens
sampai ke sigmoid dan rektum.Massa tumor sukar diraba bila berada di belakang hepar atau pada
dinding yang tegang.
- perkusi
pada tempat invaginasi terkesan suatu rongga kosong. Pada auskultasi bising usus terdengar
meninggi selama serangan kolik menjadi normal kembali di luar serangan.
Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rektum pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba
ujung invaginasi seperti porsio uterus disebut pseudoporsio. Pada sarung tangan terdapat lendir
dan darah. Harus dibedakan dengan prolapsus rektum.
3. Pemeriksaan Rontgen
Foto polos abdomen dapat menunjukkan padatan di daerah invaginasi. Dibuat dalam 2 arah,
posisi supine dan lateral dekubi tus kiri. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posisi penderita yang
dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi
ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya perforasi.
Gambaran X-ray pada invaginasi ileo-coecal memperlihatkan daerah bebas udara yang fossa
iliaca kanan karena terisi massa. Pada invaginasi tingkat lanjut kelihatan air fluid levels.
4. Reposisi barium enema
Reposisi hidrostatik dengan cara memasukkan bariummelalui anus menggunakan kateter dengan
tekanan hidrostatik tidak boleh melewati satu meter air dan tidak boleh dilakukan pengurutan
atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik, dapat dikerjakan
sekaligus sewaktu diagnosis Rontgen ditegakkan, syaratnya adalah keadaan umum mengizinkan,
tidak ada gejala dan tanda rangsangan peritoneum, anak tidak toksik, dan tidak terdapat obstruksi
tinggi. Pengelolaan berhasil jika barium kelihatan masuk ileum.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu foto polos abdomen dan reposisi barium
enema.
1.Foto polos abdomen memperlihatkan bagian proksimal invaginasi banyak udara sedangkan
bagian kanan kosong.
2.Reposisi barium enema di bawah fluoroskopi didapati gambaran cupping dari invaginasi
(pemeriksaan ini kontraindikasi bila sudah terdapat tanda- tanda peritonitis).
Foto polos abdomen dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral
dekubitus kiri ialah posisi penderita yang dibaringkan dengan bagian kiri di atas meja dan sinar
dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi
adanya perforasi.
Gambaran X-ray pada invaginasi ileo-coecal memper-lihatkan daerah bebas udara yang fossa
iliaca kanan karena terisi massa. Pada invaginasi tingkat lanjut kelihatan air fluid level.
Gambaran Klinis
Secara klasik perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran sebagai berikut :
Anak atau bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba tiba
menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti kejang
dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit.
Diluar serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi
proses invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya berulang ulang dengan jarak waktu 15 20
menit,lama serangan 2 3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti dengan
muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung, sesudah beberapa kali serangan dan
setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si penderita terlihat lelah dan lesu dan
tertidur sampai datang serangan kembali. Proses invaginasi pada mulanya belum terjadi
gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa, kemudian
feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa darah segar bercampur
lendir tanpa feses.Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan
demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai suatu massa tumor
berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri bawah.
lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut bagian kanan
bawah teraba kosong yang disebut dances sign ini akibat caecum dan kolon naik ke atas, ikut
proses invaginasi.Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan
gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi
mukosa usus, ini memperlihatkan gejala berak darah dan lendir, tanda ini baru dijumpai sesudah
6 8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang kadang sesudah 12 jam. Berak darah lendir
ini bervariasijumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan
colok dubur.
Sesudah 18 24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat partial berubah
menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah, sehingga pasien
dijumpai dengan tanda tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan gambaran peristaltik
usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi.Oleh karena perut kembung maka massa
tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya berupa darah dan lendir. Apabila keadaan ini
berlanjut terus akan dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan
terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis
usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
Pemeriksaan colok dubur didapati:
Tonus sphincter melemah, mungkin invaginat dapat diraba berupa massa seperti portio
Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.
Perlu perhatian bahwa untuk penderita malnutrisi gejala gejala invaginasi tidak khas, tanda
tanda obstruksi usus berhari hari baru timbul, pada penderita ini tidak jelas tanda adanya
sakit berat, defekasi tidak ada darah, invaginasi dapat mengalami prolaps melewati anus, hal ini
mungkindisebabkan pada pasien malnutrisi tonus yang melemah, sehingga obstruksi tidak cepat
timbul. Suatu keadaan disebut dengan invaginasi atipikal, bila kasus itu gagal dibuat diagnosa
yangtepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini kebanyakan terjadi karena
ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak lazim pada penderita.
1.8.Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa invaginasi didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan radiologi.
Gejala klinis yang menonjol dari invaginasi adalah suatu trias gejala yang terdiri dari :
1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba tiba, nyeri bersifat serang serangan nyeri
menghilang selama 10 20 menit, kemudian timbul lagi serangan baru.
2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas
tengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir
Bila penderita terlambat memeriksakan diri, maka sukar untuk meraba adanya tumor, oleh
karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang kepada gejala trias invaginasi.
Mengingat invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah satu tahun, sedangkan penyakit
disentri umumnya terjadi pada anak anak yang mulai berjalan dan mulai bermain sendiri maka
apabila ada apasien datang berumur di bawah satu tahun, sakit perut yang bersifat kolik
sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada muntah, buang air besar campur darah
dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan invaginasi.
1.9.Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit ( leukositosis
>10.000/mm).
1.10. Pemeriksaan Radiologi
Photo polos abdomen : didapatkan distribusi udara didalam usus tidak merata, usus terdesak ke
kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda tanda obstruksi usus dengan gambaran air fluid
level.Dapat terlihat free air bilah terjadi perforasi.
Barium enema : dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk diagnosis dikerjakan bila
gejala gejala klinik meragukan, pada barium enema akan tampak gambaran cupping, coiled
spring appearance.
Penatalaksanaan
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan diberikan, jika
pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama maka akan memberikan
prognosis yang lebih baik.Penatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan
anak sejak dahulu mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :
1. Reduksi dengan barium enema
2. Reduksi dengan operasi
Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan, resusitasi cairan,
dekompressi dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase
ususdan hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai peninggian dari jumlah leukosit maka saat
ini antibiotika berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat diberikan
(1mg/ kg BB)untuk menghilangkan rasa sakit.
Reduksi Dengan Barium Enema
Telah disebutkan pada bab terdahulu bahwa barium enema berfungsi dalam diagnostik dan
terapi. Barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi seperti :
Adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto abdomen
Dijumpai tanda tanda peritonitis
Gejala invaginasi sudah lewat dari 24 jam
Dijumpai tanda tanda dehidrasi berat.
Usia penderita diatas 2 tahun
Hasil reduksi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis atau gelisah
karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu.Kateter yang telah diolesi
pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester, melalui kateter bubur barium
dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja penderita dan aliran bubur barium
dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat
foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon transversum dan bagian proksimal kolon
descendens.Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses reduksi sedang berlanjut,
tetapi bilakolom bubur barium berhenti dapat diulangi 2 3 kali dengan jarak waktu 3 5 menit.
Reduksi dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahankan selama 10 15 menit tetapi tidak
dijumpai kemajuan. Antara percobaan reduksi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium
dievakuasi terlebih dahulu.
Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila :
Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses dan
udara.
Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus, jadi
adanya refluks ke dalam ileum.
Hilangnya massa tumor di abdomen.
Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test positif.
Penderita perlu dirawat inap selama 2 3 hari karena sering dijumpai kekambuhan selama 36
jam pertama.Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada beberapa hal antara lain, waktu sejak
timbulnya gejalapertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan teknis pelaksanaannya,
Reduksi Dengan Tindakan Operasi
1. Memperbaiki keadaan umum
Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan tindakan operasi sebelum
terlebih dahulu keadaan umum pasien diperbaiki.
Universitas Sumatera UtaraPasien baru boleh dioperasi apabila sudah yakin bahwa perfusi
jaringan telah baik, hal ini ditandai apabila produksi urine sekitar 0,5 1 cc/kg BB/jam. Nadi
kurang dari 120x/menit,pernafasan tidak melebihi 40x/menit, akral yang tadinya dingin dan
lembab telah berubah menjadi hangat dan kering, turgor kulit mulai membaik dan temperature
badan tidak lebih dari 38 C.
Biasanya perfusi jaringan akan baik apabila setengah dari perhitungan dehidrasi telah masuk,
sisanya dapat diberikan sambil operasi berjalan dan pasca bedah.
Yang dilakukan dalam usaha memperbaiki keadaan umum adalah :
a. Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi (resusitasi).
b. Tindakan dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung.
c. Pemberian antibiotika dan sedatif.
Suatu kesalahan besar apabila buru buru melakukan operasi karena takut usus menjadi nekrosis
padahal perfusi jaringan masih buruk.Harus diingat bahwa obat anestesi dan stress operasi akan
memperberat keadaan umum penderita serta perfusi jaringan yang belum baik akan
menyebabkan bertumpuknya hasil metabolik di jaringan yang seharusnya dibuang lewat ginjal
dan pernafasan, begitu pula perfusi jaringan yang belum baik akan mengakibatkan oksigenasi
jaringan akan buruk pula. Bila dipaksakan kelainan kelainan itu akan irreversible.

2. Tindakan untuk mereposisi usus
Tindakan selama operaasi tergantung kepada penemuan keadaan usus, reposisi manual dengan
cara milking dilakukan dengan halus dan sabar, juga bergantung pada keterampilan dan
pengalaman operator. Insisi operasi untuk tindakan ini dilakukan secara transversal (melintang),
pada anak anak dibawah umur 2 tahun dianjurkan insisi transversal supraumbilikal oleh karena
letaknya relatif lebih tinggi.
Ada juga yang menganjurkan insisi transversal infraumbilikal dengan alasan lebih mudah untuk
eksplorasi malrotasi usus, mereduksi invaginasi dan tindakan apendektomi bila dibutuhkan.
Tidak ada batasan yang tegas kapan kita harus berhenti mencoba reposisi manual itu.
Reseksi usus dilakukan apabila : pada kasus yang tidak berhasil direduksi dengan cara manual,
bila viabilitas usus diragukan atauditemukan kelainan patologis sebagai penyebab invaginasi.
Setelah usus direseksi dilakukan anastomosis end to end, apabila hal ini memungkinkan, bila
tidak mungkin maka dilakukan exteriorisasi atau enterostomi.
1.13. Perawatan Pasca Operasi
Pada kasus tanpa reseksi Nasogastric tube berguna sebagai dekompresi pada saluran
cerna selama 1 2 hari dan penderita tetap dengan infus. Setelah oedem dari intestine
menghilang, pasase dan peristaltik akan segera terdengar. Kembalinya fungsi intestine ditandai
dengan menghilangnya cairan kehijauan dari nasogastric tube. Abdomen menjadi lunak, tidak
distensi. Dapat juga didapati peningkatan suhu tubuh pasca operasi yang akan turun secara
perlahan. Antibiotika dapat diberikan satu kali pemberian pada kasus dengan reduksi. Pada kasus
dengan reseksi perawatan menjadi lebih lama.

.

Anda mungkin juga menyukai

  • HNP
    HNP
    Dokumen34 halaman
    HNP
    Ayu Anissa Bahri
    Belum ada peringkat
  • No - Docx Portofolio
    No - Docx Portofolio
    Dokumen14 halaman
    No - Docx Portofolio
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Portofolio HNP
    Portofolio HNP
    Dokumen15 halaman
    Portofolio HNP
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Fingertip Injury
    Fingertip Injury
    Dokumen32 halaman
    Fingertip Injury
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Obstruksi Bilier
    Obstruksi Bilier
    Dokumen25 halaman
    Obstruksi Bilier
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Proctitis Isti
    Lapkas Proctitis Isti
    Dokumen25 halaman
    Lapkas Proctitis Isti
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Status Obstetri
    Status Obstetri
    Dokumen13 halaman
    Status Obstetri
    Kadek Widhiana Utami
    Belum ada peringkat
  • Documents - Tips Laporan Kasus 1 Morbili DR HJ Roito Elmina GH SP A
    Documents - Tips Laporan Kasus 1 Morbili DR HJ Roito Elmina GH SP A
    Dokumen26 halaman
    Documents - Tips Laporan Kasus 1 Morbili DR HJ Roito Elmina GH SP A
    chandra
    Belum ada peringkat
  • Obstruksi Bilier
    Obstruksi Bilier
    Dokumen25 halaman
    Obstruksi Bilier
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Ikterus Obstruktif
    Ikterus Obstruktif
    Dokumen28 halaman
    Ikterus Obstruktif
    Azmi Vivi Elvita
    Belum ada peringkat
  • Orchritis 97
    Orchritis 97
    Dokumen23 halaman
    Orchritis 97
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Obstuksi Bilier PPT 97
    Obstuksi Bilier PPT 97
    Dokumen22 halaman
    Obstuksi Bilier PPT 97
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Fingertip Injury
    Fingertip Injury
    Dokumen32 halaman
    Fingertip Injury
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Vulnus
    Laporan Kasus Vulnus
    Dokumen14 halaman
    Laporan Kasus Vulnus
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    100% (2)
  • Penyalahgunaan Naza
    Penyalahgunaan Naza
    Dokumen50 halaman
    Penyalahgunaan Naza
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Vulnus
    Laporan Kasus Vulnus
    Dokumen14 halaman
    Laporan Kasus Vulnus
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    100% (2)
  • Fingertip Injury
    Fingertip Injury
    Dokumen32 halaman
    Fingertip Injury
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • WORD Talamus
    WORD Talamus
    Dokumen41 halaman
    WORD Talamus
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • An Tropo Metri
    An Tropo Metri
    Dokumen3 halaman
    An Tropo Metri
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Portofolio HNP
    Portofolio HNP
    Dokumen15 halaman
    Portofolio HNP
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Morbili
    Lapkas Morbili
    Dokumen26 halaman
    Lapkas Morbili
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • HNP
    HNP
    Dokumen34 halaman
    HNP
    Ayu Anissa Bahri
    Belum ada peringkat
  • Cover Ujian Mata
    Cover Ujian Mata
    Dokumen1 halaman
    Cover Ujian Mata
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Asepsis Dan Antisepsis
    Asepsis Dan Antisepsis
    Dokumen19 halaman
    Asepsis Dan Antisepsis
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    100% (1)
  • SKOLIOSIS
    SKOLIOSIS
    Dokumen20 halaman
    SKOLIOSIS
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • CBT THT
    CBT THT
    Dokumen11 halaman
    CBT THT
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat
  • Proposal Gizi PKM Be-Check
    Proposal Gizi PKM Be-Check
    Dokumen12 halaman
    Proposal Gizi PKM Be-Check
    Rimasari Istiqomah Polhaupessy
    Belum ada peringkat