2
3 3 2 2 1 1
Y
YX YX YX
Keterangan:
1, 2, 3 : koefisien regresi
X1, X2, X3 : data variabel independen
Y : data variabel dependen
3. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara parsial
variabel independen terhadap dependen. Langkah-langkah pengujian:
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho : = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha : 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Penentuan level of significant (a) = 0,05
c. Kriteria pengujian
Ho diterima apabila signifikansi > a = 0,05.
Ho ditolak apabila signifikansi < a = 0,05.
4. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara simultan
variabel independen terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian:
a. Menentukan Ho dan Ha
Ho: 1 = 2 = 3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha: 1 2 3# 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan variabel
independen terhadap variabel dependen.
b. Penentuan level of significant (a) = 0.05
c. Kriteria pengujian
Ho ditolak apabila signifikansi < a = 0,05.
Ho diterima apabila signifikansi > a = 0,05
5. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan melihat gambar grafik Normal P-P Plot, dimana
terjadinya gejala tersebut dideteksi dengan melihat titik-titik yang mengikuti arah
garis linier dari kiri bawah ke kanan atas. Bila titik-titik mengikuti arah garis
linier berarti terjadi adanya gejala normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antar variabel-
variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Uji multikolinieritas
dilakukan dengan melihat angka variance inflation factor (VIF) atau tolerance.
Sebuah model regresi bebas dari Multikolinieritas apabila nilai VIF lebih kecil
dari 10 dan mempunyai angka tolerance lebih besar dari 0,10 (Ghozali, 2004).
c. Uji Heterokedastisitas
Gejala heterokedastisitas terjadi sebagai akibat dari variasi residual yang tidak
sama untuk semua pengamatan. Pada bagian ini, cara mendeteksi ada tidaknya
gejala heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (Zpred) dengan residualnya (Sresid). Deteksi ada tidaknya gejala
tersebut dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot. Dasar pengambilan keputusan dalam analisis heterokedastisitas adalah
sebagai benkut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka sudah
menunjukkan telah terjadinya gejala heterokedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi
korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu
(time series) atau secara ruang (cross sectional). Hal ini mempunyai arti bahwa
hasil suatu tahun tertentu dipengaruhi tahun sebelumnya atau tahun berikutnya.
Terdapat korelasi atas data cross section apabila data di suatu tempat dipengaruhi
atau mempengaruhi di tempat lain, untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin -
Watson.
Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji autokorelasi ini
dilakukan dengan melihat nilai statistik Durbin Watson (Gujarati, 2000):
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan melihat gambar grafik Normal P-P Plot,
dimana terjadinya gejala tersebut dideteksi dengan melihat titik-titik yang mengikuti
arah garis linier dari kiri bawah ke kanan atas. Bila titik-titik mengikuti arah garis
linier atau diagonal berarti terjadi adanya gejala normalitas. Hasil uji normalitas
penelitian ini dapat dilihat di Gambar IV. 1 dibawah ini:
Normal P-P Plot of Regression J
Dependent Variable: PDRB
0,0 ,3 ,5 ,8 1,0
Observed Cum Prob
Gambar IV. 1 Hasil Uji Normalitas
Gambar IV. 1 di atas, diketahui bahwa pengujian normalitas yang telah
dilakukan memperlihatkan adanya titik yang mengikuti arah garis linier dari kiri
bawah ke kanan atas sehingga variabel yang diuji mengindikasikan adanya
gejala normalitas, dengan demikian variabel yang diuji sudah memenuhi uji asumsi
normalitas yang disyaratkan.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antar variabel-
variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Uji multikolinieritas
dilakukan dengan melihat angka variance inflation factor (VIF) atau tolerance.
Sebuah model regresi bebas dari Multikolinieritas apabila nilai VIF lebih kecil dari
10 dan mempunyai angka tolerance lebih besar dari 0,10 (Ghozali, 2004: 92). Hasil
uji multikolinieritas dalam penelitian ini dapat dilihat di Tabel IV. 1 dibawab ini:
Tabel IV. 1
Uji Multikolinieritas
Collinieritv Statistics
Tolerance VIF
Dana alokasi umum 0,593 6,869
Pendapatan asli daerah 0,593 6,869
Sumber: Data yang diolah, 2012
Hasil uji multikolinieritas di ketahui besarnya VIF masing-masing variabel
independen lebih kecil dari 10 dan mempunyai nilai tolerance lebih besar 0,1
sehingga dapat dikatakan tidak terdapat multikolinieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
grafik scatterplot. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar IV.2 di
bawah ini:
Gambar IV.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusan dalam analisis heteroskedastisitas
adalah sebagai berikut: (Santoso, 2000: 210):
a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik vane ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka sudah
menunjukkan telah terjadinya gejala heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar IV.2. di
atas, memperlihatkan tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui hubugan yang terjadi diantara
variabel-variabel yang diteliti. Untuk mengetahui hal ini akan digunakan angka
Durbin Watson dalam tabel derajat kebebasan dan tingkat signifikansi tertentu. Hasil
uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel IV.2 dibawah ini:
Tabel IV.2 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary'
3
Adjusted Std. Error of Durbin-W
Model R R Square R Square the Estimate atson
1 ,989
a
,979 ,973 389600,770 2,170
a- Predictors: (Constant), PAD, DAU
b- Dependent Variable: PDRB
Tabel IV.2 di atas dapat dilihat nilai Durbin-Watson sebesar 2,170 akan
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%,
jumlah sampel 11 dan jumlah variabel bebas 2, maka di tabel Durbin-Watson akan
didapat nilai dL 0,658 dan du 1,604. Nilai DW .............................. maka tidak terjadi
autokorelasi pada model regresi.
B. Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi interaksi adalah mengetahui besarnya pengaruh variabel
dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap produk
domestik regional bruto (PDRB). Dari hasil pengolahan data menggunakan program
SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel IV.3
Rekapitulasi Hasil Regresi Linier Berganda Variabel Dependen:
Produk Domestik Regional Bruto (Y)
Variabel Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficient (p)
t Sig.
B Std. Error Beta
Konstanta 1568705.96 380417 4,124 0,003
DAU -0,000001964 0,000 -0,125 -0,589 0,572
PAD 0,000 0,000 1,110 5,247 0,001
R Square
Adjusted R Square :
Fhit
Sig.F
: 0,979 0,973 184,572 0,000
Sumber: data hasil olahan SPSS
Tabel IV.3 di atas menunjukkan hasil persamaan regresi linier berganda yang
diperoleh adalah: Y= 1,568,705.96-0,125 + 1,110 + e (0,003)*** (0,572)
(0,001)***
Keterangan:
*** = Signifikan pada tingkat kesalahan 1%
Persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 1,568,705.96 artinya apabila dana alokasi umum
(DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) tetap maka produk domestik
regional bruto (PDRB) sebesar 1,568,705.96 rupiah.
b. Koefisien regresi variabel dana alokasi umum (DAU) sebesar 0,125
menunjukkan bahwa dana alokasi umum ditingkatkan maka produk domestik
regional bruto (PDRB) akan menurun demikian pula sebaliknya.
c. Koefisien regresi variabel pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 1,110
menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah (PAD) ditingkatkan
maka produk domestik regional bruto (PDRB) akan meningkat demikian pula
sebaliknya.
2. Ujit
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel
dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap produk
domestik regional bruto (PDRB). Hasil uji t selengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Variabel dana alokasi umum (DAU) memiliki nilai t sebesar -0,589
dengan nilai signifikansi sebesar 0,572 > a = 0,05 maka variabel dana
alokasi umum (DAU) tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sehingga apabila dana
alokasi umum (DAU) meningkat maka tidak akan meningkatkan
produk domestik regional bruto (PDRB).
b. Variabel pendapatan asli daerah (PAD) memiliki nilai t sebesar 5,247
dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 < a = 0,05 maka variabel
pendapatan asli daerah (PAD) mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sehingga
apabila pendapatan asli daerah (PAD) meningkat maka akan
meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB).
3. UjiF
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel
dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap produk
domestik regional bruto (PDRB). Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel dana
alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) mempunyai nilai F sebesar
184,572 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,01 sehingga secara simultan
variabel dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB).
4. Koefisien determinasi (Adjusted B
2
)
Nilai Adjusted R square sebesar 0,973, artinya variabel produk domestik
regional bruto (PDRB) dapat dijelaskan oleh dana alokasi umum (DAU) dan
pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 97,3% clan sisanya sebesar 2,7% dijelaskan
faktor lain di luar model penelitian, misalnya variabel pajak daerah dan retribusi
daerah.
C. Pembahasan
1. Pengujian Hipotesis Pertama dan Pembahasannya
Dari hasil uji hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t
diketahui nilai t hitung variabel dana alokasi umum (DAU) sebesar -0,589
dengan tingkat signifikansi yang diperoleh sebesar 0,572 > a = 0,05 sehingga
variabel dana alokasi umum menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap produk domestik regional bruto (PDRB).
Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin meningkat dana alokasi
umum dapat menurunkan produk domestik regional bruto (PDRB) karena
semakin tinggi ketergantungan pada dana alokasi umum dari pemerintah pusat
maka menyebabkan daerah tidak maksimal dalam peningkatan pendapatan
asli daerah dan diduga justru tidak optimal dalam memberdayakan potensi
daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga terkesan hanya
menggantungkan pada dana alokasi umum dari pemerintah pusat.
2. Pengujian Hipotesis Kedua dan Pembahasannya
Dari hasil uji hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t
diketahui nilai t hitung variabel pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 5,247
dengan tingkat signifikansi yang diperoleh sebesar 0,001 < a = 0,05 sehingga
variabel pendapatan asli daerah menunjukican pengarun yang positif dan
signifikan terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB).
Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin meningkat pendapatan asli
daerah (PAD) maka semakin meningkatkan pendapatan domestik regional
bruto (PDRB) karena pelaksanaan otonomi daerah menyebabkan daerah
memiliki otonomi dalam mengelola daerahnya khususnya meningkatkan
pendapatan asli daerah yang akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan
domestik regional bruto (PDRB). Menurut Sianturi (2009) terdapat
keterkaitan antara pajak daerah dengan produk domestik regional bruto.
Semakin besar pajak yang diterima oleh Pemerintah Daerah maka semakin
besar pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah menmpunyai wewenang
untuk mengalokasikan pendapatan dalam sektor belanja langsung ataupun
belanja modal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dana alokasi umum tidak berpengaruh terhadap produk domestik regional
bruto.
2. Pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap produk
domestik regional bruto (PDRB).
B. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada tahun 2000 - 2010.
2. Penelitian ini hanya dilakukan di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa
Tengah.
3. Penelitian ini hanya menggunakan dana alokasi umum (DAU) dan
pendapatan asli daerah (PAD) untuk memprediksi produk domestik regional
bruto (PDRB)
C. Saran
1. Dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar
harus berusaha menggali lebih banyak sumber-sumber pendapatan asli daerah
(PAD) baik secara intensifikasi maupun secara ekstensifikasi dan secara
bersamaan harus memperhatikan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
dan perlu adanya optimalisasi badan usaha miliki daerah agar pendapatan asli
daerah (PAD) meningkat sehingga berimplikasi pada produk domestik
regional bruto.
2. Pemerintah Kabupaten Karanganyar diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat agar otonomi daerah dapat
berjalan dengan baik.
3. Penelitian yang akan datang diharapkan dapat menambah tahun pengamatan
khususnya sebelum otonomi daerah tidak hanya selama tiga tahun tetapi dapat
menambah tahun pengamatan menjadi minimal lima tahun pengamatan.
4. Penelitian yang akan datang diharapkan tidak saja dilakukan di Kabupaten
Karanganyar tetapi dapat dilakukan untuk wilayah propinsi Jawa Tengah atau
seluruh Indonesia.
5. Penelitian yang akan datang dapat menggunakan variabel lainnya dalam
melihat pengaruhnya terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB)
misalnya menggunakan variaoei pajak uaeran uan retnousi daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Aebarge, Rolf & Audun Langorgen, (1997). Fiscal and spending behavior of local
governments: An Empirical analysis based on Norwegian data. Statistic Norway,
Discussion paper no. 196.
Andersson, Lars. (2002). The effect of Swedish local public expenditure of a change in
Swedish intergovernmental grant system. Working paper: University of Lund, Working
Paper.
Bastian, Indra. (2002). Akuntansi Sektor Publik;Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta.
Bradford, D. & W. Oates. (1971a). The analysis of revenue sharing in a new approach to
collective fiscal decision. The Quarterly Journal of Economics. Vol. 85. No. 3. pp.
416-439.
Deller, Steven, Craig Maher, & Victor Lledo. (2002). Winconsin local government, state
shared revenues and the illusive flypaper effect. Working Paper. University of
Winconsin-Madison
Gamkhar, Shama & Wallace Oates. (1996). Asymmetries in the response to
increase and decreases in intergovernmental grant: Some empirical findings. National
Tax Journal 49 (4). pp. 501-512.
Ghozali, Imam. (2004). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati., Damodar. (2000). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Holtz-Eakin, Douglas, Harvey S. Rosen, & Schuyler Tilly. (1994). Intertemporal analysis
of state an local government spending: Theory and test. Journal of Urban Economics.
Vol. 35(2). pp. 159 - 174.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29/2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tatacara Penyusunan
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Depdagri. Jakarta.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 181/2000 tanggal 23 Desember 2000 tentang
Dana Alokasi Umum Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Tahun Anggaran
2001. Depdagri. Jakarta.
Kesit Bambang Prakosa. (2004). Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik di
Wilayah Jawa Tengah dan DIY). JAAI, Vol. 8. No. 2. Hal. 101-118.
Legrenzi, Gabriella & Costas Milas. (2001). Non-linear and Asymmetric adjustment in the
local revenue-expenditure models: Some evidence from the Italian municipalities.
Working Paper. University of Milan,
Oates, Wallace. (1999). An essay on fiscal federalism. Journal of Economic Literature. Vol
37. pp. 1120-1149.
Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 18 Tahun 1997, Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Depdagri. Jakarta.
Slack, Enid. (1980). Local fiscal response to intergovernmental transfer. The
Review of Economics and Statistics. Vol 62. issue 3. pp. 364 - 370.
Sumodiningrat, Gunawan., (2000). Ekonometrika: Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Zampelli, Ernest M. (1986). Resource fungibility, the flypaper effect, and the expenditure
impact of grants-in-aid. The Review of Economics and Statistic. Vol. 68. issue 1. pp.
33-40.
Zou, Heng-fu. (1994). Dynamic eltects of federal grants on local spenuing. Journal of
Urban Economics. Vol. 36 (1). pp. 98 - 115.