Anda di halaman 1dari 115

ANALISIS PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN

MELALUI PAYMENT ONLI NE SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN


WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN





Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi



Disusun oleh:
Samsiyah
NIM. 208082000003





JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
ANALISIS PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
MELALUI PAYMENT ONLI NE SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN
WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Samsiyah
NIM. 208082000003


Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II




Dr. Amilin SE., M.Si., Ak Wilda Farah SE,. M.Si., Ak
NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19830326 20091 2 205




JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF


Hari ini, tanggal 28 Mei 2012 telah dilakukan ujian komprehensif atas
Mahasiswa:
1. Nama : Samsiyah
2. NIM : 208082000003
3. Jurusan : Akuntansi Pajak
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan
Melalui Payment Online System Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan


Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Mei 2012


1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( )
NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua




2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris




3. Yulianti, SE,. M.Si ( )
NIP. 19820318 201101 2 011 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI


Hari ini Rabu, tanggal 19 Juni 2013 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa:
1. Nama : Samsiyah
2. NIM : 208082000003
3. Jurusan : Akuntansi Pajak
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan
Melalui Payment Online System Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan


Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Juni 2013

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( )
NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua


2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris


3. Drs. Abdul Hamid Cebba.Ak, MBA.,CPA ( )
NIP. 19620502199303 1 003 Penguji Ahli


4. Dr. Amilin SE., M.Si., Ak ( )
NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I



5. Wilda Farah SE,. M.Si., Ak ( )
NIP. 19830326 20091 2 205 Pembimbing II
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama Mahasiswa : Samsiyah
NIM : 208082000003
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi Pajak

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat den gan segala akibat yang timbul dikemudian
hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Juni 2013



(Samsiyah)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP


A. Data Pribadi
1. Nama : Samsiyah
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Januari 1990
3. Alamat : Jl. Delima Jaya II no. 18 Rempoa, Tangerang
Selatan, Ciputat Timur
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : H. Abdullah
6. Nama Ibu : Hj. Masudah F
7. Nomor Telepon : 085811381578
8. E-mail : samsame3166@yahoo.co.id

B. Data Pendidikan Formal
1. 1994 - 1996 : TK. Aisyiah Rempoa
2. 1996 - 2002 : SDN 09 Bintaro
3. 2002 - 2005 : SMPN 178 Jakarta
4. 2005 - 2008 : SMAN 87 Jakarta
5. 2008 - 2012 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta (Perpajakan).









vi
ABSTRACT


This research aims to know the influence of tax administration reform through
payment online system on compliance of taxpayers in property tax. The research
was conducted on the taxpayers in South and East Jakarta with judgement
sampling technique as the sampling method. The test used is simple regression.
The result showed that payment online system has a positive and significant
influence on compliance of taxpayers in property tax. According to data from The
Directorate General of Taxation, in 2003 to 2012, the payment online system has
increased the level of this compliance from year to year, especially the
compliance of taxpayers in property tax in South and East Jakarta.

Keywords: payment online system, tax compliance















vii
ABSTRAK


Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh reformasi administrasi
perpajakan melalui payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak bumi
dan bangunan, Penelitian ini dilakukan pada wajib pajak pada wilayah Jakarta
Selatan dan Jakarta Timur. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan
tekhnik judgement sampling. Uji yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil
penelitian menunjukan bahwa payment online system berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan berdasarkan data dirjen pajak
payment online system meningkatkan kepatuhan dari tahun ke tahun, hal tersebut
berdasarkan data tahun 2003 sampai 2012 yang meningkatkan jumlah wajib pajak
dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan di Jakarta Selatan dan Jakarta
Timur.


Kata kunci: payment online system, kepatuhan wajib pajak














viii
KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh
Reformasi Administrasi Perpajakan Melalui Payment Online System
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan. Shalawat beserta
salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabat. Peneliti sangat bersyukur atas selesainya penyusunan
skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan
program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta tetap
menuntun peneliti dijalan yang benar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Abah dan ummi tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih sayang,
perhatian dan doa yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis, serta adik-
adikku ipul dan viki serta seluruh keluarga yang telah menyemangati,
memberikan keceriaan, doa dan semangat untuk terus berusaha memberikan
yang terbaik.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Amilin SE.,M.Si,Ak selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna
penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan
selama ini.
ix
5. Ibu Wilda Farah, SE.,M.Si,Ak selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat,
dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga
akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan
konsultasi yang telah diberikan selama ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
8. Abdul Malik SE, suamiku yang selalu mendampingiku dan memberi semangat
9. Teman-teman seperjuangan khususnya Akuntansi A angkatan 2008 yang
sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas
akhir kuliah. Seluruh sahabat terbaik terima kasih atas bantuan, semangat dan
doanya.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi peneliti, suatu
kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua,
terima kasih banyak.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti
harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2013



(Samsiyah)
x
DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .............................................. iv
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v
Abstract ........................................................................................................... vi
Abstrak ........................................................................................................... vii
Kata Pengantar .............................................................................................. viii
Daftar Isi ........................................................................................................ x
Daftar Tabel ................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .............................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 16
A. Tinjauan Umum Pajak .............................................................. 16
1. Pengertian Pajak .................................................................. 16
2. Fungsi Pajak ........................................................................ 17
3. Sistem Perpajakan ............................................................... 19
4. Pengelompokan Pajak ......................................................... 21
B. Pajak Bumi dan Bangunan ...................................................... 22
1. Subjek Pajak ....................................................................... 24
2. Objek pajak ......................................................................... 26
3. Tarif pajak ........................................................................... 30
xi
4. Dasar Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan .................... 31
5. Cara Menghitung Pajak Terhutang ..................................... 32
6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan ............................... 32
7. Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan ............................ 35
C. Reformasi Administrasi Perpajakan ........................................ 37
D. Payment Online System ........................................................... 39
1. Pengertian Payment Online System ..................................... 39
2. Tujuan Payment Online System ........................................... 41
3. Dasar Pertimbangan Penggunaan Pembayaran Pajak Bumi
dan Bangunan Melalui Fasilitas Perbankan ........................ 43
E. Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................... 44
F. Keterkaitan Antar Variabel Dan Perumusan Hipotesis ........... 46
G. Penelitian Terdahulu ............................................................... 48
H. Kerangka Pemikiran ................................................................ 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 54
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 54
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 55
D. Metode Analisis Data ............................................................... 56
E. Operasional Variabel Penelitian .............................................. 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 66
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 66
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 66
2. Data Responden ................................................................ 67
B. Hasil Dan Pembahasan ............................................................ 71
1. Hasil Uji Kualitas data ........................................................ 71
a. Hasil Statistik Deskriptif ................................................ 71
b. Hasil Uji Validitas .......................................................... 73
c. HasilUji Reliabilitas ....................................................... 74

xii
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................... 74
a. Hasil Uji Normalitas Data .............................................. 74
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 75
3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................... 77
a. Hasil Uji t ....................................................................... 77
b. Hasil Uji koefisien Regresi Linier Sederhana ................ 78
c. Hasil Uji R Square ......................................................... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 81
A. Kesimpulan .............................................................................. 81
B. Implikasi .................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83
LAMPIRAN .................................................................................................. 86


















xiii
DAFTAR TABEL


Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................... 49
3.1 Operasional Variabel Penelitian ............................................... 63
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ........................................... 67
4.2 Data Statistik Responden .......................................................... 67
4.3 Statistik Deskriptif ................................................................... 71
4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Payment Online System ............. 72
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak .............. 73
4.6 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................ 73
4.7 Hasil Uji t (Parsial) .................................................................. 77
4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Linier Sederhana ......................... 78
4.9 Hasil Uji Determinasi (R
2
) ...................................................... 79













xiv
DAFTAR GAMBAR


Nomor Keterangan Halaman

1.1 Grafik Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ........ 2
1.2 Grafik Peningkatan Wajib Pajak Dari Mulai
Diberlakukannya Payment Online System PBB Sejak Tahun
2003 Sampai Tahun 2012 ........................................................ 10
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 53
4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 67
4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Umur
Responden ................................................................................ 68
4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir ................................................................................... 69
4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................... 70
4.5 Hasil Uji Normalitas Data ....................................................... 75
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 76











xv
DAFTAR LAMPIRAN


Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian ................................................................ 86
2 Data Mentah Jawaban Responden ........................................... 91
3 Hasil Perhitungan SPSS .......................................................... 95
4 Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 100

















1
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan
masyarakat dan negara. Saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang
asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian kalangan telah menempatkan pajak
sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu merupakan sarana untuk
ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas bernegara yang
ditangani oleh Pemerintah (Nuranifah et al, 2010:3).
Pungutan pajak berdampak mengurangi kekayaan individu tetapi
sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang mungkin dikembalikan
lagi kepada masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan
pembangunan yang akhirnya akan bermanfaat pada masyarakat. Jadi jelas
bahwa kepentingan masyarakat dibiayai oleh pajak. Pajak mempunyai tujuan
untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya dalam kas negara dengan
maksud untuk membiayai pengeluaran negara, dapat dikatakan bahwa pajak
dalam hal ini sebagai fungsi budgetair. Tetapi selain itu pajak juga mempunyai
fungsi mengatur (regulered) yang artinya sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu (Resmi, 2009:3).
Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak dapat
dijadikan sebagai sarana atau akses bagi pemerintah untuk mewujudkan suatu
tatanan pemerintahan yang baik dan berkesinambungan, oleh karena itu
2
pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan dari sektor
pajak agar perekonomian negara dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pada saat ini pajak adalah merupakan sumber penerimaan negara yang
cukup signifikan besarnya, berikut peneliti tampilkan realisasi penerimaan
pajak bumi dan bangunan ke dalam format tabel pada enam tahun terakhir
Gambar 1.1
Grafik Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan












Sumber: Bagian Teknologi Informasi Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak.
Sampai saat ini terlihat bahwa untuk pendapatan pemerintah dalam
Pajak Bumi dan Bangunan dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan di
setiap Kanwilnya. Penerimaan pajak bumi dan bangunan yang paling tinggi
secara keseluruhan terdapat di wilayah Jakarta Selatan sedangkan untuk
penerimaan paling rendah diakumulasikan dalam enam tahun terakhir ini
terdapat di wilayah Jakarta Timur.
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
2007
2008
2009
2010
2011
2012
3
Dalam bidang perpajakan, untuk mendukung pelaksanaan otonomi
daerah pemerintah pusat telah memberikan bagian penerimaan yang berasal
dari pajak pusat untuk kegiatan pembiayaan dan pembangunan bagi pemerintah
daerah. Saat ini, pajak pusat yang sebagian penerimaannya telah diberikan
kepada pemerintah daerah antara lain Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (Anggara,
2010:173).
Dalam pembiayaan pembangunan suatu daerah pemerintah daerah
membutuhkan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan daerah. Dengan
adanya pemberian otonomi daerah kepada pemerintah daerah dan di
keluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan lebih banyak
kewenangan kepada daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahan dan untuk
mengatur sumber-sumber penerimaan daerah sebagai wujud pelaksanaan
otonomi daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan
otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 5 ayat 2 terdiri dari pendapatan asli
daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pajak Bumi dan Bangunan seperti yang disebutkan pada UU No. 28
tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Objek Daerah yang bersumber dari
PBB Pedesaan dan Perkotaan, dimana yang menjadi PBB dalam UU No. 28
tahun 2009 adalah bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau
4
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan
untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Jenis objek
yang termasuk bangunan dan perkecualiannya sama dengan yang diatur dalam
UU No.12 tahun 1985.
Sebelum UU No.28 tahun 2009, PBB dikelola oleh pemerintah dan
sebagian besar hasilnya diserahkan kembali ke daerah dalam bentuk Dana Bagi
Hasil. Dalam pasal 12 UU No.33 tahun 2004, dengan rincian sebagai berikut
(Kadir, 2007:81):
1. 10% bagian pusat dari penerimaan pajak bumi dan bangunan dibagikan
kepada seluruh daerah kabupaten/kota yang didasarkan atas realisasi
penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun anggaran berjalan dengan
perimbangan sebagai berikut
b. 65% dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten/kota
c. 35% dibagikan secara insentif kepada daerah/kota yang realisasi tahun
sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu,
yang tujuannya untuk mendorong intensifikasi pemungutan pajak bumi
dan bangunan.
2. 90% untuk daerah, yaitu dirinci sebagai berikut:
a. 16,2% untuk daerah provinsi
b. 64,8% daerah kabupaten/kota
c. 9% untuk biaya pemungutan.

5
Tentang perimbangan dana bagi hasil pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dari penerimaan PBB sebesar 90% untuk daerah oleh karena
PBB dikelola pemerintah, maka segala kegiatan dari mulai pendataan,
penilaian, penetapan besarnya PBB, pelayanan kepada masyarakat, sampai
dengan mengurus hal administrasi masuknya uang ke kas negara dan kas
daerah. Namun dengan berlakunya UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah segala urusan terkait PBB yang menjadi tanggung
jawab Pemerintah Daerah oleh karena itu sudah sepantasnya apabila
Pemerintah Daerah harus mengetahui bagaimana sistem pengelolaan PBB
sesuai dengan pasal 2 UU No. 28 tahun 2009 baik dari pendataan hingga
mengurus administrasi ke kas daerah. Peralihan PBB perkotaan dan pedesaan
dari pajak pusat menjadi pajak daerah yang diatur dalam UU No. 28 Tahun
2009 akan memberi dampak terhadap keuangan negara dan keuangan daerah.
Pada prinsipnya secara administrasi terjadi perpindahan pencatatan hasil
pemungutan PBB, jika sebelumnya penerimaan PBB tercatat pada keuangan
negara (APBN) dalam penerimaan perpajakan, kemudian setelah mekanisme
peralihan berjalan akan masuk dalam PAD khususnya pajak daerah.
Bentuk kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini adalah titik
balik dalam pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan
pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan.
Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan,
pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).
6
Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai
dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:
1. Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah.
2. Memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru
(menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah),
3. Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi
dengan memperluas basis pajak daerah,
4. Memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah
5. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan
pada daerah (Dirjen pajak, 2012).
Adapun manfaat pengalihan PBB-P2 dan BPHTB adalah dengan
pengalihan ini, penerimaan PBB-P2 dan BPHTB akan sepenuhnya masuk ke
pemerintah kabupaten/kota sehingga diharapkan mampu meningkatkan jumlah
pendapatan asli daerah. Pada saat PBB-P2 dikelola oleh pemerintah pusat,
pemerintah kabupaten/kota hanya mendapatkan bagian sebesar 64,8 % dan
BPHTB hanya mendapatkan 64%. Setelah pengalihan ini, semua pendapatan
dari sektor PBB-P2 dan BPHTB akan masuk ke dalam kas pemerintah daerah.
Salah satu contoh daerah yang mengalami kenaikan pendapatan asli
daerah pasca pengalihan PBB-P2 dan BPHTB adalah kota Surabaya. Walikota
Surabaya, Ir. Tri Rismaharini, MT. menyatakan bahwasanya pada tahun 2010,
PAD kota Surabaya hanya Rp.1 Triliun. Di tahun 2011, PAD kota Surabaya
akan menjadi Rp.2 Triliun. Beliau manambahkan bahwa penyebab kenaikan
PAD tersebut berasal dari PBB dan BPHTB (Media keuangan, 2010:8)
7
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diarahkan dapat memperkuat potensi
sumber penerimaan daerah dan dapat membiayai pembangunan negara, objek
PBB yang merupakan bumi dan bangunan merupakan objek pajak yang stabil
baik dari segi jumlah dan nilainya. Jumlah dan luas bumi dan bangunan tidak
pernah berkurang bahkan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Nilai jual obyek PBB sebagai tax base, tidak pernah mengalami
penurunan. Banyak dan meratanya obyek PBB menjadi salah satu jenis pajak
yang dominan bagi masing-masing daerah (Sutawijaya, 2004:66).
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh
dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terjadi
transaksi jual-beli, NJOP ditentukan dengan perbandingan harga dengan objek
lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. Agar objek
pajak yang berupa bumi dan bangunan dapat dikenakan pajak, maka perlu
dihitung NJOP nya dan untuk itu diatur serta ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Keuangan tentang penetuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai
dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan (Lubis, 2008:730).
Dalam hal jumlah objek pajak yang sangat besar dan semakin
pentingnya kedudukan NJOP sebagai acuan dalam berbagai jenis kegiatan
khususnya yang berkaitan dengan akurasi data objek pajak, selain itu juga
dibutuhkan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) yang digunakan oleh
wajib pajak untuk melaporkan data objek pajak (Casavera, 2009:228).
Sedangkan rencana penerimaan perpajakan tahun 2012 adalah sebesar Rp
1,03257 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 78,74% dari rencana
8
penerimaan negara tahun 2012 sebesar Rp.1.311,38 triliun yang menunjukkan
angka ini harus dipertahankan dan ditingkatkan dengan kualitas sistem pajak
yang dterapkan.
Reformasi perpajakan merupakan hal yang perlu dan penting. Langkah
perbaikan ke arah perubahan tentu harus dilakukan dengan cara reformasi
perpajakan secara menyeluruh. Ada beberapa fungsi yang bisa diperoleh
Pertama, tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi. Kedua,
tercapainya kepercayaan pada administrasi perpajakan dan ketiga, tercapainya
produktivitas aparat perpajakan. Tentunya jika reformasi bisa berjalan sesuai
rencana, akan mendongkrak penerimaan pajak karena potensi penerimaan
pajak di Indonesia masih cukup besar.
Pembaharuan sistem perpajakan daerah di Indonesia merupakan
tuntutan dari implementasi kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal
yang dilakukan dengan menyerahkan sumber-sumber pendapatan kepada
daerah secara bertahap. Pengalihan jenis pajak provinsi tertentu dan sebagian
jenis pajak pusat kepada kabupaten/kota. Kondisi ekonomi dan potensi pajak
yang dimiliki oleh kabupaten/kota di Indonesia sangat bervariasi, diperlukan
strategi pemerintah untuk memberikan asistensi dan fasilitas bagi daerah
tertentu agar pemungutan pajak daerah dapat berjalan lancar. Di sisi lain,
evaluasi dan penyempurnaan kebijakan perpajakan daerah perlu terus
dilakukan untuk menciptakan sistem perpajakan daerah yang efisien dan efektif
di Indonesia (Sitepu, 2011:56)

9
Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang
sangat penting dalam administrasi perpajakan yang pada akhirnya bisa
menciptakan sistem perpajakan nasional yang baik. Kepatuhan tersebut
merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem administrasi
perpajakan modern. Seluruh administrasi pajak yang ada pada dasarnya untuk
menjamin agar sesuai dengan hukum pajak. Ukuran administrasi pajak ini bisa
dilihat melalui pelaksanaan administrasi perpajakan dan bekerja sesuai dengan
kebijakan perpajakan di negara berkembang (Fuad, 2011:36).
Sistem administrasi perpajakan modern dapat merangkul kemajuan
teknologi terbaru di antaranya melalui pengembangan Sistem Informasi
Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi
Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case management system
dalam workflow system dengan berbagai modul otomasi kantor serta berbagai
pelayanan dengan basis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e-Payment,
TaxpayersAccount, e-Registration, dan e-Counceling yang diharapkan
meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif ditunjang dengan
penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur
perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas.
Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan-perbaikan dan
perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan
dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa
penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi
perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi
10
penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan
menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada
wajib pajak (Rapina, et al, 2011:2).
Sejalan dengan maksud untuk memberikan kemudahan bagi wajib
pajak dalam melakukan pembayaran PBB, maka Direktorat Jenderal Pajak saat
ini telah menyesuaikan sistem pembayaran PBB dengan perkembangan
teknologi di bidang informasi dan perbankan. Telah dikembangkan
pembayaran dengan cara langsung dimana data pada tempat pembayaran PBB
langsung terhubung pada basis data KPPBB Pratama setempat. Cara ini dikenal
dengan sebagai Payment on line system (Siahaan, 2009:333).
Berikut adalah tabel penambahan wajib pajak dari mulai
diberlakukannya Payment online system PBB sejak tahun 2003 sampai tahun
2012:
Gambar 1.2
Grafik Peningkatan Wajib Pajak Dari Mulai Diberlakukannya Payment
Online SystemPBB Sejak Tahun 2003 Sampai Tahun 2012












Sumber: Bagian Teknologi Informasi Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak.
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
350000
Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
11
Dengan semakin meningkatnya jumlah wajib pajak yang menggunakan
fasilitas payment online system PBB menggambarkan bahwa adanya respon
positif dari masyarakat untuk mendukung adanya reformasi administrasi pajak
dalam memperlancar pembayaran pajak yang diharapkan adanya peningkatan
pendapatan pajak daerah dan kepatuhan wajib pajak.
Adapun penyebab dari adanya penunggakan dari pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan Selain dari wajib pajak yang membandel, tunggakan PBB
tersebut diduga akibat penyalahgunaan oleh kepala desa atau perangkat desa
yang bertugas sebagai petugas pemungut PBB. Ada beberapa masalah yang
muncul di lapangan sehingga realisasi penerimaan PBB tidak mencapai target
dan tunggakan PBB terus meningkat. Masalah itu, misalnya, rendahnya
kesadaran sejumlah wajib pajak, terutama yang berdomisili di luar desa,
apalagi belum ada sanksi tegas bagi wajib pajak yang bandel. Selain itu, dia
menyoroti rendahnya kesadaran beberapa kepala desa selaku petugas pemungut
PBB atau perangkat desa selaku pembantu petugas pemungut PBB dalam
melaksanakan kewajiban pemungutan dan penyetoran PBB (Mulyadi, 2011).
Oleh karena itulah dengan adanya sistem pembayaran online ini sangat
membantu wajib pajak dalam bertransaksi dan serta mencegah dari tindakan
manipulasi pihak manapun. Aplikasi Sistem Informasi Pajak Bumi dan
Bangunan terdiri dari beberapa modul/bagian. Salah satunya adalah
pembayaran dengan jumlah objek pajak bumi dan bangunan relatif banyak
sebanyak jumlah kavling dalam satu kota/kabupaten, karena akan banyak
permintaan informasi tentang history pembayaran. Selain itu wajib pajak PBB
12
dapat berdomisili dimanapun, sehingga sangat penting adanya sistem
pembayaran online dan semi online yang handal untuk mengelola data yang
menjadi objek pajak.
Aplikasi turunan dari SISMIOP selanjutnya adalah POS PBB, aplikasi
ini memungkinkan wajib pajak membayar PBB di setiap tempat yang telah
menjalankan POS, tanpa terkait dengan wilayah administrasi. POS pertama
kali dijalankan pada Agustus 1999 di DKI Jakarta. Pada tahun 2003 aplikasi ini
dikembangkan menjadi aplikasi e-payment, sehingga wajib pajak dapat
membayar PBB lewat ATM (Automatic Teller Machine) Bank BCA di seluruh
Indonesia (Adinur et al, 2006:15).
Sebelumnya sistem pembayaran yang lazim digunakan adalah paper
based payment, yang merupakan sistem pembayaran yang dilakukan secara
manual dimana pembayar dan penerima bertransaksi secara langsung,
contohnya cek dan giro. Sistem pembayaran ini pun berkembang menjadi
electronic payment system, dimana sistem pembayaran elektronik ini
memanfaatkan teknologi dalam bertransaksi, misalnya kartu debet dan kartu
kredit.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian ini karena sangat pentingnya peran teknologi dengan Payment
Online System yang dapat melancarkan suatu kegiatan pembayaran pajak bumi
dan bangunan, dimana tak lain sistem ini yang merupakan aplikasi pendukung
dari SISMIOP yang implikasinya diarahkan dapat membantu untuk mengetahui
tingkat penerimaan pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan hal tersebut, maka
13
peneliti melakukan penelitian ini yang berjudul Analisis Pengaruh Reformasi
Administrasi Perpajakan melalui Payment Online System terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan menurut Persepsi Wajib Pajak.
Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan Mienati et
al (2005), Rapina et al (2011) dan Tri (2010). Perbedaan penelitian dengan
penelitian sebelumnya adalah terdapat pada variable independen dan objek
penelitian. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian Mienati et al (2005)
adalah sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak, sedangkan pada
penelitian Rapina et al (2011) adalah struktur organisasi, prosedur
organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasi dan pada penelitian Tri
(2011) menggunakan variable e-registration, e-SPT, e-Filling, dan e-
Payment. Adapun variable independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah e-Payment. Variabel independen yang terdapat pada penelitian ini
digunakan karena adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian dari beberapa
peneliti sebelumnya.
2. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian Mienati et al (2005)
terdapat dikantor wilayah Dirjen Pajak Jawa Bagian Timur, pada penelitian
Rapina et al (2011) terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Cibeunying. Adapun objek penelitian ini terdapat di salah satu wilayah
Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.



14
B. Perumusan Masalah
Dengan terus berkembangnya sistem administrasi perpajakan yang
merupakan dampak dari kemajuan teknologi yang diharapkan dapat terjadi
perubahan yang akan berpengaruh peningkatan penerimaan pajak. Dengan
adanya sistem pembayaran online PBB diharapkan dapat mempermudah
masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran pajak terutang.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dibuat suatu perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah reformasi administrasi perpajakan
melaui payment online system berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
bumi dan bangunan?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh bukti empiris tentang besarnya pengaruh
reformasi administrasi perpajakan melalui payment online system terhadap
kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya yaitu:
a. Bagi Wajib Pajak
Sebagai bahan pengetahuan lebih mendalam mengenai teknologi yang
berkembang dan sudah mulai diterapkan, dimana kontribusinya pihak
wajib pajak dapat mengetahui tujuan dari perkembangan teknologi yang
ada.

15
b. Bagi Kantor Pajak
Sebagai bahan pengetahuan akademik sehingga dapat dijadikan suatu
pegangan dalam menggambarkan pengaruh sistem payment online
system menurut persepsi wajib pajak.
c. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses belajar
mengajar pada program study sehingga dapat diterapkan di lapangan dan
untuk menambah referensi sebagai rekomendasi penelitian yang akan
dilaksanakan di waktu yang akan datang.
d. Bagi Penulis
Menggali ilmu pengetahuan dan menguji pengetahuan yang didapat
selama belajar di perguruan tinggi untuk dapat diaplikasikan dalam
menyusun penelitian dan mengolah data yang ada untuk mencapai hasil
yang diharapkan, dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh
tidak hanya dari segi ilmu akuntansi pajak saja tetapi bagaimana seberapa
besar mengetahui penggunaan teknologi yang ada berguna bagi
masyarakat.







16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum tentang Pajak
1. Pengertian pajak
Menurut Anggara (2010:174), Pajak merupakan salah satu unsur
terbesar dalam menghasilkan pendapatan daerah. Masalah yang tengah
dihadapi oleh pemerintah daerah adalah lemahnya kemampuan pendapatan
daerah untuk menutupi biaya dalam melaksanakan belanja pembangunan
daerah yang setiap tahunnya semakin meningkat.
Menurut waluyo (2007:2), Pajak merupakan penerimaan negara
yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting
dalam meningkatkan pembangunan nasional. Dibawah ini merupakan
definisi pajak sebagai berikut:
Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dirunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Soemitro (2009:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut S.I Djajadiningrat dalam Resmi (2009:1), pajak sebagai
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang
17
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal
balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara
umum.
Menurut Dr. Feldman dalam Resmi (2009:2), pajak adalah prestasi
yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.
Jadi pajak adalah iuran yang wajib dibayarkan rakyat kepada
Negara menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) yang tidak
mendapatkan balas jasa secara langsung untuk membiayai pengeluaran
rutin Negara yang tak lain juga diperuntukkan untuk kesejahteraan umum.

2. Fungsi pajak
Menurut Mardiasmo (2009:2) fungsi pajak dalam masyarakat suatu
negara terbagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu:
a. Fungsi Budgetair (sumber dana bagi pemerintah) fungsi ini bertujuan
untuk memasukan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-
banyaknya antara lain mengisi anggaran pendapatan dan belanja Negara
(APBN) sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan,
sehingga posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran yang berimbang
tercapai.
18
b. Fungsi Regulerend (mengatur) fungsi pajak yang secara tidak langsung
dapat mengatur dan menggerakan perkembangan sarana perekonomian
nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang
demikian maka dapat menumbuhkan objek pajak dan subjek pajak yang
baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat lagi.
Menurut Resmi (2009:3), terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi
budgetair dan fungsi regulared (pengatur):
a. Fungsi budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai
Sumber Keuangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang
sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan
cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui
penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti: Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.
b. Fungsi Regulered (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social
dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang
keuangan.


19
Berdasarkan fungsi pajak diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi budgetair merupakan suatu alat untuk mengisi kas negara atau daerah
sebanyak-banyaknya dalam rangka membiayai pengeluaran rutin dan
pembangunan pemerintah pusat maupun daerah, sedangkan fungsi
regulerend yaitu bersifat mengatur dalam bidang sosial, politik, ekonomi
dan budaya.
3. Sistem Perpajakan
Menurut (Resmi, 2009:11), System perpajakan dapat disebut sebagai
metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh
wajib pajak dapat mengalir ke kas Negara, system pemungutan pajak dapat
dibedakan atas:
a. Official Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang
member wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh
seseorang.contoh : Pajak bumi dan bangunan (PBB) dan BPHTB
b. Self Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang
memberi wewenang peenuh kepada wajib pajak untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.contoh: pajak
penghasilan (PPH)
c. Withholding System adalah suatu system pemungutan pajak yang
member wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong besarnya pajak
yang terutang.
20
Adapun dengan adanya sistem perpajakan di Indonesia akan sangat
menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana
akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus
dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak
untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika
sistem pemungutan pajak rumit akan berdampak pada penurunan tingkat
kepatuhan wajib pajak.
Di Indonesia, menerapkan keiga sistem tersebut. Official assessment
system diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
dimana KPP akan mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai besarnya
PBB yang terhutang setiap tahun. Jadi wajib pajak tidak perlu menghitung
sendiri, tapi cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak
Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP dimana tempat objek pajak
tersebut terdaftar.
Sedangkan Self assessment sistem contohnya diterapkan dalam
penyampaian SPT Tahunan PPh (baik untuk Wajib Pajak Badan maupun
Wajib Pajak Orang Pribadi dan SPT masa PPN, sementara withholding tax
system diterapkan dalam mekanisme pemotongan/pemungutan sesuai PPH
Pasal 21, PPH Pasal 22, PPH Pasal 23, PPH Pasal 26, PPH Pasal 4 ayat (2),
PPH Pasal 15 dan PPN (Fauzia, 2009).




21
4. Pengelompokan Pajak
Pengelompokkan pajak menurut Mardiasmo dalam Rapina et al
(2012:7) dibagi menjadi 3 bagian yaitu: menurut golongannya, sifatnya, dan
lembaga pemungutnya.
1. Pengelompokkan pajak menurut golongannya:
a. Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak
Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2. Pengelompokkan pajak menurut sifatntya:
a. Pajak Subjektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif
Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan
diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.



22
3. Pengelompokkan pajak menurut lembaga pemungutnya:
a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak
Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai.
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas: Pajak
Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Kabupaten/Kota,
contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
dan Pajak Penerangan Jalan.

B. Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Undang-Undang mengenai Pajak Bumi dan Bangunan tidak
mendefinisikan secara tegas, namun secara umum PBB dapat diartikan sebagai
pajak yang dipungut atas pemilikan/penguasaan dan atau pemanfaatan bumi
dan bangunan di Indonesia. Jadi Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak
yang ditujukan secara luas yang dikenakan baik atas pemilikan atau
pemanfaatan atas bumi dan bangunan di Indonesia (kecuali bumi dan bangunan
yang dikecualikan) akan dikenakan pajak. Pengenaan PBB tdak terkait sama
sekali dengan bukti pemilikan tanah dan bangunan.
23
Menurut Nuranifah et al, (2010:3), Pajak Bumi dan Bangunan sebagai
salah satu komponen yang mendukung dana perimbangan mempunyai
pengaruh terhadap besarnya bagian dana perimbangan yang akan diterima oleh
daerah penghasil. Oleh karena itu Pajak Bumi dan bangunan perlu mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam hal penanganannya,
sehingga nantinya akan dapat memberikan sumbangan yang besar pada
pendapatan asli daerah (PAD).
Menurut Koentarto (2011:2), Pajak Bumi dan Bangunan merupakan
pajak yang menggunakan sistem yang cukup memudahkan Wajib Pajak, tidak
seperti pajak lainnya yang secara umum menggunakan self assessment system.
PBB merupakan pajak dengan sistem pemungutan semi self assessment system
dimana pihak fiskus yang lebih pro aktif dan kooperatif melakukan
perhitungan, penetapan pajak yang terutang dan mendistribusikannya kepada
pemerintah daerah melalui Dispenda berdasarkan Surat Pendaftaran Objek
Pajak (SPOP) yang diisi oleh wajib pajak atau verifikasi pihak fiskus
dilapangan, Pemerintah Daerah melalui kecamatan, Kelurahan/Desa, bahkan
mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sampai
ketangan wajib pajak dan juga menerima pembayaran PBB.
Menurut Mardiasmo (2009:312), Bumi adalah permukaan bumi dan
tubuh bumi yang ada dibawahnya, permukaan bumi meliputi tanah dan
perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah
Republik Indonesia. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau
24
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Termasuk dalam
pengertian bangunan:
a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan kompleks bangunan
b. Jalan tol
c. Kolam renang
d. Pagar mewah
e. Tempat olahraga
f. Galangan kapal, dermaga
g. Taman mewah
h. Tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

1. Subjek Pajak
Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2009, subjek pajak adalah
orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
Bumi atau memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, atau menguasai, atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Menurut Undang-undang No.16 tahun
2011, subjek pajak adalah:
a. yang menjadi subjek PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi
atau Badan yang secara nyata mempunyai hak atas Bumi atau
memperoleh hak manfaat atas bumi, atau memiliki, menguasai dan
memperoleh manfaat atas bangunan.

25
b. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib
pajak menurut peraturan Daerah ini.
c. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya ,
Kelapa Dinas Pelayanan Pajak atas nama Gubernur dapat menetapkan
subjek pajak sebagai wajib pajak.
d. Subjek pajak yang ditetapkan dapat memberi keterangan secara tertulis
kepada Kepala Dinas Pelayanan Pajak bahwa ia bukan wajib pajak
terhadap objek pajak dimaksud.
e. Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak disetujui, maka Kepala
Dinas Pelayanan Pajak membatalkan penetapan sebgai wajib pajak dalam
jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.
f. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Kepala Dinas
Pelayanan Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai
alasan-alasannya.
g. Apabila dlaam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya
keterangan, Kepala Dinas Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan,
maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui.
Menurut Waluyo (2009:157), Subjek pajak dalam pajak bumi dan
bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas bumi dan bangunan dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau
memiliki menguasai dan atau memperoleh manfaat atas banguna, subjek
pajak tersebut diatas menjadi wajib pajak bumi dan bangunan.
26
Menurut Casavera (2009:232), Subjek PBB adalah orang atau badan
yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manfaat
atas bumi, memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan.
Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak bumi dan
bangunan (PBB) menjadi wajib pajak PBB. Apabila suatu objek pajak
belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat
menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak.
Menurut Mardiasmo (2009: 316), Subjek pajak adalah orang atau
badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau
memperoleh manfaat atas atas bumi, memiliki, menguasai dan memperoleh
atas manfaat bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran/pelunasan
pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. Subjek pajak yang dimaksud
dalam pernyataan diatas dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi
wajib pajak.

2. Objek Pajak
Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2009, objek pajak adalah
Bumi atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan / atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Jenis objek bangunannya
sama dengan yang diatur dalam UU No.12 tahun 1985. Besarnya NJOPTKP
paling rendah adalah Rp. 10.000.000 untuk setiap wajib pajak dan
ditetapkan oleh Peraturan Daerah.
27
Menurut Undang-undang No.16 tahun 2011, objek pajak adalah
sebagai berikut:
a. Objek PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan Bangunan yang
dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan orang pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan,
dan pertambangan.
b. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan satu kesatuan
dengan kompleks bangunan tersebut.
2) Jalan tol,
3) Kolam renang
4) Pagar mewah
5) Tempat olahraga
6) Galangan kapal, dermaga
7) Taman mewah
8) Tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;dan
9) Menara
10) Rumah susun
11) Apartemen strata title
c. Klasifikasi objek pajak sebagaimana dimaksud pada angka (1) dan (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

28
d. Objek pajak yang tidak dikenakan PBB Pedesaan dan Perkotaan
1) Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan
pemerintahan.
2) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak
untuk memperoleh keuntungan.
3) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis
itu.
4) Merupakan cagar budaya yang tidak dimanfaatkan sebagai hunian dan
kegiatan usaha.
5) Merupakan ruang terbuka hijau, hutan lindung, hutan suaka alam,
hutan wisata, taman nasional, dan tanah negara yang belum dibebani
suatu hak.
6) Digunakan oleh perwakilan diplomatic dan konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik.
7) Digunakan oleh perwakilan diplomatik atau perwakilan lembaga
internasional yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan.
8) Ditetapkan NJOPTKP sebesar Rp. 15.000.000 untuk setiap wajib
pajak.
Objek pajak adalah bumi dan bangunan. Pengertian bumi adalah
permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, sedangkan
bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan perairan. termasuk dalam pengertian bangunan;
29
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti
hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.
b. Jalan TOL.
c. Kolam renang
d. Pagar mewah
e. Tempat olahraga
f. Galangan kapal, dermaga
g. Taman mewah
h. Tempat penampungan/kilang minyak , air dan gas, pipa minyak.
i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat
Objek pajak adalah bumi dan bangunan, termasuk juga unit tempat
usaha, perumahan, apartemen, seperti tercantum dalam peraturan Direktur
Jenderal Pajak Tentang Ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi melalui
pendataan objek pajak bumi dan bangunan. Klasifikasi bumi dan bangunan
adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan
digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak
yang terutang. Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Letak
2. Peruntukan
3. Pemanfaatan
4. Kondisi lingkungan dan lain-lain
30
Sedangkan dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan.
2. Rekayasa.
3. Letak
4. Kondisi lingkungan dll (casavera, 2009:229)

3. Tarif pajak
Menurut UU No. 12 tahun 1994, tarif pajak yang dikenakan atas
objek pajak adalah sebesar 0,5%. Menurut UU No. 28 tahun 2009, tarif
pajak PBB sebesar 3%, tarif tersebut ditetapkan oleh Peraturan Daerah.
Menurut UU No 16 tahun 2011, tarif pajak yang ditetapkan sebagai
berikut:
a. Tarif 0,01% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan kurang
dari Rp 200.000.000.
b. Tarif 0,1% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp
200.000.000 s/d Rp 2.000.000.000.
c. Tarif 0,2% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp
2.000.000.000 kurang dari Rp 10.000.000.
d. Tarif 0,3% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp
10.000.000 atau lebih.



31
4. Dasar Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan
Menurut UU No.16 tahun 2011, dasar pengenaan PBB Pedesaan dan
Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), besarnya NJOP ditetapkan
setiap satu tahun, dan penetapan besarnya NJOP ditetapkan dengan
peraturan Gubernur.
Menurut Mardiasmo (2009:317), dasar pengenaan pajak adalah
sebagai berikut:
a. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual objek pajak.
b. Besarnya nilai jual objek pajak (NJOP) ditetapkan setiap tiga tahun sekali
oleh kepala kantor wilayah dirjen pajak atas nama Menteri Keuangan
dengan mempertimbangkan pendapat pemerintah daerah setempat.
c. Dasar perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendah nya
20% dan setinggi-tingginya 100% dari nilai jual objek pajak (NJOP).
d. Besarnya persentase ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
Untuk perekonomian sekarang ini, terutama untuk tidak terlalu
membebani wajib pajak di daerah pedesaan, tetapi dengan tetap
memperhatikan penerimaan, khususnya bagi Pemerintah Daerah, maka telah
ditetapkan persentase untuk menetukan besarnya NJKP, yaitu:
1. Sebesar 40% dari NJOP untuk:
a. objek pajak perkebunan
b. objek pajak kehutanan
32
c. objek pajak lainnya, yang wajib pajak perorangan dengan NJOP atas
bumi dan banngunan sama atau lebih besar dari satu milyar.
2. Sebesar 20% dari NJOP untuk
a. objek pajak pertambangan
b. objek pajak lainnya yang NJOP nya kurang dr 1 Milyar

5. Cara Menghitung Pajak Terutang
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
dengan NJKP.
Pajak bumi dan bangunan = tarif pajak x NJKP
= 0,5% x (persentase NJKP X (NJOP -
NJOPTKP)
Menurut UU No. 28 tahun 2009, cara perhitungan pajak 0,3% x
dasar pengenaan pajak (NJOP) sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 79
ayat (3) setelah dikurangi NJOPTKP sebgaiman yang dimaksud dalam pasal
77 ayat (5).
Menurut UU No. 16 tahun 2011, cara perhitungan pajak yaitu
besarnya pokok PBB Pedesaan dan Perkotaan yang terhutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah
dikurangi NJOPTKP.

6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
a. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat-
lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
33
b. Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya
1 bulan sejak diterimanya SKP oleh wajib pajak
c. Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak
dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan.
d. Denda administrasi yang dimaksud nomor 3, ditambah dengan utang
pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan
Pajak (STP) (Mardiamo, 2009: 324)
Tempat pembayaran PBB selanjutnya disingkat TP, adalah Bank
Umum/ Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
pembayaran PBB dan memindahbukukan ke Bank Persepsi/Pos Persepsi.
Pembayaran PBB terutang untuk objek pajak:
a. Pedesaan dan perkotaan dilakukan di TP atau TP elektronik, TP
elektronik adalah Bank Umum/ Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk menerima pembayaran PBB secara elektronik dan
memindahnukukan ke Bank Persepsi Elektronik/ Pos Persepsi
Elektronik. Bank Persepsi Elektronik/Pos Persepsi Elektronik, yang
selanjutnya disebut Bank/Pos Persepsi Elekrtronik, adalah Bank
Umum/Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
menerima pemindahbukuan hasil penerimaan PBB dari TP elektronik
dan melimpahkan hasil penerimaan PBB ke Bank Operasional III (BO
III).

34
b. Perkebunan, kehutanan dan pertambangan Non Migas dilakukan di
Bank/Pos Persepsi.
c. Pertambangan Migas dan Energi Panas Bumi dilakukan di
Bank/Pos Persepsi yang merangkap sebagai BO III, Bank Operasional
III, yang selanjutnya disebut BO III, adalah Bank Umum yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan untuk menerima pelimpahan hasil penerimaan
PBB dari Bank/Pos Persepsi dan Bank/Pos Persepsi Elektronik,
melakukan pembagian hasil penerimaan PBB dan membayar
pengembalian kelebihan pembayaran PBB (Casavera, 2009:236)
Menurut UU No.16 tahun 2011, tata cara pembayaran dapat
dilakukan dengan:
a. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat-
lambatnya sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.
b. Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan
harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal
diterbitkannya.
c. Gubernur atas permohonan wajib pajak setelah memnuhi persyaratan
yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan denda
sebesar 2% setiap bulan.
d. Pajak yang terutang dibayar ke Bank Pemerintah, Bank Daerah, Unit
Pelayanan Daerah-BPKD, Bank swasta atau tempat pembayaran lain
yang ditunjukan oleh Gubernur.
35
7. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
Pembayaran PBB terutang untuk objek pajak:
a. TP elektronik
TP elektronik adalah Bank Umum/kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk menerima pembayaran PBB secara elektronik dan
memindahbukukan ke Bank Persepsi Elektronik / Pos Persepsi
Elektronik.
b. Perkebunan, kehutanan, dan Pertambangan Non Migas dilakukan di
Bank/Pos Persepsi
c. Pertambangan Migas dan Energi Panas Bumi dilakukan di Bank/Pos
persepsi yang merangkap sebagai BO III. Bank operasional III adalah
Bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima
pelimpahan hasil penerimaan PBB dari Bank/ Pos persepsi dan Bank/Pos
Persepsi Elektronik, melakukan pembagian hasil penerimaan PBB dan
membayar pengembalian kelebihan pembayaran PBB (Casavera,
2009:237).
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui fasilitas
perbankan elektronik dapat dilaksanakan dengan menggunakan Anjungan
Tunai Mandiri (ATM), phone banking, internet banking, atau fasilitas
perbankan elektronik lainnya.
a. Pembayaran pajak menggunakan fasilitas perbankan elektronik (ATM,
internet banking phone banking, dsb)
1) Wajib pajak mendatangi fasilitas perbankan elektronik dengan
membawa data yang lengkap dan benar tentang:
36
a) Nomor Obyek Pajak (NOP);
b) Tahun pajak, yang menunjukan periode kewajiban pajak yang akan
dibayar
2) Membuka menu pembayaran pajak bumi dan bangunan.
3) Mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana dimaksud
dalam angka 1 di atas secara tepat, lengkap dan benar.
4) Meneliti identitas wajib pajak yang terdiri dari NOP, nama,
Kelurahan, jumlah PBB yang terhutang dan Tahun Pajak yang muncul
pada tampilan.Apabila identitas wajib pajak yang terdiri NOP, nama,
Kelurahan, jumlah PBB yang terhutang dan tahun pajak pada tampilan
tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka proses berikutnya
harus dibatalkan dan kembali kepada menu sebelumnya untuk
mengulang pemasukan data yang diperlukan, karena ada kemungkinan
terjadi kesalahan pemasukan data yang diperlukan.
5) Mengambil hasil keluaran fasilitas perbankan elektronik yang berupa
Tanda Terima Pembayaran PBB yang disetarakan dengan STTS.
6) Mengecek kebenaran "Tanda Terima Pembayaran PBB" yang
diperoleh.
b. Pembayaran Pajak menggunakan fasilitas cash management service
(CMS) pembayaran melalui CMS dilakukan sesuai dengan kesepakatan
antara Bank dan nasabah (wajib pajak) sepanjang sistem yang menangani
jenis pelayanan ini terhubung dengan sistem pembayaran pajak secara
online (Dirjen Pajak: KEP-371/PJ./2002).
37
Pembayaran pajak bumi dan bangunan dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor:167/PMK.03/2007.
a. PBB yang terutang dapat dibayar di bank umum/kantor pos yang
ditunjuk. Penunjukan tempat pembayaran oleh Menteri Keuangan
dilimpahkan kepada KP PBB/Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
b. PBB pun dapat dibayar melalui tempat pembayaran elektronik, yaitu
bank umum/kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
menerima pembayaran PBB secara elektronik dan memindahbukukan ke
bank persepsi elektronik/pos persepsi elektronik. Penunjukan tempat
pembayaran elektronik oleh Menteri Keuangan dilimpahkan kepada
kepada Dirjen Pajak (Indonesian Tax Review, 2010:12).

C. Reformasi Administrasi Perpajakan
Menurut sophar (1997) dalam Rapina et al (2012), administrasi
perpajakan adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak.
Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi tahap-tahap antara lain
pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak dan penagihan pajak. Tahap-tahap
yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan (tax evasion).
Menurut Sulistyani (2010:61), Reformasi administrasi perpajakan
secara singkat disebut modernisasi, tujuannya adalah pelaksanaaan good
governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan
dan akuntabel dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal
dan terkini.
38
Menurut Sophar (1997) dalam Rapina et al (2012:10), administrasi
perpajakan ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak.
Dalam arti sempit, administrasi perpajakan merupakan penatausahaan dan
pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik
penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun di
tempat wajib pajak. Dalam arti luas, administrasi perpajakan dipandang
sebagai fungsi, sistem, dan lembaga. Sebagai fungsi dari administrasi
perpajakan meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian perpajakan. Sebagai suatu sistem, administrasi perpajakan
merupakan seperangkat unsur (subsistem) yaitu peraturan perundangan, sarana
dan prasarana, dan wajib pajak yang saling berkaitan yang secara bersama-
sama menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebagai lembaga, administrasi perpajakan merupakan institusi yang mengelola
sistem dan melaksanakan proses perpajakan.
Menurut Nasucha (2004:37) reformasi administrasi perpajakan adalah
penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu,
kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua
tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai
efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan
yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya
administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektivitas dan
efisiensi kadang-kadang menciptakan kontradiksi sehingga diperlukan
koordinasi, diperlukan ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi administrasi perpajakan. Dalam meningkatkan efektivitas
digunakan ukuran:
39
1. Kepatuhan pajak sukarela
2. Prinsip-prinsip self assessment
3. Menyediakan informasi kepada Wajib Pajak
4. Kecepatan dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan
Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran
5. Peningkatan dalam kontrol dan supervise
6. Sanksi yang tepat.
Dalam meningkatkan efisiensi administrasi perpajakan secara khusus
dapat distimulasi oleh:
1. Penyediaan unit-unit khusus untuk perusahaan besar
2. Peningkatan perpajakan khusus untuk Wajib Pajak kecil
3. Penggunaan jasa perbankan untuk pemungutan pajak, dan lain-lain.
Menurut Sulistyani (2010:62), dalam reformasi administrasi perpajakan
tersebut, perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut:
1. Struktur organisasi
2. Business process dan teknologi informasi dan komunikasi
3. Manajemen sumber daya alam
4. Pelaksanaan good governance

C. Payment Online System
1. Pengertian Payment Online System
Menurut Yu et. al (2002), Seiring dengan perkembangan dunia
internet dan dunia perdagangan elektronik (e-commerce) yang sangat pesat,
muncul system pembayaran baru, yaitu sistem pembayaran elektronik (e-
payment). E-commerce berkembang dengan pesat karena karakteristik
40
internet yang terbuka, cepat, anonim, digital, dan dapat diakses secara
global. Karakteristik tersebut sangat mendukung aktivitas dunia bisnis yang
real-time, termasuk periklanan, permintaan, negoisasi, pelelangan,
pemesanan dan pembayaran untuk suatu barang tertentu.
Menurut Siahaan (2009:335), Fasilitas perbankan elektronik adalah
fasilitas pelayanan perbankan secara elektronik seperti anjungan tunai
mandiri (ATM), phone banking, internet banking atau fasilitas perbankan
elektronik lainnya. Menurut Sulityani (2010: 67), e-Payment adalah
pembayaran pajak secara online dengan transaksi pembayaran melalui
perangkat elektronik perbankan, yaitu melalui Automatic Teller Machine
(ATM), Internet Banking ataupun Teller Bank yang online di seluruh
Indonesia.
Menurut Wahyu (2005:1), Electronic payment merupakan system
pembayaran yang mendukung pada e-commerce dan memberi keuntungan
pada transaksi bisnis dengan meningkatkan layanan kepada pelanggan,
peningkatan proses cash management, hemat waktu dan efisien, transaksi
pembayaran dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan berbagai
media dan tidak terbatas. Layanan e-payment digunakan untuk berbagai
kebutuhan melalui Payment Media Bank (ATM, phone banking, internet
banking, mobile banking, teller).
Menurut Dindie, et al (2008:3), Online banking atau internet
perbankan adalah suatu istilah yang digunakan untuk melakukan transaksi
pembayaran dan lain-lain melalui suatu bank dengan media internet, credit
union, atau secure website. Hal ini mengizinkan pelanggan untuk
melakukan kegiatan perbankan mereka diluar jam kerja bank dan dari mana
pun dimana akses internet tersedia.
41
Menurut Siahaan (2009:333), POS PBB merupakan suatu aplikasi
pendukung Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) yang
berfungsi untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak yang
berhubungan dengan pembayaran PBB dan pemantauannya.
Menurut Prihandono (2004:1), POS PBB adalah suatu aplikasi
pendukung SISMIOP yang berfungsi meningkatkan pelayanan informasi
wajib pajak yang berhubungan dengan PBB dan pemantauannya, juga telah
dikembangkan aplikasi pembayaran online PBB melalui ATM.
Menurut Adinur et al (2006:15), POS PBB, aplikasi ini
memungkinkan wajib pajak membayar PBB di setiap tempat yang telah
menjalankan POS, tanpa terkait dengan wilayah administrasi. POS pertama
kali dijalankan pada Agustus 1999 di DKI Jakarta. Pada tahun 2003 aplikasi
ini dikembangkan menjadi aplikasi e-payment, sehingga wajib pajak dapat
membayar PBB lewat ATM (Automatic Teller Machine) Bank BCA di
seluruh Indonesia.

2. Tujuan Payment Online System
POS PBB dikembangkan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu
(Marihot, 2009:334)
a. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dengan cara member
kesempatan membayar PBB di bank tempat pembayaran manapun.
b. Meningkatkan kinerja bank tempat pembayaran dalam memberikan
pelayanan kepada wajib pajak dan meminimalkan terjadinya manipulasi.
c. Menyediakan data penerimaan PBB secara akurat setiap waktu kepada
pihak yang berkepentingan saja;serta
42
d. Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah pada khususnya dan
Negara pada umumnya.
Tujuan POS PBB adalah sebagai berikut:
a. Terbentuknya sistem pembayaran PBB yang bersifat online, handal dan
tentunya aman.
b. Kemudahan dalam hal monitoring sebagai dasar untuk melakukan
internal kontroling di masing-masing bank TP ataupun kontroling
terhadap instansi terkait sehingga data yang dihasilkan cukup akurat
setiap waktu dan bisa dipertanggungjawabkan.
c. Menyediakan data penerimaan secara akurat setiap waktu
d. User friendly memberikan kemudahan kepada bank TP dalam melayani
wajib pajak
e. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, dengan adanya mobile
payment (loket pembayaran PBB keliling). Memungkinkan wajib pajak
dengan mudah melakukan pembayaran PBB dimanapun dan kapanpun.
f. Terciptanya system pembayaran pajak bumi dan bangunan yang
sistematis, yang mampu mengakomodir semua proses kegiatan
administrasi pembayaran pajak bumi dan bangunan.
g. Mempermudah dalam pelayanan untuk pembayaran pajak bumi dan
bangunan yang dilakukan secara kolektif





43
3. Dasar Pertimbangan Penggunaan Pembayaran PBB Melalui Fasilitas
Perbankan
Elektronik. Pembayaran PBB melalui fasilitas perbankan elektronik
secara online dikembangkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
wajib pajak dan meningkatkan tertib administrasi dalam pengelolaan
pembayaran PBB.
a. Dari sisi pelayanan kepada wajib pajak, kelebihannya adalah:
1) Waktu pelayanannya lebih lama
2) Wajib pajak dapat membayar pajak dengan menggunakan fasilitas
yang disediakan meliputi: Teller, ATM, internet, dan phone banking.
3) Dapat dibayarkan melalui ATM di seluruh Indonesia yang jumlahnya
cukup banyak
4) Wajib pajak dapat membayar PBB lebih nyaman dan fleksibel sejalan
dengan aktivitas wajib pajak; serta
5) Struk ATM diakui menjadi bukti pembayaran yang sah dan sebagai
pengganti STTS
b. Dari sisi administrasinya, kelebihannya adalah:
1) Komunikasi data pembayaran pajak menggunakan jaringan real time
online, sehingga dapat menyajikan data pembayaran secara cepat dan
akurat.
2) Proses rekonsiliasi pembayaran dilakukan secara cepat dan terpusat,
yaitu secara harian oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan bank
penyelenggara ATM.
44
3) Pelaporan dilakukan secara sistem melalui dua arah.
4) Tidak perlu dilakukan perekaman STTS, karena status lunas secara
otomatis akan terekam dalam basis data SISMIOP pada saat selesai
dilakukan pembayaran (Siahaan, 2009:338).

D. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan dalam perpajakan ada dua jenis, yaitu kepatuhan formal dan
kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal sesuai dengan
undang-undang perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana
wajib pajak secara subtantif hakikat memenuhi sesuatu ketentuan material
perpajakan yakni sesuai dengan isi dan jiwa UU perpajakan.
Kepatuhan wajib pajak sangatlah penting untuk Negara. Semakin
banyak wp yang patuh, penerimaan pajak Negara semakin lancar. Dengan
kelancaran yang diperoleh tersebut, kebutuhan APBN terpenuhi dengan baik
sehingga pembangunan Negara dapat berjalan dengan baik pula dan tujuan
Negara untuk mensejahterakan rakyat pun dapat tercapai (Frederica, 2008:
265).
Menurut Rapina et al (2011:19), Kepatuhan Wajib Pajak yang terdiri
dari:
1. Aspek Yuridis, yaitu pemenuhan kepatuhan Wajib Pajak dilihat dari
ketaatan terhadap prosedur administrasi perpajakan yang ada. Aspek ini
meliputi laporan perkembangan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT),
laporan perkembangan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara
45
prosentase yang diisi secara benar dan tidak benar, serta laporan
perkembangan penyampaian angsuran berdasarkan perkembangan Surat
Pemberitahuan (SPT) masa.
2. Aspek Psikologis, yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari persepsi wajib
pajak terhadap penyuluhan, pelayanan dan pemeriksaan pajak.
3. Aspek sosiologis, yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari aspek social,
sistem perpajakan, antara lain kebijakan publik, kebijakan fiskal, kebijakan
perpajakan dan administrasi perpajakan.
Menurut Nusucha dalam Rapina et al (2011:11), reformasi administrasi
perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik
secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi
dan cepat. Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk
mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat
kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya
administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektivitas dan
efisiensi kadang-kadang menciptakan kontradiksi sehingga diperlukan
koordinasi, diperlukan ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi administrasi perpajakan.
Dalam meningkatkan efektivitas digunakan ukuran kepatuhan pajak
sukarela, prinsip-prinsip self assessment, menyediakan informasi kepada Wajib
Pajak, kecepatan dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan
dengan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran, peningkatan dalam
kontrol dan supervisi, sanksi yang tepat. Dalam meningkatkan efisiensi
46
administrasi perpajakan secara khusus dapat distimulasi oleh penyediaan unit-
unit khusus untuk perusahaan besar, peningkatan perpajakan khusus untuk
Wajib Pajak kecil, penggunaan jasa perbankan untuk pemungutan pajak, dan
lain-lain.

E. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel
dependen dalam penelitian ini, pada peneliian ini akan membahas mengenai
pengaruh reformasi administrasi pajak melalui payment online system terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan-perbaikan dan
perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan
dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa
penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi
perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi
penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan
menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada
wajib pajak (Rapina, et al, 2011:2).
Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang
sangat penting dalam administrasi perpajakan yang pada akhirnya bisa
menciptakan sistem perpajakan nasional yang baik. Kepatuhan tersebut
merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem administrasi
perpajakan modern (fuad, 2011). Kepatuhan wajib pajak sangatlah penting
untuk Negara. Semakin banyak wajib pajak yang patuh, penerimaan pajak
47
Negara semakin lancar. Dengan kelancaran yang diperoleh tersebut, kebutuhan
APBN terpenuhi dengan baik sehingga pembangunan Negara dapat berjalan
dengan baik pula dan tujuan Negara untuk mensejahterakan rakyat pun dapat
tercapai (Frederica, 2008:265).
Kepatuhan wajib pajak sangatlah penting untuk Negara. Semakin
banyak wajib pajak yang patuh, penerimaan pajak Negara semakin lancar.
Dengan kelancaran yang diperoleh tersebut, kebutuhan APBN terpenuhi
dengan baik sehingga pembangunan Negara dapat berjalan dengan baik pula
dan tujuan Negara untuk mensejahterakan rakyat pun dapat tercapai (Frederica,
2008:265).
Salah satu langkah dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
pembayaran PBB adalah dengan melakukan reformasi administrasi perpajakan
melalui payment online system, Electronic payment merupakan system
pembayaran yang mendukung pada e-commerce dan memberi keuntungan pada
transaksi bisnis dengan meningkatkan layanan kepada pelanggan, peningkatan
proses cash management, hemat waktu dan efisien, transaksi pembayaran dapat
dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan berbagai media dan tidak terbatas.
Layanan e-payment digunakan untuk berbagai kebutuhan melalui Payment
Media Bank (ATM, phone banking, internet banking, mobile banking, teller)
Wahyu (2005:1).
Penelitian mengenai administrasi pajak dilakukan oleh rapina et, al
(2011), dalam penelitianya hasil penelitianya menyatakan bahwa sistem
administrasi pajak berpengaruh kepada kepatuhan wajib pajak. Penelitian lain
48
yang dilakukan oleh Tri (2010) dalam penelitianya menyatakan bahwa e-
registration, e-SPT, e-filling dan e-payment diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan dan penerimaan pajak. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesa sebagai berikut:
H
a
: Terdapat pengaruh yang signifikan antara reformasi administrasi
perpajakan melalui payment online system terhadap kepatuhan wajib
pajak.

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu banyak memberikan masukan serta
kontribusi tambahan pada penelitian ini dalam menguji hubungan antara
payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak.
49
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Devi (2012) Preferensi masyarakat
Kecamatan Dau Kabupaten
Malang dalam memilih
pola pelunasan SPPT PBB
Pola pelunasan
PBB
Menekankan
penggunaan sistem
online sebagai
pelunasan PBB dan
objek penelitiannya
hanya di kabupaten
Malang
Berbagai pola
pembayaran PBB
termasuk sistem
pembayaran online
mempengaruhi
kepatuhan wajib
pajak
2. Supriyadi dan Nur
(2008)
Pengaruh pengetahuan
pajak dan persepsi wajib
pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak
Kepatuhan wajib
pajak
pemanfaatan
teknologi informasi
untuk kelancaran
administrasi pajak
Pengetahuan pajak,
persepsi wajib pajak
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib
pajak
3. Mienati et al
(2005)
Pengaruh penerapan sistem
monitoring pelaporan
pembayaran pajak (MP3)
terhadap kepatuhan wajib
pajak
Sistem online
dalam administrasi
pajak dan
kepatuhan wajib
pajak
Penerapan sistem
monitoring
pelaporan
pembayaran pajak
yang akan
mempengaruhi
kepuasan PKP
Sistem monitoring
pelaporan
pembayaran pajak
yang baik akan
menghasilkan
kepuasan bagi PKP
Bersambung Pada Halaman Selanjutnya

50
Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4. Rapina et al
(2011)
Pengaruh Penerapan
Sistem Administrasi
Perpajakan Modern
Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
Reformasi
administrasi pajak
dan kepatuhan wp
Struktur organisasi,
prosedur organisasi,
strategi organisasi.
sistem administrasi
pajak berpengaruh
kepada kepatuhan
wajib pajak.
5 Tri (2010) Sistem pajak online-
reformasi administrasi
perpajakan di era TI
Reformasi
administrasi pajak
dan e-payment
e-registration, e-
SPT, e-filling
e-registration,e-SPT,
e-filling dan e-
payment diharapkan
dapat meningkatkan
kepatuhan dan
penerimaan pajak.
6 Rahayu (2009) Pengaruh Modernisasi
Sistem Administrasi
Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Modernisasi Sistem
Administrasi
Perpajakan dan
Kepatuhan Wajib
Pajak
Objek penelitianya
pada KPP Pratama
Bandung
Modernisasi Sistem
Administrasi
Perpajakan
berpengaruh positif
terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak
51
G. Kerangka Pemikiran
Program modernisasi administrasi perpajakan telah mendapat peran
cukup penting dalam menentukan masa depan Direktorat Jenderal Pajak.
Dalam praktiknya, DJP terus melakukan berbagai pembenahan, diantaranya
pembenahan organisasi yang kini lebih menyesuaikan pada kebutuhan wajib
pajak. Selain itu DJP juga melakukan pembaharuan di bidang informasi
teknologi, business redesign process serta sumber daya manusia (SDM).
Apabila seluruh aspek modernisasi sudah berjalan dengan baik, maka pihak
DJP dapat melakukan penilaian berbasis kinerja kepada para pegawai dan
memberikan insentif berdasarkan kinerjanya. Dengan perbandingan yang ada
dalam pengelolaan pajak di berbagai negara, utamanya negara-negara yang
lebih maju, agar mudah diaplikasikan dan dilaksanakan maka disusun konsep
modernisasi perpajakan ala Indonesia, yakni disesuaikan dengan iklim, kondisi,
dan sumber daya yang ada. Sebagai dasar dari konsep modernisasi administrasi
perpajakan adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan
pelaksanaan good governance (Pandiangan, 2008:6-9).
Adapun tujuan modernisasi perpajakan adalah untuk menjawab latar
belakang dilakukannya modernisasi perpajakan, yaitu:
1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi.
2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan
yang tinggi.
3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.
52
Adanya modernisasi administrasi perpajakan ini diharapkan mampu
meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak (tax
compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam
mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan
(SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, serta
kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting
karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya
menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang
mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Pada
hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem
administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement.
Menurut Nasucha (2004), pengukuran efektivitas administrasi
perpajakan yang lebih akurat adalah dengan mengukur berapa besarnya jurang
kepatuhan (tax gap), yaitu selisih antara penerimaan yang sesungguhnya dari
potensi pajak dengan tingkat kepatuhan dari masing-masing sektor perpajakan.
Dengan adanya perbaikan sistem administrasi perpajakan diharapkan akan
mendorong kepatuhan wajib pajak Dengan kata lain hipotesis yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah penerapan sistem administrasi
perpajakan berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak.





53
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

























Latar Belakang
Peningkatan pelayanan kepada WP
Meningkatkan kepatuhan WP
Sistem paper based memakan waktu dan biaya

Reformasi Adminitsrasi Perpajakan
Metode Analisis:
Regresi Linear Sederhana








Variabel Independen Variabel Dependen

Payment online system
(POS PBB)
Kepatuhan Wajib Pajak
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan
implikasi
54
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen (e-payment) terhadap variabel dependen (kepatuhan wajib pajak
bumi dan bangunan). Dalam penelitian ini penulis memilih objek dan subjek di
salah satu wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

B. Metode Penentuan Sampel
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian
maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah dengan mengambil
data dari Wajib Pajak yang terdapat di salah satu wilayah Jakarta Selatan dan
Wajib Pajak yang terdapat di salah satu Jakarta Timur. Sedangkan sampel pada
penelitian ini yaitu setiap wajib pajak yang aktif dalam membayar pajak.
Untuk teknik pengumpulan datanya maka peneliti menggunakan teknik
judgement sampling, metode ini pengumpulan data atas dasar strategi
kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Pada dasarnya jika pihak
interviewer menganggap jika calon responden yang dihubungi termasuk ke
dalam bagian objek penelitian, tanpa memperhatikan segi hubungannya dengan
interviewer, maka pihak interviewer dapat langsung memilih calon responden
tersebut sebagai unit sampel, asal saja calon responden tersebut sesuai dengan
55
karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan,
dimana saja dan kapan saja ditemui dijadikan elemen-elemen sampel
penelitian. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30
sampai 500 (Sugiono, 2010:52). Jumlah sampel sebanyak 100 responden
dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada wajib pajak pada
wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

C. Metode Pengumpulan Data Penelitian
1. Pengumpulan Data Primer
Data yang secara langsung dari KPP yang menjadi objek penelitian
dengan cara:
a. Penelitian Pustaka
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder
(Indriantoro dan Supomo, 2001:150). Peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,
skripsi, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penerimaan
pajak.
b. Penelitian Lapangan
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti
memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah wajib pajak pada
wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Pengumpulan data kuesioner
dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu
kuesioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti
(Indtiantoro dan Supomo, 2002:154)
56
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi
responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kemencengan distribusi (kurtosis dan skewness)
(Ghozali, 2011:19).

2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti
menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Sebagaimana dikemukakan dimuka, bahwa validitas adalah
ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu
mengukur apa yang diukur. Menurut Ghozali (2011:52) uji validitas
digunakan utnuk mengulur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji
Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r
hitung
dengan r
tabel
,
Dengan membandingkan nilai r
hitung
dari hasil output (Corrected Item-
Total Correlation) dengan r
tabel
, jika r
hitung
lebih besar dari r
tabel
maka
butir pertanyaan tersebut adalah valid, tetapi jika r
hitung
lebih kecil dari
pada r
tabel
maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2011:45).
57
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk diinginkan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang
tidak baik akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga.
Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini
digunakan untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu,
yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat
dipercaya atau diandalkan. Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach
alpha nya memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti bahwa instrumen
tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yang handal yaitu
hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Uji
realibilitas ini bertujuan untuk melihat konsistensi (Ghozali, 2011:48).

3. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier Sederhana dapat disebut model yang baik jika
model tersebut memenuhi asumsi dan terbebas dari asumsi klasik statistik,
baik itu normalitas data dan heterokedastistitas. Adapun penjelasan
mengenai uji normalitas dan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

58
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah yang memiliki distribusi normal.
normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara, diantaranya yakni
dengan melihat kurva normal P - plot.
Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan
titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran
titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. teknik lain yang dapat
digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel kategorikal
dengan chi-square (Singgih Santoso, 2011:193). Suatu data dikatakan
normal bila grafik yang ditunjukan pada grafik sebaran data berada pada
posisi disekitar garis lurus yang membentuk garis miring dari arah kiri
bawah ke kanan atas (Jonathan Sarwono, 2012:194).
Menurut Singgih Santoso (2011:196) ada beberapa cara
mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
normalitas adalah:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
59
b. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi ini digunakan apabila variasi dari faktor pengganggu
selalu sama pada data pengamatan yang satu terhadap pengamatan
lainnya. Jika ini dapat terpenuhi, berarti variasi faktor pengganggu pada
kelompok data tersebut bersifat homoskedastik. Jika asumsi ini tidak
dapat dipenuhi maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan.
Penyimpangan ini terdapat beberapa faktor pengganggu yang disebut
sebagai heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yang homoskedastik
dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kemudian menurut pandangan Bhuono (2005:62) untuk
mengetahui ada atau tidak adanya heteroskedastisitas, terdapat beberapa
cara diantaranya adalah:
1) Dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat
(ZPRED) dengan residunya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan melihat antara ZRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah
residunya.
2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik yang membentuk
suatu pola yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas secara titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka nol, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Artinya hal tersebut tersebut terbebas dari asumsi
klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.

60
4. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan melalui:
a. Uji Statistik t
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen secara parsial. Untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing
independen yaitu: reformasi administrasi pajak melalui payment online
system terhadap satu variabel dependen, yaitu kepatuhan wajib pajak,
maka nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaannya.
Apabila sig t lebih besar dari 0,05 maka H
o
diterima. Demikian
pula sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0,05, maka H
o
ditolak. Bila H
o

ditolak ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:101).

b. Persamaan Regresi Linier Sederhana
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana
dalam menguji hipotesis. Model ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh reformasi administrasi pajak melalui payment online system
terhadap kepatuhan wajib pajak. Berikut ini merupakan persamaan
regresi dari hipotesis tersebut:




Y = a + bx + e
61
Keterangan:
Y = Kepatuhan wajib pajak
a = Konstanta (titik potong: besarnya nilai y pada saat x = 0)
b = Koefisien regresi (slope), yaitu nilai yang menunjukan besarnya
peningkatan (+) atau penurunan (-) yang didasarkan pada
hubungan nilai y
x = Reformasi administrasi perpajakan melalui payment online
system
e = Error
Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah suatu studi
mengenai keteergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu
variabel independen (variabel bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi
atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
deependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui
(Gujarati: 2003) dalam Ghozali (2005: 81).

c. Koefisien Determinasi (R
2
)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Pada
pengujian hipotesis hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari
besarnya nilai (R
2
) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu
pemeriksaan pajak, penagihan pajak dan penerapan sanksi pajak serta
pengaruhnya terhadap penerimaan pajak. Nilai (R
2
) mempunyai interval
antara 0 dan 1. Jika niali R
2
bernilai besar (mendeteksi 1) berarti variabel
62
bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika (R
2
) bernilai kecil
berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen
sangat terbatas. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time
series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi
(Ghozali, 2011:97).

E. Operasionalisasi Variabel
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.
1. Reformasi Administrasi Pajak Melalui Payment Online System PBB (X1)
e-Payment adalah pembayaran pajak secara online dengan transaksi
pembayaran melalui perangkat elektronik perbankan, yaitu melalui
Automatic Teller Machine (ATM), Internet Banking ataupun Teller Bank
yang online di seluruh Indonesia.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang
menggunakan indicator dari penelitian sebelumnya Rapina et al (2011) dan
Mienati et al (2005). Terdiri dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang
menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2)
Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.


63
2. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Menurut Nusucha dalam Rapina et al (2011:11), reformasi
administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja
administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar
lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas utama reformasi administrasi
perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan
untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa
kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit penerimaan pajak
sekecil-kecilnya.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang
menggunakan indicator dari penelitian sebelumnya Rapina et al (2011) dan
Mienati et al (2005). Terdiri dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang
menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2)
Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran
Payment
Online System
(X1), Rapina et
al (2011) dan
Mienati et al
(2005)
1. Tujuan
Payment
Online System










1. Upaya yang mngefisiensi
dalam sistem paper based
memakan waktu dan biaya
2. Mempermudah wajib pajak
dalam memenuhi
kewajibannya
3. Dapat meningkatkan kinerja
Bank tempat pembayaran
Pajak bumi dan bangunan
4. Dapat meminimalkan
terjadinya manipulasi
5. Dapat memberikan informasi
yang akurat setiap waktu
kepada pihak yang
berkepentingan saja






Skala Ordinal


64
Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran
2. Dasar
Pertimbangan
Penggunaan
Pembayaran
PBB
6.Dapat menumbuhkan rasa
aman dan nyaman ketika
melakukan pembayaran
7.Dapat menghemat biaya
dalam mengurus
kewajiban perpajakan
kepada WP
8.Merupakan sistem
pembayaran pajak bumi
dan bangunann yang
sistematis, yang mampu
mengakomodir semua
proses kegiatan
administrasi pembayaran
pajak bumi dan bangunan
9.Membuat wajib pajak
dapat membayar lebih
nyaman dan fleksibel
sejalan dengan aktivitas
wajib pajak
10.Memiliki waktu
pelayanan lebih lama
11.Jumlah Bank persepsi/TP
eektronik sudah cukup
memadai





Skala ordinal
Kepatuhan
Wajib Pajak (Y)
Efektivitas
Kepatuhan Wajib
Pajak
1. Dapat mendorong untuk
menyelesaikan kewajiban
membayar pajak
2. Semua pajak yang
disetorkan oleh WP
teradministrasi dengan
baik, sehingga
mendorong WP untuk
lebih sadar.
3. Cepat dalam menemukan
masalah-masalah yang
berhubungan dengan
SPPT
4. memberikan kemudahan
akses dalam memperoleh
informasi yang akurat



Skala ordinal

65
Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran
5. Semua WP menjadi tertib
dan teratur dalam
melaksanakan kewajiban
perpajakan setelah
penerapan POS PBB
dibandingkan dengan
sebelum ada POS PBB
6. Mendorong wajib pajak
membayar pajak tepat
waktu
7. Dapat dijadikan sanksi
yang tepat bagi para
penunggak
8. Penerapan POS PBB
dapat mengefisiensi
penerbitan SPPT
9. Dengan kemudahan
prosedur pembayaran
POS PBB, jumlah WP
yang menunggak
semakin kecil




Skala ordinal












66
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap wajib pajak pada wilayah Jakarta
Selatan dan Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dengan cara penyebaran
atau pembagian kuesioner dilakukan oleh wajib pajak bumi dan bangunan
pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur yang di lakukan mulai dari
29 April 2013 sampai dengan 3 Mei 2013. Sampel diambil dengan metode
judgement sampling, metode ini pengumpulan data atas dasar strategi
kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Penyebaran kuesioner
diberikan kepada responden, responden yang diberikan adalah wajib pajak
yang terdapat di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dengan harapan
memberikan jawaban yang baik dan akurat, sehingga menghasilkan suatu
penelitian yang lebih baik lagi. Penyebaran kuesioner penelitian yang
diterima dan dapat diolah dideskripsikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian

No. Lokasi Penelitian
Jumlah
Kuesioner
Persentase
1 Wilayah Jakarta Selatan 63 63 %
2 Wilayah Jakarta Timur 37 37 %
Jumlah 100 100 %
Sumber data: Data primer yang diolah, 2013

67
Berdasarkan Tabel di atas terlihat jumlah responden yang disebar
sebanyak 100 responden yang terdiri dari wilayah Ciracas Raya sebanyak 15
wajib pajak dan Cilangkap 22 wajib pajak sebanyak di Jakarta Timur.
Sedangkan di wilayah Jakarta Selatan di sekitar Pasar Minggu sebanyak 25
wajib pajak, di Pondok Pinang sebanyak 25 wajib pajak dan di sekitar KPP
Kebayoran Baru Tiga sebanyak 13 wajib pajak.

2. Data Responden
Karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang
menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase jenis kelamin, usia
responden, pendidikan terakhir responden dan pekerjaan responden.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak pada
wilayah jakarta selatan dan jakarta timur. Kuisioner disebar dengan harapan
dapat diisi berdasarkan wajib pajak, sehingga akan menghasilkan suatu
penelitian yang balance.
Pada karakteristik reponden, terdapat 100 responden yang terdiri dari
wajib pajak yang dapat mewakili dan menjadi responden. Data mengenai
karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Data Statistik Responden

Deskripsi Jumlah Persentase (%)
Jenis
Kelamin
Pria
Wanita
82
18
82%
18%
Usia
Responden
20 25 tahun
26 31 tahun
> 31 tahun
18
51
31
18%
51%
31%


68
Tabel 4.2 (Lanjutan)

Deskripsi Jumlah Persentase (%)
Pendidikan
Terakhir
D3
S1
S2
S3
26
71
3
0
26%
71%
3%
0%
Pekerjaan Wiraswasta
Pegawai Swasta
PNS
54
32
14
54%
32%
14%
Sumber: data primer yang diolah, 2013

Tabel di atas merupakan data responden yang mengisi angket, yang
terdiri dari jenis kelamin, usia responden, pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Berdasarkan hasil input data di atas maka dapat digambarkan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
Gambar 4.1
Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin






Sumber: data primer yang diolah, 2013

Berdasarkan grafik di atas berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa
responden dengan jenis kelamin pria lebih mendominasi, terlihat dari
jumlah responden sebanyak 82 responden atau 82 % adalah pria dan 18
responden atau 18 % adalah wanita.

69
Gambar 4.2
Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden






Sumber: data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan grafik di atas berdasarkan umur responden terlihat
bahwa umur responden 20 25 tahun berjumlah 18 responden atau sebesar
18%, umur responden 26 31 tahun berjumlah 51 responden atau sebesar
51%, umur responden di atas 31 tahun berjumlah 31responden atau sebesar
31%.
Gambar 4.3
Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir








Sumber: data primer yang diolah, 2013
70
Berdasarkan grafik di atas berdasarkan pendidikan terakhir yang
dimiliki responden terlihat bahwa responden berpendidikan terakhir D3
berjumlah 26 responden atau sebesar 26%, responden berpendidikan
terakhir S1 berjumlah 71 responden atau sebesar 71%, responden
berpendidikan terakhir S2 berjumlah 3 responden atau sebesar 3% dan tidak
satupun responden yang berpendidikan terakhir S3.
Gambar 4.4
Data Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan







Sumber: data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan grafik di atas berdasarkan pekerjaan responden terlihat
bahwa responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 54 responden
atau sebesar 54%, responden yang bekerja sebagai pegawai swasta
berjumlah 32 responden atau sebesar 32 %, responden yang bekerja sebagai
pegawai negeri sipil berjumlah 14 responden atau sebesar 14%.



71
B. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Statistik Deskriptif
Pengukuran statistik deskriptif variabel dilakukan untuk
memberikan gambaran umum mengenai kisaran teoritis, kisaran aktual,
rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing - masing variabel yaitu
payment online system dan kepatuhan wajib pajak disajikan sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
POS 100 3.00 5.00 4.0483 .47016
KWP 100 3.00 5.00 4.1066 .46202
Valid N (listwise) 100
Sumber: data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat didekripsikan bahwa jumlah
responden (N) ada 100. Dari 100 responden ini variabel independen
payment online system memiliki nilai minimum 3 nilai maksimum 5,
nilai mean 4,0483, dengan standar deviasi 0,47016. Sedangkan pada
variabel dependen (kepatuhan wajib pajak) nilai minimum 3, nilai
maksimum 5, nilai mean 4,1066 dengan standar deviasi 0,46202.

b. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan
menghitung angka korelasional atau r
hitung
dari nilai jawaban tiap
responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan
r
tabel
. Nilai r
tabel
0,195, didapat dari jumlah kasus - 2, atau 100 2 = 98,
72
tingkat signifikansi 5%, maka didapat r
tabel
0,195. Setiap butir pertanyaan
dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan
lebih besar atau sama dengan r
tabel
(Ghozali, 2011:53). Berdasarkan hasil
pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena
koefisien korelasi (r
hitung
) > r
tabel
. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil
uji validitas dari variabel payment online system dengan 100 sampel
responden.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Payment Online System

Pertanyaan Nilai r
hitung
Nilai r
tabel
Kriteria
POS1 0,737 0,195 Valid
POS2 0,674 0,195 Valid
POS 3 0,464 0,195 Valid
POS 4 0,510 0,195 Valid
POS 5 0,505 0,195 Valid
POS 6 0,519 0,195 Valid
POS 7 0,580 0,195 Valid
POS 8 0,597 0,195 Valid
POS 9 0,674 0,195 Valid
POS 10 0,603 0,195 Valid
POS 11 0,669 0,195 Valid
Sumber: data primer yang diolah, 2013
Variabel payment online system terdiri atas 11 butir pernyataan, dari ke
- 11 butir pernyataan adalah valid (r
hitung
> r
tabel
). Tabel di bawah ini
menunjukkan hasil uji validitas dari variabel kepatuhan wajib pajak
dengan 100 sampel responden.



73
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Pertanyaan Nilai r
hitung
Nilai r
tabel
Kriteria
PP1 0,625 0,195 Valid
PP2 0,736 0,195 Valid
PP3 0,575 0,195 Valid
PP4 0,445 0,195 Valid
PP5 0,550 0,195 Valid
PP6 0,509 0,195 Valid
PP7 0,610 0,195 Valid
PP8 0,668 0,195 Valid
PP9 0,606 0,195 Valid
Sumber: data primer yang diolah, 2013
Variabel kepatuhan wajib pajak terdiri atas 9 butir pernyataan,
dari ke - 9 butir pernyataan adalah valid (r
hitung
> r
tabel
).

c. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen
telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini
untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang
digunakan adalah dengan mengukur koefisien Cronbachs Alpha dengan
bantuan program SPSS 20. Nilai alpha bervariasi dari 0 1, suatu
pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari
0,70 dalam (Ghozali, 2011:48).
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach's
Alpha
N of
I tems
Keterangan
Payment Online System 0,880 11 Reliabel

Kepatuhan Wajib Pajak

0,863 9 Reliabel

Sumber: data primer yang diolah, 2013

74
Tabel 4.6 menunjukkan nilai cronbachs alpha atas variabel
payment online system sebesar 0,880, variabel dan variabel kepatuhan
wajib pajak sebesar 0,863. sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan
dalam kuesioner semua variabel ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbachs alpha lebih besar dari 0,70.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti
bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif
sama dengan jawaban sebelumnya. Uji validitas digunakan untuk
mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu
mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2011:
45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner
dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti
asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang
diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus
digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji
normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen
75
dan variabel dependen yaitu payment online system dan kepatuhan wajib
pajak (Y) keduanya memiliki distribusi normal atau tidak, berikut ini
gambar grafik uji normalitas data pada grafik pp plot.
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas Data

Sumber: data primer yang diolah, 2013
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena
asumsi normalitas (Ghozali 2011:163).

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi
variabel tidaksama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas
76
kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukan hubungan
yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: data primer yang diolah, 2013
Dari grafik Scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. (Imam Ghozali
2011:139).





77
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji t
Uji statistik t berguna untuk menguji pengaruh dari masing-
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat pada
tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.7,
jika nilai probability t < 0,05 maka H
a
diterima, sedangkan jika nilai
probability t > 0,05 maka H
a
ditolak. (Ghozali, 2011:101).
Tabel 4.7
Hasil Uji t
Coefficients
a

Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .970 .249 3.898 .000
POS .775 .061 .788 12.689 .000
a. Dependent Variable: KWP
Sumber: data primer yang diolah, 2013
Hasil uji hipotesis yang ditunjukkan pada tabel 4.7, variabel
payment online system mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,000 dan
nilai t
hitung
sebesar 12,689 > t
tabel
sebesar 1,98. Hal ini berarti H
a
diterima
sehingga dapat dikatakan bahwa payment online system berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak karena tingkat
signifikasi yang dimiliki variabel payment online system < 0,05 (0,000 <
0,05) dan nilai t
hitung
> t
tabel
(12,689 > 1,98). Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mienati et al (2005) dalam
penelitianya yang berjudul Pengaruh penerapan sistem monitoring
pelaporan pembayaran pajak (MP3) terhadap kepatuhan wajib pajak.
78
Hasil penelitianya menyatakan bahwa sistem monitoring pelaporan
pembayaran pajak yang baik akan menghasilkan kepuasan bagi PKP.
Hasil juga terlihat bahwa payment online system dapat meningkatkan
kepatuhan wajib pajak, hal ini terlihat berdasarkan data dari tahun 2003
sampai 2012 mengenai jumlah pengguna payment online system
berdasarkan data bagian Teknologi Informasi Perpajakan (TIP) Dirjen
Pajak.
Hal ini membuktikan bahwa payment online system cukup efektif
dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan pada
tahun 2003 sampai dengan 2012.

b. Hasil Uji Koefisien Regresi Linier Sederhana
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar
variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang
sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163), berikut ini hasil
persamaan regresi linier sederhana.
Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Coefficients
a

Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .970 .249 3.898 .000
POS .775 .061 .788 12.689 .000
a. Dependent Variable: KWP
Sumber: data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di
atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:


79
Y= 0,970 + 0,775 X

Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta
sebesar 0,970. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel payment online
system dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka kepatuhan wajib
pajak akan meningkat sebesar 0,970 satuan atau 97 %.
Koefisien regresi pada variabel payment online system berarah
positif dan signifikan sebesar 0,775, hal ini berarti jika variabel payment
online system bertambah satu satuan maka variabel kepatuhan wajib
pajak bertambah sebesar 0,775 satuan atau sebesar 77,5%.

c. Hasil Uji R
2
(Koefisien Determinasi)
Menurut Ghozali (2011:97) untuk menentukan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu
diketahui nilai koefisien determinasi (R-Square). Adapun hasil uji
determinasi R
2
:
Tabel 4.9
Hasil Uji Determinasi (R
2
)
Model Summary
b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .788
a
.622 .618 .28564
a. Predictors: (Constant), POS
b. Dependent Variable: KWP
Sumber: data primer yang diolah, 2012
Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi
berganda (R), koefisien determinasi (R Square). Berdasarkan tabel model
summary
b
di atas diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R)
sebesar 0,788. Ini menunjukkan bahwa variabel payment online system
terhadap kepatuhan wajib pajak mempunyai hubungan yang sangat kuat.
80
Hasil pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,622. Hal ini berarti 62,2% dari
kepatuhan wajib pajak bisa dijelaskan oleh variabel independen (payment
online system). Sedangkan sisanya (100% - 62,2% = 37,8%) dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini
seperti variabel pengetahuan pajak dan persepsi wajib pajak (supriyadi
dan Nur, 2008), penerapan sistem administrasi perpajakan modern
(Rapina et al, 2011). Dengan mengetahui faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak maka tujuan pemerintah dalam
meningkatkan penerimaan pajak demi terlaksananya pembangunan akan
tercapai sesuai dengan harapan semua pihak.

81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa payment online
system terhadap kepatuhan wajib pajak. Responden penelitian ini berjumlah
100 orang wajib Pajak wilayah Jakarta selatan dan Jakarta timur. Berdasarkan
pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan model regresi sederhana, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji regresi ditemukan bahwa. Pengujian hipotesis
yang dilakukan membuktikan bahwa variabel payment online system
berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini
mendukung penelitian Mienati et al (2005) yang menyatakan bahwa sitem
online dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan berdasarkan uji
determinasi ditemukan nilai R
2
sebesar 0,622. Hal ini membuktikan bahwa
payment online system dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak sebesar
62,2% sedangkan sisanya 37,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak
dimasukan dalam penelitian ini.
Berdasarkan data sekunder peningkatan wajib pajak bumi dan bangunan
ditemukan bahwa setelah ada penerapan payment online system yang dimulai
pada tahun 2003 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup baik
dari tahun ke tahun
82

B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa payment online system
memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak, hal ini
membuktikan bahwa semakin baiknya payment online system maka akan
semakin tinggi kepatuhan wajib pajak. Dengan hasil penelitian tersebut maka
perlu adanya penyuluhan dalam melakukan payment online system, sehingga
akan meningkatkan wajib pajak bumi dan bangunan yang menggunakan
payment online system yang berakibat pada peningkatan kepatuhan wajib pajak
bumi dan bangunan.
Dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan
melalui payment online system tidak hanya melalui pemahaman wajib pajak
mengenai penggunaanya saja, tetapi perlu adanya rangsangan bagi wajib pajak
dalam menggunakan payment online system salah satu rangsanganya adalah
melakukan peningkatan sistem layanan yang baik dan lebih canggih lagi yang
lebih nyaman dan tidak menyulitkan wajib pajak dalam proses penggunaan
pembayaran melalui online








83
DAFTAR PUSTAKA


Adinur et al., 2006, Tinjauan Perpajakan Indonesia, Koperasi Pegawai Kantor
Pusat Dirjen Pajak, Jakarta.

Anggara, Yulia, 2010, Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung,
Jurnal Wacana Kinerja, Vol 13, Nomor 2, hal 173-185, Jawa Barat.

Bawazier, Fuad, 2011,Reformasi Pajak di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia,
Vol.8, Nomor 8, hal 1-12. ISSN: 0216-1338.

Casavera, 2009, Perpajakan, Graha ilmu, Yogyakarta.

Dindie et al.,Analisis Perbandingan Efektivitas Sistem Elektronic Currency
sebagai Metode Pembayaran Online, Jurnal Piranti Warta, Vol 11,
Nomor 3, hal 333-341. Jakarta Selatan.

Direktur Jenderal Pajak KEP-533/PJ/2000, Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi
dan Bangunan.

Echols, John. M dan Hasan Shadily.kamus inggris Indonesia. Cetakan ke-25.
PT Gramedia, Jakarta, 2000.

Fawzia,Antari,Http://finance.detik.com/read/2009/11/09/085934/1237796/690/se
putar-sistem pemungutan-pajak-indonesia,artikel tersebut diakses
tanggal 2 April 2013.

Frederica, Diana, 2008, Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak,
Jurnal Akuntansi, Vol 3, Nomor 8, hal 261-282. Yogyakarta.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19,
Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2011.

Hamid, Abdul. Panduan Penulisan Skripsi. FEIS UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2010.

Http://sharing-pajak.bolgspot.com/2009/02/tata-cara-pembayaran-pajak-bumi

Indonesian Tax Review.Tax focus: bayar PBB? Itu pasti, volume II edisi 21/2010.


84

Kadir, Abdul, 2007, Analisis Kebijakan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Bumi
dan Bangunan Sektor Perkebunan dalam Pelaaksanaan Otonomi dan
Peningkatan Sumber Pendapatan Daerah di Sumatera Utara, Jurnal
Wawasan, Vol 13, No.2, hal 77-91. Sumatera Utara. Medan.

Koentarto, Ilham, 2011,Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Masyarakat da lam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan, Jurnal Socioscientia, Vol 3, Nomor 2. Kalimantan.

Laksmi et al.,2009,Pengaruh Budaya Organisasi dan Persepsi Karyawan
tentang Kebijakan Kompensasi terhadap Komitmen Karyawan,
Jurnal Manajemen, Vol 1, Nomor 1. Jakarta.

Mardiasmo. Perpajakan. edisi revisi. ANDI. Yogyakarta. 2009.

Media Keuangan Vol. V No. 40/Desember/2010, hal. 8

Mienati et al., 2008,Pengaruh Penerapan Sistem Monitoring Pelaporan
Pembayaran Pajak (MP3) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak,
Jurnal Akuntansi & Keuangan Indonesia, Vol 2, Nomor 1, p 130-158,
Surabaya.

Nasucha, chaizi, 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik, PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Nuranifah et al.,2009Hubungan Kinerja Aparat dengan Peningkatan Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan, Jurnal Ekonomi, Luwu Utara.

Pamuji, kadar, 2011,Implikasi Kebijakan Pendaerahan Pengelolaan PBB
Setelah Berlakunya UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah &
Retribusi Daerah, Jurnal Dinamika Hukum, vol.11, no 1,
Purwokerto.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor:167/PMK.03/2007.

Prihandono, Tjandra (2004). Analisis Kepuasan Wajib Pajak atas Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan. Skripsi: Fakultas Ekonomi, Bogor.

Rahman, Abdul, Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan, Nuansa,
Bandung, 2010.

Rapina et al., 2011,Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal Riset Akuntansi,
Vol III, Nomor 2, Jakarta.


85

Resmi, Siti, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Sholichah, muminatus dan Istiqomah, 2005,Perilaku Wajib Pajak Terhadap
Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di
Kabupaten Gresik, Jurnal Logos, Vol 3, Nomor 1, h 1-14, Gresik.

Siahaan, Pahala, 2009, Pajak Bumi dan Bangunan Teori dan Praktik, Graha ilmu,
Yogyakarta.

Siaran Pers Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, 2012,Strategi
Pengamanan Penerimaan Perpajakan Tahun 2012, Jakarta.

Sitepu, Budi, 2011,Pembaharuan Sisten Perpajakan Daerah di Indonesia,
Jurnal Legislasi Indonesia, Vol 8, Nomor 1, hal 98-116, ISSN 0216-
1338.

Sugiono. Metode Penelitian Bisnis. Cet-13. Alfabeta Bandung. 2010.

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-40/PJ/2008,Tentang Tata Cara
Pembayaran dan Pelimpahan Hasil Penerimaan PBB melalui Tempat
Pembayaran Elketronik, Agustus, 2008.

Sutawijaya, Adrian, 2004,Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai
Tanah sebagai Dasar Penilaian NJOP PBB Di Kota Semarang,
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9,No.1,hal 65-78, Semarang.

Sulistyani, Tri, 2010,Sistem Pajak Online-Reformasi Administrasi Perpajakan Di
Era Teknologi dan Informasi,Jurnal Manajemen, Vol 2,No 1, Tegal.

Undang-Undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan.

Waluyo ,Perpajakan Indonesia. Buku 2, edisi 8. Salemba Empat, Jakarta:2009.

www.pajak.go.id.tentang pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan, artikel tersebut
diakses tanggal 3 April 2013.

www.piramidasoft.co?p=308 tentang Payment Online System Pajak Bumi dan
Bangunan, artikel tersebut diakses tanggal 6 Juni 2012.

86

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, April 2013

Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
Di tempat

Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program
Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : Samsiyah
NIM : 208082000003
Jurusan/Smt. : Akuntansi / IX
Fak/jur/smt : Ekonomi dan Bisnis/akuntansi pajak/x
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan
judulPENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
MELALUI PAYMENT ONLINE SYSTEM (POS PBB) TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK.
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i
untuk menjadi respoden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan
sebelumnya saya mohon maaf telah mengganggu waktunya. Data yang diperoleh
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai
pendataan di tempat Bapak/Ibu/Saudara/i tinggal, sehingga kerahasiaannya akan
saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i merupakan
faktor kunci untuk mengetahui Pengaruh Kesadaran, Pengetahuan Peraturan
Perpajakan, Persepsi yang Baik atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kualitas
Pelayanan, dan Ketegasan Sanksi Perpajakan, Terhadap Kemauan Untuk
Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan dan pernyataan secara hati-hati
dan menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat
salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan ini dan sejumlah
pertanyaan agak sedikit kontroversial, mungkin anda akan bersifat netral, akan
tetapi usahakan memilih rating yang lebih menunjukkan perasaan
Bapak/Ibu/Saudara/i.
Apabila di antara Bapak/Ibu/Saudara/i ada yang membutuhkan hasil
penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menghubungi saya (telp. dan
email tertera di bawah). Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan
waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dan pernyataan dalam
penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

hormat saya
Dosen Pembimbing I Peneliti





(Amilin,Dr,SE, M.si,Ak) (Samsiyah)
87

A. Deskriptif Responden
*) Nama :
Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
Usia :
Alamat :
Pendapatan/tahun :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :

Pilihlah salah satu alternatif jawaban untuk setiap pernyataan berdasarkan
pendapat anda dengan membubuhkan tanda ( ) atau ( X ).
Setiap pertanyaan terdiri dari 5 pilihan jawaban:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
R = Ragu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju









*boleh tidak diisi
88

KUESIONER

Pilihlah salah satu alternative jawaban untuk setiap pernyataan berdasarkan
pendapat anda dengan membutuhkan tanda ) atau ( X ).
Setiap pertanyaan terdiri dari 5 pilihan jawaban:
SS = Sangat setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat tidak setuju

B. Payment Online System (X)
Variabel Payment Online Sytem PBB merupakan suatu aplikasi
pendukung sistem manajemen informasi objek pajak (SISMIOP) yang
berfungsi untuk meningkatkan pelayanan informasi wajib pajak yang
berhubungan dengan PBB dan pemantauannya, juga telah dikembangkan
aplikasi pembayaran online PBB melalui ATM (Prihandono, 2004).
No. Uraian SS S N TS STS
1 Penerapan pembayaran PBB secara online merupakan
upaya yang mengefisiensi dalam sistem paper based
memakan waktu dan biaya

2 Penerapan pembayaran PBB secara online
mempermudah wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya

3 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat
meningkatkan kinerja Bank tempat pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan

4 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat
meminimalkan terjadinya manipulasi

5 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat
menumbuhkan rasa aman dan nyaman ketika
melakukan pembayaran

6 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat
menghemat biaya dalam mengurus kewajiban
perpajakan kepada wajib pajak

89


No. Uraian SS S N TS STS
7 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat
memberikan informasi yang akurat setiap waktu
kepada pihak yang berkepentingan saja

8 Penerapan pembayaran PBB secara online
merupakan sistem pembayaran pajak bumi dan
bangunan yang sistematis, yang mengakomodir
semua proses kegiatan administrasi pembayaran
pajak bumi dan bangunan

9 Penerapan pembayaran PBB secara online membuat
wajib pajak dapat membayar lebih nyaman dan
fleksibel sejalan dengan aktivitas wajib pajak

10 Penerapan pembayaran PBB secara online memiliki
waktu pelayanan lebih lama

11 jumlah Bank persepsi/ TP elektronik sudah cukup
memadai


C. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya secara formal sesuai dengan undang-undang
perpajakan, kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak
secara subtantif hakikat memenuhi sesuatu ketentuan material perpajakan
yakni sesuai dengan isi dan jiwa UU perpajakan (Frederica, 2008:265)
No. Uraian SS S N TS STS
1 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat
mendorong saya untuk menyelesaikan kewajiban
membayar pajak

2 Penerapan pembayaran PBB secara online, semua pajak
yang disetorkan oleh wajib pajak teradministrasi dengan
baik, sehingga mendorong wajib pajak untuk lebih sadar

3 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat secara
cepat dalam menemukan masalah-masalah yang
berhubungan dengan SPPT

4. Penerapan pembayaran PBB secara online memberikan
kemudahan akses dalam memperoleh informasi yang
akurat


90


No. Uraian SS S N TS STS
5. Semua wajib pajak menjadi tertib, dan teratur dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan setelah penerapan
Payment Online System PBB dibandingkan dengan
sebelum ada Payment Online System PBB

6 Penerapan pembayaran PBB secara online mendorong
wajib pajak membayar pajak tepat waktu

7 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat
mengefisiensi penerbitan SPPT

8 Dengan kemudahan prosedur pembayaran Payment
Online System PBB, jumlah wajib pajak yang
menunggak semakin kecil.

































91

Lampiran 2: Data Mentah Jawaban Responden

Payment Online System

No POS1 POS2 POS3 POS4 POS5 POS6 POS7 POS8 POS9 POS10 POS11 Total Rata-rata
1 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 50 4,55
2 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 47 4,27
3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 41 3,73
4 3 5 3 4 4 3 3 4 5 3 3 40 3,64
5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 52 4,73
6 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 45 4,09
7 3 5 3 3 3 3 3 4 5 3 3 38 3,45
8 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 41 3,73
9 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 52 4,73
10 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 47 4,27
11 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 40 3,64
12 4 4 5 5 3 3 5 4 4 4 4 45 4,09
13 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 51 4,64
14 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 46 4,18
15 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 41 3,73
16 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 54 4,91
17 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 37 3,36
18 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 53 4,82
19 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 51 4,64
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 3,00
21 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 35 3,18
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4,00
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5,00
24 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 52 4,73
25 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 35 3,18
26 4 4 3 3 4 5 3 3 4 4 4 41 3,73
27 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 45 4,09
28 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 34 3,09
29 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 54 4,91
30 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 41 3,73
31 4 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 49 4,45
32 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 50 4,55
33 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 38 3,45
34 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 39 3,55
35 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 48 4,36
36 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 51 4,64
37 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 40 3,64
38 3 3 5 4 4 4 3 3 3 4 4 40 3,64
39 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 49 4,45
40 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 51 4,64
41 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 41 3,73
42 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 50 4,55
43 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 50 4,55
44 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 46 4,18
45 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 37 3,36
46 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 51 4,64
47 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 44 4,00
48 4 5 4 4 5 4 2 5 5 5 5 48 4,36
49 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 47 4,27
50 3 3 5 5 3 3 3 3 3 3 3 37 3,36
51 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 37 3,36
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4,00
53 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5,00
54 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 52 4,73
55 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 41 3,73
56 3 5 4 3 4 4 5 3 5 4 4 44 4,00
57 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 47 4,27
58 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 36 3,27
59 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 51 4,64
92


No POS1 POS2 POS3 POS4 POS5 POS6 POS7 POS8 POS9 POS10 POS11 Total Rata-rata
60 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 35 3,18
61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 42 3,82
62 4 3 4 5 5 5 3 4 3 4 4 44 4,00
63 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 41 3,73
64 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 49 4,45
65 4 3 4 5 5 5 3 4 3 4 4 44 4,00
66 4 5 4 4 4 4 5 4 5 3 3 45 4,09
67 4 4 5 3 3 3 4 5 4 4 4 43 3,91
68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4,00
69 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 4 45 4,09
70 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 43 3,91
71 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 41 3,73
72 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 42 3,82
73 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 49 4,45
74 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 45 4,09
75 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 41 3,73
76 4 3 3 5 4 5 3 4 3 5 5 44 4,00
77 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,91
78 4 5 3 5 5 4 5 4 5 4 4 48 4,36
79 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 50 4,55
80 4 5 4 3 3 3 5 4 5 4 4 44 4,00
81 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 40 3,64
82 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 2 35 3,18
83 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 49 4,45
84 4 4 5 3 3 3 4 4 4 4 4 42 3,82
85 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3,91
86 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 44 4,00
87 4 5 4 3 4 3 5 5 5 4 4 46 4,18
88 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 3,91
89 5 4 4 3 5 3 5 5 4 4 3 45 4,09
90 4 5 4 4 3 4 5 5 5 4 4 47 4,27
91 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,91
92 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45 4,09
93 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,91
94 4 3 4 4 2 2 4 4 3 5 3 38 3,45
95 4 4 4 3 4 3 5 5 4 4 4 44 4,00
96 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 46 4,18
97 4 4 4 4 4 4 3 2 4 5 4 42 3,82
98 5 5 5 4 4 3 3 4 5 4 4 46 4,18
99 3 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 49 4,45
100 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 48 4,36
















93

Kepatuhan Wajib Pajak

No KWP1 KWP2 KWP3 KWP4 KWP5 KWP6 KWP7 KWP8 KWP9 Total Rata-Rata
1 4 5 4 4 5 5 4 5 5 41 4,56
2 5 4 5 4 4 4 5 4 4 39 4,33
3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 33 3,67
4 4 3 4 5 3 3 4 3 3 32 3,56
5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 42 4,67
6 5 4 5 4 4 4 4 4 4 38 4,22
7 4 3 4 5 3 3 3 3 3 31 3,44
8 3 4 3 3 4 4 4 4 4 33 3,67
9 4 5 4 5 5 5 3 5 5 41 4,56
10 5 4 5 4 4 4 4 4 4 38 4,22
11 3 4 3 4 4 3 4 3 4 32 3,56
12 4 4 4 4 4 5 3 5 4 37 4,11
13 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44 4,89
14 4 4 5 4 4 4 5 5 4 39 4,33
15 3 4 4 4 4 3 4 4 4 34 3,78
16 5 5 4 5 5 5 4 4 5 42 4,67
17 3 3 4 3 3 3 4 4 3 30 3,33
18 4 5 5 5 5 4 5 5 5 43 4,78
19 5 5 4 5 5 5 4 4 5 42 4,67
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 3,00
21 3 3 4 3 3 3 3 3 3 28 3,11
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5,00
24 5 5 4 5 5 5 5 5 5 44 4,89
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 3,00
26 4 4 4 4 4 4 4 3 4 35 3,89
27 4 4 5 4 4 4 4 5 4 38 4,22
28 3 3 4 3 3 3 3 4 3 29 3,22
29 5 5 4 5 5 4 5 4 5 42 4,67
30 4 4 3 4 4 3 4 3 4 33 3,67
31 4 4 4 5 4 4 4 4 4 37 4,11
32 5 5 5 4 5 5 5 5 5 44 4,89
33 3 3 3 4 3 3 3 3 3 28 3,11
34 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 3,89
35 5 5 5 4 5 5 5 5 5 44 4,89
36 4 4 4 5 4 4 4 4 4 37 4,11
37 3 3 3 4 3 3 3 3 3 28 3,11
38 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 3,89
39 5 5 5 4 5 5 5 5 5 44 4,89
40 4 4 4 5 4 4 4 4 4 37 4,11
41 3 4 4 4 4 4 3 4 4 34 3,78
42 4 4 4 5 4 4 4 4 4 37 4,11
43 5 4 5 5 4 5 5 5 4 42 4,67
44 4 4 5 4 4 5 4 5 4 39 4,33
45 4 4 3 3 4 3 4 3 4 32 3,56
46 5 4 4 5 4 4 5 4 4 39 4,33
47 3 3 4 4 4 4 3 4 3 32 3,56
48 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5,00
49 5 5 4 4 4 4 5 4 5 40 4,44
50 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 3,00
51 4 4 4 3 3 5 4 4 4 35 3,89
52 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 3,89
53 5 5 5 5 5 4 5 5 5 44 4,89
54 4 4 4 5 5 4 4 4 4 38 4,22
55 4 4 4 4 4 5 4 4 3 36 4,00
56 3 3 4 5 4 5 3 4 4 35 3,89
57 4 4 5 4 5 3 4 5 3 37 4,11
58 3 3 4 3 4 4 3 4 4 32 3,56
59 5 5 4 5 4 4 5 4 5 41 4,56
60 3 3 4 5 4 5 3 4 4 35 3,89
61 4 4 5 4 3 4 4 5 5 38 4,22
62 4 5 4 5 4 3 5 4 4 38 4,22
94


No KWP1 KWP2 KWP3 KWP4 KWP5 KWP6 KWP7 KWP8 KWP9 Total Rata-Rata
63 4 4 4 4 4 4 4 4 3 35 3,89
64 5 4 5 4 4 4 4 5 4 39 4,33
65 4 4 4 4 4 5 4 4 4 37 4,11
66 4 5 4 4 3 4 5 4 3 36 4,00
67 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37 4,11
68 4 4 3 5 4 4 4 3 4 35 3,89
69 4 4 4 4 4 5 4 4 3 36 4,00
70 4 5 4 4 3 4 5 4 4 37 4,11
71 4 4 4 5 4 4 4 4 3 36 4,00
72 5 5 5 4 3 4 5 5 4 40 4,44
73 3 3 5 4 4 5 3 5 4 36 4,00
74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00
75 5 5 4 5 4 4 5 4 4 40 4,44
76 4 5 4 4 5 5 5 4 3 39 4,33
77 3 5 4 4 4 4 5 4 4 37 4,11
78 4 4 4 4 4 4 4 4 5 37 4,11
79 3 4 4 5 4 4 4 4 4 36 4,00
80 4 5 4 4 4 3 5 4 5 38 4,22
81 4 4 5 5 3 4 4 5 5 39 4,33
82 3 5 5 4 2 4 5 5 4 37 4,11
83 4 4 4 4 4 4 4 4 5 37 4,11
84 4 4 4 4 4 5 4 4 3 36 4,00
85 4 4 5 4 4 5 4 5 4 39 4,33
86 4 5 4 4 4 4 5 4 4 38 4,22
87 5 5 4 5 4 4 5 4 3 39 4,33
88 4 5 4 4 3 4 5 4 4 37 4,11
89 5 4 5 4 4 4 4 5 3 38 4,22
90 5 5 5 5 4 4 5 5 4 42 4,67
91 4 5 4 5 4 4 5 4 3 38 4,22
92 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 3,89
93 4 4 4 4 4 5 4 4 3 36 4,00
94 4 4 3 4 5 5 4 3 4 36 4,00
95 5 3 4 4 4 4 3 4 3 34 3,78
96 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00
97 3 4 4 3 5 5 4 4 4 36 4,00
98 3 5 5 5 4 4 5 5 4 40 4,44
99 4 4 5 4 4 4 4 5 5 39 4,33
100 4 5 5 5 4 4 5 5 5 42 4,67


















95

Lampiran 3: Hasil Perhitungan SPSS

Uji Validitas Dan Reliabilitas


Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 100 100.0
Excluded
a
0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.880 11

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
POS1 4.06 .679 100
POS2 4.12 .686 100
POS3 4.11 .665 100
POS4 4.03 .745 100
POS5 4.05 .702 100
POS6 3.95 .702 100
POS7 4.01 .772 100
POS8 4.07 .714 100
POS9 4.12 .686 100
POS10 4.01 .643 100
POS11 4.00 .651 100

Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
POS1 40.47 21.585 .737 .861
POS2 40.41 21.901 .674 .865
POS3 40.42 23.276 .464 .878
POS4 40.50 22.535 .510 .876
POS5 40.48 22.818 .505 .876
POS6 40.58 22.731 .519 .875
POS7 40.52 21.909 .580 .871
POS8 40.46 22.170 .597 .870
POS9 40.41 21.901 .674 .865
POS10 40.52 22.596 .603 .869
POS11 40.53 22.171 .669 .865

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
44.53 26.696 5.167 11



96

Kepatuhan Wajib Pajak


Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 100 100.0
Excluded
a
0 .0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.863 9


Item Statistics
Mean Std. Deviation N
KWP1 4.03 .703 100
KWP2 4.17 .682 100
KWP3 4.16 .615 100
KWP4 4.19 .662 100
KWP5 4.01 .643 100
KWP6 4.11 .665 100
KWP7 4.14 .697 100
KWP8 4.16 .647 100
KWP9 3.99 .703 100


Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KWP1 32.93 13.561 .625 .845
KWP2 32.79 13.178 .736 .834
KWP3 32.80 14.242 .575 .850
KWP4 32.77 14.603 .445 .862
KWP5 32.95 14.210 .550 .852
KWP6 32.85 14.290 .509 .856
KWP7 32.82 13.664 .610 .846
KWP8 32.80 13.677 .668 .841
KWP9 32.97 13.646 .606 .847


Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
36.96 17.291 4.158 9




97

Hasil Uji Regresi Linier Sederhana



Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
POS 100 3.00 5.00 4.0483 .47016
KWP 100 3.00 5.00 4.1066 .46202
Valid N (listwise) 100

Correlations
KWP POS
Pearson Correlation
KWP 1.000 .788
POS .788 1.000
Sig. (1-tailed)
KWP . .000
POS .000 .
N
KWP 100 100
POS 100 100

Variables Entered/Removed
a

Model Variables Entered Variables
Removed
Method
1 POS
b
. Enter
a. Dependent Variable: KWP
b. All requested variables entered.

Model Summary
b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .788
a
.622 .618 .28564
a. Predictors: (Constant), POS
b. Dependent Variable: KWP

ANOVA
a

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 13.137 1 13.137 161.010 .000
b

Residual 7.996 98 .082
Total 21.133 99
a. Dependent Variable: KWP
b. Predictors: (Constant), POS

Coefficients
a

Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .970 .249 3.898 .000
POS .775 .061 .788 12.689 .000
a. Dependent Variable: KWP

98







99





One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
POS KWP
N 100 100
Normal Parameters
a,b

Mean 4.0483 4.1066
Std. Deviation .47016 .46202
Most Extreme Differences
Absolute .065 .120
Positive .065 .084
Negative -.064 -.120
Kolmogorov-Smirnov Z .647 1.196
Asymp. Sig. (2-tailed) .797 .114
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Anda mungkin juga menyukai