Anda di halaman 1dari 16

61.

HEMOROID
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik
Faktor predisposisi hemoroid, yaitu: herediter, anatomi, makanan, pekerjaan, psikis, dan
sanisitas
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
Hemoroid intern adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi
oleh mukosa. Sedangkan, Hemoroid ekstern yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemoroid inferior terletak disebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel
anus.
Hemoroid interna dikelompokan dalam empat derajat yaitu :
Derajat I : Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa nyeri pada waktu defekasi.
Derajat II : Menonjol melalui kanalis analis pada saat mengedam ringan tetapi dapat
masuk kembali secara spontan
Derajat III : Hemoroid menonjol saat mengedam dan harus didorong kembali sesudah defekasi
Derajat IV : Merupakan hemoroid yang menonjol keluar dan tidak dapat didorong masuk
kembali.

Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis :
Akut: Berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan merupakan suatu hematoma
walaupun disebut sebagai hemoroid thrombosis eksternal akut.
Kronis : Berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan
sedikit pembuluh darah.

Gejala Klinis
Tanda utama biasanya adalah perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah segar, tidak
bercampur dengan feses, dan jumlahnya bervariasi. Bila hemoroid bertambah besar maka dapat
terjadi prolaps. Pada awalnya biasanya dapat tereduksi spontan. Pada tahap lanjut, pasien harus
memasukkan sendiri setelah defekasi. Dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak
dapat dimasukkan. Kotoran di pakaian dalam menjadi tanda hemoroid yang mengalami prolaps
permanen. Kulit di daerah perinial akan mengalami iritasi. Nyeri akan terjadi bila timbul
trombosis luas dengan edema dan peradangan.
Terapi
Untuk hemoroid derajat I dan II dapat diobati dengan tindakan lokal dan anjuran diet.
Hilangkan faktor penyebab, misalnya obstipasi, dengan diet rendah sisa, banyak makan makanan
berserat dan mengurangi daging serta penderita dilarang makan makanan yang merangsang.
Bila ada infeksi berikan antibiotik peroral. Bila terdapat nyeri yang terus- menerus dapat
diberikan supositoria atau salep rektal untuk anestesi dan pelembab kulit. Untuk melancarkan
defekasi saja dapat diberikan cairan parafin atau larutan magnesium sulfat 10 %. Bila dengan
pengobatan tersebut tidak ada perbaikan, berikan terapi sklerosing dengan menyuntikan zat
sklerosing (sodium moruat 5% atau fenol).
Untuk hemoroid yang meradang akut, yang mengalami trombosis dan yang prolaps
dapat disuntik dengan campuran anastetik lokal danhialuronidase ( 10 ml bupivakain 0,25%(
marcaine) dengan epinefrin 1 :200.000 ditambah 150 unit hialuronidase).
Untuk hemoroid yang melebar atau menonjol, ligasi adalah terapi terbaik ( rubber band
ligation). Untuk hemoroid yang kronis tersedia berbagai pilihan, ternasuk injeksi dengan obat
sklerosa, ligase karet gelang, bedah krio, dilasi anal, sfinkterotomi internal lateral, koagulasi
inframerah, elektrokoagulasi bipolar, dan lemorodiktomi.
Tindakan bedah diperlukan bagi pasien dengan keluhan kronis dan hemoroid derajat tiga
atau empat. Prinsip utama hemoroidektomi adalah eksisi hanya pada jaringan yang menonjol dan
eksisi konservatif kulit serta anoderm normal.

62. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. Adapula yang
mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik
(patogenik : yang menyebabkan penyakit) pada urine, uretra (uretra : saluran yang
menghubungkan kandung kemih dengan dunia luar), kandung kemih, atau ginjal.
Penyebab:
Escherichia coli adalah penyebab paling umum pada anak-anak, hingga 80%.
Staphylococcus saprophyticus
Proteus mirabilis. Selain menyebabkan infeksi, bakteri ini mengeluarkan zat yang dapat
memfasilitasi pembentukan batu di saluran kemih.
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan ISK adalah beberapa bakteri yang umumnya
menginfeksi saluran cerna dan Candida albicans, jamur yang umumnya menginfeksi pasien
dengan kateter (kateter : semacam selang) pada saluran kemihnya, kekebalan tubuh yang rendah,
diabetes mellitus, atau pasien dalam terapi antibiotik.
Faktor risiko ISK seperti : kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih, gangguan
pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying), konstipasi, operasi saluran kemih,
kekebalan tubuh yang rendah.

Gejala Klinis
Gejala yang dapat timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik, dan seperti telah
diungkapkan sebelumnya, banyak yang hanya disertai demam sebagai gejala. Dua kategori klinis
dari ISK adalah pyelonefritis akut atau ISK atas dan sistitis akut atau ISK bawah.
Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah: demam, menggigil, nyeri panggul dan
pinggang, nyeri ketika berkemih, malaise, pusing, mual dan muntah. Sedangkan, tanda dan
gejala ISK pada bagian bawah adalah: nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih, spasme
pada area kandung kemih dan suprapubis, hematuria, nyeri punggung dapat terjadi, disuria,
polakisuria, kencing mengejan, tanpa demam.

Terapi
Tatalaksana umum atasi demam, muntah, dehidrasi dll dianjurkan minum banyak aIr putih dan
jangan membiasakan menahan kencing. Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin
(pyridium) 7 10 mg/kgBB/hari. Factor predidposisi di cari dan dihilangkan. Tatalaksana khusus
ditujukan terhadap 3 hal yaitu pengobatan infeksi akut, pengobatan dan pencegahan infeksi
berulang, serta deteksi dan koreksi bedah terhadap kelainan anatomis saluran kemih. Penanganan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agen antibakterial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin
digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini

63. GONORE
Gonore adalah penyakit menular seksual ang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam saluran kandung kemih, leher rahim, rectum, tenggorokan, serta
bagian putih mata.
Faktor risiko Gonorrhea: memiliki banyak pasangan seks, melakukan hubungan seksual tanpa
kondom, ibu hamil yang menderita gonore

Gejala Klinis
Pada pria, akan keluar nanah dari dari saluran kencing dan rasanya sangat panas seperti
terbakar,
Pada wanita, infeksi dapat terjadi pada saluran kencing, vagina ataupun cervic.
Wanita juga bisa merasakan nyeri perut yang sangat hebat
Bertambahnya cairan yang keluar dari vagina
Ujung buah zakar berwarna merah dan membengkak
Merasakan sakit yang luar biasa saat buang air kecil
Air kencing berwarna kuning kehijauan

Terapi
Pengobatan gonore biasanya dengan suntikan tunggal seftriakson intramuskuler (melalui otot)
atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan
doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di
rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, infus).
64. PIELONEFRITIS
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut
maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila
pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang
disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal
dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen
atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)

Pielonefritis ada 2, yaitu:
1. Pielonefritis Akuta
Dijumpai pada 2 % dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak di jumpai pada triwulan ke III.
3 % Wanita dengan urine steril dan 30% wanita dengan bakteri uria menimbulkan pielitis
dalam kehamilan
2. Pielonefritis Kronika
Penyakit ini biasanya menahun, mungkin sebelumnya telah menderita sistitis atau
pielonefritis akut

Penyebab
Eschericia coli
Stafilokokus aureus
Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa
Cara penjalaran bisa melalui:
- Dari kandung kemih naik ke atas (assenden)
- Pembuluh darah dan pembuluh limpa

Gejala Klinis
Demam tinggi, menggigil, sakit pinggang hebat, mual-muntah, nafsu makan kurang, dan anuria.

Terapi
1. Sebaiknya hati-hati pemakaian kateter biasa dan kateter menetap; kalau dapat dihindari
2. Kalau harus dipakai, berikan obat anti bacterial
3. Wanita harus istirahat berbaring miring ke sisi yang tidak sakit
4. Sebelum memberikan obat, lakukan uji kepekaan obat barulah di berikan obat anti bacterial
yang tepat, biasanya selama 10-12 hari
5. Awasi penderita untuk kemungkinan adanya residif


65. FIMOSIS
Fimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretraksi ke proximal
sampai ke korona glandis.
Penyebab
Kongenital (fimosis fisiologis). Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir
sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja.
Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian
setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk, peradangan
kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan
jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.
Gejala Klinis
prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, ballooning, sakit saat berkemih, sulit kencing, pancaran
kencing sedikit
Terapi
- Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat menimbulkan luka dan
terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder.
- Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone 0,1% yang
dioleskan 3/4 kali, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian prepusium dapat diretraksi
spontan.
- Fimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi atau
infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi, dimana pada fimosis disertai
balanitis/postitis harus diberikan antibiotika terlebih dahulu.




66. PARAFIMOSIS
Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi sampai disulkus koronarius tidak dapat
dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius.

Penyebab
Menarik (retraksi) prepusium ke proksimal biasanya dilakukan pada saat bersenggama/
masturbasi atau sehabis pemasangan kateter.

Terapi
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans selama
3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada
tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga
prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema dan proses inflamasi menghilang,
pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi. Walaupun demikian, setelah parafimosis diatasi
secara darurat, selanjutnya diperlukan tindakan sirkumsisi secara berencana oleh karena kondisi
parafimosis tersebut dapat berulang atau kambuh kembali.



67. SINDROM DUH (DISCHARGE) GENITAL

Penyakit-penyakit yang termasuk sindrom duh tubuh vaginal: infeksi Chlamydia, vaginosis
bakterialis, kandidiasis vulvovaginalis, trikomoniasis, vaginitis aerob, vaginitis non-infeksi
Penyebab duh tubuh vagina abnormal: kandidiasis vulvovaginal (27% kasus), vaginosis
bakterialis (21% kasus), trikomoniasis (8% kasus), Chlamydia trachomatis (2% kasus), Neisseria
gonorrhea (1% kasus), penyebab non-infeksi(misalnya pemakaian tampon,kondom, kimia,
trauma fisik, jaringan granulasi, fistula, neoplasia; 34% kasus).
Faktor risiko Penyakit Menular Seksual (PMS): usia kurang dari 25 tahun, tidak menggunakan
kondom, berganti pasangan seksual dalam 3 bulan terakhir, sering berganti pasangan atau kontak
multiple, gejala positif pada pasangan, penyakit menular seksual sebelumnya, komplikasi
penyakit menular seksual, perilaku pasangan seksual yang berisiko.
Gejala klinis
Vaginosis bakterialis (duh tubuh vagina homogen, tipis, berwarna agak kelabu), infeksi
Chlamydia (duh tubuh endoserviks kuning dan kental, serviks mudah berdarah), kandidiasis
vulvovaginalis (rasa gatal/terbakar, duh tebal, tidak berbau, konsistensi seperti keju, eritema
vulva dan vagina), trikomoniasis (asimtomatik, duh tubuh vagina purulen dan berbau, lesi titik-
titik pendarahan pada serviks), vaginitis aerob (duh tubuh vagina purulen), vaginitis non-infeksi
(duh tubuh vagina fisiologis)
Terapi
Kandidiasis vulvovaginalis dan vaginosis bakterialis: antijamur golongan azol (misalnya,
metronidazol)


68. VAGINITIS DAN VULVITIS
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Sedangkan, vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita)
Penyebab:
Infeksi: Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus), jamur (misalnya kandida), protozoa (misalnya
Trichomonas vaginalis), virus (virus papiloma manusia dan virus )
Zat atau benda ang bersifat iritatif: spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks
dan spons, sabun cuci dan pelembut pakaian, deodorant, zat di dalam air mandi, pembilas vagina,
pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat, tinja, tumor
atau jaringan abnormal lainnya, terapi penyinaran, obat-obatan, perubahan hormonal.
Beberapa gejala yang umum ditemui pada vulvovaginitis: adana iritasi dan rasa gatal pada
daerah genital, peradangan (iritasi, kemerahan, dan pembengkakan) pada labia dan daerah
perineum, keluarnya cairan dari vagina, ada bau busuk pada vagina, rasa tidak naman atau
seperti terbakar saat berkemih.
Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis
Jenis Infeksi Pengobatan
Jamur Miconazole, clotrimazole, butoconazole atau terconazole (krim,
tablet vagina atau supositoria)
Fluconazole atau ketoconazole (tablet)
Bakteri Biasanya metronidazole atau clindamycin (tablet vagina) atau
metronidazole (tablet).
Jika penyebabnya gonokokus biasanya diberikan suntikan
ceftriaxon & tablet doxicyclin
Klamidia Doxicyclin atau azithromycin (tablet)
Trikomonas Metronidazole (tablet)
Virus papiloma manusia
(kutil genitalis)
Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi ang berat
digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan ke kutil)
Virus herpes Acyclovir (tablet atau salep)

69. VAGINOSIS BAKTERIAL

Vaginosis Bakterial VB adalah penyakit pada vagina yang disebabkan oleh bakteri. Oleh
CDC-centre of disease control tidak dimasukkan kedalam golongan IMS-Infeksi Menular
Seksual. VB disebabkan oleh gangguan kesimbangan flora bakteri vagina dan seringkali
dikacaukan dengan infeksi jamur (kandidiasis) atau infeksi trikomonas.

Penyebab
Mikroorganisme yang terkait dengan VB sangat beragam dan diantaranya adalahGardnerella
vaginalis, Mobiluncus, Bacteroides, danMycoplasma
Gejala Klinis
Gejala utama VB adalah keputihan homogen yang abnormal (terutama pasca sanggama) dengan
bau tidak sedap. Cairan keputihan berada di dinding vagina dan tidak disertai iritasi, nyeri atau
eritema.Tak seperti halnya dengan keputihan vagina normal, keputihan pada VB jumlahnya
bervariasi dan umumnya menghilang sekitar 2 minggu sebelum haid.
Diagnosis
Diagnosis VB atas dasar Kriteria Amsel: Cairan vagina berwarna putih kekuningan, encer dan
homogen, Clue cells pada pemeriksaan mikroskopik, pH vagina >4.5, Whiff Test positif (bau
amis timbul setelah pada cairan vagina diteteskan larutan KOH - potassium hydroxide.
Konfirmasi diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 4 kriteria diatas
Terapi
Antibiotika Metronidazole atau clindamycin peroral atau lokal adalah trerapi yang
efektif
.
Namun angka kekambuhan juga cukup tinggi. Regimen medikamentosa umum adalah
Metronidazol 2x500 mg (setiap 12 jam) selama 7 hari
.
Dosis tunggal tidak dianjurkan oleh
efektivitasnya rendah. Tidak diperlukan terapi pada pasangan seksual.


70. SALPINGITIS

Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba . Hal ini sering digunakan secara
sinonim dengan penyakit radang panggul (PID), meskipun PID tidak memiliki definisi yang
akurat dan dapat merujuk pada beberapa penyakit pada saluran kelamin bagian atas perempuan,
seperti endometritis,ooforitis, myometritis, parametritis dan infeksi pada panggul peritoneum.
Sebaliknya, salpingitis hanya merujuk infeksi dan peradangan di saluran tuba.
Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama
kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa
masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD,
persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).

Penyebab
Beberapa bakteri yang paling umum menyebabkan salpingitis meliputi: Klamidia, Gonococcus
(yang menyebabkan gonore), Mycoplasma, Staphylococcus, Streptococcus. Penyebab lainnya
yang lebih jarang terjadi adalah: Aktinomikosis (infeksi bakteri), Skistosomiasis (infeksi parasit),
Tuberkulosis.

Gejala Klinis
Gejala salpingitis dapat mencakup: Vagina abnormal (seperti warna atau bau yang tidak biasa),
Bercak antara periode, Dismenorea (menyakitkan periode), Sakit saat ovulasi, Tidak nyaman
atau sakit saat hubungan seksual, Demam, Sakit perut di kedua sisi, Nyeri punggung bawah,
Sering buang air kecil, Mual dan muntah, Gejalanya biasanya muncul setelah periode
menstruasi.

Terapi
Wanita dengan PID atau salpingitis dapat berobat jalan maupun di rawat inap. Menurut Pelvic
Inflammatory Disease Evaluation and Clinical Health (PEACH) trial, 831 wanita dengan gejala
PID ringan biasanya menerima pasien rawat inap dengan pengobatan melalui intravena (IV) :
cefoxitin dan doxycycline, sedangkan untuk pesien rawat jalan diberi intramuskular (IM)
cefoxitin dan pemberian peroral untuk doxycycline. Jika tidak ada respon terhadap pemberian
antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga
menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan
hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.




71. ABORTUS SPONTAN KOMPLIT

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Abortus spontan Adalah terminasi kehamilan sebelum periode viabilitas janin atau sebelum
gestasi minggu ke 20 atau berat badan 500 gram. Abortus komplit adalah perdarahan pada
kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.

Jenis Abortus:
1. Abortus spontan dibagi menjadi: abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplit,
abortus komplit
2. Abortus Infeksiosa
3. Missed Abortion (Retensi Janin Mati)
4. Abortus Habitualis

Penyebab abortus, meliputi: kelainan hasil pertumbuhan konsepsi, kelainan pada plasenta,
penyakit ibu (seperti seperti pnemonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria ), kelainan
traktus genitalia.

Gejala Klinis
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup dan uterus sudah
banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap.

Terapi
1) Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet Ergometrin 3x1 tablet perhari untuk 3 hari.
2) Pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg per hari selama 2
minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi (susu, sayuran segar, ikan,
daging, telur). Untuk anemia berat, berikan tranfusi darah.
3) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau bila kawatir
akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis
4) Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.




72. ANEMIA DEEFISIENSI BESI PADA KEHAMILAN

Anemia pada wanita hamil didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada
trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh,
sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran
sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin
menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan
besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya
asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut
maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa
pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit.
Penyebab anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu :
1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
3. Kurangnya zat besi dalam makanan
4. Kebutuhan zat besi meningkat
5. Gangguan pencernaan dan absorbsi
Pada ibu hamil, beberapa faktor risiko yang berperan dalam meningkatkan prevalensi anemia
defisiensi zat besi, antara lain: umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun, pendidikan rendah, pekerja
berat, konsumsi tablet tambah darah < 90 butir, makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi

Gejala Klinis
Gejala anemia pada kehamilan yaitu: ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, palpitasi, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas
pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda, perubahan
jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada
criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (11 gr/dl), anemia
ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Dampak anemia pada kehamilan
bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan
abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,
perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi
dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,
mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain)

Terapi
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi
mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Dosis yang dianjurkan dalam satu
hari adalah dua tablet (satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 mg asam folat) yang dimakan
selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi


73. INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) BAGIAN BAWAH
Sistitis adalah infeksi pada kandung kemih. Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada
wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih
secara berulang.

Penyebab
E.coli (organisme paling sering, pada 80 90% kasus); Juga Klebsiella, Pseudomonas, grup B
Streptococcus dan Proteus mirabilis

Gejala Klinis
Infeksi kandung kemih biasanya menyebabkan desakan untuk buang air kecil dan rasa terbakar
atau nyeri selama buang air kecil, nyeri biasanya dirasakan di atas tulang kemaluan dan sering
juga dirasakan di punggung sebelah bawah. Gejala lainnya adalah nokturia (sering buang air
kecil di malam hari), urin tampak berawan dan mengandung darah. Kadang infeksi kandung
kemih tidak menimbulkan gejala dan diketahui pada saat pemeriksaan urin. Sistitis tanpa gejala
terutama sering terjadi pada usia lanjut, yang bisa menderita inkontinensia uri sebagai akibatnya.

Terapi
Pada usia lanjut, infeksi tanpa gejala biasanya tidak memerlukan pengobatan.Untuk sistitis r
ingan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak cairan. Pemberian antibiotik
peroral seperti kotrimoksazol atau siprofloksasin selama 5 hari biasanya efektif, selama belum
timbul komplikasi. Jika infeksinya kebal, biasanya antibiotik diberikan selama 7 10 hari.Untuk
meringankan kejang otot bisa diberikan atropin. Gejalanya seringkali bisa dikurangi dengan
membuat suasana urin menjadi basa, yaitu dengan meminum baking soda yang dilarutkan dalam
air. Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih (uropati obstruktif)
atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah
terjadi.Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi ke seluruh tubuh.


74. URETRITIS
Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan
sebagai infeksi gonore dan nongonore.
Uretritis terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Uretritis akut, terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya oleh karena prostat
mengalami infeksi
2. Uretritis kronis, infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang tidak sempurna pada masa
akut, prostatitis kronik, atau striktur uretra
Penyebab
Uretritis gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrheae. Sedangkan, uretritis nongonore
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
Gejala Klinis
Terdapat cairan eksudat yang purulen, mukosa merah dan edema, ada ulserasi pada uretra, rasa
gatal
Terapi
Antibiotik, antiinflamasi, kemoterapi


75. KEHAMILAN NORMAL

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan.

Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir.

1. Pembagian Umur Kehamilan
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 bagian, masing-masing:
Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu)
Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu)
Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu) (Hanifa W, 2005)

2. Gambaran Kehamilan Normal
Gambaran dari kategori diagnosis kehamilan normal adalah:
Ibu sehat
Tidak ada riwayat obstetri buruk
Ukuran uterus sama atau sesuai usia kehamilan
Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal

Tanda Bahaya Kehamilan
Beberapa tanda bahaya dalam kehamilan yang perlu diwaspadai karena dapat membahayakan
saat hamil dan meningkatkan bahaya terhadap bayi, yaitu:
1. Terjadi perdarahan pervaginam.
Terjadi pengeluaran abnormal, yaitu darah pervaginam, cairan yang cukup banyak, dan darah
bercampur lendir. Perdarahan seperti haid atau lebih banyak lagi, ibu dan janin dalam bahaya
yang mungkin merenggut nyawa mereka.

Perdarahan setelah usia 20 minggu disebut juga hemoragia ante partum (HAP). Dapat
disebabkan oleh plasenta yang menutupi jalan lahir (placentae praevia), plasenta yang terlepas
dari tempat melekatnya pada dinding rongga rahim (solusio placentae), atau putusnya pembuluh
darah pada daerah selaput ketuban di sekitar mulut rahim (vasa praevia)).

2. Sakit kepala lebih dari biasa.
Sakit kepala di bagian frontalis yang lebih dari biasa merupakan tanda bahaya untuk eklampsia
yang membakat. Ibu mungkin akan mengalami kejang-kejang, janinnya mati, dan perdarahan
yang banyak setelah melahirkan.

3. Gangguan penglihatan.
Ibu merasakan perubahan penglihatan, pandangan menjadi kabur atau melihat bercak di depan
mata. Pada pre-eklampsia tampak edema pada retina, sehingga ditemukan gangguan penglihatan.
4. Pembengkakan pada wajah atau tangan.
Dengan gejala terjadi pembengkakan pada kelopak mata, muka, dan tangan/kaki atau
bertambahnya BB secara abnormal. Sedikit bengkak pada mata kaki dapat terjadi pada
kehamilan normal, namun bengkak pada tangan dan atau wajah merupakan tanda preeklampsi.
Jika ibu sulit melepaskan cincin atau gelang yang biasa dipakainya, serta mata kaki yang
bengkak dan menimbulkan cekungan yang tak cepat hilang bila ditekan, merupakan tanda
bengkak yang tidak normal.

Penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh biasanya dapat diketahui
dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada wajah atau tangan. Hal ini perlu
menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklampsia).
5. Nyeri abdomen (epigastrik).
Nyeri perut pada kehamilan usia 22 minggu atau kurang mungkin gejala utama pada kehamilan
ektopik atau abortus. Jika ibu mengeluh nyeri abdomen pada kehamilan lebih dari 22 minggu
kemungkinan persalinan preterm, solusio plasenta, atau amnionitis. Nyeri perut bawah secara
terus-menerus, yang kadang-kadang menjalar ke samping atau ke punggung yang tidak
berkurang dengan istirahat, mungkin hal ini disebabkan oleh infeksi kandung kencing, yang
dapat menyebabkan persalinan sebelum waktunya.
6. Janin tidak bergerak sebanyak biasanya.
Jika ibu merasakan gerakan janin berkurang atau hilang sesudah kehamilan 22 minggu
diagnosis kemungkinannya adalah solusio plasenta dan gawat janin. Janin berkurang geraknya,
janin mungkin kekurangan oksigen atau makanan dari ibunya, sehingga menjadi lemah atau
bahkan tewas.

Bila ditemukan satu atau lebih tanda bahaya tersebut, jelaskan kepada ibu dan keluarganya
bahwa keadaan itu mudah menimbulkan kegawatdaruratan. Anjurkan agar ibu segera dibawa ke
rumah sakit atautempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya, untuk mencegah kejadian yang tak
diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai