ANALISIS PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
MELALUI PAYMENT ONLI NE SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN
WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Samsiyah NIM. 208082000003
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M i ANALISIS PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN MELALUI PAYMENT ONLI NE SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Samsiyah NIM. 208082000003
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin SE., M.Si., Ak Wilda Farah SE,. M.Si., Ak NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19830326 20091 2 205
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, tanggal 28 Mei 2012 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa: 1. Nama : Samsiyah 2. NIM : 208082000003 3. Jurusan : Akuntansi Pajak 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Melalui Payment Online System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Mei 2012
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( ) NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua
3. Yulianti, SE,. M.Si ( ) NIP. 19820318 201101 2 011 Penguji Ahli iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, tanggal 19 Juni 2013 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1. Nama : Samsiyah 2. NIM : 208082000003 3. Jurusan : Akuntansi Pajak 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Melalui Payment Online System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 Juni 2013
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( ) NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua
3. Drs. Abdul Hamid Cebba.Ak, MBA.,CPA ( ) NIP. 19620502199303 1 003 Penguji Ahli
4. Dr. Amilin SE., M.Si., Ak ( ) NIP. 19730615 200501 1 009 Pembimbing I
5. Wilda Farah SE,. M.Si., Ak ( ) NIP. 19830326 20091 2 205 Pembimbing II iv SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa : Samsiyah NIM : 208082000003 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi Pajak
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat den gan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Juni 2013
(Samsiyah)
v DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi 1. Nama : Samsiyah 2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Januari 1990 3. Alamat : Jl. Delima Jaya II no. 18 Rempoa, Tangerang Selatan, Ciputat Timur 4. Agama : Islam 5. Nama Ayah : H. Abdullah 6. Nama Ibu : Hj. Masudah F 7. Nomor Telepon : 085811381578 8. E-mail : samsame3166@yahoo.co.id
B. Data Pendidikan Formal 1. 1994 - 1996 : TK. Aisyiah Rempoa 2. 1996 - 2002 : SDN 09 Bintaro 3. 2002 - 2005 : SMPN 178 Jakarta 4. 2005 - 2008 : SMAN 87 Jakarta 5. 2008 - 2012 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Perpajakan).
vi ABSTRACT
This research aims to know the influence of tax administration reform through payment online system on compliance of taxpayers in property tax. The research was conducted on the taxpayers in South and East Jakarta with judgement sampling technique as the sampling method. The test used is simple regression. The result showed that payment online system has a positive and significant influence on compliance of taxpayers in property tax. According to data from The Directorate General of Taxation, in 2003 to 2012, the payment online system has increased the level of this compliance from year to year, especially the compliance of taxpayers in property tax in South and East Jakarta.
Keywords: payment online system, tax compliance
vii ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh reformasi administrasi perpajakan melalui payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan, Penelitian ini dilakukan pada wajib pajak pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan tekhnik judgement sampling. Uji yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa payment online system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan berdasarkan data dirjen pajak payment online system meningkatkan kepatuhan dari tahun ke tahun, hal tersebut berdasarkan data tahun 2003 sampai 2012 yang meningkatkan jumlah wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Kata kunci: payment online system, kepatuhan wajib pajak
viii KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Melalui Payment Online System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi Dan Bangunan. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Peneliti sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta tetap menuntun peneliti dijalan yang benar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Abah dan ummi tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan doa yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis, serta adik- adikku ipul dan viki serta seluruh keluarga yang telah menyemangati, memberikan keceriaan, doa dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Amilin SE.,M.Si,Ak selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini. ix 5. Ibu Wilda Farah, SE.,M.Si,Ak selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada peneliti selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua. 7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 8. Abdul Malik SE, suamiku yang selalu mendampingiku dan memberi semangat 9. Teman-teman seperjuangan khususnya Akuntansi A angkatan 2008 yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas akhir kuliah. Seluruh sahabat terbaik terima kasih atas bantuan, semangat dan doanya. 10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi peneliti, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua, terima kasih banyak.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2013
(Samsiyah) x DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... i Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................. ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .............................................. iv Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v Abstract ........................................................................................................... vi Abstrak ........................................................................................................... vii Kata Pengantar .............................................................................................. viii Daftar Isi ........................................................................................................ x Daftar Tabel ................................................................................................... xiii Daftar Gambar .............................................................................................. xiv Daftar Lampiran ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 14 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 16 A. Tinjauan Umum Pajak .............................................................. 16 1. Pengertian Pajak .................................................................. 16 2. Fungsi Pajak ........................................................................ 17 3. Sistem Perpajakan ............................................................... 19 4. Pengelompokan Pajak ......................................................... 21 B. Pajak Bumi dan Bangunan ...................................................... 22 1. Subjek Pajak ....................................................................... 24 2. Objek pajak ......................................................................... 26 3. Tarif pajak ........................................................................... 30 xi 4. Dasar Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan .................... 31 5. Cara Menghitung Pajak Terhutang ..................................... 32 6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan ............................... 32 7. Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan ............................ 35 C. Reformasi Administrasi Perpajakan ........................................ 37 D. Payment Online System ........................................................... 39 1. Pengertian Payment Online System ..................................... 39 2. Tujuan Payment Online System ........................................... 41 3. Dasar Pertimbangan Penggunaan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Melalui Fasilitas Perbankan ........................ 43 E. Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................... 44 F. Keterkaitan Antar Variabel Dan Perumusan Hipotesis ........... 46 G. Penelitian Terdahulu ............................................................... 48 H. Kerangka Pemikiran ................................................................ 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 54 A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 54 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 54 C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 55 D. Metode Analisis Data ............................................................... 56 E. Operasional Variabel Penelitian .............................................. 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 66 A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 66 1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 66 2. Data Responden ................................................................ 67 B. Hasil Dan Pembahasan ............................................................ 71 1. Hasil Uji Kualitas data ........................................................ 71 a. Hasil Statistik Deskriptif ................................................ 71 b. Hasil Uji Validitas .......................................................... 73 c. HasilUji Reliabilitas ....................................................... 74
xii 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................... 74 a. Hasil Uji Normalitas Data .............................................. 74 b. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 75 3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................... 77 a. Hasil Uji t ....................................................................... 77 b. Hasil Uji koefisien Regresi Linier Sederhana ................ 78 c. Hasil Uji R Square ......................................................... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 81 A. Kesimpulan .............................................................................. 81 B. Implikasi .................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 83 LAMPIRAN .................................................................................................. 86
xiii DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................... 49 3.1 Operasional Variabel Penelitian ............................................... 63 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ........................................... 67 4.2 Data Statistik Responden .......................................................... 67 4.3 Statistik Deskriptif ................................................................... 71 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Payment Online System ............. 72 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak .............. 73 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................ 73 4.7 Hasil Uji t (Parsial) .................................................................. 77 4.8 Hasil Uji Koefisien Regresi Linier Sederhana ......................... 78 4.9 Hasil Uji Determinasi (R 2 ) ...................................................... 79
xiv DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Grafik Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ........ 2 1.2 Grafik Peningkatan Wajib Pajak Dari Mulai Diberlakukannya Payment Online System PBB Sejak Tahun 2003 Sampai Tahun 2012 ........................................................ 10 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 53 4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............ 67 4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden ................................................................................ 68 4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................................................................... 69 4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................... 70 4.5 Hasil Uji Normalitas Data ....................................................... 75 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 76
xv DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Kuesioner Penelitian ................................................................ 86 2 Data Mentah Jawaban Responden ........................................... 91 3 Hasil Perhitungan SPSS .......................................................... 95 4 Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 100
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saat ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian kalangan telah menempatkan pajak sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan tugas bernegara yang ditangani oleh Pemerintah (Nuranifah et al, 2010:3). Pungutan pajak berdampak mengurangi kekayaan individu tetapi sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang mungkin dikembalikan lagi kepada masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang akhirnya akan bermanfaat pada masyarakat. Jadi jelas bahwa kepentingan masyarakat dibiayai oleh pajak. Pajak mempunyai tujuan untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya dalam kas negara dengan maksud untuk membiayai pengeluaran negara, dapat dikatakan bahwa pajak dalam hal ini sebagai fungsi budgetair. Tetapi selain itu pajak juga mempunyai fungsi mengatur (regulered) yang artinya sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu (Resmi, 2009:3). Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak dapat dijadikan sebagai sarana atau akses bagi pemerintah untuk mewujudkan suatu tatanan pemerintahan yang baik dan berkesinambungan, oleh karena itu 2 pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan dari sektor pajak agar perekonomian negara dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pada saat ini pajak adalah merupakan sumber penerimaan negara yang cukup signifikan besarnya, berikut peneliti tampilkan realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan ke dalam format tabel pada enam tahun terakhir Gambar 1.1 Grafik Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
Sumber: Bagian Teknologi Informasi Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak. Sampai saat ini terlihat bahwa untuk pendapatan pemerintah dalam Pajak Bumi dan Bangunan dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan di setiap Kanwilnya. Penerimaan pajak bumi dan bangunan yang paling tinggi secara keseluruhan terdapat di wilayah Jakarta Selatan sedangkan untuk penerimaan paling rendah diakumulasikan dalam enam tahun terakhir ini terdapat di wilayah Jakarta Timur. 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara 2007 2008 2009 2010 2011 2012 3 Dalam bidang perpajakan, untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah pemerintah pusat telah memberikan bagian penerimaan yang berasal dari pajak pusat untuk kegiatan pembiayaan dan pembangunan bagi pemerintah daerah. Saat ini, pajak pusat yang sebagian penerimaannya telah diberikan kepada pemerintah daerah antara lain Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (Anggara, 2010:173). Dalam pembiayaan pembangunan suatu daerah pemerintah daerah membutuhkan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan daerah. Dengan adanya pemberian otonomi daerah kepada pemerintah daerah dan di keluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah memberikan lebih banyak kewenangan kepada daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahan dan untuk mengatur sumber-sumber penerimaan daerah sebagai wujud pelaksanaan otonomi daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 5 ayat 2 terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pajak Bumi dan Bangunan seperti yang disebutkan pada UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Objek Daerah yang bersumber dari PBB Pedesaan dan Perkotaan, dimana yang menjadi PBB dalam UU No. 28 tahun 2009 adalah bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau 4 dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Jenis objek yang termasuk bangunan dan perkecualiannya sama dengan yang diatur dalam UU No.12 tahun 1985. Sebelum UU No.28 tahun 2009, PBB dikelola oleh pemerintah dan sebagian besar hasilnya diserahkan kembali ke daerah dalam bentuk Dana Bagi Hasil. Dalam pasal 12 UU No.33 tahun 2004, dengan rincian sebagai berikut (Kadir, 2007:81): 1. 10% bagian pusat dari penerimaan pajak bumi dan bangunan dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten/kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun anggaran berjalan dengan perimbangan sebagai berikut b. 65% dibagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten/kota c. 35% dibagikan secara insentif kepada daerah/kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor tertentu, yang tujuannya untuk mendorong intensifikasi pemungutan pajak bumi dan bangunan. 2. 90% untuk daerah, yaitu dirinci sebagai berikut: a. 16,2% untuk daerah provinsi b. 64,8% daerah kabupaten/kota c. 9% untuk biaya pemungutan.
5 Tentang perimbangan dana bagi hasil pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dari penerimaan PBB sebesar 90% untuk daerah oleh karena PBB dikelola pemerintah, maka segala kegiatan dari mulai pendataan, penilaian, penetapan besarnya PBB, pelayanan kepada masyarakat, sampai dengan mengurus hal administrasi masuknya uang ke kas negara dan kas daerah. Namun dengan berlakunya UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah segala urusan terkait PBB yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah oleh karena itu sudah sepantasnya apabila Pemerintah Daerah harus mengetahui bagaimana sistem pengelolaan PBB sesuai dengan pasal 2 UU No. 28 tahun 2009 baik dari pendataan hingga mengurus administrasi ke kas daerah. Peralihan PBB perkotaan dan pedesaan dari pajak pusat menjadi pajak daerah yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009 akan memberi dampak terhadap keuangan negara dan keuangan daerah. Pada prinsipnya secara administrasi terjadi perpindahan pencatatan hasil pemungutan PBB, jika sebelumnya penerimaan PBB tercatat pada keuangan negara (APBN) dalam penerimaan perpajakan, kemudian setelah mekanisme peralihan berjalan akan masuk dalam PAD khususnya pajak daerah. Bentuk kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini adalah titik balik dalam pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). 6 Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah: 1. Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah. 2. Memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru (menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah), 3. Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah, 4. Memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah 5. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah (Dirjen pajak, 2012). Adapun manfaat pengalihan PBB-P2 dan BPHTB adalah dengan pengalihan ini, penerimaan PBB-P2 dan BPHTB akan sepenuhnya masuk ke pemerintah kabupaten/kota sehingga diharapkan mampu meningkatkan jumlah pendapatan asli daerah. Pada saat PBB-P2 dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota hanya mendapatkan bagian sebesar 64,8 % dan BPHTB hanya mendapatkan 64%. Setelah pengalihan ini, semua pendapatan dari sektor PBB-P2 dan BPHTB akan masuk ke dalam kas pemerintah daerah. Salah satu contoh daerah yang mengalami kenaikan pendapatan asli daerah pasca pengalihan PBB-P2 dan BPHTB adalah kota Surabaya. Walikota Surabaya, Ir. Tri Rismaharini, MT. menyatakan bahwasanya pada tahun 2010, PAD kota Surabaya hanya Rp.1 Triliun. Di tahun 2011, PAD kota Surabaya akan menjadi Rp.2 Triliun. Beliau manambahkan bahwa penyebab kenaikan PAD tersebut berasal dari PBB dan BPHTB (Media keuangan, 2010:8) 7 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diarahkan dapat memperkuat potensi sumber penerimaan daerah dan dapat membiayai pembangunan negara, objek PBB yang merupakan bumi dan bangunan merupakan objek pajak yang stabil baik dari segi jumlah dan nilainya. Jumlah dan luas bumi dan bangunan tidak pernah berkurang bahkan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk. Nilai jual obyek PBB sebagai tax base, tidak pernah mengalami penurunan. Banyak dan meratanya obyek PBB menjadi salah satu jenis pajak yang dominan bagi masing-masing daerah (Sutawijaya, 2004:66). Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terjadi transaksi jual-beli, NJOP ditentukan dengan perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. Agar objek pajak yang berupa bumi dan bangunan dapat dikenakan pajak, maka perlu dihitung NJOP nya dan untuk itu diatur serta ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan tentang penetuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan (Lubis, 2008:730). Dalam hal jumlah objek pajak yang sangat besar dan semakin pentingnya kedudukan NJOP sebagai acuan dalam berbagai jenis kegiatan khususnya yang berkaitan dengan akurasi data objek pajak, selain itu juga dibutuhkan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek pajak (Casavera, 2009:228). Sedangkan rencana penerimaan perpajakan tahun 2012 adalah sebesar Rp 1,03257 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 78,74% dari rencana 8 penerimaan negara tahun 2012 sebesar Rp.1.311,38 triliun yang menunjukkan angka ini harus dipertahankan dan ditingkatkan dengan kualitas sistem pajak yang dterapkan. Reformasi perpajakan merupakan hal yang perlu dan penting. Langkah perbaikan ke arah perubahan tentu harus dilakukan dengan cara reformasi perpajakan secara menyeluruh. Ada beberapa fungsi yang bisa diperoleh Pertama, tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi. Kedua, tercapainya kepercayaan pada administrasi perpajakan dan ketiga, tercapainya produktivitas aparat perpajakan. Tentunya jika reformasi bisa berjalan sesuai rencana, akan mendongkrak penerimaan pajak karena potensi penerimaan pajak di Indonesia masih cukup besar. Pembaharuan sistem perpajakan daerah di Indonesia merupakan tuntutan dari implementasi kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal yang dilakukan dengan menyerahkan sumber-sumber pendapatan kepada daerah secara bertahap. Pengalihan jenis pajak provinsi tertentu dan sebagian jenis pajak pusat kepada kabupaten/kota. Kondisi ekonomi dan potensi pajak yang dimiliki oleh kabupaten/kota di Indonesia sangat bervariasi, diperlukan strategi pemerintah untuk memberikan asistensi dan fasilitas bagi daerah tertentu agar pemungutan pajak daerah dapat berjalan lancar. Di sisi lain, evaluasi dan penyempurnaan kebijakan perpajakan daerah perlu terus dilakukan untuk menciptakan sistem perpajakan daerah yang efisien dan efektif di Indonesia (Sitepu, 2011:56)
9 Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam administrasi perpajakan yang pada akhirnya bisa menciptakan sistem perpajakan nasional yang baik. Kepatuhan tersebut merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem administrasi perpajakan modern. Seluruh administrasi pajak yang ada pada dasarnya untuk menjamin agar sesuai dengan hukum pajak. Ukuran administrasi pajak ini bisa dilihat melalui pelaksanaan administrasi perpajakan dan bekerja sesuai dengan kebijakan perpajakan di negara berkembang (Fuad, 2011:36). Sistem administrasi perpajakan modern dapat merangkul kemajuan teknologi terbaru di antaranya melalui pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case management system dalam workflow system dengan berbagai modul otomasi kantor serta berbagai pelayanan dengan basis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e-Payment, TaxpayersAccount, e-Registration, dan e-Counceling yang diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku pegawai dalam melaksanakan tugas. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan-perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi 10 penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak (Rapina, et al, 2011:2). Sejalan dengan maksud untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam melakukan pembayaran PBB, maka Direktorat Jenderal Pajak saat ini telah menyesuaikan sistem pembayaran PBB dengan perkembangan teknologi di bidang informasi dan perbankan. Telah dikembangkan pembayaran dengan cara langsung dimana data pada tempat pembayaran PBB langsung terhubung pada basis data KPPBB Pratama setempat. Cara ini dikenal dengan sebagai Payment on line system (Siahaan, 2009:333). Berikut adalah tabel penambahan wajib pajak dari mulai diberlakukannya Payment online system PBB sejak tahun 2003 sampai tahun 2012: Gambar 1.2 Grafik Peningkatan Wajib Pajak Dari Mulai Diberlakukannya Payment Online SystemPBB Sejak Tahun 2003 Sampai Tahun 2012
Sumber: Bagian Teknologi Informasi Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak. 0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 11 Dengan semakin meningkatnya jumlah wajib pajak yang menggunakan fasilitas payment online system PBB menggambarkan bahwa adanya respon positif dari masyarakat untuk mendukung adanya reformasi administrasi pajak dalam memperlancar pembayaran pajak yang diharapkan adanya peningkatan pendapatan pajak daerah dan kepatuhan wajib pajak. Adapun penyebab dari adanya penunggakan dari pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Selain dari wajib pajak yang membandel, tunggakan PBB tersebut diduga akibat penyalahgunaan oleh kepala desa atau perangkat desa yang bertugas sebagai petugas pemungut PBB. Ada beberapa masalah yang muncul di lapangan sehingga realisasi penerimaan PBB tidak mencapai target dan tunggakan PBB terus meningkat. Masalah itu, misalnya, rendahnya kesadaran sejumlah wajib pajak, terutama yang berdomisili di luar desa, apalagi belum ada sanksi tegas bagi wajib pajak yang bandel. Selain itu, dia menyoroti rendahnya kesadaran beberapa kepala desa selaku petugas pemungut PBB atau perangkat desa selaku pembantu petugas pemungut PBB dalam melaksanakan kewajiban pemungutan dan penyetoran PBB (Mulyadi, 2011). Oleh karena itulah dengan adanya sistem pembayaran online ini sangat membantu wajib pajak dalam bertransaksi dan serta mencegah dari tindakan manipulasi pihak manapun. Aplikasi Sistem Informasi Pajak Bumi dan Bangunan terdiri dari beberapa modul/bagian. Salah satunya adalah pembayaran dengan jumlah objek pajak bumi dan bangunan relatif banyak sebanyak jumlah kavling dalam satu kota/kabupaten, karena akan banyak permintaan informasi tentang history pembayaran. Selain itu wajib pajak PBB 12 dapat berdomisili dimanapun, sehingga sangat penting adanya sistem pembayaran online dan semi online yang handal untuk mengelola data yang menjadi objek pajak. Aplikasi turunan dari SISMIOP selanjutnya adalah POS PBB, aplikasi ini memungkinkan wajib pajak membayar PBB di setiap tempat yang telah menjalankan POS, tanpa terkait dengan wilayah administrasi. POS pertama kali dijalankan pada Agustus 1999 di DKI Jakarta. Pada tahun 2003 aplikasi ini dikembangkan menjadi aplikasi e-payment, sehingga wajib pajak dapat membayar PBB lewat ATM (Automatic Teller Machine) Bank BCA di seluruh Indonesia (Adinur et al, 2006:15). Sebelumnya sistem pembayaran yang lazim digunakan adalah paper based payment, yang merupakan sistem pembayaran yang dilakukan secara manual dimana pembayar dan penerima bertransaksi secara langsung, contohnya cek dan giro. Sistem pembayaran ini pun berkembang menjadi electronic payment system, dimana sistem pembayaran elektronik ini memanfaatkan teknologi dalam bertransaksi, misalnya kartu debet dan kartu kredit. Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena sangat pentingnya peran teknologi dengan Payment Online System yang dapat melancarkan suatu kegiatan pembayaran pajak bumi dan bangunan, dimana tak lain sistem ini yang merupakan aplikasi pendukung dari SISMIOP yang implikasinya diarahkan dapat membantu untuk mengetahui tingkat penerimaan pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan hal tersebut, maka 13 peneliti melakukan penelitian ini yang berjudul Analisis Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan melalui Payment Online System terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan menurut Persepsi Wajib Pajak. Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan Mienati et al (2005), Rapina et al (2011) dan Tri (2010). Perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat pada variable independen dan objek penelitian. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian Mienati et al (2005) adalah sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak, sedangkan pada penelitian Rapina et al (2011) adalah struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasi dan pada penelitian Tri (2011) menggunakan variable e-registration, e-SPT, e-Filling, dan e- Payment. Adapun variable independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah e-Payment. Variabel independen yang terdapat pada penelitian ini digunakan karena adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya. 2. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian Mienati et al (2005) terdapat dikantor wilayah Dirjen Pajak Jawa Bagian Timur, pada penelitian Rapina et al (2011) terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying. Adapun objek penelitian ini terdapat di salah satu wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
14 B. Perumusan Masalah Dengan terus berkembangnya sistem administrasi perpajakan yang merupakan dampak dari kemajuan teknologi yang diharapkan dapat terjadi perubahan yang akan berpengaruh peningkatan penerimaan pajak. Dengan adanya sistem pembayaran online PBB diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran pajak terutang. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dibuat suatu perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah reformasi administrasi perpajakan melaui payment online system berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian. 1. Tujuan Penelitian Untuk memperoleh bukti empiris tentang besarnya pengaruh reformasi administrasi perpajakan melalui payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak diantaranya yaitu: a. Bagi Wajib Pajak Sebagai bahan pengetahuan lebih mendalam mengenai teknologi yang berkembang dan sudah mulai diterapkan, dimana kontribusinya pihak wajib pajak dapat mengetahui tujuan dari perkembangan teknologi yang ada.
15 b. Bagi Kantor Pajak Sebagai bahan pengetahuan akademik sehingga dapat dijadikan suatu pegangan dalam menggambarkan pengaruh sistem payment online system menurut persepsi wajib pajak. c. Bagi Mahasiswa Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses belajar mengajar pada program study sehingga dapat diterapkan di lapangan dan untuk menambah referensi sebagai rekomendasi penelitian yang akan dilaksanakan di waktu yang akan datang. d. Bagi Penulis Menggali ilmu pengetahuan dan menguji pengetahuan yang didapat selama belajar di perguruan tinggi untuk dapat diaplikasikan dalam menyusun penelitian dan mengolah data yang ada untuk mencapai hasil yang diharapkan, dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh tidak hanya dari segi ilmu akuntansi pajak saja tetapi bagaimana seberapa besar mengetahui penggunaan teknologi yang ada berguna bagi masyarakat.
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Pajak 1. Pengertian pajak Menurut Anggara (2010:174), Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam menghasilkan pendapatan daerah. Masalah yang tengah dihadapi oleh pemerintah daerah adalah lemahnya kemampuan pendapatan daerah untuk menutupi biaya dalam melaksanakan belanja pembangunan daerah yang setiap tahunnya semakin meningkat. Menurut waluyo (2007:2), Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional. Dibawah ini merupakan definisi pajak sebagai berikut: Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dirunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Soemitro (2009:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut S.I Djajadiningrat dalam Resmi (2009:1), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang 17 disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Menurut Dr. Feldman dalam Resmi (2009:2), pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum. Jadi pajak adalah iuran yang wajib dibayarkan rakyat kepada Negara menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) yang tidak mendapatkan balas jasa secara langsung untuk membiayai pengeluaran rutin Negara yang tak lain juga diperuntukkan untuk kesejahteraan umum.
2. Fungsi pajak Menurut Mardiasmo (2009:2) fungsi pajak dalam masyarakat suatu negara terbagi dalam 2 (dua) fungsi, yaitu: a. Fungsi Budgetair (sumber dana bagi pemerintah) fungsi ini bertujuan untuk memasukan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak- banyaknya antara lain mengisi anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, sehingga posisi anggaran pendapatan dan pengeluaran yang berimbang tercapai. 18 b. Fungsi Regulerend (mengatur) fungsi pajak yang secara tidak langsung dapat mengatur dan menggerakan perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang demikian maka dapat menumbuhkan objek pajak dan subjek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga basis pajak lebih meningkat lagi. Menurut Resmi (2009:3), terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulared (pengatur): a. Fungsi budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai Sumber Keuangan Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain. b. Fungsi Regulered (Pengatur) Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
19 Berdasarkan fungsi pajak diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi budgetair merupakan suatu alat untuk mengisi kas negara atau daerah sebanyak-banyaknya dalam rangka membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah pusat maupun daerah, sedangkan fungsi regulerend yaitu bersifat mengatur dalam bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya. 3. Sistem Perpajakan Menurut (Resmi, 2009:11), System perpajakan dapat disebut sebagai metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh wajib pajak dapat mengalir ke kas Negara, system pemungutan pajak dapat dibedakan atas: a. Official Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang.contoh : Pajak bumi dan bangunan (PBB) dan BPHTB b. Self Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang peenuh kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.contoh: pajak penghasilan (PPH) c. Withholding System adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong besarnya pajak yang terutang. 20 Adapun dengan adanya sistem perpajakan di Indonesia akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit akan berdampak pada penurunan tingkat kepatuhan wajib pajak. Di Indonesia, menerapkan keiga sistem tersebut. Official assessment system diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dimana KPP akan mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai besarnya PBB yang terhutang setiap tahun. Jadi wajib pajak tidak perlu menghitung sendiri, tapi cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP dimana tempat objek pajak tersebut terdaftar. Sedangkan Self assessment sistem contohnya diterapkan dalam penyampaian SPT Tahunan PPh (baik untuk Wajib Pajak Badan maupun Wajib Pajak Orang Pribadi dan SPT masa PPN, sementara withholding tax system diterapkan dalam mekanisme pemotongan/pemungutan sesuai PPH Pasal 21, PPH Pasal 22, PPH Pasal 23, PPH Pasal 26, PPH Pasal 4 ayat (2), PPH Pasal 15 dan PPN (Fauzia, 2009).
21 4. Pengelompokan Pajak Pengelompokkan pajak menurut Mardiasmo dalam Rapina et al (2012:7) dibagi menjadi 3 bagian yaitu: menurut golongannya, sifatnya, dan lembaga pemungutnya. 1. Pengelompokkan pajak menurut golongannya: a. Pajak Langsung Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Tidak Langsung Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2. Pengelompokkan pajak menurut sifatntya: a. Pajak Subjektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
22 3. Pengelompokkan pajak menurut lembaga pemungutnya: a. Pajak Pusat Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai. b. Pajak Daerah Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas: Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak Penerangan Jalan.
B. Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Undang-Undang mengenai Pajak Bumi dan Bangunan tidak mendefinisikan secara tegas, namun secara umum PBB dapat diartikan sebagai pajak yang dipungut atas pemilikan/penguasaan dan atau pemanfaatan bumi dan bangunan di Indonesia. Jadi Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang ditujukan secara luas yang dikenakan baik atas pemilikan atau pemanfaatan atas bumi dan bangunan di Indonesia (kecuali bumi dan bangunan yang dikecualikan) akan dikenakan pajak. Pengenaan PBB tdak terkait sama sekali dengan bukti pemilikan tanah dan bangunan. 23 Menurut Nuranifah et al, (2010:3), Pajak Bumi dan Bangunan sebagai salah satu komponen yang mendukung dana perimbangan mempunyai pengaruh terhadap besarnya bagian dana perimbangan yang akan diterima oleh daerah penghasil. Oleh karena itu Pajak Bumi dan bangunan perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam hal penanganannya, sehingga nantinya akan dapat memberikan sumbangan yang besar pada pendapatan asli daerah (PAD). Menurut Koentarto (2011:2), Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang menggunakan sistem yang cukup memudahkan Wajib Pajak, tidak seperti pajak lainnya yang secara umum menggunakan self assessment system. PBB merupakan pajak dengan sistem pemungutan semi self assessment system dimana pihak fiskus yang lebih pro aktif dan kooperatif melakukan perhitungan, penetapan pajak yang terutang dan mendistribusikannya kepada pemerintah daerah melalui Dispenda berdasarkan Surat Pendaftaran Objek Pajak (SPOP) yang diisi oleh wajib pajak atau verifikasi pihak fiskus dilapangan, Pemerintah Daerah melalui kecamatan, Kelurahan/Desa, bahkan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sampai ketangan wajib pajak dan juga menerima pembayaran PBB. Menurut Mardiasmo (2009:312), Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau 24 dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Termasuk dalam pengertian bangunan: a. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan kompleks bangunan b. Jalan tol c. Kolam renang d. Pagar mewah e. Tempat olahraga f. Galangan kapal, dermaga g. Taman mewah h. Tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
1. Subjek Pajak Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2009, subjek pajak adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi atau memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, atau menguasai, atau memperoleh manfaat atas bangunan. Menurut Undang-undang No.16 tahun 2011, subjek pajak adalah: a. yang menjadi subjek PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai hak atas Bumi atau memperoleh hak manfaat atas bumi, atau memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan.
25 b. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak menurut peraturan Daerah ini. c. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya , Kelapa Dinas Pelayanan Pajak atas nama Gubernur dapat menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak. d. Subjek pajak yang ditetapkan dapat memberi keterangan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan Pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak dimaksud. e. Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak disetujui, maka Kepala Dinas Pelayanan Pajak membatalkan penetapan sebgai wajib pajak dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud. f. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Kepala Dinas Pelayanan Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. g. Apabila dlaam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan, Kepala Dinas Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui. Menurut Waluyo (2009:157), Subjek pajak dalam pajak bumi dan bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan bangunan dan atau memperoleh manfaat atas bumi dan atau memiliki menguasai dan atau memperoleh manfaat atas banguna, subjek pajak tersebut diatas menjadi wajib pajak bumi dan bangunan. 26 Menurut Casavera (2009:232), Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manfaat atas bumi, memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat atas bangunan. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) menjadi wajib pajak PBB. Apabila suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak. Menurut Mardiasmo (2009: 316), Subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas atas bumi, memiliki, menguasai dan memperoleh atas manfaat bangunan. Dengan demikian tanda pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. Subjek pajak yang dimaksud dalam pernyataan diatas dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.
2. Objek Pajak Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2009, objek pajak adalah Bumi atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan / atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Jenis objek bangunannya sama dengan yang diatur dalam UU No.12 tahun 1985. Besarnya NJOPTKP paling rendah adalah Rp. 10.000.000 untuk setiap wajib pajak dan ditetapkan oleh Peraturan Daerah. 27 Menurut Undang-undang No.16 tahun 2011, objek pajak adalah sebagai berikut: a. Objek PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. b. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah: 1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut. 2) Jalan tol, 3) Kolam renang 4) Pagar mewah 5) Tempat olahraga 6) Galangan kapal, dermaga 7) Taman mewah 8) Tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;dan 9) Menara 10) Rumah susun 11) Apartemen strata title c. Klasifikasi objek pajak sebagaimana dimaksud pada angka (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
28 d. Objek pajak yang tidak dikenakan PBB Pedesaan dan Perkotaan 1) Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan. 2) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk memperoleh keuntungan. 3) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis itu. 4) Merupakan cagar budaya yang tidak dimanfaatkan sebagai hunian dan kegiatan usaha. 5) Merupakan ruang terbuka hijau, hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. 6) Digunakan oleh perwakilan diplomatic dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. 7) Digunakan oleh perwakilan diplomatik atau perwakilan lembaga internasional yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Keuangan. 8) Ditetapkan NJOPTKP sebesar Rp. 15.000.000 untuk setiap wajib pajak. Objek pajak adalah bumi dan bangunan. Pengertian bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan perairan. termasuk dalam pengertian bangunan; 29 a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut. b. Jalan TOL. c. Kolam renang d. Pagar mewah e. Tempat olahraga f. Galangan kapal, dermaga g. Taman mewah h. Tempat penampungan/kilang minyak , air dan gas, pipa minyak. i. Fasilitas lain yang memberikan manfaat Objek pajak adalah bumi dan bangunan, termasuk juga unit tempat usaha, perumahan, apartemen, seperti tercantum dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak Tentang Ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi melalui pendataan objek pajak bumi dan bangunan. Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan perhitungan pajak yang terutang. Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Letak 2. Peruntukan 3. Pemanfaatan 4. Kondisi lingkungan dan lain-lain 30 Sedangkan dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Bahan yang digunakan. 2. Rekayasa. 3. Letak 4. Kondisi lingkungan dll (casavera, 2009:229)
3. Tarif pajak Menurut UU No. 12 tahun 1994, tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0,5%. Menurut UU No. 28 tahun 2009, tarif pajak PBB sebesar 3%, tarif tersebut ditetapkan oleh Peraturan Daerah. Menurut UU No 16 tahun 2011, tarif pajak yang ditetapkan sebagai berikut: a. Tarif 0,01% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan kurang dari Rp 200.000.000. b. Tarif 0,1% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp 200.000.000 s/d Rp 2.000.000.000. c. Tarif 0,2% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp 2.000.000.000 kurang dari Rp 10.000.000. d. Tarif 0,3% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan Bangunan Rp 10.000.000 atau lebih.
31 4. Dasar Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan Menurut UU No.16 tahun 2011, dasar pengenaan PBB Pedesaan dan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), besarnya NJOP ditetapkan setiap satu tahun, dan penetapan besarnya NJOP ditetapkan dengan peraturan Gubernur. Menurut Mardiasmo (2009:317), dasar pengenaan pajak adalah sebagai berikut: a. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual objek pajak. b. Besarnya nilai jual objek pajak (NJOP) ditetapkan setiap tiga tahun sekali oleh kepala kantor wilayah dirjen pajak atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat pemerintah daerah setempat. c. Dasar perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendah nya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari nilai jual objek pajak (NJOP). d. Besarnya persentase ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. Untuk perekonomian sekarang ini, terutama untuk tidak terlalu membebani wajib pajak di daerah pedesaan, tetapi dengan tetap memperhatikan penerimaan, khususnya bagi Pemerintah Daerah, maka telah ditetapkan persentase untuk menetukan besarnya NJKP, yaitu: 1. Sebesar 40% dari NJOP untuk: a. objek pajak perkebunan b. objek pajak kehutanan 32 c. objek pajak lainnya, yang wajib pajak perorangan dengan NJOP atas bumi dan banngunan sama atau lebih besar dari satu milyar. 2. Sebesar 20% dari NJOP untuk a. objek pajak pertambangan b. objek pajak lainnya yang NJOP nya kurang dr 1 Milyar
5. Cara Menghitung Pajak Terutang Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan NJKP. Pajak bumi dan bangunan = tarif pajak x NJKP = 0,5% x (persentase NJKP X (NJOP - NJOPTKP) Menurut UU No. 28 tahun 2009, cara perhitungan pajak 0,3% x dasar pengenaan pajak (NJOP) sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 79 ayat (3) setelah dikurangi NJOPTKP sebgaiman yang dimaksud dalam pasal 77 ayat (5). Menurut UU No. 16 tahun 2011, cara perhitungan pajak yaitu besarnya pokok PBB Pedesaan dan Perkotaan yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi NJOPTKP.
6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan a. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat- lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. 33 b. Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak diterimanya SKP oleh wajib pajak c. Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar 2% sebulan. d. Denda administrasi yang dimaksud nomor 3, ditambah dengan utang pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP) (Mardiamo, 2009: 324) Tempat pembayaran PBB selanjutnya disingkat TP, adalah Bank Umum/ Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB dan memindahbukukan ke Bank Persepsi/Pos Persepsi. Pembayaran PBB terutang untuk objek pajak: a. Pedesaan dan perkotaan dilakukan di TP atau TP elektronik, TP elektronik adalah Bank Umum/ Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB secara elektronik dan memindahnukukan ke Bank Persepsi Elektronik/ Pos Persepsi Elektronik. Bank Persepsi Elektronik/Pos Persepsi Elektronik, yang selanjutnya disebut Bank/Pos Persepsi Elekrtronik, adalah Bank Umum/Kantor Pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pemindahbukuan hasil penerimaan PBB dari TP elektronik dan melimpahkan hasil penerimaan PBB ke Bank Operasional III (BO III).
34 b. Perkebunan, kehutanan dan pertambangan Non Migas dilakukan di Bank/Pos Persepsi. c. Pertambangan Migas dan Energi Panas Bumi dilakukan di Bank/Pos Persepsi yang merangkap sebagai BO III, Bank Operasional III, yang selanjutnya disebut BO III, adalah Bank Umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pelimpahan hasil penerimaan PBB dari Bank/Pos Persepsi dan Bank/Pos Persepsi Elektronik, melakukan pembagian hasil penerimaan PBB dan membayar pengembalian kelebihan pembayaran PBB (Casavera, 2009:236) Menurut UU No.16 tahun 2011, tata cara pembayaran dapat dilakukan dengan: a. Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat- lambatnya sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. b. Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak tanggal diterbitkannya. c. Gubernur atas permohonan wajib pajak setelah memnuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan denda sebesar 2% setiap bulan. d. Pajak yang terutang dibayar ke Bank Pemerintah, Bank Daerah, Unit Pelayanan Daerah-BPKD, Bank swasta atau tempat pembayaran lain yang ditunjukan oleh Gubernur. 35 7. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Pembayaran PBB terutang untuk objek pajak: a. TP elektronik TP elektronik adalah Bank Umum/kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB secara elektronik dan memindahbukukan ke Bank Persepsi Elektronik / Pos Persepsi Elektronik. b. Perkebunan, kehutanan, dan Pertambangan Non Migas dilakukan di Bank/Pos Persepsi c. Pertambangan Migas dan Energi Panas Bumi dilakukan di Bank/Pos persepsi yang merangkap sebagai BO III. Bank operasional III adalah Bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pelimpahan hasil penerimaan PBB dari Bank/ Pos persepsi dan Bank/Pos Persepsi Elektronik, melakukan pembagian hasil penerimaan PBB dan membayar pengembalian kelebihan pembayaran PBB (Casavera, 2009:237). Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui fasilitas perbankan elektronik dapat dilaksanakan dengan menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), phone banking, internet banking, atau fasilitas perbankan elektronik lainnya. a. Pembayaran pajak menggunakan fasilitas perbankan elektronik (ATM, internet banking phone banking, dsb) 1) Wajib pajak mendatangi fasilitas perbankan elektronik dengan membawa data yang lengkap dan benar tentang: 36 a) Nomor Obyek Pajak (NOP); b) Tahun pajak, yang menunjukan periode kewajiban pajak yang akan dibayar 2) Membuka menu pembayaran pajak bumi dan bangunan. 3) Mengisi elemen dalam tampilan dengan data sebagaimana dimaksud dalam angka 1 di atas secara tepat, lengkap dan benar. 4) Meneliti identitas wajib pajak yang terdiri dari NOP, nama, Kelurahan, jumlah PBB yang terhutang dan Tahun Pajak yang muncul pada tampilan.Apabila identitas wajib pajak yang terdiri NOP, nama, Kelurahan, jumlah PBB yang terhutang dan tahun pajak pada tampilan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka proses berikutnya harus dibatalkan dan kembali kepada menu sebelumnya untuk mengulang pemasukan data yang diperlukan, karena ada kemungkinan terjadi kesalahan pemasukan data yang diperlukan. 5) Mengambil hasil keluaran fasilitas perbankan elektronik yang berupa Tanda Terima Pembayaran PBB yang disetarakan dengan STTS. 6) Mengecek kebenaran "Tanda Terima Pembayaran PBB" yang diperoleh. b. Pembayaran Pajak menggunakan fasilitas cash management service (CMS) pembayaran melalui CMS dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara Bank dan nasabah (wajib pajak) sepanjang sistem yang menangani jenis pelayanan ini terhubung dengan sistem pembayaran pajak secara online (Dirjen Pajak: KEP-371/PJ./2002). 37 Pembayaran pajak bumi dan bangunan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor:167/PMK.03/2007. a. PBB yang terutang dapat dibayar di bank umum/kantor pos yang ditunjuk. Penunjukan tempat pembayaran oleh Menteri Keuangan dilimpahkan kepada KP PBB/Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama. b. PBB pun dapat dibayar melalui tempat pembayaran elektronik, yaitu bank umum/kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran PBB secara elektronik dan memindahbukukan ke bank persepsi elektronik/pos persepsi elektronik. Penunjukan tempat pembayaran elektronik oleh Menteri Keuangan dilimpahkan kepada kepada Dirjen Pajak (Indonesian Tax Review, 2010:12).
C. Reformasi Administrasi Perpajakan Menurut sophar (1997) dalam Rapina et al (2012), administrasi perpajakan adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Administrasi pajak dalam arti sebagai prosedur meliputi tahap-tahap antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan pajak dan penagihan pajak. Tahap-tahap yang tidak solid dapat merupakan sumber kecurangan (tax evasion). Menurut Sulistyani (2010:61), Reformasi administrasi perpajakan secara singkat disebut modernisasi, tujuannya adalah pelaksanaaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. 38 Menurut Sophar (1997) dalam Rapina et al (2012:10), administrasi perpajakan ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Dalam arti sempit, administrasi perpajakan merupakan penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayar pajak, baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun di tempat wajib pajak. Dalam arti luas, administrasi perpajakan dipandang sebagai fungsi, sistem, dan lembaga. Sebagai fungsi dari administrasi perpajakan meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian perpajakan. Sebagai suatu sistem, administrasi perpajakan merupakan seperangkat unsur (subsistem) yaitu peraturan perundangan, sarana dan prasarana, dan wajib pajak yang saling berkaitan yang secara bersama- sama menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai lembaga, administrasi perpajakan merupakan institusi yang mengelola sistem dan melaksanakan proses perpajakan. Menurut Nasucha (2004:37) reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektivitas dan efisiensi kadang-kadang menciptakan kontradiksi sehingga diperlukan koordinasi, diperlukan ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi perpajakan. Dalam meningkatkan efektivitas digunakan ukuran: 39 1. Kepatuhan pajak sukarela 2. Prinsip-prinsip self assessment 3. Menyediakan informasi kepada Wajib Pajak 4. Kecepatan dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran 5. Peningkatan dalam kontrol dan supervise 6. Sanksi yang tepat. Dalam meningkatkan efisiensi administrasi perpajakan secara khusus dapat distimulasi oleh: 1. Penyediaan unit-unit khusus untuk perusahaan besar 2. Peningkatan perpajakan khusus untuk Wajib Pajak kecil 3. Penggunaan jasa perbankan untuk pemungutan pajak, dan lain-lain. Menurut Sulistyani (2010:62), dalam reformasi administrasi perpajakan tersebut, perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut: 1. Struktur organisasi 2. Business process dan teknologi informasi dan komunikasi 3. Manajemen sumber daya alam 4. Pelaksanaan good governance
C. Payment Online System 1. Pengertian Payment Online System Menurut Yu et. al (2002), Seiring dengan perkembangan dunia internet dan dunia perdagangan elektronik (e-commerce) yang sangat pesat, muncul system pembayaran baru, yaitu sistem pembayaran elektronik (e- payment). E-commerce berkembang dengan pesat karena karakteristik 40 internet yang terbuka, cepat, anonim, digital, dan dapat diakses secara global. Karakteristik tersebut sangat mendukung aktivitas dunia bisnis yang real-time, termasuk periklanan, permintaan, negoisasi, pelelangan, pemesanan dan pembayaran untuk suatu barang tertentu. Menurut Siahaan (2009:335), Fasilitas perbankan elektronik adalah fasilitas pelayanan perbankan secara elektronik seperti anjungan tunai mandiri (ATM), phone banking, internet banking atau fasilitas perbankan elektronik lainnya. Menurut Sulityani (2010: 67), e-Payment adalah pembayaran pajak secara online dengan transaksi pembayaran melalui perangkat elektronik perbankan, yaitu melalui Automatic Teller Machine (ATM), Internet Banking ataupun Teller Bank yang online di seluruh Indonesia. Menurut Wahyu (2005:1), Electronic payment merupakan system pembayaran yang mendukung pada e-commerce dan memberi keuntungan pada transaksi bisnis dengan meningkatkan layanan kepada pelanggan, peningkatan proses cash management, hemat waktu dan efisien, transaksi pembayaran dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan berbagai media dan tidak terbatas. Layanan e-payment digunakan untuk berbagai kebutuhan melalui Payment Media Bank (ATM, phone banking, internet banking, mobile banking, teller). Menurut Dindie, et al (2008:3), Online banking atau internet perbankan adalah suatu istilah yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dan lain-lain melalui suatu bank dengan media internet, credit union, atau secure website. Hal ini mengizinkan pelanggan untuk melakukan kegiatan perbankan mereka diluar jam kerja bank dan dari mana pun dimana akses internet tersedia. 41 Menurut Siahaan (2009:333), POS PBB merupakan suatu aplikasi pendukung Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP) yang berfungsi untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak yang berhubungan dengan pembayaran PBB dan pemantauannya. Menurut Prihandono (2004:1), POS PBB adalah suatu aplikasi pendukung SISMIOP yang berfungsi meningkatkan pelayanan informasi wajib pajak yang berhubungan dengan PBB dan pemantauannya, juga telah dikembangkan aplikasi pembayaran online PBB melalui ATM. Menurut Adinur et al (2006:15), POS PBB, aplikasi ini memungkinkan wajib pajak membayar PBB di setiap tempat yang telah menjalankan POS, tanpa terkait dengan wilayah administrasi. POS pertama kali dijalankan pada Agustus 1999 di DKI Jakarta. Pada tahun 2003 aplikasi ini dikembangkan menjadi aplikasi e-payment, sehingga wajib pajak dapat membayar PBB lewat ATM (Automatic Teller Machine) Bank BCA di seluruh Indonesia.
2. Tujuan Payment Online System POS PBB dikembangkan untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu (Marihot, 2009:334) a. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dengan cara member kesempatan membayar PBB di bank tempat pembayaran manapun. b. Meningkatkan kinerja bank tempat pembayaran dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak dan meminimalkan terjadinya manipulasi. c. Menyediakan data penerimaan PBB secara akurat setiap waktu kepada pihak yang berkepentingan saja;serta 42 d. Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah pada khususnya dan Negara pada umumnya. Tujuan POS PBB adalah sebagai berikut: a. Terbentuknya sistem pembayaran PBB yang bersifat online, handal dan tentunya aman. b. Kemudahan dalam hal monitoring sebagai dasar untuk melakukan internal kontroling di masing-masing bank TP ataupun kontroling terhadap instansi terkait sehingga data yang dihasilkan cukup akurat setiap waktu dan bisa dipertanggungjawabkan. c. Menyediakan data penerimaan secara akurat setiap waktu d. User friendly memberikan kemudahan kepada bank TP dalam melayani wajib pajak e. Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak, dengan adanya mobile payment (loket pembayaran PBB keliling). Memungkinkan wajib pajak dengan mudah melakukan pembayaran PBB dimanapun dan kapanpun. f. Terciptanya system pembayaran pajak bumi dan bangunan yang sistematis, yang mampu mengakomodir semua proses kegiatan administrasi pembayaran pajak bumi dan bangunan. g. Mempermudah dalam pelayanan untuk pembayaran pajak bumi dan bangunan yang dilakukan secara kolektif
43 3. Dasar Pertimbangan Penggunaan Pembayaran PBB Melalui Fasilitas Perbankan Elektronik. Pembayaran PBB melalui fasilitas perbankan elektronik secara online dikembangkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan meningkatkan tertib administrasi dalam pengelolaan pembayaran PBB. a. Dari sisi pelayanan kepada wajib pajak, kelebihannya adalah: 1) Waktu pelayanannya lebih lama 2) Wajib pajak dapat membayar pajak dengan menggunakan fasilitas yang disediakan meliputi: Teller, ATM, internet, dan phone banking. 3) Dapat dibayarkan melalui ATM di seluruh Indonesia yang jumlahnya cukup banyak 4) Wajib pajak dapat membayar PBB lebih nyaman dan fleksibel sejalan dengan aktivitas wajib pajak; serta 5) Struk ATM diakui menjadi bukti pembayaran yang sah dan sebagai pengganti STTS b. Dari sisi administrasinya, kelebihannya adalah: 1) Komunikasi data pembayaran pajak menggunakan jaringan real time online, sehingga dapat menyajikan data pembayaran secara cepat dan akurat. 2) Proses rekonsiliasi pembayaran dilakukan secara cepat dan terpusat, yaitu secara harian oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan bank penyelenggara ATM. 44 3) Pelaporan dilakukan secara sistem melalui dua arah. 4) Tidak perlu dilakukan perekaman STTS, karena status lunas secara otomatis akan terekam dalam basis data SISMIOP pada saat selesai dilakukan pembayaran (Siahaan, 2009:338).
D. Kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan dalam perpajakan ada dua jenis, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal sesuai dengan undang-undang perpajakan. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif hakikat memenuhi sesuatu ketentuan material perpajakan yakni sesuai dengan isi dan jiwa UU perpajakan. Kepatuhan wajib pajak sangatlah penting untuk Negara. Semakin banyak wp yang patuh, penerimaan pajak Negara semakin lancar. Dengan kelancaran yang diperoleh tersebut, kebutuhan APBN terpenuhi dengan baik sehingga pembangunan Negara dapat berjalan dengan baik pula dan tujuan Negara untuk mensejahterakan rakyat pun dapat tercapai (Frederica, 2008: 265). Menurut Rapina et al (2011:19), Kepatuhan Wajib Pajak yang terdiri dari: 1. Aspek Yuridis, yaitu pemenuhan kepatuhan Wajib Pajak dilihat dari ketaatan terhadap prosedur administrasi perpajakan yang ada. Aspek ini meliputi laporan perkembangan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT), laporan perkembangan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara 45 prosentase yang diisi secara benar dan tidak benar, serta laporan perkembangan penyampaian angsuran berdasarkan perkembangan Surat Pemberitahuan (SPT) masa. 2. Aspek Psikologis, yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari persepsi wajib pajak terhadap penyuluhan, pelayanan dan pemeriksaan pajak. 3. Aspek sosiologis, yaitu kepatuhan wajib pajak dilihat dari aspek social, sistem perpajakan, antara lain kebijakan publik, kebijakan fiskal, kebijakan perpajakan dan administrasi perpajakan. Menurut Nusucha dalam Rapina et al (2011:11), reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Efektivitas dan efisiensi kadang-kadang menciptakan kontradiksi sehingga diperlukan koordinasi, diperlukan ukuran-ukuran khusus untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi administrasi perpajakan. Dalam meningkatkan efektivitas digunakan ukuran kepatuhan pajak sukarela, prinsip-prinsip self assessment, menyediakan informasi kepada Wajib Pajak, kecepatan dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan Surat Pemberitahuan (SPT) dan pembayaran, peningkatan dalam kontrol dan supervisi, sanksi yang tepat. Dalam meningkatkan efisiensi 46 administrasi perpajakan secara khusus dapat distimulasi oleh penyediaan unit- unit khusus untuk perusahaan besar, peningkatan perpajakan khusus untuk Wajib Pajak kecil, penggunaan jasa perbankan untuk pemungutan pajak, dan lain-lain.
E. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini, pada peneliian ini akan membahas mengenai pengaruh reformasi administrasi pajak melalui payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan-perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak (Rapina, et al, 2011:2). Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang sangat penting dalam administrasi perpajakan yang pada akhirnya bisa menciptakan sistem perpajakan nasional yang baik. Kepatuhan tersebut merupakan bagian dari reformasi perpajakan menuju sistem administrasi perpajakan modern (fuad, 2011). Kepatuhan wajib pajak sangatlah penting untuk Negara. Semakin banyak wajib pajak yang patuh, penerimaan pajak 47 Negara semakin lancar. Dengan kelancaran yang diperoleh tersebut, kebutuhan APBN terpenuhi dengan baik sehingga pembangunan Negara dapat berjalan dengan baik pula dan tujuan Negara untuk mensejahterakan rakyat pun dapat tercapai (Frederica, 2008:265). Kepatuhan wajib pajak sangatlah penting untuk Negara. Semakin banyak wajib pajak yang patuh, penerimaan pajak Negara semakin lancar. Dengan kelancaran yang diperoleh tersebut, kebutuhan APBN terpenuhi dengan baik sehingga pembangunan Negara dapat berjalan dengan baik pula dan tujuan Negara untuk mensejahterakan rakyat pun dapat tercapai (Frederica, 2008:265). Salah satu langkah dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB adalah dengan melakukan reformasi administrasi perpajakan melalui payment online system, Electronic payment merupakan system pembayaran yang mendukung pada e-commerce dan memberi keuntungan pada transaksi bisnis dengan meningkatkan layanan kepada pelanggan, peningkatan proses cash management, hemat waktu dan efisien, transaksi pembayaran dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan berbagai media dan tidak terbatas. Layanan e-payment digunakan untuk berbagai kebutuhan melalui Payment Media Bank (ATM, phone banking, internet banking, mobile banking, teller) Wahyu (2005:1). Penelitian mengenai administrasi pajak dilakukan oleh rapina et, al (2011), dalam penelitianya hasil penelitianya menyatakan bahwa sistem administrasi pajak berpengaruh kepada kepatuhan wajib pajak. Penelitian lain 48 yang dilakukan oleh Tri (2010) dalam penelitianya menyatakan bahwa e- registration, e-SPT, e-filling dan e-payment diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan penerimaan pajak. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut: H a : Terdapat pengaruh yang signifikan antara reformasi administrasi perpajakan melalui payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak.
F. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan pada penelitian ini dalam menguji hubungan antara payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak. 49 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Devi (2012) Preferensi masyarakat Kecamatan Dau Kabupaten Malang dalam memilih pola pelunasan SPPT PBB Pola pelunasan PBB Menekankan penggunaan sistem online sebagai pelunasan PBB dan objek penelitiannya hanya di kabupaten Malang Berbagai pola pembayaran PBB termasuk sistem pembayaran online mempengaruhi kepatuhan wajib pajak 2. Supriyadi dan Nur (2008) Pengaruh pengetahuan pajak dan persepsi wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak Kepatuhan wajib pajak pemanfaatan teknologi informasi untuk kelancaran administrasi pajak Pengetahuan pajak, persepsi wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak 3. Mienati et al (2005) Pengaruh penerapan sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak (MP3) terhadap kepatuhan wajib pajak Sistem online dalam administrasi pajak dan kepatuhan wajib pajak Penerapan sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak yang akan mempengaruhi kepuasan PKP Sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak yang baik akan menghasilkan kepuasan bagi PKP Bersambung Pada Halaman Selanjutnya
50 Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 4. Rapina et al (2011) Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Reformasi administrasi pajak dan kepatuhan wp Struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi. sistem administrasi pajak berpengaruh kepada kepatuhan wajib pajak. 5 Tri (2010) Sistem pajak online- reformasi administrasi perpajakan di era TI Reformasi administrasi pajak dan e-payment e-registration, e- SPT, e-filling e-registration,e-SPT, e-filling dan e- payment diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dan penerimaan pajak. 6 Rahayu (2009) Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak Objek penelitianya pada KPP Pratama Bandung Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 51 G. Kerangka Pemikiran Program modernisasi administrasi perpajakan telah mendapat peran cukup penting dalam menentukan masa depan Direktorat Jenderal Pajak. Dalam praktiknya, DJP terus melakukan berbagai pembenahan, diantaranya pembenahan organisasi yang kini lebih menyesuaikan pada kebutuhan wajib pajak. Selain itu DJP juga melakukan pembaharuan di bidang informasi teknologi, business redesign process serta sumber daya manusia (SDM). Apabila seluruh aspek modernisasi sudah berjalan dengan baik, maka pihak DJP dapat melakukan penilaian berbasis kinerja kepada para pegawai dan memberikan insentif berdasarkan kinerjanya. Dengan perbandingan yang ada dalam pengelolaan pajak di berbagai negara, utamanya negara-negara yang lebih maju, agar mudah diaplikasikan dan dilaksanakan maka disusun konsep modernisasi perpajakan ala Indonesia, yakni disesuaikan dengan iklim, kondisi, dan sumber daya yang ada. Sebagai dasar dari konsep modernisasi administrasi perpajakan adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif dengan pelaksanaan good governance (Pandiangan, 2008:6-9). Adapun tujuan modernisasi perpajakan adalah untuk menjawab latar belakang dilakukannya modernisasi perpajakan, yaitu: 1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi. 2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi. 3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi. 52 Adanya modernisasi administrasi perpajakan ini diharapkan mampu meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, serta kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke kas negara. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Menurut Nasucha (2004), pengukuran efektivitas administrasi perpajakan yang lebih akurat adalah dengan mengukur berapa besarnya jurang kepatuhan (tax gap), yaitu selisih antara penerimaan yang sesungguhnya dari potensi pajak dengan tingkat kepatuhan dari masing-masing sektor perpajakan. Dengan adanya perbaikan sistem administrasi perpajakan diharapkan akan mendorong kepatuhan wajib pajak Dengan kata lain hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah penerapan sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak.
53 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Latar Belakang Peningkatan pelayanan kepada WP Meningkatkan kepatuhan WP Sistem paper based memakan waktu dan biaya
Reformasi Adminitsrasi Perpajakan Metode Analisis: Regresi Linear Sederhana
Variabel Independen Variabel Dependen
Payment online system (POS PBB) Kepatuhan Wajib Pajak Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan dan implikasi 54 BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (e-payment) terhadap variabel dependen (kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan). Dalam penelitian ini penulis memilih objek dan subjek di salah satu wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah dengan mengambil data dari Wajib Pajak yang terdapat di salah satu wilayah Jakarta Selatan dan Wajib Pajak yang terdapat di salah satu Jakarta Timur. Sedangkan sampel pada penelitian ini yaitu setiap wajib pajak yang aktif dalam membayar pajak. Untuk teknik pengumpulan datanya maka peneliti menggunakan teknik judgement sampling, metode ini pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap jika calon responden yang dihubungi termasuk ke dalam bagian objek penelitian, tanpa memperhatikan segi hubungannya dengan interviewer, maka pihak interviewer dapat langsung memilih calon responden tersebut sebagai unit sampel, asal saja calon responden tersebut sesuai dengan 55 karakteristik populasi yang diinginkan, siapapun responden yang bersangkutan, dimana saja dan kapan saja ditemui dijadikan elemen-elemen sampel penelitian. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500 (Sugiono, 2010:52). Jumlah sampel sebanyak 100 responden dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada wajib pajak pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian 1. Pengumpulan Data Primer Data yang secara langsung dari KPP yang menjadi objek penelitian dengan cara: a. Penelitian Pustaka Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2001:150). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penerimaan pajak. b. Penelitian Lapangan Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah wajib pajak pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti (Indtiantoro dan Supomo, 2002:154) 56 D. Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kemencengan distribusi (kurtosis dan skewness) (Ghozali, 2011:19).
2. Uji Kualitas Data Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas. a. Uji Validitas Sebagaimana dikemukakan dimuka, bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang diukur. Menurut Ghozali (2011:52) uji validitas digunakan utnuk mengulur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel , Dengan membandingkan nilai r hitung dari hasil output (Corrected Item- Total Correlation) dengan r tabel , jika r hitung lebih besar dari r tabel maka butir pertanyaan tersebut adalah valid, tetapi jika r hitung lebih kecil dari pada r tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2011:45). 57 b. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk diinginkan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang tidak baik akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini digunakan untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach alpha nya memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Uji realibilitas ini bertujuan untuk melihat konsistensi (Ghozali, 2011:48).
3. Uji Asumsi Klasik Model regresi linier Sederhana dapat disebut model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi dan terbebas dari asumsi klasik statistik, baik itu normalitas data dan heterokedastistitas. Adapun penjelasan mengenai uji normalitas dan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:
58 a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah yang memiliki distribusi normal. normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara, diantaranya yakni dengan melihat kurva normal P - plot. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. teknik lain yang dapat digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel kategorikal dengan chi-square (Singgih Santoso, 2011:193). Suatu data dikatakan normal bila grafik yang ditunjukan pada grafik sebaran data berada pada posisi disekitar garis lurus yang membentuk garis miring dari arah kiri bawah ke kanan atas (Jonathan Sarwono, 2012:194). Menurut Singgih Santoso (2011:196) ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah: 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 59 b. Uji Heteroskedastisitas Asumsi ini digunakan apabila variasi dari faktor pengganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu terhadap pengamatan lainnya. Jika ini dapat terpenuhi, berarti variasi faktor pengganggu pada kelompok data tersebut bersifat homoskedastik. Jika asumsi ini tidak dapat dipenuhi maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan. Penyimpangan ini terdapat beberapa faktor pengganggu yang disebut sebagai heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yang homoskedastik dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Kemudian menurut pandangan Bhuono (2005:62) untuk mengetahui ada atau tidak adanya heteroskedastisitas, terdapat beberapa cara diantaranya adalah: 1) Dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan residunya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat antara ZRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residunya. 2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik yang membentuk suatu pola yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas secara titik- titik menyebar diatas dan dibawah angka nol, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Artinya hal tersebut tersebut terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.
60 4. Uji Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis dilakukan melalui: a. Uji Statistik t Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen yaitu: reformasi administrasi pajak melalui payment online system terhadap satu variabel dependen, yaitu kepatuhan wajib pajak, maka nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaannya. Apabila sig t lebih besar dari 0,05 maka H o diterima. Demikian pula sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0,05, maka H o ditolak. Bila H o
ditolak ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:101).
b. Persamaan Regresi Linier Sederhana Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana dalam menguji hipotesis. Model ini digunakan untuk mengetahui pengaruh reformasi administrasi pajak melalui payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak. Berikut ini merupakan persamaan regresi dari hipotesis tersebut:
Y = a + bx + e 61 Keterangan: Y = Kepatuhan wajib pajak a = Konstanta (titik potong: besarnya nilai y pada saat x = 0) b = Koefisien regresi (slope), yaitu nilai yang menunjukan besarnya peningkatan (+) atau penurunan (-) yang didasarkan pada hubungan nilai y x = Reformasi administrasi perpajakan melalui payment online system e = Error Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah suatu studi mengenai keteergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu variabel independen (variabel bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel deependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati: 2003) dalam Ghozali (2005: 81).
c. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Pada pengujian hipotesis hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai (R 2 ) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu pemeriksaan pajak, penagihan pajak dan penerapan sanksi pajak serta pengaruhnya terhadap penerimaan pajak. Nilai (R 2 ) mempunyai interval antara 0 dan 1. Jika niali R 2 bernilai besar (mendeteksi 1) berarti variabel 62 bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika (R 2 ) bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2011:97).
E. Operasionalisasi Variabel Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya. 1. Reformasi Administrasi Pajak Melalui Payment Online System PBB (X1) e-Payment adalah pembayaran pajak secara online dengan transaksi pembayaran melalui perangkat elektronik perbankan, yaitu melalui Automatic Teller Machine (ATM), Internet Banking ataupun Teller Bank yang online di seluruh Indonesia. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang menggunakan indicator dari penelitian sebelumnya Rapina et al (2011) dan Mienati et al (2005). Terdiri dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju.
63 2. Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Menurut Nusucha dalam Rapina et al (2011:11), reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit penerimaan pajak sekecil-kecilnya. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang menggunakan indicator dari penelitian sebelumnya Rapina et al (2011) dan Mienati et al (2005). Terdiri dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Netral, (4) Tidak setuju, (5) Sangat tidak setuju. Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran Payment Online System (X1), Rapina et al (2011) dan Mienati et al (2005) 1. Tujuan Payment Online System
1. Upaya yang mngefisiensi dalam sistem paper based memakan waktu dan biaya 2. Mempermudah wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya 3. Dapat meningkatkan kinerja Bank tempat pembayaran Pajak bumi dan bangunan 4. Dapat meminimalkan terjadinya manipulasi 5. Dapat memberikan informasi yang akurat setiap waktu kepada pihak yang berkepentingan saja
Skala Ordinal
64 Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran 2. Dasar Pertimbangan Penggunaan Pembayaran PBB 6.Dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman ketika melakukan pembayaran 7.Dapat menghemat biaya dalam mengurus kewajiban perpajakan kepada WP 8.Merupakan sistem pembayaran pajak bumi dan bangunann yang sistematis, yang mampu mengakomodir semua proses kegiatan administrasi pembayaran pajak bumi dan bangunan 9.Membuat wajib pajak dapat membayar lebih nyaman dan fleksibel sejalan dengan aktivitas wajib pajak 10.Memiliki waktu pelayanan lebih lama 11.Jumlah Bank persepsi/TP eektronik sudah cukup memadai
Skala ordinal Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Efektivitas Kepatuhan Wajib Pajak 1. Dapat mendorong untuk menyelesaikan kewajiban membayar pajak 2. Semua pajak yang disetorkan oleh WP teradministrasi dengan baik, sehingga mendorong WP untuk lebih sadar. 3. Cepat dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan SPPT 4. memberikan kemudahan akses dalam memperoleh informasi yang akurat
Skala ordinal
65 Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran 5. Semua WP menjadi tertib dan teratur dalam melaksanakan kewajiban perpajakan setelah penerapan POS PBB dibandingkan dengan sebelum ada POS PBB 6. Mendorong wajib pajak membayar pajak tepat waktu 7. Dapat dijadikan sanksi yang tepat bagi para penunggak 8. Penerapan POS PBB dapat mengefisiensi penerbitan SPPT 9. Dengan kemudahan prosedur pembayaran POS PBB, jumlah WP yang menunggak semakin kecil
Skala ordinal
66 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap wajib pajak pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Penelitian dilakukan dengan cara penyebaran atau pembagian kuesioner dilakukan oleh wajib pajak bumi dan bangunan pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur yang di lakukan mulai dari 29 April 2013 sampai dengan 3 Mei 2013. Sampel diambil dengan metode judgement sampling, metode ini pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Penyebaran kuesioner diberikan kepada responden, responden yang diberikan adalah wajib pajak yang terdapat di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dengan harapan memberikan jawaban yang baik dan akurat, sehingga menghasilkan suatu penelitian yang lebih baik lagi. Penyebaran kuesioner penelitian yang diterima dan dapat diolah dideskripsikan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Lokasi Penelitian Jumlah Kuesioner Persentase 1 Wilayah Jakarta Selatan 63 63 % 2 Wilayah Jakarta Timur 37 37 % Jumlah 100 100 % Sumber data: Data primer yang diolah, 2013
67 Berdasarkan Tabel di atas terlihat jumlah responden yang disebar sebanyak 100 responden yang terdiri dari wilayah Ciracas Raya sebanyak 15 wajib pajak dan Cilangkap 22 wajib pajak sebanyak di Jakarta Timur. Sedangkan di wilayah Jakarta Selatan di sekitar Pasar Minggu sebanyak 25 wajib pajak, di Pondok Pinang sebanyak 25 wajib pajak dan di sekitar KPP Kebayoran Baru Tiga sebanyak 13 wajib pajak.
2. Data Responden Karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase jenis kelamin, usia responden, pendidikan terakhir responden dan pekerjaan responden. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak pada wilayah jakarta selatan dan jakarta timur. Kuisioner disebar dengan harapan dapat diisi berdasarkan wajib pajak, sehingga akan menghasilkan suatu penelitian yang balance. Pada karakteristik reponden, terdapat 100 responden yang terdiri dari wajib pajak yang dapat mewakili dan menjadi responden. Data mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.2 Data Statistik Responden
Deskripsi Jumlah Persentase (%) Jenis Kelamin Pria Wanita 82 18 82% 18% Usia Responden 20 25 tahun 26 31 tahun > 31 tahun 18 51 31 18% 51% 31%
68 Tabel 4.2 (Lanjutan)
Deskripsi Jumlah Persentase (%) Pendidikan Terakhir D3 S1 S2 S3 26 71 3 0 26% 71% 3% 0% Pekerjaan Wiraswasta Pegawai Swasta PNS 54 32 14 54% 32% 14% Sumber: data primer yang diolah, 2013
Tabel di atas merupakan data responden yang mengisi angket, yang terdiri dari jenis kelamin, usia responden, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Berdasarkan hasil input data di atas maka dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Gambar 4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan grafik di atas berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa responden dengan jenis kelamin pria lebih mendominasi, terlihat dari jumlah responden sebanyak 82 responden atau 82 % adalah pria dan 18 responden atau 18 % adalah wanita.
69 Gambar 4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden
Sumber: data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan grafik di atas berdasarkan umur responden terlihat bahwa umur responden 20 25 tahun berjumlah 18 responden atau sebesar 18%, umur responden 26 31 tahun berjumlah 51 responden atau sebesar 51%, umur responden di atas 31 tahun berjumlah 31responden atau sebesar 31%. Gambar 4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: data primer yang diolah, 2013 70 Berdasarkan grafik di atas berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki responden terlihat bahwa responden berpendidikan terakhir D3 berjumlah 26 responden atau sebesar 26%, responden berpendidikan terakhir S1 berjumlah 71 responden atau sebesar 71%, responden berpendidikan terakhir S2 berjumlah 3 responden atau sebesar 3% dan tidak satupun responden yang berpendidikan terakhir S3. Gambar 4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sumber: data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan grafik di atas berdasarkan pekerjaan responden terlihat bahwa responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 54 responden atau sebesar 54%, responden yang bekerja sebagai pegawai swasta berjumlah 32 responden atau sebesar 32 %, responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil berjumlah 14 responden atau sebesar 14%.
71 B. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Uji Kualitas Data a. Hasil Statistik Deskriptif Pengukuran statistik deskriptif variabel dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai kisaran teoritis, kisaran aktual, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing - masing variabel yaitu payment online system dan kepatuhan wajib pajak disajikan sebagai berikut: Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation POS 100 3.00 5.00 4.0483 .47016 KWP 100 3.00 5.00 4.1066 .46202 Valid N (listwise) 100 Sumber: data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel di atas dapat didekripsikan bahwa jumlah responden (N) ada 100. Dari 100 responden ini variabel independen payment online system memiliki nilai minimum 3 nilai maksimum 5, nilai mean 4,0483, dengan standar deviasi 0,47016. Sedangkan pada variabel dependen (kepatuhan wajib pajak) nilai minimum 3, nilai maksimum 5, nilai mean 4,1066 dengan standar deviasi 0,46202.
b. Hasil Uji Validitas Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel . Nilai r tabel 0,195, didapat dari jumlah kasus - 2, atau 100 2 = 98, 72 tingkat signifikansi 5%, maka didapat r tabel 0,195. Setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel (Ghozali, 2011:53). Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid, karena koefisien korelasi (r hitung ) > r tabel . Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel payment online system dengan 100 sampel responden. Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Payment Online System
Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria POS1 0,737 0,195 Valid POS2 0,674 0,195 Valid POS 3 0,464 0,195 Valid POS 4 0,510 0,195 Valid POS 5 0,505 0,195 Valid POS 6 0,519 0,195 Valid POS 7 0,580 0,195 Valid POS 8 0,597 0,195 Valid POS 9 0,674 0,195 Valid POS 10 0,603 0,195 Valid POS 11 0,669 0,195 Valid Sumber: data primer yang diolah, 2013 Variabel payment online system terdiri atas 11 butir pernyataan, dari ke - 11 butir pernyataan adalah valid (r hitung > r tabel ). Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel kepatuhan wajib pajak dengan 100 sampel responden.
73 Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Pertanyaan Nilai r hitung Nilai r tabel Kriteria PP1 0,625 0,195 Valid PP2 0,736 0,195 Valid PP3 0,575 0,195 Valid PP4 0,445 0,195 Valid PP5 0,550 0,195 Valid PP6 0,509 0,195 Valid PP7 0,610 0,195 Valid PP8 0,668 0,195 Valid PP9 0,606 0,195 Valid Sumber: data primer yang diolah, 2013 Variabel kepatuhan wajib pajak terdiri atas 9 butir pernyataan, dari ke - 9 butir pernyataan adalah valid (r hitung > r tabel ).
c. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang digunakan adalah dengan mengukur koefisien Cronbachs Alpha dengan bantuan program SPSS 20. Nilai alpha bervariasi dari 0 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari 0,70 dalam (Ghozali, 2011:48). Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's Alpha N of I tems Keterangan Payment Online System 0,880 11 Reliabel
Kepatuhan Wajib Pajak
0,863 9 Reliabel
Sumber: data primer yang diolah, 2013
74 Tabel 4.6 menunjukkan nilai cronbachs alpha atas variabel payment online system sebesar 0,880, variabel dan variabel kepatuhan wajib pajak sebesar 0,863. sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner semua variabel ini reliabel karena mempunyai nilai cronbachs alpha lebih besar dari 0,70. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2011: 45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen 75 dan variabel dependen yaitu payment online system dan kepatuhan wajib pajak (Y) keduanya memiliki distribusi normal atau tidak, berikut ini gambar grafik uji normalitas data pada grafik pp plot. Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Data
Sumber: data primer yang diolah, 2013 Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas (Ghozali 2011:163).
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi variabel tidaksama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas 76 kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data primer yang diolah, 2013 Dari grafik Scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. (Imam Ghozali 2011:139).
77 3. Hasil Uji Hipotesis a. Hasil Uji t Uji statistik t berguna untuk menguji pengaruh dari masing- masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tingkat signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.7, jika nilai probability t < 0,05 maka H a diterima, sedangkan jika nilai probability t > 0,05 maka H a ditolak. (Ghozali, 2011:101). Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .970 .249 3.898 .000 POS .775 .061 .788 12.689 .000 a. Dependent Variable: KWP Sumber: data primer yang diolah, 2013 Hasil uji hipotesis yang ditunjukkan pada tabel 4.7, variabel payment online system mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,000 dan nilai t hitung sebesar 12,689 > t tabel sebesar 1,98. Hal ini berarti H a diterima sehingga dapat dikatakan bahwa payment online system berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel payment online system < 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai t hitung > t tabel (12,689 > 1,98). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mienati et al (2005) dalam penelitianya yang berjudul Pengaruh penerapan sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak (MP3) terhadap kepatuhan wajib pajak. 78 Hasil penelitianya menyatakan bahwa sistem monitoring pelaporan pembayaran pajak yang baik akan menghasilkan kepuasan bagi PKP. Hasil juga terlihat bahwa payment online system dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak, hal ini terlihat berdasarkan data dari tahun 2003 sampai 2012 mengenai jumlah pengguna payment online system berdasarkan data bagian Teknologi Informasi Perpajakan (TIP) Dirjen Pajak. Hal ini membuktikan bahwa payment online system cukup efektif dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan pada tahun 2003 sampai dengan 2012.
b. Hasil Uji Koefisien Regresi Linier Sederhana Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163), berikut ini hasil persamaan regresi linier sederhana. Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .970 .249 3.898 .000 POS .775 .061 .788 12.689 .000 a. Dependent Variable: KWP Sumber: data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi di atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut:
79 Y= 0,970 + 0,775 X
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,970. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel payment online system dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 0,970 satuan atau 97 %. Koefisien regresi pada variabel payment online system berarah positif dan signifikan sebesar 0,775, hal ini berarti jika variabel payment online system bertambah satu satuan maka variabel kepatuhan wajib pajak bertambah sebesar 0,775 satuan atau sebesar 77,5%.
c. Hasil Uji R 2 (Koefisien Determinasi) Menurut Ghozali (2011:97) untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (R-Square). Adapun hasil uji determinasi R 2 : Tabel 4.9 Hasil Uji Determinasi (R 2 ) Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .788 a .622 .618 .28564 a. Predictors: (Constant), POS b. Dependent Variable: KWP Sumber: data primer yang diolah, 2012 Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda (R), koefisien determinasi (R Square). Berdasarkan tabel model summary b di atas diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,788. Ini menunjukkan bahwa variabel payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak mempunyai hubungan yang sangat kuat. 80 Hasil pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,622. Hal ini berarti 62,2% dari kepatuhan wajib pajak bisa dijelaskan oleh variabel independen (payment online system). Sedangkan sisanya (100% - 62,2% = 37,8%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini seperti variabel pengetahuan pajak dan persepsi wajib pajak (supriyadi dan Nur, 2008), penerapan sistem administrasi perpajakan modern (Rapina et al, 2011). Dengan mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak maka tujuan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak demi terlaksananya pembangunan akan tercapai sesuai dengan harapan semua pihak.
81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa payment online system terhadap kepatuhan wajib pajak. Responden penelitian ini berjumlah 100 orang wajib Pajak wilayah Jakarta selatan dan Jakarta timur. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi sederhana, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji regresi ditemukan bahwa. Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa variabel payment online system berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini mendukung penelitian Mienati et al (2005) yang menyatakan bahwa sitem online dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan berdasarkan uji determinasi ditemukan nilai R 2 sebesar 0,622. Hal ini membuktikan bahwa payment online system dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak sebesar 62,2% sedangkan sisanya 37,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Berdasarkan data sekunder peningkatan wajib pajak bumi dan bangunan ditemukan bahwa setelah ada penerapan payment online system yang dimulai pada tahun 2003 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun 82
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa payment online system memiliki pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak, hal ini membuktikan bahwa semakin baiknya payment online system maka akan semakin tinggi kepatuhan wajib pajak. Dengan hasil penelitian tersebut maka perlu adanya penyuluhan dalam melakukan payment online system, sehingga akan meningkatkan wajib pajak bumi dan bangunan yang menggunakan payment online system yang berakibat pada peningkatan kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan. Dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan melalui payment online system tidak hanya melalui pemahaman wajib pajak mengenai penggunaanya saja, tetapi perlu adanya rangsangan bagi wajib pajak dalam menggunakan payment online system salah satu rangsanganya adalah melakukan peningkatan sistem layanan yang baik dan lebih canggih lagi yang lebih nyaman dan tidak menyulitkan wajib pajak dalam proses penggunaan pembayaran melalui online
83 DAFTAR PUSTAKA
Adinur et al., 2006, Tinjauan Perpajakan Indonesia, Koperasi Pegawai Kantor Pusat Dirjen Pajak, Jakarta.
Anggara, Yulia, 2010, Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung, Jurnal Wacana Kinerja, Vol 13, Nomor 2, hal 173-185, Jawa Barat.
Bawazier, Fuad, 2011,Reformasi Pajak di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol.8, Nomor 8, hal 1-12. ISSN: 0216-1338.
Dindie et al.,Analisis Perbandingan Efektivitas Sistem Elektronic Currency sebagai Metode Pembayaran Online, Jurnal Piranti Warta, Vol 11, Nomor 3, hal 333-341. Jakarta Selatan.
Direktur Jenderal Pajak KEP-533/PJ/2000, Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan.
Echols, John. M dan Hasan Shadily.kamus inggris Indonesia. Cetakan ke-25. PT Gramedia, Jakarta, 2000.
Fawzia,Antari,Http://finance.detik.com/read/2009/11/09/085934/1237796/690/se putar-sistem pemungutan-pajak-indonesia,artikel tersebut diakses tanggal 2 April 2013.
Frederica, Diana, 2008, Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal Akuntansi, Vol 3, Nomor 8, hal 261-282. Yogyakarta.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2011.
Indonesian Tax Review.Tax focus: bayar PBB? Itu pasti, volume II edisi 21/2010.
84
Kadir, Abdul, 2007, Analisis Kebijakan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan dalam Pelaaksanaan Otonomi dan Peningkatan Sumber Pendapatan Daerah di Sumatera Utara, Jurnal Wawasan, Vol 13, No.2, hal 77-91. Sumatera Utara. Medan.
Koentarto, Ilham, 2011,Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat da lam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, Jurnal Socioscientia, Vol 3, Nomor 2. Kalimantan.
Laksmi et al.,2009,Pengaruh Budaya Organisasi dan Persepsi Karyawan tentang Kebijakan Kompensasi terhadap Komitmen Karyawan, Jurnal Manajemen, Vol 1, Nomor 1. Jakarta.
Media Keuangan Vol. V No. 40/Desember/2010, hal. 8
Mienati et al., 2008,Pengaruh Penerapan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal Akuntansi & Keuangan Indonesia, Vol 2, Nomor 1, p 130-158, Surabaya.
Nasucha, chaizi, 2004. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Nuranifah et al.,2009Hubungan Kinerja Aparat dengan Peningkatan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Jurnal Ekonomi, Luwu Utara.
Pamuji, kadar, 2011,Implikasi Kebijakan Pendaerahan Pengelolaan PBB Setelah Berlakunya UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah & Retribusi Daerah, Jurnal Dinamika Hukum, vol.11, no 1, Purwokerto.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor:167/PMK.03/2007.
Prihandono, Tjandra (2004). Analisis Kepuasan Wajib Pajak atas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Skripsi: Fakultas Ekonomi, Bogor.
Rahman, Abdul, Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan, Nuansa, Bandung, 2010.
Rapina et al., 2011,Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal Riset Akuntansi, Vol III, Nomor 2, Jakarta.
85
Resmi, Siti, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Sholichah, muminatus dan Istiqomah, 2005,Perilaku Wajib Pajak Terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gresik, Jurnal Logos, Vol 3, Nomor 1, h 1-14, Gresik.
Siahaan, Pahala, 2009, Pajak Bumi dan Bangunan Teori dan Praktik, Graha ilmu, Yogyakarta.
Siaran Pers Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, 2012,Strategi Pengamanan Penerimaan Perpajakan Tahun 2012, Jakarta.
Sitepu, Budi, 2011,Pembaharuan Sisten Perpajakan Daerah di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol 8, Nomor 1, hal 98-116, ISSN 0216- 1338.
Sugiono. Metode Penelitian Bisnis. Cet-13. Alfabeta Bandung. 2010.
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-40/PJ/2008,Tentang Tata Cara Pembayaran dan Pelimpahan Hasil Penerimaan PBB melalui Tempat Pembayaran Elketronik, Agustus, 2008.
Sutawijaya, Adrian, 2004,Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tanah sebagai Dasar Penilaian NJOP PBB Di Kota Semarang, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9,No.1,hal 65-78, Semarang.
Sulistyani, Tri, 2010,Sistem Pajak Online-Reformasi Administrasi Perpajakan Di Era Teknologi dan Informasi,Jurnal Manajemen, Vol 2,No 1, Tegal.
Undang-Undang Republik Indonesia No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
Waluyo ,Perpajakan Indonesia. Buku 2, edisi 8. Salemba Empat, Jakarta:2009.
www.pajak.go.id.tentang pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan, artikel tersebut diakses tanggal 3 April 2013.
www.piramidasoft.co?p=308 tentang Payment Online System Pajak Bumi dan Bangunan, artikel tersebut diakses tanggal 6 Juni 2012.
86
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, April 2013
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Responden Di tempat
Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya: Nama : Samsiyah NIM : 208082000003 Jurusan/Smt. : Akuntansi / IX Fak/jur/smt : Ekonomi dan Bisnis/akuntansi pajak/x bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judulPENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN MELALUI PAYMENT ONLINE SYSTEM (POS PBB) TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi respoden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon maaf telah mengganggu waktunya. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai pendataan di tempat Bapak/Ibu/Saudara/i tinggal, sehingga kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian. Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i merupakan faktor kunci untuk mengetahui Pengaruh Kesadaran, Pengetahuan Peraturan Perpajakan, Persepsi yang Baik atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kualitas Pelayanan, dan Ketegasan Sanksi Perpajakan, Terhadap Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan dan pernyataan secara hati-hati dan menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan ini dan sejumlah pertanyaan agak sedikit kontroversial, mungkin anda akan bersifat netral, akan tetapi usahakan memilih rating yang lebih menunjukkan perasaan Bapak/Ibu/Saudara/i. Apabila di antara Bapak/Ibu/Saudara/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menghubungi saya (telp. dan email tertera di bawah). Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dan pernyataan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.
hormat saya Dosen Pembimbing I Peneliti
(Amilin,Dr,SE, M.si,Ak) (Samsiyah) 87
A. Deskriptif Responden *) Nama : Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan Usia : Alamat : Pendapatan/tahun : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan :
Pilihlah salah satu alternatif jawaban untuk setiap pernyataan berdasarkan pendapat anda dengan membubuhkan tanda ( ) atau ( X ). Setiap pertanyaan terdiri dari 5 pilihan jawaban: SS = Sangat setuju S = Setuju R = Ragu TS = Tidak setuju STS = Sangat tidak setuju
*boleh tidak diisi 88
KUESIONER
Pilihlah salah satu alternative jawaban untuk setiap pernyataan berdasarkan pendapat anda dengan membutuhkan tanda ) atau ( X ). Setiap pertanyaan terdiri dari 5 pilihan jawaban: SS = Sangat setuju S = Setuju N = Netral TS = Tidak Setuju STS = Sangat tidak setuju
B. Payment Online System (X) Variabel Payment Online Sytem PBB merupakan suatu aplikasi pendukung sistem manajemen informasi objek pajak (SISMIOP) yang berfungsi untuk meningkatkan pelayanan informasi wajib pajak yang berhubungan dengan PBB dan pemantauannya, juga telah dikembangkan aplikasi pembayaran online PBB melalui ATM (Prihandono, 2004). No. Uraian SS S N TS STS 1 Penerapan pembayaran PBB secara online merupakan upaya yang mengefisiensi dalam sistem paper based memakan waktu dan biaya
2 Penerapan pembayaran PBB secara online mempermudah wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya
3 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat meningkatkan kinerja Bank tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
4 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat meminimalkan terjadinya manipulasi
5 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat menumbuhkan rasa aman dan nyaman ketika melakukan pembayaran
6 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat menghemat biaya dalam mengurus kewajiban perpajakan kepada wajib pajak
89
No. Uraian SS S N TS STS 7 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat memberikan informasi yang akurat setiap waktu kepada pihak yang berkepentingan saja
8 Penerapan pembayaran PBB secara online merupakan sistem pembayaran pajak bumi dan bangunan yang sistematis, yang mengakomodir semua proses kegiatan administrasi pembayaran pajak bumi dan bangunan
9 Penerapan pembayaran PBB secara online membuat wajib pajak dapat membayar lebih nyaman dan fleksibel sejalan dengan aktivitas wajib pajak
10 Penerapan pembayaran PBB secara online memiliki waktu pelayanan lebih lama
11 jumlah Bank persepsi/ TP elektronik sudah cukup memadai
C. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal sesuai dengan undang-undang perpajakan, kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif hakikat memenuhi sesuatu ketentuan material perpajakan yakni sesuai dengan isi dan jiwa UU perpajakan (Frederica, 2008:265) No. Uraian SS S N TS STS 1 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat mendorong saya untuk menyelesaikan kewajiban membayar pajak
2 Penerapan pembayaran PBB secara online, semua pajak yang disetorkan oleh wajib pajak teradministrasi dengan baik, sehingga mendorong wajib pajak untuk lebih sadar
3 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat secara cepat dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan dengan SPPT
4. Penerapan pembayaran PBB secara online memberikan kemudahan akses dalam memperoleh informasi yang akurat
90
No. Uraian SS S N TS STS 5. Semua wajib pajak menjadi tertib, dan teratur dalam melaksanakan kewajiban perpajakan setelah penerapan Payment Online System PBB dibandingkan dengan sebelum ada Payment Online System PBB
6 Penerapan pembayaran PBB secara online mendorong wajib pajak membayar pajak tepat waktu
7 Penerapan pembayaran PBB secara online dapat mengefisiensi penerbitan SPPT
8 Dengan kemudahan prosedur pembayaran Payment Online System PBB, jumlah wajib pajak yang menunggak semakin kecil.
Model Variables Entered Variables Removed Method 1 POS b . Enter a. Dependent Variable: KWP b. All requested variables entered.
Model Summary b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .788 a .622 .618 .28564 a. Predictors: (Constant), POS b. Dependent Variable: KWP
ANOVA a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 13.137 1 13.137 161.010 .000 b
Residual 7.996 98 .082 Total 21.133 99 a. Dependent Variable: KWP b. Predictors: (Constant), POS
Coefficients a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .970 .249 3.898 .000 POS .775 .061 .788 12.689 .000 a. Dependent Variable: KWP
98
99
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test POS KWP N 100 100 Normal Parameters a,b
Mean 4.0483 4.1066 Std. Deviation .47016 .46202 Most Extreme Differences Absolute .065 .120 Positive .065 .084 Negative -.064 -.120 Kolmogorov-Smirnov Z .647 1.196 Asymp. Sig. (2-tailed) .797 .114 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.