Anda di halaman 1dari 8

ESC EDUCATING SAFETY DRIVING FOR CHILDREN

METODE PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BAGI PELAJAR


TENTANG BAHAYA BERKENDARA BERMOTOR


Muhammad Raidhil Fitran
1
, Mursi
1
, Abdul Nashir
1
.
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.
083874605912, Kab Tangerang, 15530 muhammadraidhil@gmail.com


Abstrak
Tingkat kecelakaan lalu lintas semakin hari semakin meningkat. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal
tersebut dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat dalam
berkendara. Di sisi lain, tingginya jumlah kendaraan bermotor tidak diimbangi dengan kompetensi
pengemudi dalam berkendara. Hal ini diperparah dengan kondisi jalan yang pada umumnya
memperihatinkan. Ironisnya, sebagian besar angka kecelakaan kendaraan bermotor dialami oleh pelajar
atau remaja pada kisaran usia 13-17 tahun. Hal ini salah satunya dikarenakan kondisi psikologis pelajar
atau remaja yang masih cenderung labil dan belum dapat mengontrol diri secara komprehensif. Di
samping itu, pelajar atau remaja pada umumnya seakan terjebak dalam pola tren di kalangan remaja
sehingga pelajar atau remaja cenderung lebih menjadikan kendaraan bermotor sebagai bagian dari gaya
hidup. Data WHO menyebutkan bahwa diprediksi pada tahun 2020 salah satu penyebab kematian terbesar
adalah kecelakaan di jalan raya, tepat di bawah penyakit jantung dan depresi. Serangkaian permasalahan
itu kemudian menyadarkan kita bahwa perlu adanya pendidikan atau metode yang mengenalkan bahaya
berkendaraan bermotor di usia remaja. Educating Safety Driving for Children adalah sebuah metode yang
menawarkan sebuah bentuk pendidikan keselamatan berkendara dengan pendekatan 3 sektor, yakni
keluarga, sekolah dan pemerintah. Metode ini mencoba untuk memberikan pemahaman tentang bahaya
berkendara bermotor di usia remaja melalui cara-cara yang berbeda melalui 3 sektor tadi. Serta
menjelaskan pentingnya kerjasama di antara ketiga sektor tersebut sebagai usaha untuk menekan angka
kecelakaan dan memeberikan pemahaman tentang berkendaraan bermotor kepada pelajar atau remaja.
Kata Kunci : Tingkat Kecelakaan, Remaja, Educating Safety Driving for Children
Abstract
Traffic accident phase really more increase for days. In fact, it is based on lack of knowledge and people
conscious phase in driving. In other side, the rising amount of vehicles which is not appropriate with
driver competency in driving. Furthermore, with the concerned road condition commonly, most of vehicle
accident numbers are experienced by student or adolescence in the age of 13 to17 years old. That is
caused by student or adolescences psychology condition that still leans to labile and has not been able to
control their self. Besides, commonly student or adolescence is trapped to adolescence style pattern, and
then they lean to be vehicle as part of lifestyle. It is proven by WHO data which shows prediction in 2020,
about one of the main cause of the death on the road be in under heart disease and depression. The
problems give conscious that it needs education or method which introduces the danger of vehicle driving
toward adolescence age. Educating Safety Driving For Children is a method that offers salvation
education form in driving with involving 3 sectors approach such as family, school, and government. This
method tries to give comprehension about the danger of vehicle driving toward age adolescence through
the ways of friendship approach and psychology. As solution within the danger of vehicle driving
explanation and the end of this application, student or adolescence is expected to comprehend about the
danger of vehicle driving.
Key words: Accident phase, Adolescence, Educating Safety Drifing for Children




PENDAHULUAN
Kepadatan volume kendaraan saat ini
jelas sangat terasa, apalagi di kota-kota besar
seperti Jakarta dan sekitarnya, serta
ditambah dengan banyaknya pengguna jalan
yang tidak mematuhi peraturan atau tata
tertib berlalu lintas dengan baik. Tak salah
banyak di temukan kasus kecelakaan,
dimana korban kecelakaan sering di alami
pelajar atau remaja. Usia pelajar seharusnya
belum diperbolehkan menggunakan
kendaraan bermotor karena kondisi
psikologisnya yang cenderung masih labil
dan belum bisa mengontrol keadaan diri
sendiri dengan baik sehingga rentan
terjadinya kecelakaan bermotor. Kasus yang
sekarang terjadi dan menjadi sorotan publik
dewasa ini, perihal kecelakaan mobil di tol
Jagorawi yang di kendarai oleh anak berusia
13 tahun, dan menewaskan 10 orang serta 4
lainya luka-luka, hal ini menjadi semacam
teguran dan contoh pembelajaran bagi orang
tua tentang bahaya berkendara bermotor di
usia yang belum stabil. Kasus ini harus
menjadi introspeksi bersama bagi orang tua
yang memperbolehkan anak di bawah umur
menggunakan kendaraan bermotor, serta
menjadi perhatian serius bagi semua
kalangan atau stakeholder di Indonesia.
Dewasa ini angka kecelakaan lalu
lintas terus bertambah, setidaknya dalam
kurun waktu dua tahun terakhir. Pada tahun
2010 telah terjadi kecelakaan di jalan raya
sebanyak 66.488 angka kecelakaan,
sedangkan di tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi sebanyak 108. 696
(sumber BPS 2012). Adapun menurut data
Direktorat lalu lintas Polda Metro Jaya,
angka kecelakaan di awal tahun 2011
tercatat 1.929 kasus kecelakaan. Sekitar 75
persennya melibatkan anak usia di bawah
umur. Ini menunjukan angka yang sangat
besar dalam kasus kecelakaan lalu lintas di
Indonesia. Harusnya ada penangan serius
dalam mencegah permasalahan tersebut,
agar potensi kecelakaan di kalangan pelajar
atau remaja tidak terulang.
Adapun proses atau cara untuk
menanggulangi kecelakaan di kalangan
pelajar atau remaja adalah dengan
dilakukannya sebuah pendidikan karakter
terhadap bahaya menggunakan kendaraan
bermotor pada usia remaja atau di usia 13-17
tahun. Dimana pendidikan tersebut
menggunakan pendekatan tiga sektor yakni,
pendidikan yang dilakukan dalam keluarga,
sekolah serta pemerintah dengan konsep
memberikan sebuah pendidikan yang bukan
hanya mengenalkan seperti apa bahaya
berkendara motor di usia remaja, namun
juga dengan cara yang lebih menarik
misalnya dengan menyuguhkan tontonan
yang membuat pelajar atau remaja sadar
akan pentingnya arti kehidupan dan
kesalamatan. Konsep ini juga dijalankan
melalui kerjasama dengan pihak Ditlantas,
Kemendikbud, dan Kemenhub untuk
penerapan tersebut, dan juga dibantu oleh
pihak keluarga serta guru yang sebelumnya
di berikan modul tentang metode Educating




Safety Driving For Children. Konsep
dijalankan dengan kontribusi dari kalangan
mahasiswa yang peduli akan keselamatan
berkendaraan bermotor dimana mahasiswa
berperan sebagai tutor dalam sosialisasi
yang turut bekerjasama dengan Kapolri
sebagai lembaga keamanan berlalu lintas.
Metode ini dinamakan ESC (Educating
Safety Driving for Children). Metode ini
dijalankan dengan pola pendekatan tiga
sektor yang dibantu oleh para mahasiswa,
guru dan kepolisian sebagai tutor dalam
pengembangan pendidikan karakter tersebut.
Sesuai dengan hal tersebut, dalam metode
pendidikan karakter ini diharapkan potensi
kecelakaan berkendaraan bermotor di
kalangan remaja dapat diminimalisir.
Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas,
maka perumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
Bagaimana cara memberikan
pendidikan kepada pelajar atau remaja akan
bahaya berkendara bermotor dengan metode
ESC.
Tujuan Tulisan
Membantu memberikan solusi untuk
orang tua, sekolah serta lingkungan dalam
pentingnya menjaga keselamatan pelajar
atau remaja akan bahaya berkendara
bermotor melalui metode ESC.
Manfaat Tulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mengaplikasikan tri dharma
perguruan tinggi terutama
pengabdian masyarakat.
b. Mengembangkan potensi
pengembangan pendidikan di
kalangan pelajar atau remaja
tentang bahaya berkendaraan
bermotor melalui metode ESC
2. Bagi Pelajar atau Remaja
a. Dapat memahami bahaya
berkendaraan bermotor di
kalangan pelajar atau remaja.
b. Dapat meningkatkan kepekaan dan
kesadaran
3. Bagi Orang Tua
a. Dapat menjadikan pelajaran
tentang bahaya menyediakan
kendaraan bermotor di kalangan
pelajar atau remaja.
b. Memiliki kepekaan terhadap
kondisi anak.

KAJIAN PUSTAKA
Perlunya pendidikan karakter tertuang
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 3, dinyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan YME, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap kreatif mandiri, dan
menjadi warga negara yangdemokratis
serta bertanggung jawab .





Adapun menurut Megawangi dalam
buku Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai Sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif pada
lingkungannya.
Sesuai dengan itulah penting adanya
pendidikan karakter bagi pelajar atau remaja
terkait pendidikan terhadap bahaya
berkendaraan bermotor, agar kasus
kecelakaan bermotor di kalangan pelajar
atau remaja tidak terulang kembali.

PEMBAHASAN
Peran Civitas Akademika Dalam
Penanggulangan Kecelakaan di Kalangan
Pelajar atau Remaja
Tingkat kecelakaan lalu lintas yang
terjadi pada pelajar atau remaja, menjadi
perhatian yang serius untuk ditangani. Untuk
itulah semua kalangan masyarakat harus
peduli dan tanggap dalam kasus ini. Salah
satunya adalah peran civitas akademika
khususnya mahasiswa yang dikenal sebagai
agent of change and agent of control,
dimana peran mahasiswa sangat di
butuhkan. Adanya mahasiswa menjadi
penting karena dapat menjadi salah satu
jembatan utama dalam permasalahan
tersebut, terutama kasus kecelakaan lalu
lintas yang dialami pelajar atau remaja.
Mengapa mahasiswa ditunjuk dalam
penanganan ini ? Karena mahasiswa
memiliki tri darma perguruan tinggi yakni
pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat yang harus di praktikan
kepada masyarakat, dengan memberikan
pemahaman dan kerangka berpikir. Salah
satunya dengan terjun langsung ke sekolah
untuk memberikan pemahaman tentang
bahaya berkendara bermotor bagi pelajar
atau remaja sesuai dengan metode
pendidikan yang diajarkan program studi
masing-masing. Selanjutnya, karena
mahasiswa juga dapat dikatakan sebagai
kalangan dewasa yang sudah mengerti baik
buruknya berkendara bermotor. Mahasiswa
juga dinilai lebih mengerti dan memahami
psikologis pelajar atau remaja, sehingga
metode yang diterapkan dapat terserap oleh
pelajar atau remaja, karena pelajar atau
remaja dapat menganggap mahasiswa
sebagai teman sharing.
Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak
dan Remaja.
Keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama bagi
anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga
lebih menekankan pada aspek moral atau
pembentukan kepribadian daripada
pendidikan untuk menguasai ilmu
pengetahuan. Dasar dan tujuan
penyelenggaraan pendidikan keluarga
bersifat indiviual yang sesuai dengan
pandangan hidup pada masing-masing
keluarga. Pola pendidikan keluarga pun
bermacam-macam. Pertama, keluarga yang




mendidik anak berdasarkan pada kaidah-
kaidah agama dan menekankan proses
pendidikan agama dengan tujuan untuk
menjadikan anak-anaknya menjadi orang
yang saleh dan senantiasa taqwa dan
beriman kepada Tuhan Yang maha Esa.
Kedua, keluarga yang dasar dan tujuan
penyelenggaraan pendidikannya berorientasi
kepada kehidupan sosial ekonomi
kemasyarakatan dengan tujuan untuk
menjadikan anak-anaknya menjadi orang
yang produktif dan bermanfaat dalam
kehidupan bemasyarakat.
Kedua pola pendidikan yang
dilakukan oleh banyak orang tua demi
membentengi anak-anak di usia remaja itu,
menjadi sesuatu yang tabu untuk dilakukan
orang tua pada saat ini. Hal ini dikarenakan
kesibukan orang tua dalam bekerja.
Disamping itu, pendidikan yang ditanamkan
kepada anak dan remaja pada masa
sekarang ini lebih berorientasi pada
pendidikan yang bersifat umum, namun
minim pendalaman spiritul. Sehingga yang
terjadi sekarang adalah semakin banyak
angka kecelakaan kendaraan bermotor di
kalangan remaja, diakibatkan dari pola
pendidikan orang tua yang kurang tepat.
Seperti contoh kasus kecelakaan di tol
Jagorawi yang dialami oleh AQJ, anak dari
artis kenamaan Ahmad Dhani adalah bukti
dari kelalaian orang tua dalam menjaga
anak. Dimana korban sering dimanjakan
orang tuanya dalam kehidupan duniawi,
tanpa dibarengi pendidikan agama yang
seimbang.
Gambar 1: Kecelakaan (AQJ) di tol
Jagorawi

Sesuai dengan kejadian yang
tergambar di atas, pola pendidikan orang tua
saat ini harus dirubah. Orangtua hendaknya
tidak hanya memberikan pendidikan umum
saja, melainkan dibarengi juga dengan
pendidikan spiritul dimana orang tualah
yang harus memberikan pendidikan tersebut
agar anak dan remaja saat ini lebih berpikir
kedepan, dan memiliki rasa empati serta
tanggung jawab karena dididik dengang pola
yang seimbang antara pendidikan dunia dan
agama.
Adapun penerapan ESC, sangat baik
untuk perkembangan pelajar atau remaja
dalam pengetahuannya tentang bahaya
berkendaraan bermotor. Namun hal ini dapat
terlaksana dengan baik jika orangtua mau
kerjasama dalam hal tersebut.
ESC (Educating Safety Driving For
Children) Sebagai Pendidikan Karakter
Pola perkembangan remaja pada era
globalisasi sekarang ini, sangat jauh berbeda
dengan kondisi remaja dimasa sebelumnya.
Dimana perkembangan remaja saat ini
cenderung mengarah pada perilaku yang




konsumtif, bebas bertindak dan sulit
dikontrol karena pengaruh media ataupun
hal lainya yang menyebabkan perilaku
remaja cenderung berbeda dengan remaja
sebelumnya. Sesuai dengan pendapat
Papalia dan Olds (2001), masa remaja
adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kondisi remaja cenderung memiliki banyak
keingintahuan. Namun hal tersebut tidak
didorong oleh pengetahuan remaja yang
lengkap, ditambah peran orang tua saat ini
dirasa kurang dalam mendidik remaja ke
arah pendidikan karakter seperti halnya
pengetahuan ke agamaan dan lain-lain.
Adapun maraknya remaja di usia 13-
17 tahun yang menggunakan kendaraan
bermotor merupakan permasalahan yang
berhubungan dengan permasalahan yang
dialami oleh Negara Indonesia, yaitu
kurangnya pelayanan fasilitas publik
khususnya penyediaan kendaraan umum
yang layak. Namun di sisi lain kita tidak bisa
memperdebatkan masalah tersebut, karena
itu merupakan urusan pemerintah dalam hal
tersebut.
Sehingga apa yang perlu kita
tanggulangi saat ini adalah bagaimana cara
kita agar pelajar atau remaja kita tidak
menggunakan kendaraan bermotor sebagai
komoditas utama, karena dari kajian di
lapangan usia anak dan remaja
menggunakan kendaraan bermotor bukan
sebagai modal transportasi (kompas 2013),
melainkan sebagai gaya hidup. Telah
dibuktikan banyaknya balapan liar, serta
kecelakaan lalu lintas dialami usia pelajar
atau remaja. Seperti yang sudah dijelaskan
diawal bahwa hal ini terjadi karena pelajar
atau remaja masih belum dapat mengkontrol
kondisi kejiwaannya, jadi sangat berbahaya
jika kendaraan bermotor tersebut di berikan
kepada anak usia pelajar atau remaja.
Tabel 1: sumber Polda Metro Jaya





Sesuai dengan hal inilah gagasan
untuk membuat pendidikan berkarakter
tentang bahaya berkendara motor pun
muncul, dengan membuat metode yakni
ESC (Educating Safety Driving for
Children). Dimana metode tersebut
menggunakan pendekatan tiga sektor yakni
orang tua, sekolah dan pemerintah. Pertama
orang tua. Kunci dalam pendidikan awal
adalah melalui orang tua yang di berikan
modul tentang bahaya berkendaran bermotor
terhadap anaknya. Jadi intinya, orang tualah
yang berperan aktif melindungi dan
memberikan nasihat terhadap anaknya di
lingkungan rumah. Dengan asumsi anak
tersebut akan menyerap pendidikan dari
orang tuanya, karena yang menasehati dari
awal adalah pihak keluarga. Kedua ialah
dari pihak sekolah. Dimana pendidikan




karakter dilakukan melalui metode
ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh
semua siswa. Adapun tutornya adalah guru,
mahasiswa serta dari pihak kepolisisian yang
diwakili oleh Ditlantas lalu lintas. Dimana
pola pendidikannya dengan mengenalkan
bahaya berkendara bermotor kepada siswa
melalui cara-cara yang menarik seperti
memberikan tontonan (menayangkan
gambaran akan bahayanya pelajar atau
remaja menggunakan kendaraan bermotor).
Selanjutnya dengan memberikan games dan
pelatihan seperti halnya apa yang sudah
diterapkan di Indonesia dengan adanya
polisi cilik, mungkin bisa diadakannya polisi
remaja yang tujuannya tidak hanya agar
siswa peka dan mengerti bahaya dalam
berkendaraan bermotor, namun memiliki
tujuan kedepan dengan memberikan
pengarahan ke hal yang bersifat sosial.
Seperti mengadakan proyek sosial tentang
safety berkendara ke masyarakat, sehingga
kepekaan pelajar atau remaja akan sosial
akan terpatri. Ketiga adalah melalui peran
pemerintah yang dibawahi oleh
Kemendikbud, Kemenhub, dan Ditlantas
yang dibawahi oleh Polri dengan membuat
kebijakan seperti pembuatan peraturan
Kementrian tentang larangan pelajar atau
pelajar/remaja menggunakan kendaraan
bermotor.
Namun bukan hanya pembuatan
peraturan khusus saja yang dilakukan
pemerintah melainkan juga membuat modul
pendidikan ESC ini, serta juga membuat dan
memfasilitasi seminar yang berkaitan
tentang bahaya berkendaraan bermotor, atau
juga dengan membuat program seleksi
pemuda tentang peduli keselamatan (Duta).
Dari ketiga penjelasan tersebut, sangat
penting adanya metode ESC. Metode
pengembangan bagi anak tentang berbahaya
berkendaraan bermotor. Hal ini harus
diterapkan secara serius untuk
meminimalisir angka kecelakaan bermotor
di usia pelajar atau remaja yaitu kisaran usia
13-17 tahun, dan juga penerapan tentang
pendidikan yang membangun karakter
pelajar atau remaja.

SIMPULAN
Dari banyaknya angka kecelakaan
kendaraan bermotor di Indonesia, yang
dialami kalangan pelajar atau remaja. Perlu
adanya pendidikan berkarakter tentang
bahaya berkendaraan bermotor pada
kalangan pelajar atau remaja, dengan
menggunakan metode pendidikan yang
dapat membuat mereka tidak lagi
menggendari kendaraan bermotor sebelum
mencukupi umur.
Adapun konsep yang diterapkan
adalah ESC (Educating Safety Driving for
Children). Metode ini dilakukan melalui tiga
pendekatan yaitu melalui keluarga/orang tua,
sekolah dan juga pemerintah. Serta dibantu
oleh pihak-pihak yang peduli seperti di
kalangan civitas akademika yakni
mahasiswa, dan pemerintah yakni
Kemendikbud, Kemenhub,Polri.





PUSTAKA RUJUKAN


Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual: ESQ. Jakarta: Arga.
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian.
Malang: UMM.
Drs Supriyono, widodo. 2003 Psikologi
Belajar. Solo: Rineka Cipta.
Indrawati, suorapti. 2013 Peran Orang Tua dan
Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas.
No 1: 1-10 Febuari 2013..
Mulyatiningsih, Endang. 2010. Analisis
Model-modelPendidikanKarakter untuk
usia anak, remaja.No 3,1-7.
Website
Anonim: (2010) Resources for Character
Education, Guidance, Lifeskills. diunduh
tanggal 1 Februari 2010 dari
www.livewiremedia.com.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/forum/2013/0
9/130913_forum_bawahumur.shtmdiakse
s pada jam 13:30 tanggal 13 oktober 2013.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=
1&id_subyek=17&notab=12 diakses pada
jam 07:30 tanggal 12 oktober 2013.
Kompas,2013.Alasan.Kenapa.Dul.Belum.Bole
h.Bawa.Mobil.http://health.kompas.diakse
s pada jam 07:30 12 oktober 2013.
http://kuncoromm.blogdetik.com/2012/05/emo
sional-remaja-membuat-bahaya saat-
berkendar. diakses pada jam 10:30
tanggal 13 oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai