Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI
KELAS VIII H SEMESTER I SMP NEGERI 1 BENDOSARI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh :
Sugiarto, S.Pd, M.Pd
NIP. 19610204 198803 1 004

SMP NEGERI 1 BENDOSARI SUKOHARJO


TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Penelitian
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN

EXAMPLE

NON

EXAMPLE

PADA

MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIII H


SEMESTER I SMP NEGERI 1 BENDOSARI TAHUN PELAJARAN
2013/2014
B. Bidang Kajian
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pemberian metode examples
non examples.
C. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa
kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu
tertarik dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan , karena selama ini
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

dianggap sebagai pelajaran yang

hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran


sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar Pendidikan Kewarganegaraan
siswa di sekolah.
Kemampuan

siswa

dalam

menguasai

materi

pembelajaran

berpengaruh terhadap hasil belajar atau ketuntasan belajar yang telah


ditentukan kriteria ketuntasan minimalnya ( KKM ). Keaktifan siswa rendah
justru disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru. Sebab guru
hanya menggunakan model pembelajaran

yang bersifat konvensional dan

banyak didominasi guru, sehingga mengakibatkan keaktifan siswa rendah.


Disamping itu, nilai rata rata ulangan akhir semester 1 rendah yang dicapai
siswa kelas VIII H SMP Negeri 1 Bendosari Sukoharjo yaitu rata-rata 71,87
dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 64,52% padahal KKM di sekolah

adalah 70. Hal ini belum mencapai KKM yang telah ditetapkan dan belum
tuntas secara klasikal minimal 35,48%. Dari ketiga nilai , baik aspek kognitif,
nilai afektif, dan nilai psikomotorik yang ada, pada penelitian ini peneliti
hanya mengambil nilai kognitif saja.
Hasil Ulangan Akhir Semester I
Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 1 Bendosari Tahun Pelajaran 2013/2014
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

NAMA
ADITYA TRI ANDIKA
AHMAT SUPADI
ANDI ERVAN N. S
ASTRIA SANDRA WIBOWO
BEKTI TRI UTAMI
BRIAN AGUSTIN SAPUTRA
DERY ANDRIANSYAH
DESI SHOVIANINGSIH
DIAH AYU RENGGANIS
DIDIT DWI ANJASNANTO
DIMAS IRAWAN
FAJAR SIDIQ MUKHLISIN
FIRA KUSUMAWATI
GILANG EKO PRABOWO
HUDA SETYAWAN
IBNU NASRUDIN
IMANIAR XENADA
INDRI FITRIA ADI CITRA
INTAN ARIYANA
IRA RAHMAWATI W
MUHAMMAD JHONY ANDRE
MUHAMMAD NUR ISLAM L
MULIA ADI NUGROHO
NADIA KHOTRUN NADA
NATARINA NOVIA A
NIKEN WULANDARI
NOFITA SARI
NURUL AFIATUN
YUNIAR LARAS SARI
YUNUS BUDIYANTO
DEVI FEBIOLA

L/P
L
L
L
P
P
L
L
P
P
L
L
L
P
L
L
L
P
P
P
P
L
L
L
P
P
P
P
P
P
L
P

NILAI
67
71
59
59
64
73
66
73
86
73
60
69
83
61
76
56
76
67
71
81
87
73
86
86
73
71
77
76
59
79
70

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran

yang dapat

meningkatkan kretivitas dan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran


yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan
belajar dapat tercapai. Model pembelajaran tersebut adalah model example
non example, Pembelajaran

Example Non Example adalah suatu proses

belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa diberikan contoh-contoh


gambar yang menarik dan berhubungan dengan materi pembelajaran .
Kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan secara kelompok, tugas guru
adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang
ada. Tugas guru juga mengarahkan siswa untuk berani menyampaikan
pendapat,bertanya dan menjawab serta menyimpulkan permasalahan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah dengan
menggunakan model Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil
belajar Pendidikan Kewarganegaraan

kelas VIII H di SMP Negeri 1

Bendosari Sukoharjo.
E. Pemecahan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka pemecahan masalah
yang muncul adalah :
Nilai Pendidikan Kewarganegaraan ( khususnya nilai kognitif) rendah.
Model pembelajaran

selama ini yang dipakai adalah masih bersifat

konvensional, maka pada penelitian ini perlu menggunakan model


pembelajaran

yang lain yaitu model Examples non Examples. Dengan

menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik, anak


akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercapai.

F. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar dengan model
Examples non Examples.
2. Menemukan dan mengatasi masalah yang muncul selam proses belajar
mengajar berlangsung.
3. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.
G. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) terhadap perbaikan pembelajaran
memberi manfaat yang cukup signifikan , baik bagi siswa, guru, maupun
institusi (sekolah ).
1. Manfaat bagi siswa :
a) Membantu siswa meningkatkan pemahaman materi pembelajaran .
b) Meningkatkan rasa percaya diri siswa.
c) Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga memperoleh hasil
maksimal.
2. Manfaat bagi guru :
a) Membantu guru memperpaiki pembelajaran
b) Membantu guru berkembang secara professional
c) Menumbuhkan rasa percaya diri guru
d) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilannya.
3. Manfaat bagi Institusi ( Sekolah ) :
a) Membantu teman sejawat dapat melakukan PTK
b) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa secara bertahap dan terus
menerus.
c) Membuka

wawasan

para

guru

dan

Kepala

sekolah,

bahwa

permasalahan pembelajaran dapat diatasi melalui PTK.


d) Sebagai bahan rujukan peneliti lain dan bahan kajian untuk dapat
memberikan kritik saran yang konstruktif.

e) Sebagai acuan dan perbandingan peneliti untuk mengambil tindakan


dalam mengatasi masalah yang serupa / sama dalam pembelajaran .

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri
seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi
perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai
hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of
experience), demikian pendapat John Oewey, salah seorang ahli
pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat
progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya
dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek
afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric
domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO,
yaitu :
1) Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran

yang

memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan


dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2) Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan
untuk

melaksanakan

Controlling,

Monitoring,

Maintening,

Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam


potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan
mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi,

bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi


koflik
3) Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk
hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh
toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka.
4) Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran

yang untuk

mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar


pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi
lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan
ilmu

pengetahuan

yang

mampu

memecahkan

masalah,

bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan.


Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan
percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu
mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki
kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan
dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence
(kecerdasan emosi).
b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan

kewarganegaraan

adalah

sebagai

wahana

untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara


yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dalam rangka nation and character
building :
Pertama

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian


kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu
yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi,
antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang
digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajiankajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan
perilaku demokrasi warganegara.

Kedua

Pendidikan Kewarganegaraan

mengembangkan daya

nalar (state of mind) bagi para peserta didik.


Pengembangan karakter bangsa merupakan proses
pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya
nalar tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memusatkan
perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga
negara

(civic

intelegence)

sebagai

landasan

pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.


Ketiga

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu proses


pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran

yang

digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif


dengan menekankan pelatihan penggunaan togika dan
pelajaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang efektif dikembangkan bahan
pembelajaran

yang interaktif yang dikemas dalam

berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam,


tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari
ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung
(hand of experience).
Keempat :

Kelas

Pendidikan

laboratorium

Kewarganegaraan

demokrasi.

Melalui

sebagai
Pendidikan

Kewarganegaraan, pemahaman sikap dan perilaku


demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui
mengajar demokrasi (teaching democracy), tetapi
melalui model pembelajaran

yang secara langsung

menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing


democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan
sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk
memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih
dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara

menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri


yang lebih berbasis kelas.
B. Kerangka Berpikir
1. Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui metode
Examples Non Examples.
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa
melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam
kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif
dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab
bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan adalah hasil belajar
yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan

berupa

seperangkat

pengetahuan,

sikap,

dan

keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya


baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi:
keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan
(agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan
emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif
dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja
(produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
Untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan,
dalam pembelajaran nya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk
belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana guru lebih
banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru
mengutamakan proses daripada hasil.
Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa
secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik

sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar

Pendidikan Kewarganegaraan

meningkat diperlukan situasi, cara dan

strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik
pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar
mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara
totalitas adalah pembelajaran dengan metode Examples Non Examples.
Pembelajaran

dengan metode Examples Non Examples adalah

suatu model pembelajaran

dimana sebelum proses belajar mengajar

didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diberi contoh gambar-gambar


yang menarik yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian
siswa diminta untuk mendiskusikan secara kelompok permasalahan dan
mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas
guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk berani
menyampaikan pendapat, bertanya dan mendengarkan pendapat yang
berbeda diantara mereka.
2. Pendekatan dan penerapan metode Examples Non Examples dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan
mendiskusikan.

Pembelajaran

metode

Examples

Non

Examples

berlangung secara alamiah dalam masalah serta mencari pemecahan


masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti
apa makna belajar, apa manfaatnya. Mereka sadar bahwa yang mereka
pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergumul
dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran metode Examples Non Examples, guru
mengatur strategi belajar serta memfasilitasi belajar siswa. Anak harus
tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Dari pembahasan di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan


metode Examples Non Examples dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri
melalui proses bertanya dan kerja kelompok. Peningkatan hasil belajar
yang didapatkan tidak hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi
lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi
kelas)
C. Hipotesis
Dengan demikian dapat diduga bahwa:
Pembelajaran dengan metode Examples Non Examples dapat meningkatkan
hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIII H
SMP Negeri 1 Bendosari Sukoharjo

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi
pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang
dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang
variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :
catatan guru, catatan siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan
berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.
Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan,
melakukan tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus
dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau
aktifitas siswa saat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan
metode Examples dan Non Examples untuk melihat perubahan tingkah
laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan
berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang
sudah disebutkan diatas.
Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, nilai tugas
serta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa,
partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian
siswa dalam melaporkan hasil.
Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan
lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator
keberhasilan yang sudah dirumuskan.

B. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bendosari Sukoharjo
Kelas VIII H, dengan jumlah siswa 31 orang, yang terdiri dari 15 orang
laki-laki dan 16 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung dengan pokok
bahasan Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila.
C. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 2 (dua) minggu dilaksanakan pada
pertengahan bulan Februari 2014.
D. Prosedur Penelitian
SIKLUS I
1. Perencanaan
-

Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.

Merencanakan pembelajaran

yang akan diterapkan dalam proses

belajar mengajar.
-

Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Memilih bahan pelajaran yang sesuai

Menentukan skenario pembelajaran

dengan model Examples non

Examples.
-

Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.

Menyusun lembar kerja siswa

Mengembangkan format evaluasi

Mengembangkan format observasi pembelajaran .

2. Tindakan
-

Guru

mempersiapkan

gambar-gambar

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran.
-

Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui


LCD.

Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk


memperhatikan / menganalisa gambar.

Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas.

Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan


materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Pengamatan
-

Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah


disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk
mengumpulkan data.

Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah


disediakan.

4. Refleksi
-

Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi


mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario


pembelajaran dan lembar kerja siswa.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk


digunakan pada siklus berikutnya.

SIKLUS II
1. Perencanaan
-

Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.

Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.

Pengembangan program tindakan II.

2. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan
masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
-

Guru

mempersiapkan

gambar-gambar

sesuai

dengan

tujuan

pembelajaran.
-

Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui


LCD.

Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk


memperhatikan / menganalisa gambar.

Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas..

Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan


materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Pengamatan (Observasi)
-

Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan


mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung.

Menilai

hasil

tindakan

sesuai

dengan

format

yang

sudah

dikembangkan.
4. Refleksi
-

Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data


yang terkumpul.

Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus


II.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk


digunakan pada siklus III

Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan


mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

SIKLUS III (bila diperlukan).


Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi
proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui
Pembelajaran berbasis masalah dengan mengadakan diskusi kelompok
belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan /
atau berbeda pendapat tentang masalah Sikap Positif Terhadap Pancasila.
Belajar Pendidikan Kewarganegaraan serasa tebih menyenangkan,
meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin
meningkat.
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam
catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap
siswa terhadap Pendidikan Kewarganegaraan . Bila 70% siswa telah berhasil,
permasalahan Sikap Positif Terhadap Pancasila, melalui metode Examples
Non Examples, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rohani. 1993. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta
: Asbi Mahastya.
Asikin, Moh. 2009. Cara Cepat & Cerdas Menguasai Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) Bagi Guru. Semarang ; Manunggal Karso.
Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research Jilid 11. Yogyakarta; Yayasan
Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Nana, Sudjana. 1991. Dasar - dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya.
Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali
Pers
Selverius, Suke. 1993. Evaluasi hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT
Gramedia.
Uzer, Usman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai