PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIET
PASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN
DI RSUD PANEMBAHAN SEN Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat KEMENTERIAN POLITEKNIK KESEHATAN NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Gizi Diajukan oleh : Disusun Oleh: LINDA SUSILAWATI NIM : P07131109023 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN GIZI 2012 PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN PATI BANTUL YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk SEHATAN REPUBLIK INDONESIA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA Disusun oleh: LINDA SUSILAWATI NIM : P07131109023 Diketahui Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping, Tjarono Sari, SKM, M.Kes Setyowati, SKM, M.Kes NIP. 196102031985012001 NIP. 196406211988032002 Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Joko Susilo, SKM, M.Kes NIP.19641224 198803 1 002 INTISARI PERBEDAAN PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJAL DENGAN HEMODIALISA RAWAT JALAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA Linda Susilawati 1 , Tjarono Sari, SKM, M.Kes 2 , Setyowati, SKM, M.Kes 2 Latar Belakang : Pada penderita gagal ginjal dengan hemodialisa, sering dijumpai keadaan malnutrisi dan prevalensinya pun masih cukup tinggi, hal tersebut sebagian besar disebabkan karena pasien tidak patuh pada diet yang dianjurkan, asupan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, sikap pasien serta pengetahuan pasien. Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan pemberian edukasi antara metode konsultasi dan metode penyuluhan terhadap kepatuhan diet pasien menurut asupan zat gizi dan sikap pasien. Metode Penelitian : Studi Quasi experiment design dengan rancangan Posttest dengan kelompok control (Posttest Only Control Group Design). Lokasi penelitian di RSUD Panembahan Senopati bantul. Variabel bebas yaitu pemberian edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan, variabel terikat yaitu kepatuhan diet pasien. Pemilihan sampel yaitu dengan kriteria inklusi. Sampel penelitian dibagi kedalam dua kelompok, kelompok pertama diberi edukasi metode konsultasi dan kelompok kedua diberi edukasi metode penyuluhan, kemudian diukur kepatuhan dietnya untuk asupan zat gizi menggunakan food record 3 hari dan untuk sikap menggunakan kuisioner yang berisi pernyataan pernyataan dengan pilihan jawaban bertingkat atau rating scale. Analisis data menggunakan uji statistik non parametrik dua sampel bebas Mann Whitney. Hasil : Perbedaan pemberian edukasi membuat kepatuhan diet menurut sikap tidak berbeda dengan nilai p=0,455 (p>0,05). Perbedaan pemberian edukasi juga membuat kepatuhan diet menurut asupan karbohidrat dan natrium tidak berbeda dimana nilai p untuk asupan karbohidrat adalah 0,073 (p>0,05) dan nilai p untuk asupan natrium adalah 0,132 (p>0,05). Sedangkan kepatuhan diet menurut asupan energi, protein, lemak dan kalium adalah berbeda dengan nilai p untuk asupan energi adalah 0,018 (p<0,05), protein 0,001 (p<0,095), lemak 0,013 (p<0,05) dan kalium 0,023 (p<0,05). Kesimpulan : Kepatuhan diet menurut asupan energi, protein, lemak dan kalium antara kedua metode pemberian edukasi adalah berbeda. Sedangkan kepatuhan diet menurut asupan karbohidrat, natrium dan sikap antara kedua metode pemberian edukasi adalah tidak berbeda. Kata Kunci : Pemberian Edukasi Gizi, kepatuhan diet, pasien hemodialisa. 1 Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ABSTRACT DIFFERENCES IN THE PROVISION OF EDUCATION TO DIET ADHERENCE PATIENTS WITH KIDNEY FAILURE HEMODIALYSIS OUTPATIENT IN PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL DISTRICT HOSPITAL YOGYAKARTA Linda Susilawati 1 , Tjarono Sari, SKM, M.Kes 2 , Setyowati, SKM, M.Kes 2 Background: In patients with renal failure with hemodialysis, frequently encountered situation of malnutrition and its prevalence is still quite high, it is largely because patients do not adhere to recommended dietary intake is not in accordance with the needs, attitudes of patients and patient knowledge. Objectives: To determine the difference between the provision of educational consultation methods and extension methods for dietary compliance of patients according to nutrient intake and attitudes of patients. Methods: Quasi-experiment study design with posttest design with control groups (posttest Only Control Group Design). Research sites in Panembahan Senopati Bantul District Hospital. Independent variables, namely the provision of educational consultation methods and extension methods, the dependent variable patient obedience with diet. Sample selection is the inclusion criteria. The samples were divided into two groups, the first group were given educational consultation method and the second group were given educational extend method, and measured adherence to the diet of nutrient intake using a food record for 3 days and attitudes using a questionnaire that contains statements with multilevel response option or rating scale. Analysis of data using non-parametric statistical test Mann Whitney two free samples. Results: Differences in the provision of education to made dietary obedience did not differ according to the attitude of the value of p = 0.455 (p> 0.05). Differences in the provision of education also made dietary obedience by carbohydrate and sodium intake did not differ in which the p value was 0.073 for carbohydrate intake (p> 0.05) and p values for sodium intake was 0.132 (p> 0.05). While the dietary obedience according to energy intake, protein, fat and potassium was in contrast to the p-value for energy intake was 0.018 (p <0.05), protein 0.001 (p <0.095), fat 0.013 (p <0.05) and potassium 0.023 (p <0.05). Conclusion: Adherence by the intake of dietary energy, protein, fat and potassium between the two methods of giving education was different (p <0.05). While obedience with diet according to their intake of carbohydrates and sodium between the two methods of giving education was not different (p> 0.05). Diet according to the attitude of patient obedience in the provision of educational consultation method and extension method were not different (p> 0.05). Keywords: Delivery of Nutrition Education, diet adherence, hemodialysis patients. 1 Student on Nutrition Departement Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2 Lecturer on Nutrition Departement Poltekkes Kemenkes Yogyakarta A. PENDAHULUAN Ginjal merupakan salah satu organ vital dalam tubuh. Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5, atau telah mengalami yang disebut dengan gagal ginjal, dimana laju filtrasi glomerulus < 15 ml/menit, ginjal telah tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik, maka dibutuhkan terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yaitu dengan dialisis dan transplantasi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan transplantasi ginjal sebagai pilihan terapi pengganti fungsi ginjal akan semakin luas digunakan seiring dengan peningkatan jumlah penderita gagal ginjal. Usia dari populasi penduduk dan adanya peningkatan prevalensi penyakit yang menjadi penyebab penyakit ginjal kronik menggambarkan bahwa gagal ginjal dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang semakin berkembang dimasa depan (Cahyaningsih, 2011). 1 Pada penderita gagal ginjal sering dijumpai keadaan malnutrisi kalori dan protein sehingga menyebabkan gangguan fungsi sistem imun dan penyembuhan luka yang lambat sehingga akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas penderita gagal ginjal (Indrasti dan Parsudi dalam Sastromidjojo dkk. (2000)). 2 Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap diet yang dianjurkan, dapat diberikan intervensi gizi, yaitu melalui edukasi gizi seperti pemberian penyuluhan atau konsultasi rutin kepada pasien. Intervensi gizi yang diberikan adalah konseling gizi untuk meningkatkan asupan makanan melalui pendidikan gizi kepada pasien. Pengaturan pasien pada penyakit ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, pengaturan diit sukar dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (Sidabutar, 1992). 3 B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan studi Quasi experiment design dengan rancangan Posttest dengan kelompok control (Posttest Only Control Group Design). Lokasi penelitian di RSUD Panembahan Senopati bantul. Variabel bebas yaitu pemberian edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan, variabel terikat yaitu kepatuhan diet pasien. Pemilihan sampel yaitu dengan kriteria inklusi. Sampel penelitian dibagi kedalam dua kelompok, kelompok pertama diberi edukasi metode konsultasi dan kelompok kedua diberi edukasi metode penyuluhan, kemudian diukur kepatuhan dietnya untuk asupan zat gizi menggunakan food record 3 hari dan untuk sikap menggunakan kuisioner yang berisi pernyataan pernyataan dengan pilihan jawaban bertingkat atau rating scale. Analisis data menggunakan uji statistik non parametrik dua sampel bebas Mann Whitney. C. Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Sampel Penelitian Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 pasien, akan tetapi 2 pasien meninggal sehingga besar sampel menjadi 36 pasien. Selain itu banyak pasien yang tidak bersedia menjadi sampel penelitian. Penelitian dilaksanakan selama 3 minggu dimulai pada tanggal 21 Mei sampai pada tanggal 3 Juni 2012 di Unit Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Berikut disajikan tabel karakteristik pasien berdasarkan pemberian edukasi. Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian Menurut Pemberian Edukasi Karakteristik Pemberian Edukasi Total Konsultasi Penyuluhan n % n % n % Jenis Kelamin Laki laki 6 33,3 12 66,4 18 100 Perempuan 11 61,1 7 38,9 18 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Usia (tahun) 20 39 3 60 2 40 5 100 40 59 10 47,6 11 52,4 21 100 60 79 4 40 6 60 10 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Terakhir mendapat edukasi 5 12 bulan yang lalu 8 47,1 9 52,9 17 100 >12 bulan yang lalu 4 30,8 9 69,2 13 100 Belum pernah 5 83,3 1 16,7 6 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Penyakit Penyerta Hipertensi 3 30 7 70 10 100 DM 1 100 0 0 1 100 DM dan hipertensi 2 66,7 1 33,3 3 100 Hipertensi dan hepatitis C 4 40 6 60 10 100 Tanpa penyakit penyerta 7 58,3 5 41,7 12 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Berdasarkan Tabel 1, hasil penelitian terhadap 36 pasien menunjukkan bahwa proporsi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin adalah sama (50%), sebagian besar pasien berusia antara 40 59 tahun yaitu sebanyak 21 pasien dan terakhir kali mendapat edukasi yaitu 5 12 bulan yang lalu yaitu sebanyak 17 pasien. Lebih banyak sampel penelitian tanpa penyakit penyerta yaitu 12 pasien. 2. Perbedaan Pemberian Edukasi terhadap Kepatuhan Diet Pasien menurut Asupan Zat Gizi a. Kebutuhan zat gizi Kebutuhan zat gizi pasien hemodialisa diketahui melalui perhitungan yaitu berat badan kering dikalikan dengan kebutuhan zat gizi pasien hemodialisa perhari. Tabel 2. Rata rata kebutuhan zat gizi pasien Kebutuhan zat gizi Pemberian edukasi Konsultasi x SD Penyuluhan x SD Energi (Kcal) 1745,9 359,2 1933,29 355,32 Protein (g) 53,76 7,65 56,96 7,97 Lemak (g) 58,19 11,98 64,44 11,84 Karbohidrat (g) 251,76 55,87 281 54,4 Natrium (g) 2000 2000 Kalium (g) 2000 3000 2000 3000 Menurut Tabel 2, kebutuhan zat gizi pasien untuk zat gizi energi, protein, lemak dan karbohidrat dihitung sesuai penatalaksanaan diet hemodialisa menurut PERNEFRI (2003). Untuk kebutuhan energi yaitu 35 kkal/kg/hari, kebutuhan protein 1 1,2 gr/kg/hari, lemak 30% dari total kalori, dan karbohidrat 55 60% total kalori. 4 Sedangkan untuk kebutuhan natrium dan kalium menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh Leksaningrum, dkk. (2011) yaitu kebutuhan natrium 2000 mg/hari dan kebutuhan kalium yaitu 2000 3000 mg/hari. 5 b. Asupan zat gizi Asupan zat gizi diketahui dengan metode food record 3 hari yang meliputi zat gizi energi (kcal), protein (g), lemak (g), karbohidrat (g), natrium (mg) dan kalium (mg). Asupan zat gizi pasien dihitung menggunakan software Nutri2008. Tabel 3. Rata Rata Asupan Zat Gizi Pasien Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Pemberian Edukasi Konsultasi Penyuluhan x SD x SD Energi (kcal) 1357,02 265,7 1162,86 379,88 Protein (g) 48,09 7,56 39,21 14,35 Lemak (g) 41,74 12,159 46,63 12,98 Karbohidrat (g) 214,94 57,485 179,47 61,483 Natrium (mg) 2039,35 372,15 1921,61 475,11 Kalium (mg) 1153,97 663,36 806,75 245,71 Berdasarkan Tabel 3, rata rata asupan zat gizi pasien yang meliputi zat gizi energi, protein, lemak, karbohidrat, natrium dan kalium sebagian besar kurang dari kebutuhan pasien, hal tersebut disebabkan asupan makan yang kurang serta kurangnya variasi makanan akibat faktor sosial ekonomi pasien. c. Porsentase Asupan Zat Gizi terhadap Kebutuhan Zat Gizi Porsentase asupan zat gizi pasien dihitung dengan cara asupan zat gizi pasien dibagi dengan kebutuhan zat gizi pasien kemudian dikalikan 100%. Tabel 4. Porsentase Rata Rata Asupan Zat Gizi Pasien Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Pemberian Edukasi Konsultasi Penyuluhan x SD (%) x SD (%) Energi 81,45 20,036 62,23 23,17 Protein 91,3 20,68 68,91 26,9 Lemak 73,27 28,96 49,94 22,33 Karbohidrat 87,1 20,76 67,03 27,62 Natrium 101,97 18.59 94,72 23,75 Kalium 52,99 33,48 40,56 12,27 Menurut Tabel 4, berdasarkan metode pemberian edukasi yang diberikan, untuk metode konsultasi, porsentase rata rata untuk asupan zat gizi protein dan natrium termasuk dalam kategori normal, asupan zat gizi energi dan karbohidrat dalam kategori sedang, lemak dalam kategori defisit tingkat ringan dan kalium dalam kategori defisit tingkat berat. Sedangkan untuk pemberian edukasi metode penyuluhan, porsentase rata rata asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan kalium termasuk dalam kategori defisit tingkat berat, sedangkan untuk natrium termasuk dalam kategori normal. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa porsentase rata rata asupan zat gizi pasien kurang dari kebutuhan, banyak faktor yang menyebabkan asupan zat gizi kurang, antara lain faktor sosial ekonomi dan pengetahuan yang kurang mengenai bahan makanan yang menyebabkan kurangnya variasi konsumsi bahan makanan, asupan makan yang kurang disebabkan nafsu makan menurun. Menurut Kamyar (2004) dalam Lestari (2007), nafsu makan yang rendah mungkin menjadi salah satu faktor resiko pada pasien PGK (Penyakit Ginjal Kronik) dengan hemodialisa. 6 Hal ini diperkuat oleh Masur (1981) dan Safarino (1990) dalam Umami (2005), bahwa kepatuhan diet menurun karena terapi yang diberikan lama dan terus menerus. 7 d. Perbedaan Kepatuhan Diet Menurut Asupan Zat Gizi Kepatuhan diit adalah ketepatan dalam menepati anjuran diit gagal ginjal dengan hemodialisa terhadap asupan zat gizi energi, protein, lemak, karbohidrat, natrium dan kalium yang didapat dari perhitungan asupan zat gizi dibagi dengan kebutuhan zat gizi dikalikan 100%. Pasien dikatakan patuh jika porsentase asupan zat gizi normal terhadap kebutuhan (90% - 119%) dan tidak patuh jika asupan zat gizi defisit tingkat berat terhadap kebutuhan (<70%), defisit tingkat ringan terhadap kebutuhan (71% - 79%), sedang terhadap kebutuhan (80% - 89%) dan lebih terhadap kebutuhan (>120). Tabel 5. Perbedaan Pemberian Edukasi Terhadap Kepatuhan Diet Menurut Asupan Zat Gizi Kepatuhan menurut asupan zat gizi Pemberian Edukasi Total p Konsultasi Penyuluhan n % n % n % Asupan Energi 0,018 Patuh 7 70 3 30 10 100 Tidak patuh 10 38,5 16 61,5 26 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Asupan Protein Patuh 9 90 1 10 10 100 0,001 Tidak patuh 8 30,8 18 69,2 26 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Asupan Lemak Patuh 5 71,4 2 28,6 7 100 0,013 Tidak patuh 12 41,4 17 58,6 29 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Asupan Karbohidrat Patuh 9 81,8 2 18,2 11 100 0,073 Tidak patuh 8 32 17 68 25 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Asupan Kalium Patuh 12 46,2 14 53,8 26 100 0,132 Tidak patuh 5 50 5 50 10 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Asupan Natrium Patuh 1 0 0 100 1 100 0,023 Tidak patuh 16 45,7 19 52,3 35 100 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar pasien patuh untuk asupan zat gizi dengan pemberian edukasi metode konsultasi dibandingkan dengan metode penyuluhan, hal tersebut disebabkan karena pada pemberian edukasi metode konsultasi lebih mendalam dibandingkan dengan pemberian edukasi metode penyuluhan. Pasien dapat lebih terbuka menyampaikan keluhannya pada konselor. Menurut Notoatmojo (1993), kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). 8 3. Perbedaan Pemberian Edukasi terhadap Kepatuhan Diet menurut Sikap a. Sikap Pasien Sikap pasien diketahui dari kuisioner dengan pilihan jawaban bertingkat atau rating scale yang digunakan untuk mengetahui sikap pasien melalui pernyataan pernyataan dan dinyatakan dalam skor kepatuhan. Tabel 6. Rata Rata Skor Kepatuhan Diet Pasien Sikap Pemberian Edukasi Konsultasi Penyuluhan x SD 67,82 4,23 67,24 4,98 Berdasarkan Tabel 6, rata rata skor kepatuhan diet hampir sama antara pemberian edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan, walaupun untuk metode konsultasi rata rata skor kepatuhannya lebih tinggi yaitu 67,82, hal tersebut menandakan bahwa kedua metode edukasi dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan diet menurut sikap. b. Perbedaan Kepatuhan Diet menurut Sikap Perbedaan kepatuhan diet menurut sikap pasien terhadap pemberian edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan dapat diketahui dengan menggunakan uji statistik dua sampel bebas Mann - Whitney. Pasien dikatakan patuh jika skor kepatuhan 60 dan dikatakan tidak patuh jika skor kepatuhan <60. Tabel 7. Perbedaan Pemberian Edukasi Terhadap Kepatuhan Diet Menurut Sikap Sikap Pemberian Edukasi Total p Konsultasi Penyuluhan n % n % n % Patuh 17 48,6 18 51,4 35 100 Tidak patuh 0 0 1 100 1 100 0,455 Jumlah 17 47,2 19 52,8 36 100 Menurut Tabel 7, berdasarkan uji statistik Mann whitney dapat diketahui nilai p>0,05 (0,455) maka Ho diterima yaitu kepatuhan diet yang dilihat dari sikap pasien adalah tidak berbeda untuk kedua metode pemberian edukasi. Tidak adanya perbedaan kepatuhan diet yang dilihat dari sikap, dimana dari kedua metode pemberian edukasi tersebut sebagian besar pasien termasuk dalam kategori patuh, hal tersebut disebabkan karena materi dari konsultasi dan penyuluhan adalah sama serta menggunakan media leafleat yang sama, selain itu pada metode penyuluhan juga digunakan media slide. Baik konsultasi maupun penyuluhan merupakan metode pendidikan dimana dengan pendidikan pasien dapat memperoleh informasi untuk meningkatkan pengetahuannya. Menurut Notoatmojo (2007) pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. 9 Berdasarkan hasil penelitian, banyaknya sampel penelitian yang diberi edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan tidak sama, dimana untuk pemberian edukasi metode konsultasi hanya terdapat 17 pasien karena 2 pasien meninggal dan food record pasien belum sempat dikumpulkan sehingga pasien tidak termasuk dalam sampel penelitian. Akan tetapi berdasarkan jawaban pada kuisioner yang diberikan setelah pemberikan edukasi, kedua pasien tersebut masuk dalam kategori patuh karena skor kepatuhannya 60. Sebagian besar pasien patuh menurut sikap yang dilihat dari kuesioner disebabkan karena pelaksanaan edukasi menggunakan media lefleat yang sama serta untuk metode penyuluhan juga digunakan media atau alat bantu slide. Menurut Notoatmojo (2007), agar dicapai suatu hasil yang optimal maka faktor faktor yang mempengaruhi proses pendidikan harus bekerjasama secara harmonis hal ini berarti bahwa masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan. 9 Selain itu juga sebagian besar pasien telah mengetahui mengenai diet hemodialisa akan tetapi untuk pelaksanaannya sendiri masih banyak yang kurang patuh jika dilihat dari asupan zat gizi pasien, hal tersebut sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Bensley (2003) bahwa tugas yang paling sulit bagi pendidik kesehatan adalah membantu individu atau kelompok mempertahankan perilaku ketika sudah berubah. 10 D. Kesimpulan 1. Karakteristik pasien hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul lebih banyak yang berjenis kelamin laki laki dengan umur berkisar antara 40 59 tahun. 2. Kepatuhan diet menurut asupan energi, protein, lemak dan kalium antara metode konsultasi dan metode penyuluhan adalah berbeda sedangkan menurut asupan karbohidrat dan natrium adalah tidak berbeda. 3. Kepatuhan diet menurut sikap pasien pada pemberian edukasi metode konsultasi dan metode penyuluhan adalah tidak berbeda. E. Saran 1. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul Pemberian edukasi gizi bagi pasien hemodialisa perlu lebih divariasikan lagi, selain mengunakan metode konsultasi dan metode penyuluhan, dapat juga diadakan diskusi kepada pasien. Media yang digunakanpun sebaiknya lebih lengkap misalnya menggunakan food model, slide juga diberikan standar porsi pemberian makan sehari untuk pasien, hal tersebut dilakukan untuk menghindari kebosanan pasien. 2. Bagi peneliti lain Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut untuk menyempurnakan penelitian ini, yaitu perbedaan pemberian edukasi terhadap kepatuhan diet dengan memperhatikan faktor faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan diet seperti sosial ekonomi, pendidikan dan lama hemodialisa. F. Daftar Pustaka 1. Cahyaningsih, N. D. 2011. Hemodialisis (cuci darah) panduan praktis perawatan gagal ginjal. Yogyakarta : Mitra Cendekia. 2. Sastromidjojo, dkk. 2000. Pegangan Penatalaksanaan Nutrisi Pasien. Jakarta : Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia. 3. Sidabutar, R. P. ed. 1992. Gizi pada Gagal Ginjal Kronik. Beberapa Aspek Penatalaksanaan. Jakarta : Pernefri. 4. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2003. Konsensus Dialisis. Jakarta: Pernefri. 5. Leksaningrum, Nawangsari, dkk., 2011. Perhitungan Kebutuhan Gizi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang : QCC Sehati Risalah 5. 6. Lestari, Fitri. 2007. Hubungan Antara Status Gizi dan Asupan Makan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Rutin di Instalasi Dialisis RSUP Dr, Sardjito Yogyakarta. Skripsi Program Studi S-1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007. 7. Umami, Anisah. 2005. Hubungan Frekuensi Hemodialisa dengan Kepatuhan Diet Penderita Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa Di RS Sardjito Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 2005. 8. Notoatmojo, Soekidjo, 1993. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset. 9. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Yogyakarta : Rineka Cipta. 10. Bensley, Robert dan Fisher, Jodi Brookins. 2003. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Ed. 2. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.