Pendahuluan
Dipailitkannya Prudential beberapa saat yang lalu membawa kabar buruk
bagi para pemegang polis asuransi perusahaan tersebut. Hal yang sama bahkan
lebih tragis lagi dirasakan oleh pemilik dan tentunya karyawan Prudential.
Masyarakat (karyawan dan pemegang polis)dan pengamat sekalipun, juga heran.
Keheranan mereka berdasar pada satu tolok ukur yang kasat mata, bahwa
Prudential berada dalam kondisi keuangan yang sehat, dan yang lainnya, bahwa
hutang Prudential tidak sebanding dengan harta kekayaan Prudential yang
demikian besarnya.
Tulisan ini bermaksud memberikan gambaran secara sederhana tentang
kepailitan.
Tujuan Kepailitan
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para
kreditur atas kekayaan debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan
menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur
dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing.
Lembaga kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang
memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila debitur dalam keadaan
berhenti membayar/tidak mampu membayar. Lembaga kepailitan pada dasarnya
mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu:
Pertama, kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditur
bahwa debitur tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab terhadap
semua hutang-hutangnya kepada semua kreditur.
Kedua, kepailitan sebagai lembaga yang juga memberi perlindungan
kepada debitur terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh kreditur-krediturnya.
Jadi keberadaan ketentuan tentang kepailitan baik sebagai suatu lembaga atau
sebagai suatu upaya hukum khusus merupakan satu rangkaian konsep yang taat
asas sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 1131 dan 1132
KUH Perdata.
Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata merupakan perwujudan adanya
jaminan kepastian pembayaran atas transaksi-transaksi yang telah diadakan oleh
debitur terhadap kreditur-krediturnya dengan kedudukan yang proporsional.
Adapun hubungan kedua pasal tersebut adalah sebagai berikut:
Bahwa kekayaan debitur (pasal 1131) merupakan jaminan bersama bagi
semua krediturnya (pasal 1132) secara proporsional, kecuali kreditur dengan hak
mendahului (hak Preferens).
Syarat Kepailitan
Dalam undang-undang kepailitan, persyaratan untuk dapat dipailitkan
sungguh sangat sederhana. Pasal 1 ayat (1) UUK, menentukan bahwa yang dapat
dipailitkan adalah debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permintaan seorang atau lebih krediturnya.
Dari paparan di atas, maka telah jelas, bahwa untuk bisa dinyatakan pailit,
debitur harus telah memenuhi dua syarat yaitu:
Memiliki minimal dua kreditur;
Tidak membayar minimal satu utang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih.
Kreditur yang tidak dibayar tersebut, kemudian dapat dan sah secara
hukum untuk mempailitkan kreditur, tanpa melihat jumlah piutangnya.
Daftar Pustaka
Erman Radjagukuguk. “Latar Belakang dan Ruang Lingkup Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan”, di dalam Ruddhy Lontoh (Ed.),
Penyelesaian Utang Piutang melaui Pailit atau Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (Bandung: Alumni, 2001) hlm. 181.
Ibid
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja.Kepailitan.. (Jakarta: Rajawali Pers, 1999) hlm.
5-9
Sri Redjeki Hartono, “ Hukum Perdata sebagai dasar hukum kepailitan modern”,
Majalah Hukum Nasional, No. 2 hlm. 37 Tahun 2000.
Ibid.